Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kalium merupakan kation yang memiliki jumlah yang sangat besar dalam tubuh,
dimana sekitar 98% kalium tubuh berada pada intraselular. Kalium berfungsi penting bagi
tubuh dimana kalium terlibat dalam sintesis protein, pengeluaran hormon, transpor cairan,
1,2,3
perkembangan janin, serta kontraksi otot dan konduksi saraf. Rasio kalium intraselular
dan ekstraselular sangat penting dalam menentukan potensial membran sel, sedikit perubahan
saja pada kalium ekstraseluler dapat menimbulkan efek yang cukup berarti terhadap fungsi
hipokalemia. Hipokalemia merupakan salah satu gangguan elektrolit yang sering ditemukan
pada pasien rawat inap. Di Amerika, 21% dari pasien rawat inap didapati mengalami
hipokalemia5. Sedangkan kekerapan pada pasien rawat jalan yang mendapat diuretik
antara 24% hingga 36,36% pada pasien saat masuk rumah sakit.7,8
kalium dalam serum hanya sebesar 2% dari kalium total tubuh, namun penurunan konsentrasi
kalium serum ini dapat menimbulkan berbagai keluhan, mulai dari keluhan ringan berupa
badan lemas atau mual-muntah, hingga keluhan serius berupa gangguan jantung dan bahkan
kematian.
Mengingat tingginya angka kejadian hipokalemia dan risiko yang dapat ditimbulkan
akibat kondisi ini, dibutuhkan pemahaman yang baik terkait fisiologi kalium dalam
homeostasis tubuh manusia dan hipokalemia sebagai salah satu gangguan keseimbangan
B. TUJUAN
Menambah pemahaman terkait distribusi dan peran kalium dalam sistem homeostasis
FISIOLOGI KALIUM
A. DISTRIBUSI KALIUM
Secara keseluruhan, tubuh manusia mengandung 50-55 mEq K+ per kilogram berat
badan, dimana 90 hingga 98% ditemukan pada kompartemen intraselular (ICF; terutama di
Sumber: http://facstaff.gpc.edu/~mkim/C1211%261212Lec/04_ElectrolytesInBody.jpg
Pada kompartemen ECF, 10% konsentrasi kalium terkandung, terutama, dalam tulang
(8,6%), sisanya terdapat dalam plasma (0,4%) dan cairan intertisial (1%). Sedangkan pada
kompartemen ICF, 90% konsentrasi kalium terkandung, terutama, di otot (76%), dan sisanya
terdapat dalam hati (7%) dan eritrosit (7%). Sebagai contoh, seorang laki-laki dengan berat
Tabel 2. Contoh Distribusi Kalium dalam Kompartemen ICF dan ECF pada Laki-laki dengan
Berat Badan 60 kg
Konsentrasi K+ intrasel normal berkisar pada 140 mEq/L (range 100-150 mEq/L), dan
konsentrasi ekstraselular (ECF) dijaga pada kisaran 4-5 mEq/L. Walaupun konsentrasi
kalium ECF berkisar 2-10%, namun fluktuasi ringan dari konsentrasi K+ ekstrasel dapat
berakibat fatal, dan aritmia kordis dapat muncul bilamana konsentrasi K+ dibawah 3,5 mEq/L
Keadaan asam-basa
- Asidosis metabolik
Asidosis hiperkloremik ↑↑
Asidosis organik ↔
- Alkalosis metabolic ↓
- Asidosis respiratorik ↑
- Alkalosis respiratorik ↓
Hormon pancreas
- Insulin ↓↓
- Glukagon ↑
Katekolamin
- β-Adrenergik ↓
- α-Adrenergik ↑
Hiperosmolaritas ↑
Aldosteron ↓, ↔
Olah raga ↑
Kalium merupakan kation utama yang sangat penting bagi tubuh manusia. Hal ini
glukosa menjadi glikogen yang kemudian akan disimpan di hati untuk cadangan
energi.
3. Perbedaan kadar K+ dalam kompartemen ICF dan ECF dipertahankan oleh suatu
pompa Na-K aktif yang terdapat di membrane sel. Rasio kadar K+ ICF terhadap ECF
adalah penentu utama potensial membrane sel pada jaringan yang dapat tereksitasi,
(Sumber: Ove-Sten Knudsen. Biological Membranes: Theory of Transport, Potentials and Electric Impulses.
4. Kalium lebih mudah memasuki sel dibanding natrium yang kemudian mendorong
impuls saraf. Potensial membrane istirahat (-70 hingga -80 millivolts) mempersiapkan
pembentukan potensial aksi yang penting untuk fungsi saraf dan otot yang normal.
(Sumber: Ove-Sten Knudsen. Biological Membranes: Theory of Transport, Potentials and Electric Impulses.
5. Kalium merupakan bagian terbesar zat terlarut intrasel, sehingga berperan penting
dalam menahan cairan di dalam sel dan mempertahankan volume sel. Fungsi kalium
ini difasilitasi oleh pompa Na-K, dimana pompa ini penting dalam meregulasi
keseimbangan cairan tubuh dan mencegah terjadinya cell swelling. Jika natrium tidak
dipompa keluar, air akan terakumulasi di sel menyebabkan sel “membengkak” dan
akhirnya pecah.
berperan penting sebagai katalis dari berbagai macam enzim dalam tubuh.
8. Dikarenakan kalium bersifat basa, maka kalium juga berperan dalam menjaga
9. Bukti terbaru menyatakan bahwa intake kalium berperan dalam menurunkan tekanan
darah. Salah satu penjelasan yang mungkin bagi peran kalium ini adalah peningkatan
kalium akan berdampak pada peningkatan jumlah natrium yang diekskresi keluar
tubuh.
Gambar 4. Transelular shifts at acidosis and alkalosis
Sumber: Armin Schroll. Importance of magnesium for the electrolyte homeostasis - an overview. Deutsches
Herzzentrum München, KIinik für Herz- und Gefaßchirugie, Lothstr. 1 1, D-80335 München, Germany. Uploaded on
Walaupun hanya 2% total kalium tubuh (70-100 mEq) berada dalam kompartemen
ekstraselular, namun kalium ektraselular ini berperan penting dalam menjaga potensi
membrane sel. Hal ini penting bagi eksitasi elektrik sel (aktivitas otot dan sistem saraf).
Ekuasi Ernst, yang dapat digunakan untuk mengkalkulasi potensial membran, menunjukan
bahwa potensial membran adalah fungsi dari rasio kalium ektraselular terhadap konsentrasi
intraselular intestinal lebih dari 100 mEq/L, maka dapat dilihat bahwa perubahan kecil
Lebih jauh lagi, oleh karena dalam kuantitas kecil dari kalium normalnya berada dalam
cairan ektraselular, pembuangan dari ion kalium tambahan pada ektraselular dapat secara
signifikan mengubah konsentrasi kalium ektraselular dengan efek samping pada fungsi
neuromuskular.1,6
Konsentrasi kalium ektraselular, harus dijaga pada range yang sangat sempit.
Prinsip ini berlaku pada perubahan konsentrasi kalium akibat intake kalium sehari-hari.
Rata-rata input kalium per hari adalah sekitar 70-100 mEq. Untuk menjaga homeostasis
kalium (menjaga total kalium tubuh pada level normal dan konstan), maka 70-100 mEq
Dalam kondisi keseimbangan kalium netral, input kalium per hari sama dengan
laju ekskresi kalium per hari, yang dimana utamanya terdapat dalam urine. Hanya
sebagian kecil (± 10%) kalium yang diekskresikan melalui usus dan keringat.
Input Output
Mekanisme renal (external balance) yang berperan utama dalam eliminasi kalium
dari tubuh ini menggunakan sistem pump-leak kompleks yang melibatkan baik
mekanisme transport pasif maupun aktif (energy consuming enzyme Na+K+ATPase yang
memompa Na+ keluar dan K+ kedalam sel dalam rasio 3:2). Enzim Na+K+ATPase juga
terdapat di jaringan nonrenal (internal balance) yang penting dalam regulasi cepat
Dalam mekanisme keseimbangan internal, enzim ini dipengaruhi oleh banyak hormon,
Oleh karena makanan biasanya diasup dalam bentuk bolus, maka terdapat
pemasukan kalium yang signifikan secara tiba-tiba ke dalam tubuh. Jika kalium
dibiarkan berada pada ruang ektraselular, hiperkalemia beserta efek sampingnya pada
fungsi neuromuskular akan terjadi, maka diperlukan suatu proses untuk memindahkan
kalemia. Regulator utama pemasukan kalium menuju ruang intraselular setelah intake
a. Insulin
sel yang memfasilitasi uptake kalium di hati, lemak, otot skeletal, dan jantung.
kalium ke intrasel.
b. Katekolamin
adrenergic sehingga terjadi uptake kalium ke hati dan otot. Efek ini diperkuat oleh
cyclic adenosine monophosphate (cAMP) yang diaktivasi oleh enzim
Sumber: DeFronzo RA: Regulation of extrarenal potassium homeostasis by insulin and catecholamines. In Current Topics in Membranes
and Transport, vol. 28. Edited by Giebisch G. San Diego: Academic Press; 1987:299–329.
c. Aldosteron
d. Asam-basa
sebagai gantinya kalium keluar dari kompartemen intrasel. Namun kejadian ini hanya
berdampak kecil, dimana hanya merubah konsentrasi kalium ektraselular <1mEq/l.
dari ICF ke ECF. Proton memasuki sel, sedangkan ion inorganic yang impermeabel
tidak, sehingga terjadi peningkatan muatan positif di ICF. Peningkatan ini mendorong
pergerakan kalium ke luar sel. Karena ion organik (cont: laktat, ketoacid) lebih sulit
memasuki sel, maka peningkatan kalium serum (ECF) tidak terjadi pada asidosis
organik.
e. Tonisitas
meningkatkan konsentrasi kalium ECF melalui efek tarikan cairan. Pada kebanyakan
ekstraselular ini, namun ketika insulin tidak dapat ditingkatkan (DM tipe 1) atau
hiperglikemia terjadi secara cepat (cont. pada pemberian glukosa 50%), terjadi
lambat, dimana intake harian diekskresikan oleh ginjal dalam waktu lebih dari 24 jam.,
Ekskresi urinari kalium merupakan hasil dari perbedaan antara kalium yang
disekresi dan kalium yang direabsorbsi di nefron distal. Regulator utama dari
keseimbangan kalium eksternal, kalium plasma, difiltrasi secara bebas oleh membrane
glomerular. Lebih dari 50% kalium yang difiltrasi direabsorbsi kembali oleh tubulus
kontortus proximal (proximal convulted tubule) melalui jalur paraselular. Pada tubulus
Henle desensus konsentrasi kalium meningkat. Pada tubulus Henle asensus, kotransporter
Na-K-2Cl mereabsorsi kalium. Ketika cairan mencapai tubulus kontortus distal, hanya
collecting tubule oleh principal cell dan outer medullary collecting tubule. Kalium juga
Sumber: MacNight ADC: Epithelial transport of potassium. Kidney Int 1977, 11:391–397.
nonabsorbable pada cairan tubulus. Berikut akan dijelaskan faktor-faktor utama yang
sel principal. Akibat muatan negatif pada lumen tubular ini menghasilkan
peningkatan ekskresi kalium melalui saluran kalium apikal (renal outer medullary
tubulus distal. Sebagai tambahan, peningkatan pada flow rate tubular membantu
menjaga rendahnya konsentrasi kalium urin, yang mendorong pergerakan kalium dari
b. Mineralokortikoid
connecting tubule dan cortical connecting duct pada tubulus distalis. Hal ini
berdampak pada peningkatan atau penurunan kalium urin. Tergantung pada diet,
normal intake kalium dapat bervariasi antara 50-500 mEq/hari. Intake buah-buahan,
sayur, dan gandum mengandung banyak kalium, dan kebalikannya intake tinggi
d. Anion non-absorbable
hidroksibutirat) menjebak kalium yang tersekresi pada lumen tubulus dan membatasi
e. WNK kinase
meregulasi ekskresi kalium. WNK4 menurunkan aktivitas dari transport NaCl pada
tubulus distal dan menurunkan jumlah saluran kalium di cortical collecting tubule.
abnormalitasan dalam sekresi kalium di tubulus ginjal. Faktor utama yang menyebabkan
1) Penurunan GFR.
yang menjaga keseimbangan ekternal kalium hingga GFR benar-benar turun pada
level <20 ml per menit. Hal inilah yang menyebabkan mengapa kalium menjadi
elektrolit terakhir yang terganggu homesotasisnya pada penyakit gagal ginjal kronis.
proses autoregulasi untuk menjaga GFR agar stabil. Ketika GFR dijaga pada level
normal selama kondisi penurunan perfusi darah ginjal, sejumlah besar plasma yang
mencapai glomerulus menjadi diflitrasi oleh glomerulus, kondisi ini dikenal sebagai
peningkatan fraksi filtrasi, dimana fraksi filtrasi sama dengan GFR/aliran plasma
ginjal. Karena rate filtrasi glomerulus normal berkisar pada 120 ml per menit dan
aliran plasma normal berkisar pada 600 ml per menit, maka fraksi filtrasi normal
proses autoregulasi ini, plasma yang meninggalkan glomerulus pada arteriole eferen
Arteriole eferen sendiri akan menjadi kapiler peritubular yang mengelilingi tubulus
proksimal. Straling force pada kapiler ini, menurunkan tekanan hidrostatik dan
autoregulasi glomerulus. Hasil bersih (net result) dari peningkatan reabsorbsi tubulus
proksimalis ini adalah penurunan pengantaran natrium dan cairan tubulus ke nefron
distal, termasuk pada cortical collecting duct. Hal ini secara signifikan mengganggu
3) Defisiensi aldosteron atau resisten terhadap efek aldosteron pada level tubular.
yang disebabkan penurunan renin, sehinga menekan produksi angiotensi II, yang
menjadi stimulus primer bagi sekresi aldosteron di zona glomerulosa kelenjar adrenal.
Resistensi aldosteron biasanya terjadi pada kondisi yang mengakibat- kan
kerusakan langsung tubulus pada cortical collecting duct. Contoh yang paling sering
contoh: nefropati analgesic, nefritis alergi interstisial, polycystic kidney disease, dll.
4) Efek obat
Sekresi kalium oleh cortical collecting duct akan terganggu pada kondisi
defisiensi aldosteron, kondisi resistensi tubular terhadap efek aldosterone, atau oleh
produksi aldosteron adrenal. Antagonis reseptor beta-1 memiliki efek ringan dalam
Aldosteron juga dapat diinhibisi oleh obat-obatan yang mem-blok channel natrium di
D. HIPOKALEMIA
1. Definisi
dibawah 3.5 mEq/L yang disebabkan oleh berkurangnya jumlah kalium total di tubuh
atau adanya gangguan perpindahan ion kalium ke sel-sel. Penyebab yang umum adalah
karena kehilangan kalium yang berlebihan dari ginjal atau jalur gastrointestinal.
2. Etiologi
a. Deplesi Kalium
tubuh. Dalam keadaan normal, kalium total tubuh diperkirakan 50 mEq/kgBB dan
kalium plasma 3,5--5 mEq/L. Asupan K+ yang sangat kurang dalam diet
yang sesuai dengan mengurangi ekskresi K+, melalui mekanisme regulasi ini hanya
cukup untuk mencegah terjadinya deplesi kalium berat. Pada umumnya, jika asupan
asupan sampai <10 mEq/hari menghasilkan defisit kumulatif sebesar 250 s.d. 300
mEq (kira-kira 7-8% kalium total tubuh) dalam 7—10 hari4. Setelah periode tersebut,
kehilangan lebih lanjut dari ginjal minimal. Orang dewasa muda bisa mengkonsumsi
sampai 85 mmol kalium per hari, sedangkan lansia yang tinggal sendirian atau lemah
b. Disfungsi Ginjal
Ginjal tidak dapat bekerja dengan baik karena suatu kondisi yang disebut
Kehilangan melalui feses (diare) dan keringat bisa terjadi bermakna. Pencahar
dapat menyebabkan kehilangan kalium berlebihan dari tinja. Ini perlu dicurigai pada
pasien-pasien yang ingin menurunkan berat badan. Beberapa keadaan lain yang bisa
Diuretik boros kalium dan aldosteron merupakan dua faktor yang bisa
menguras cadangan kalium tubuh. Tiazid dan furosemid adalah dua diuretik yang
Hipokalemia bisa terjadi tanpa perubahan cadangan kalium sel. Ini disebabkan
intraseluler, antara lain beban glukosa, insulin, obat adrenergik, bikarbonat, dsb.
ke dalam sel otot. Sedangkan aldosteron merangsang pompa Na+/K+ ATP ase yang
berfungsi sebagai antiport di tubulus ginjal. Efek perangsangan ini adalah retensi
kadar K serum sebesar 0,2—0,4 mmol/L2,3, sedangkan dosis kedua yang diberikan
dalam waktu satu jam akan mengurangi sampai 1 mmol/L3. Ritodrin dan terbutalin,
yakni obat penghambat kontraksi uterus bisa menurunkan kalium serum sampai
serendah 2,5 mmol per liter setelah pemberian intravena selama 6 jam.
ATP ase. Hipokalemia berat hampir selalu merupakan gambaran khas dari keracunan
akut teofilin. Kafein dalam beberapa cangkir kopi bisa menurunkan kalium serum
sebesar 0,4 mmol/L. Karena insulin mendorong kalium ke dalam sel, pemberian
hormon ini selalu menyebabkan penurunan sementara dari kalium serum. Namun, ini
jarang merupakan masalah klinik, kecuali pada kasus overdosis insulin atau selama
Tidak mengherankan bahwa deplesi kalium sering terlihat pada pasien dengan
CHF. Ini membuat semakin bertambah bukti yang memberi kesan bahwa peningkatan
asupan kalium bisa menurunkan tekanan darah dan mengurangi risiko stroke.
namun tidak sesering pada pasien gagal jantung bendungan, sindrom nefrotik, atau
sirosis hati. Efek proteksi kalium terhadap tekanan darah juga dapat mengurangi
risiko stroke.
esensial. Sering terjadi salah tafsir tentang terapi ACE-inhibitor (misal Kaptopril).
Karena obat ini meningkatkan retensi kalium, dokter enggan menambah kalium atau
diuretik hemat kalium pada terapi ACE-inhibitor. Pada banyak kasus gagal jantung
bendungan yang diterapi dengan ACE-inhibitor, dosis obat tersebut tidak cukup untuk
jika ada hipokalemia pada pasien gagal jantung. Pada pasien ini dianjurkan untuk
mendapatkan kadar kalium serum yang rendah berkaitan dengan kematian kardiak
kalium harus dipikirkan untuk ditambah jika kadar serum antara 3,5--4 mmol/L. Jadi,
5. Derajat Hipokalemia
sedangkan hipokalemia berat didefinisikan sebagai kadar serum < 2,5 mEq/L.
Hipokalemia yang < 2 mEq/L biasanya sudah disertai kelainan jantung dan
mengancam jiwa.
a. CNS dan neuromuskular : Lelah, tidak enak badan, reflek tendon dalam
menghilang
e. Ginjal : Poliuria,nokturia.
7. Penatalaksanaan Hipokalemia
perlu disingkirkan dulu faktor-faktor selain deplesi kalium yang bisa menyebabkan
kehilangan tidak rumit, tidak ada rumus baku untuk menghitung jumlah kalium
mmol per hari dan pasien dianjurkan banyak makan makanan yang mengandung
kalium. KCL oral kurang ditoleransi pasien karena iritasi lambung. Makanan yang
serum > 2 mEq/L, maka kecepatan lazim pemberian kalium adalah 10 mEq/jam
0,5—1 mEq/kg/dosis dalam 1 jam. Dosis tidak boleh melebihi dosis maksimum
dewasa.
Pada kadar < 2 mEq/L, bisa diberikan kecepatan 40 mEq/jam melalui vena sentral
dan monitoring ketat di ICU. Untuk koreksi cepat ini, KCl tidak boleh dilarutkan
KCL biasa digunakan untuk menggantikan defisiensi K+, karena juga biasa
Jika penyebabnya diare kronik, KHCO3 atau kalium sitrat mungkin lebih
sesuai.
Terapi oral dengan garam kalium sesuai jika ada waktu untuk koreksi dan
d. Kalium iv
KCl sebaiknya diberikan iv jika pasien tidak bisa makan dan mengalami
hipokalemia berat.
Secara umum, jangan tambahkan KCl ke dalam botol infus. Gunakan sediaan
Infus yang mengandung KCl 0,3% dan NaCl 0,9% menyediakan 40 mmol K+
Volume besar dari normal saline bisa menyebabkan kelebihan beban cairan.
Jika ada aritmia jantung, dibutuhkan larutan K+ yang lebih pekat diberikan
Diet yang mengandung cukup kalium pada orang dewasa rata-rata 50-100
mEq/hari (contoh makanan yang tinggi kalium termasuk kismis, pisang, aprikot,
8. Prognosis
kadar kalium secara drastis dapat menyebabkan masalah jantung yang serius yang
KESIMPULAN
praktik klinik, dan bisa mengenai pasien dewasa dan anak. Berbagai faktor penyebab
perlu diidentifikasi sebagai awal dari manajemen. Pemberian kalium bukanlah sesuatu
yang perlu ditakuti oleh para klinisi, seandainya diketahui kecepatan pemberian yang
aman untuk setiap derajat hipokalemia. Pemberian kalium perlu dipertimbangkan pada
1. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, et al, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Edisi Keenam. 2014.
2. Zwanger M. Hypokalemia. Available at:
http://emedicine.com/emerg/topic273.html. Accessed on October 1st 2012.
3. Sriwaty A. Prevalensi dan Distribusi Gangguan Elektrolit Pada Lanjut Usia.
Available at: http://eprints.undip.ac.id/22684/1/Sriwaty.pdf. Accessed on October
2nd 2012.
4. Daryadi. Hiperkalemia dan Hipokalemia. Available at:
http://nsyadi.blogspot.com/2011/12/hiperkalemia-dan-hipokalemia.html.
Accessed on October 3rd 2012.
5. Cohn JN, Kowey PR, Whelton PK, Prisant LM. New Guidelines for potassium
Replacement in Clinical Practice. Arch Intern Med 2000;160:2429-2436.
6. Price & Wilson. Gangguan Cairan & Elektrolit. Patofisiologi Vol.1. 6th ed.
Jakarta: EGC; 2006; p. 344.
7. Halperin ML, Goldstein MB. Fluid Electrolyte and Acid-Base Physiology. A
problem-based approach. WB Saunders Co. 2nd ed., p 358
8. David C. Hypokalemia. Available at:
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000479.htm. Accessed on
October 3rd 2012.