Anda di halaman 1dari 3

PENATALAKSANAAN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL

DENGAN EKLAMPSIA

PENGERTIAN : Eklampsia meupakan kelanjutan dari preeklampsia ringan dan berat serta
dapat terjadi antepartum, intrapartum dan pascapartus sekitar 24 jam pertama.
Eklampsia selalu ditandai oleh stadia “impending eklampsia” (manuaba,
2001: 421)
TUJUAN : Sebagai pedoman untk melaksanakan asuhan kebidanan pada klien hamil,
bersalin dan postpartum dengan eklampsia
RUANG LINGKUP : Kebidanan
URAIAN UMUM
KEBIJAKAN : Setiap pasien hamil, bersalin dan post partum yang eklampsia berhak
menerima asuhan kebidanan sesuai dengan prosedur
PROSEDUR
DATA DIAGNOSA

DATA SUBYEKTIF :
1. Graviditas dan atau paritas
2. Usia kehamilan > 20 minggu
3. HPHT dan TP
4. Keluarga klien/klien mengatakan sakit kepala,
nyeri epigastrik dan gangguan penglihatan
5. Keluarga klien mengatakan klien kejang
6. Pergerakan anak kadang
dirasakan/berkurang/tidak ada
7. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu
normal (jumlah, cara, dan hasil akhir persalinan
sebelumnya peningkatan tekanan darah
antepartum pada kehamilan sebelumnya,
pengobatan anti hipertensi pada kehamilan EKLAMPSIA
sebelumnya dan komplikasi anterpatum terkait
dengan preeklampsia pada kehamilan
sebelumnya )
8. Riwayat penyakit yang lalu (hipertensi,
kerusakan ginjal, diabetes)
9. Riwayat perkawinan
PEMERIKSAAN PENUNJANG :
1. CBC, CT, BT, golongan darah, urine
2. Fungsi hati : protein total, albumium, globulin,
bilirubin direk, dan indirek
3. Fungsi ginjal : kreatinin, ureum, asam urat
4. Pemeriksaan EKG, foto rontgen dilakukan atas
indikasi
5. Kardiotokografi (KTG)
EKLAMPSIA
DATA OBYEKTIF :
1. Keadaan umum
2. Kesadaran
3. Tanda vital
4. Pemeriksaan fisik : pada ibu hamil
(conjunctiva, ada bekas gigitan pada lidah,
TFU, LP, TBI, Leopold, His, BJF, v/t, setelah
penanganan eklampsia, kedua kaki eodema dan
reflek patella

ANALISIS DATA
GPA Hamil …mg dengan Eklampsia
GPA Hamil …mg inpartu kala … dengan eklampsia
PA Post partum … hari dengan eklampsia
PLANNING
1. Membina hubungan baik dengan ibu dan keluarga
2. Menjelaskan hasil pemeriksaan
3. Memberikan dukungan moril pasien dan keluarga
4. Melakukan informed consent
5. Memasang infus RL dengan canul IV besar ukuran (16 atau 18)
6. Memasang kateter foley untuk memantau produksi urine periksa setiap 4 jam,
produksi urin normal > 100 cc/4jam
7. Kolaborasi dengan DSOG untuk pemberian terapi dan tindakan sesuai portap :
- Terapi MgSO4 40% 10 cc IV pelan (selama 4-10 menit) sambil infus RL diguyur,
disambung dengan dosis pemeliharaan yaitu infus (RL + 15 cc MgSO4 40% ) 25 gtt/’
sampai 24 jam post partum dengan syarat : TD Diatolik > 110 mmHg, respirasi
minimal 16 x/menit, urine > 100 cc/ 4 jam dan reflek tendon +/+
- Lindungi diri pasien dari kecelakaan selama kejang. Jangan meninggalkan pasien
tanpa ditunggui.
- Bersihkan dan lancarkan jalan nafas dengan penghisapan dan pasien harus tetap
menggunakan penahan mulut (mouth gag) dan selang pernapasan
- Pasang msker oksigen setelah oksigen berhenti umtuk mengoteksi hipoksia
- Terminasi (pervaginam atau resiko sesar)
- Observasi ketat :
 Setiap 30 menit, periksadenyut nadi, TD, dan kecepatan pernapasan
 Buat status cairan yang memantau asupancairan dan output urine melalui kateter
yang telah dipasang.
 Setiap 24 jam periksa darah periver lengkap, termasuk trombosin, urea darah,
kreatinin, dan enzim hati
 Nilai koaguopati dengan profil koagulasi pada saat pasien masuk untuk dirawat
- Pada kasus resisten ketika kejang eklamptik tidak berhenti meskipun diberi regimen
penatalaksanaan preeklamsia berat, berikan MgSO4 40% 5 cc melalui IV lambat
(bolus)
- Dosis tambahan 5 cc MgSO4 40% dapat ditambah satu kali pada dosis pemeliharaan
jika kejang terjadi meskipun pasien telah menierima dosis pemeliharaan.
- Diazepam (10 mg IV) dapat digunakan satu kali
- Jika kejang terjadi meskipun telah diberi dosis pemeliharaan MgSO4, CT SCAN
harus dilakukan
- Jika penurunan pernapasan terjadi, pasien harus dimasukkan ke ICU dan di ventilasi
setelah gas datah pasien dan kadar PH darah diukur.
8. Kolaborasi dengan petugas laboraturium untuk pemeriksaan darah dan urine.
9. Memberikan terapi sesuai advis dokter
10. Mengobservasi keadaan umum, tanda vital, His dan BJF.
11. Kolaborasi dengan dokter internist dan neurolog.
12. Mengobservasi intake dan output

SUMBER : Lisnawati, Lilis. 2013. Asuham Bidan Terkini : Kegawatdaruratan Matenal


dan Neonatal. Jakarta : CV. Trans info Media.

Anda mungkin juga menyukai