FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
DISUSUN OLEH :
NIM : C014172092
KELUARGA (HIPERTENSI)
Pembimbing
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Limbas Marman
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 41 tahun
Pekerjaan : Karyawan swasta
Agama : Islam
Alamat : Jl.Veteran Selatan Lr.4 No.269 J RT/RW 005/003 Kelurahan
Mandala
B. SUBJEKTIF
Anamnesis Terpimpin:
• Keluhan Utama : Nyeri kepala
• Anamnesis terpimpin :
Nyeri kepala sering dialami sejak 3 tahun yang lalu, berdurasi >3 jam jika terjadi
serangan, hilang timbul. Nyeri kepala bertambah berat jika pasien terkena sinar
matahari. Nyeri kepala disertai leher tegang dan membaik setelah minum obat
sakit kepala / paracetamol.
Saat ini tidak ada nyeri dan tegang pada leher, tidak ada mual dan muntah.
Demam tidak ada. Batuk dan sesak tidak ada. Buang air kecil lancar berwarna
kuning. Buang air besar baik. Nafsu makan baik. Tidak ada penurunan berat
badan. Pasien gemar mengonsumsi makanan yang asin dan gorengan. Pasien
juga merokok selama +/- 20 tahun dan menghabiskan 2 bungkus per hari namun
telah berhenti 1 tahun terakhir.
• Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien pernah melakukan pemeriksaan sekitar 1 tahun yang lalu dan didapatkan
tekanan darah pasien 160/90 mmHg namun tidak meminum obat penurun tekanan
darah. Pasien tidak memiliki riwayat DM dan alergi.
D. ASSESSMENT
Hipertensi Grade I
E. PLANNING
- Promotif
Menjelaskan tentang penyakit hipertensi pada umur pasien dan yang
berisiko tinggi untuk memiliki hipertensi, agar dapat menjalankan pola hidup
sehat dengan mengkonsumsi makanan yang sehat, tidak tinggi kolesterol,
menghindari rokok, melakukan olahraga ringan dan mengurangi aktivitas yang
berat dan menyita banyak pikiran.
- Preventif
Menjalankan pola atau gaya hidup yang sehat dengan mengkonsumsi
makanan yang tidak tinggi kandungan kolesterolnya, mengurangi konsumsi
kacang-kacangan, menghindari rokok, berolahraga ringan, mengurangi
aktivitas yang membutuhkan banyak pikiran, menghindari stress, hindari
makanan mengandung asam urat, membatasi aktivitas fisik.
- Kuratif
Terapi Medikamentosa : Amlodipin 5 mg 1x1
jenis obat Calcium Channle Blockers, Umumnya dosis awal amlodipine adalah
5 mg per hari. Ini bisa ditingkatkan ke dosis maksimum yaitu 10 mg per hari.
Dosis akan disesuaikan dengan keadaan dan respons pasien terhadap obat ini.
Indikasi : hipertensi,gagal jantung dan gangguan pada ginjal
Terapi nonmedikamentosa :
- Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh. Harus memperhatikan
kebiasaan makan penderita hipertensi ( diet rendah garam)
- Menghindari stress. Ciptakan suasana yang menenangkan bagi pasien
penderita hipertensi
- Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat. Anjurkan kepada pasien
penderita hipertensi untuk melakukan olahraga senam aerobic atau jalan
cepat selama 30-45 menit sebanyak 3-4 kali seminggu. Selain itu
menghentikan kebiasaan merokok dan mengurangi minum minuman
beralkohol.
- Rehabilitatif
F. PROGNOSIS
Ad Functionam : bonam
Ad sanationam : bonam
Ad vitam : bonam
G. ANALISA KASUS
a. Faktor Internal
1. Struktur keluarga
Bapak Limbas merupakan salah satu pasien hipertensi di wilayah
Puskesmas Mamajang, berusia 41 tahun. Bapak Limbas telah menikah dengan
Ibu Halija (37 tahun) yang sehari-sehari mengurus rumah tangga.
Bapak Limbas memiliki 2 orang anak, anak pertama, M. Gilang, laki-laki
berusia 14 tahun dan anak kedua Gisel, perempuan berusia 11 tahun dan
keduanya sedang menempuh pendidikan di bangku sekolah.
2. Genogram
Limbas, 41 Halija, 37
M. Gilang, 14 Gisel, 11
3. Family Circle
Limbas
Halija M. Gilang
Gisel
4. Siklus Keluarga
Pasien ini, dari hasil wawancara kepada pasien langsung, diketahui
bahwa pasien berada pada tahap ke lima yakni, keluarga dengan anak
tertua berumur 14 tahun (remaja).
5. Family Assessment
Dilakukan dengan pendekatan metode APGAR
No. Pernyataan Sering/Selalu Kadang-kadang Jarang/Tidak
1 Saya puas bahwa saya
dapat kembali kepada √
keluarga saya, bila
saya menghadapi
masalah
2 Saya puas dengan cara
keluarga saya
membahas serta √
membagi masalah
dengan saya
3 Saya puas bahwa
keluarga saya
menerima dan
mendukung keinginan √
saya melaksanakan
kegiatan dan ataupun
arah hidup yang baru
4 Saya puas dengan
cara2 keluarga saya
menyatakan rasa kasih √
sayang dan
menanggapi emosi
5 Saya puas dengan
cara2 keluarga saya
membagi waktu √
bersama
Adaptasi :2
Kemitraan :2
Pertumbuhan :2
Kasih Sayang :2
Kebersamaan :2
Hasil : 10 (keluarga sehat)
b. Faktor Eksternal
Data-data berupa faktor eksternal yang dapat diperoleh dari pasien:
1. Faktor Biologi:
Dari segi faktor biologi, faktor genetik mungkin, karena nenek dan ibu
pasien merupakan penderita hipertensi
2. Faktor Perilaku Kesehatan:
Pasien jarang mengontrol tekanan darah, baik di puskesmas maupun di
rumah sakit dan tidak mengomsumsi obat penurun tekanan darah.
3. Faktor Pelayanan Kesehatan:
Pasien jarang ke puskesmas, karena merasa lebih baik setelah minum obat
pereda nyeri.
4. Faktor Psiko-Sosio-Ekonomi:
Pasien tidak memiliki faktor stress dari keluarga. Kehidupan sosial dengan
masyarakat sekitar baik. Pemenuhan kebutuhan dan pendapatan keluarga
cukup.
5. Faktor Lingkungan Kerja:
Pasien merasa nyaman di tempat kerjanya
6. Faktor Lingkungan Fisik:
Ventilasi dan penerangan di dalam tempat tinggal pasien tidak terlalu baik.
c. Penatalaksanaan Keluarga
Penderita merupakan kepala keluarga, maka biaya kehidupan sehari-hari
serta kebutuhan hidup lainnya ditanggung oleh penderita.
Penderita bertempat tinggal di pemukiman yang padat penduduk, dengan
lingkungan sekitar yang cukup bersih. Rumah pasien tergolong rumah yang
kurang sehat dilihat dari kurangnya ventilasi dan penerangan yang kurang
memadai.
Penderita diketahui menderita hipertensi sejak 1 tahun yang lalu. Pada
pengukuran terakhir, tekanan darah pasien mencapai 145/90 mmHg. Pada
anggota keluarga yang lain ada riwayat hipertensi yaitu nenek dan ibu
penderita.
Untuk menanggulangi agar tekanan darah pasien tetap dalam rentang
normal, maka diperlukan pendekatan dan pelaksanaan hal-hal khusus bagi
penderita serta keluarga secara disiplin, yakni:
1. Pasien
Pasien disarankan agar selalu rutin memeriksakan dirinya dan
mengontrol tekanan darahnya di puskesmas minimal sebulan sekali.
Pasien diberikan edukasi untuk teratur meminum obat hipertensi yang
diberikan.
Pasien disarankan untuk berperilaku hidup sehat, berolahraga, mengonsumsi
makanan yang bergizi, kurang asupan garam pada makanan, makan yang
teratur, istirahat yang cukup.
2. Keluarga
Selain penderita, anggota keluarga diharapkan untuk mendukung pasien
dalam pengontrolan tekanan darah pasien dengan cara mengingatkan
untuk rajin kontrol tekanan darah ke puskesmas/ rumah sakit dan patuh
minum obat.
Menyarankan/menyajikan hidangan yang kurang mengandung garam,
sebagai salah satu faktor predisposisi yang dapat menyebabkan
peningkatan tekanan darah.
Menyarankan pasien untuk mengurangi aktivitas yang tidak perlu
dilakukan.
Rencana mengenai hal-hal yang akan dilakukan selanjutnya dapat
dirangkum dalam suatu program perencanaan:
1. Pengukuran tekanan darah pasien secara berkala.
2. Pemeriksaan berkala, baik pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan
penunjang.
3. Memberikan edukasi serta masukan bagi penderita serta keluarga
mengenai Hipertensi dan bagaimana cara menanggulanginya secara
komprehensif.
4. Menyarankan pasien untuk menjauhi faktor-faktor yang dapat memicu
peningkatan tekanan darah seperti lingkungan yang kurang bersih dan
kurang ventilasi, lifestyle yang buruk seperti merokok, serta mengontrol
tingkat stress.
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan
tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Tekanan darah diukur dengan
spygmomanometer yang telah dikalibrasi dengan tepat (80% dari ukuran manset
menutupi lengan) setelah pasien beristirahat nyaman, posisi duduk punggung tegak
atau terlentang paling sedikit selama 5 menit sampai 30 menit setelah merokok atau
minum kopi.1
Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai hipertensi
esensial. Beberapa penulis lebih memilih istilah hipertensi primer untuk
membedakannya dengan hipertensi lain yang sekunder karena sebab-sebab yang
diketahui. Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII)
klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal,
prahipertensi, hipertensi derajat 1 dan derajat 2.2
B. EPIDEMIOLOGI
Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala
yang berlanjut untuk suatu target organ, seperti stroke untuk otak, penyakit jantung
koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung. Penyakit ini telah
menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia maupun
di beberapa negara yang ada di dunia 3. Semakin meningkatnya populasi usia lanjut
maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga akan bertambah 2.
Diperkirakan sekitar 80 % kenaikan kasus hipertensi terutama di negara
berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di perkirakan
menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka
penderita hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk saat ini.3
C. ETIOLOGI
Sampai saat ini penyebab hipertensi esensial tidak diketahui dengan pasti.
Hipertensi primer tidak disebabkan oleh faktor tunggal dan khusus. Hipertensi ini
disebabkan berbagai faktor yang saling berkaitan. Hipertensi sekunder disebabkan
oleh faktor primer yang diketahui yaitu seperti kerusakan ginjal, gangguan obat
tertentu, stres akut, kerusakan vaskuler dan lain-lain. Adapun penyebab paling
umum pada penderita hipertensi maligna adalah hipertensi yang tidak terobati.
Risiko relatif hipertensi tergantung pada jumlah dan keparahan dari faktor risiko
D. FAKTOR RISIKO
Faktor-faktor yang tidak dapat dimodifikasi antara lain faktor genetik, umur,
jenis kelamin, dan etnis. Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi meliputi stres,
obesitas dan nutrisi.2
o Faktor genetik
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga
itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan
peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium
terhadap sodium Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko
dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak
mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi.1 Selain itu didapatkan 70-80%
bagi yang memiliki IMT <25 (status gizi normal menurut standar internasional). 8
Menurut Hall (1994) perubahan fisiologis dapat menjelaskan hubungan antara
kelebihan berat badan dengan tekanan darah, yaitu terjadinya resistensi insulin
dan hiperinsulinemia, aktivasi saraf simpatis dan sistem renin-angiotensin,
dan perubahan fisik pada ginjal. Peningkatan konsumsi energi juga meningkatkan
insulin plasma, dimana natriuretik potensial menyebabkan terjadinya
reabsorpsi natrium dan peningkatan tekanan darah secara terus
menerus.8
o Pola asupan garam dalam diet
Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO)
merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko
terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah tidak lebih
dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram garam) perhari.9
Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam
cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler
ditarik ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya
volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume
darah, sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi.10
Karena itu disarankan untuk mengurangi konsumsi natrium/sodium.
Sumber natrium/sodium yang utama adalah natrium klorida (garam dapur),
penyedap masakan monosodium glutamate (MSG), dan sodium karbonat.
Konsumsi garam dapur (mengandung iodium) yang dianjurkan tidak lebih dari
6 gram per hari, setara dengan satu sendok teh. Dalam kenyataannya, konsumsi
berlebih karena budaya masakmemasak masyarakat kita yang umumnya boros
menggunakan garam dan MSG.11
Tabel 3.1 Kandungan Natrium pada Beberapa Makanan. 12
o Merokok
Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat dapat
dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko
terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis.3 Dalam
penelitian kohort prospektif oleh dr. Thomas S Bowman dari Brigmans and
Women’s Hospital, Massachussetts terhadap 28.236 subyek yang awalnya
tidak ada riwayat hipertensi, 51% subyek tidak merokok, 36% merupakan
perokok pemula, 5% subyek merokok 1-14 batang rokok perhari dan 8%
subyek yang merokok lebih dari 15 batang perhari. Subyek terus diteliti dan
dalam median waktu 9,8 tahun. Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu kejadian
hipertensi terbanyak pada kelompok subyek dengan kebiasaan merokok lebih
dari 15 batang perhari. 13
o Tipe kepribadian
E. GEJALA KLINIK
Gejala-gejala penyakit yang biasa terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun
pada seseorang dengan tekanan darah yang normal hipertensi yaitu sakit kepala,
pusing, gelisah, jantung berdebar, perdarahan hidung, sukar tidur, sesak nafas, cepat
marah, telinga berdenging, tekuk terasa berat, berdebar dan sering kencing di
malam hari. Gejala akibat komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai meliputi
gangguan; penglihatan, saraf, jantung, fungsi ginjal dan gangguan serebral (otak)
yang mengakibatkan kejang dan perdarahan pembuluh darah otak yang
mengakibatkan kelumpuhan, ganguan kesadaran hingga koma . 15
F. KLASIFIKASI
Tekanan darah diklasifikasikan berdasarkan pada pengukuran rata-rata dua kali
pengukuran pada masing-masing kunjungan.
G. PATOFISIOLOGI
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari
angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE memegang peran
fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen
yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan
diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I
diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci
dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama. 5 Aksi pertama adalah
meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di
hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan
volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke
luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk
mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik
cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat yang pada akhirnya
I. PENATALAKSANAAN
a) Target Tekanan Darah
Menurut Joint National Commission (JNC) 7, rekomendasi target tekanan
darah yang harus dicapai adalah < 140/90 mmHg dan target tekanan darah untuk
pasien penyakit ginjal kronik dan diabetes adalah ≤ 130/80 mmHg. American Heart
Association (AHA) merekomendasikan target tekanan darah yang harus dicapai,
yaitu 140/90 mmHg, 130/80 mmHg untuk pasien dengan penyakit ginjal kronik,
penyakit arteri kronik atau ekuivalen penyakit arteri kronik, dan ≤ 120/80 mmHg
untuk pasien dengan gagal jantung. Sedangkan menurut National Kidney
Foundation (NKF), target tekanan darah yang harus dicapai adalah 130/80 mmHg
untuk pasien dengan penyakit ginjal kronik dan diabetes, dan < 125/75 mmHg
untuk pasien dengan > 1 g proteinuria.2
b) Algoritme Penanganan Hipertensi
Gambar 3.3 Algoritme penanganan hipertensi menurut JNC 7.3
c) Modifikasi Gaya Hidup
Pelaksanaan gaya hidup yang positif mempengaruhi tekanan darah memiliki
implikasi baik untuk pencegahan dan pengobatan hipertensi. Promosi kesehatan
modifikasi gaya hidup direkomendasikan untuk individu dengan pra-hipertensi dan
sebagai tambahan terhadap terapi obat pada individu hipertensi. Intervensi ini untuk
risiko penyakit jantung secara keseluruhan. Meskipun dampak intervensi gaya hidup
pada tekanan darah akan lebih terlihat pada orang dengan hipertensi, dalam
percobaan jangka pendek, penurunan berat badan dan pengurangan NaCl diet juga
telah ditunjukkan untuk mencegah perkembangan hipertensi. Pada penderita
hipertensi, bahkan jika intervensi tersebut tidak menghasilkan penurunan tekanan
darah yang cukup untuk menghindari terapi obat, jumlah obat atau dosis yang
dibutuhkan untuk mengontrol tekanan darah dapat dikurangi. Modifikasi diet yang
efektif menurunkan tekanan darah adalah mengurangi berat badan, mengurangi
asupan NaCl, meningkatkan asupan kalium, mengurangi konsumsi alkohol, dan
Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang mengenai mata,
ginjal, jantung dan otak. Pada mata berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan
sampai dengan kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan
pada hipertensi berat selain kelainan koroner dan miokard. Pada otak sering terjadi
perdarahan yang disebabkan oleh pecahnya mikroaneurisma yang dapat
mengakibakan kematian. Kelainan lain yang dapat terjadi adalah proses
tromboemboli dan serangan iskemia otak sementara (Transient Ischemic
Attack/TIA). Gagal ginjal sering dijumpai sebagai komplikasi hipertensi yang lama
dan pada proses akut seperti pada hipertensi maligna. 21
Risiko penyakit kardiovaskuler pada pasien hipertensi ditentukan tidak hanya
tingginya tekanan darah tetapi juga telah atau belum adanya kerusakan organ target
serta faktor risiko lain seperti merokok, dislipidemia dan diabetes melitus. 21
Tekanan darah sistolik melebihi 140 mmHg pada individu berusia lebih dari 50
tahun, merupakan faktor risiko kardiovaskular yang penting. Selain itu dimulai dari
tekanan darah 115/75 mmHg, kenaikan setiap 20/10 mmHg meningkatkan risiko
penyakit kardiovaskuler sebanyak dua kali. 22
K. PROGNOSIS
Hipertensi dapat dikendalikan dengan baik dengan pengobatan yang tepat. Terapi
dengan kombinasi perubahan gaya hidup dan obat-obatan antihipertensi biasanya dapat
menjaga tekanan darah pada tingkat yang tidak akan menyebabkan kerusakan pada
jantung atau organ lain. Kunci untuk menghindari komplikasi serius dari hipertensi
Pengukuran pertama tekanan darah Ibu Pengukuran kedua tekanan darah Ibu
Endang ditemani petugas Puskesmas Endang dengan hasil 160/100 mmHg
Mamajang dengan hasil 177/97 mmHg