1
PORFIRIN
Seperti yang sudah kita ketahui bahwa asam amino
merupakan ‘pre’ banyak senyawa kompleks nitrogen yang
penting dalam fungsi fisiologis. Porfirin merupakan salah satu
dari kompleks tersebut yang merupakan senyawa siklik untuk
membentuk heme dan klorofil.
Struktur Porfirin :
Senyawa siklik berupa 4 cincin pirol yang digabung lewat
jembatan metenil ( -HC= )
Sifat khas: pembentukan komplek dengan ion logam
pada atom N cincin pirol (heme: logam Fe)
2
1). Biosintesis Heme (Dari : Porfirin + Fe)
3
3. Terbentuk ALA ( amino levulinat) meninggalkan
mitokondria secara difusi pasif
4. Dua -aminolevulinat dengan enzim ala dehidratase
membentuk porfobilinogen.
4
sitosol 2 molekul ALA berkondensasi dan mengalami reaksi
dehidrasi membentuk porfobilinogen/PBG yang dikatalisis
oleh ALA dehidratase.
5
4 molekul PBG berkondensasi membentuk hidroksi metil
bilana, suatu tetrapirol linier oleh enzim uroporfirinogen I
sintase atau disebut juga PBG deaminase kemudian terjadi
reaksi siklisasi spontan membentuk uroporfirinogen yaitu
suatu tetrapirol siklik. Pada keadaan normal uporfirinogen I
sintase adalah kompleks enzim dengan uporfirinogen III
kosintase, sehingga kerja kedua kompleks enzim tersebut
akan membentuk uporfirinogen III yang mempunyai susunan
rantai samping asimetris.
Rangka porfirin sekarang telah terbentuk, uporfirinogen III
mengalami dekarboksilasi membentu koproporfirinogen III
dengan melepas 4 molekul CO 2 hingga rantai samping asetat
pada uporfirinogen menjadi metil, reaksi ini dikatalisis oleh
uporfirinogen dekarboksilase. Hanya koproporfirinogen III
yang dapat masuk ke mitokondria dan mengalami
dekarboksilasi serta oksidasi membentuk protoporfirinogen
III oleh enzim koproporfirinogen oksidase, dimana dua rantai
samping propionat koproporfirinogen menjadi vinil.
Protoporfirinogen III dioksidasi menjadi protoporfirin III oleh
protoporfirinogen oksidase yang memerlukan oksigen.
Protoporfirin III diidentifikasi sebagai isomer porfirin seri IX
dan disebut juga dengan protoporfirin IX.
Penggabungan besi (Fe 2+) ke protoporfirin IX dikatalisis oleh
Heme sintase atau Ferro katalase dalam mitokondria akan
membentuk heme.
6
Panjangnya ya guys, ini sama dr. Nur Shani Meida dikasih
ringkasan
Langkah Pembentukan Enzim Hasil Kelainan
Nah yang di atas kan adalah proses yang normal, lalu apa
yang akan terjadi apabila biosintesis tersebut terganggu? Ya,
dapat terjadi profiria.
7
Porfiria
Porfiria merupakan penyakit turunan atau bisa berupa
penyakit yang didapat oleh defisiensi salah satu enzim pada
jalur biosintesa heme dan mengakibatkan penumpukan dan
peningkatan porfirin atau prazatnya dijaringan atau di dalam
urine. Kelainan ini jarang dijumpai tapi perlu dipikirkan dalam
keadaan tertentu misalnya sebagai diagnosa banding pada
penyakit dengan keluhan nyeri abdomen, fotosensitivitas,
dan pskiatri. Porfiria dikelompokkan menjadi 3 golongan:
a. Porfiria eritropoetik
b. Porfiria hepatik
c. Protoporfiria (gabungan)
Terapi yang dapat diberikan hanyalah bersifat simptomatik
karena terapi kausal yang bersifat masih sulit dikerjakan. Obat
yang dapat dipakai dan beberapa tindakan yang dianjurkan
seperti misalnya hindari prepaeat atau .obat yang
merangsang aktivitas sitokrom P- 450 seperti obat anastesia,
alkohol, steroid, dan lain – lain. Hindari juga zat – zat toksik
penyebab polifiria
^ Gejala porfiria :
Nyeri abdomen
Muntah
Konstipasi
Kelainan kardiovaskuler
Fotosensitivitas
8
Jadi, gejala dari porifiria ini lebih kepada traktus digestivus,
kardiovaskuler dan fotosensitif (kulit).
9
2). Katabolisme Heme (Dari : Pigmen empedu + Fe)
10
Gambar diatas juga menjelaskan bagaimana heme akan
berubah menjadi bilirubin namun secara lebih rinci. Pertama-
tama heme dengan bentuan heme oksigenase serta NADPH
akan membentuk Biliverdin (pigmen hijau yang larut dalam
air. Pada gambar diatas terdapat huruf M V M P P M M V
yang berarti Metil, Venil, Metil, Propionil, dst. Ini merupakan
sinyal yang tersubtitusi pada heme). Selanjutnya, dari
Biliverdin akan berubah menjadi Bilirubin dengan bantuan
biliverdin reduktase dengan bantuan NADPH. Subtitusinya
juga masih sama yakni M V M P P M M V. Jadi, singkatnya
Heme akan didegradasi mejadi biliverdin, kemudian diubah
menjadi bilirubin.
11
Selanjutnya bilirubin akan proses dihati (Katabolisme
Bilirubin), yang akan dijelaskan dengan gambar dibawah ini.
12
II. Konjugasi untuk menjadi senyawa yang lebih polar
Setelah masuk ke hati, bilirubin indirect akan dikonjugasi,
ditambahkan asam glukoronat (UDP- Glukonorat/ UDP-
GlcUA). Konjugasi adalah proses membuat senyawa yang
awalnya non-polar berubah menjadi senyawa polar
(bermuatan pada kutubnya) supaya dapat larut dalam air.
13
akan disekresikan menuju ke saluran empedu, selanjutnya
akan diubah menjadi urobilin, kemudian diubah lagi sampai
menjadi sterkobilin. gangguan dalam proses sekresi pada hati
menuju ke saluran empedu namanya adalah Dubin-Johnson
Syndrome, Rotor's Syndrome.
Jadi, gangguan ikterik itu bisa disebabkan karena (prehepatik)
uptakenya, (hepatik) proses di dalam hatinya atau juga bisa
post hepatik (saluran empedu).
Dari penjelasan di atas, kini kita sudah mengetahui ada dua
jenis bilirubin, yaitu:
a. Bilirubin tak terkonjugasi (indirect) : tidak larut dalam air,
sebelum masuk ke dalam hepar
b. Bilirubin terkonjugasi (direct) : larut dalam air, setelah
dikonjuasi di dalam hepar
Jadi, ikterik itu bisa disebabkan oleh bilirubin indirect dan
bilirubin direct.
14
3). Kimia darah fungsi hati
15
4) Gangguan katabolisme heme
Kenaikan bilirubin indirect dapat mengakibatkan :
Anemia hemolitik
Ikterus fisiologis neonatorum, karena hemolisis yang
cepat (hepar immatur), dapat mengakibatkan
ensefalopati toksik (kernikterus) jika kadar bilirubin > 20-
25 mg%.
Ikterus nonhemolitik kongenital (sindroma Crigler-Najjar
tipe I) karena tidak ada aktivitas UDP glukoronil
transferase.
Sindroma Crigler-Najjar tipe II, lebih ringan, bereaksi
dengan fenobarbital dosis tinggi
Penyakit Gilbert terdapat gangguan klirens hepatik
bilirubin
Hiperbilirubinemia toksik karena kloroform, CCl4,
asetaminofen (e.g parasetamol), virus hepatitis, sirosis,
dan keracunan jamur amanita.
Kenaikan bilirubin direct dapat mengakibatkan :
Obstruksi percabangan saluran empedu. Contohnya
ikterus kolestatik, defek sekresi (sindrom Dubin -
Johnson), defek pengangkutan (sindroma Rotor).
Terapi :
Luminal/fenobarbital (menginduksi UDP glukoronil
transferase)
16
Fototerapi (meningkatkan ekskresi hepatik bilirubin
indirek). Kalau orang jaman dahulu biasanya
"menjemur" bayinya dibawah matahari. Kalau sekarang
sudah ada alat canggih yakni dengan memasukkan bayi
ke suatu kotak lalu diberikan penutup mata, selanjutnya
diberi cahaya. Seperti gambar dibawah ini.
17
5). Biosintesis & Katabolisme heme
18
LATIHAN SOAL
1. Organ yang berperan sangat penting dalam
metabolisme porfirin…
2. Mineral yang berperan dalam metabolisme porfirin…
3. Jumlah struktur pirol pada porifirin…
4. Asam amino yang berperan dalam proses
metabolisme porfirin…
5. Enzim pengatur pada proses biosintesis porfirin…
6. Langkah pertama pada proses biosintesis porfirin…
7. Langkah terakhir pada proses biosintesis porfirin…
8. Kelainan uroporifin disebabkan oleh…
9. Sebutkan gejala porifiria !
10. biliverdin diubah menjadi bilirubin dengan bantuan…
11. Kelainan yang ditandai dengan naiknya bilirubin
indirect saja…
12. Pigmen empedu yang dikeluarkan lewat urin…
*maaf latihan soalnya essay karena soal dari dr. Meida tidak
boleh di copy dan editor tidak sempat memfoto ^^
Kunci Ja wa ba n
1.Hepa r 7. Pema sukan besi
2.Fe 8. Uropori firinogen s intase
3.4 ci nci n pirol 9. Nyeri a bdomen, muntah, konstipasi,
4.Gl i sin kel ainan kardiovaskuler, fotosensitivitas.
5.Al a s intase 10. Bi l iverdin reduktase
6.Pembentukan unit pirol 11. Gl i berts' disease
monomer 12. Urobi lin
19
20
Biliary tract, Gall Bladder, and Bile Duct
Apakah yang akan kita pelajari dari judul diatas, so... ini adalah
mindmap nya. Keep reading ya.. Untuk memudahkan belajar,
sambil dibuka-buka lagi SOBOTTA nya guys
Metode
pemeriksaan
Biliary tract
Gangguan kantung
dan saluran empedu
Diskusi kasus
21
Anatomi dari sistem empedu
Liver dan sistem empedu
22
Saluran empedu ekstrahepatik terdiri dari :
1. bifurkasi dari saluran hati kiri dan kanan
2. saluran hepatik umum
3. saluran empedu, dan
duktus sistikus
4. kandung empedu.
23
Transportasi Empedu
24
dari aksis seliak dan terletak di sepanjang arteri
hepatica. Sensasi nyeri diperantarai oleh serat viseral,
simpatis. Rangsangan motoris untuk kontraksi
kandung empedu dibawa melalui cabang vagus dan
ganglion seliaka.
CALOT TRIANGEL
25
Papilla vateri (tonjolan ampula Vateri, tempat bermuaranya
getah empedu dan pancreas kedalam duodenum. Melalui
papilla, empedu dan pankreas berhasil mengalir ke usus.
Ikterus obstruktif atau pankreatitis akan terjadi ketika papilla
Vater diblokir oleh batu dan tumor.
26
Variasi anatomi gallbladder
Agenesis kantong empedu sangat langka, dengan prevalensi
0,03-0,07 persen.
Kandung empedu ganda terjadi pada sekitar 0,03 persen,
biasanya dengan saluran cyctic , dan kandung empedu
aksesori sering sakit.
27
Keterangan gambar :
A. anatomi yang khas pada pertemuan antara cabang
biliary
B. Trifurcation kiri, anterior kanan, dan kanan saluran
hati posterior
C, drainase menyimpang dari anterior kanan
(C1) atau posterior (C2) sektoral duktus hepatik ke
saluran hepatik umum. DF, variasi kurang umum
dalam anatomi duktus hepatik.
Metode pemeriksaan :
Ultrasonography (B-US)
CT, Computed Tomographic
Magnetic Resonance Cholangiopancreatography
Endoscopic Retrograde Cholangopancreatography
28
Percutaneous Transhepatic Cholangiography
T-tube cholangiography
Radiographs
Intraoperative cholangiography
Endoscopic ultrasound
1. Ultrasonography (B-US)
Ultrasonografi (USG) adalah sebuah metode untuk
memvisualisasikan bagian-bagian internal tubuh atau janin
dalam rahim, dengan menggunakan gelombang suara
ultrasonik, yaitu gelombang suara yang memiliki frekuensi
sangat tinggi (250 kHz – 2000 kHz).
29
2. CT-Scan
Pemindai CT-scan atau CT-scanner (computerized
tomography scanner) adalah mesin sinar-x khusus yang
mengirimkan berbagai berkas pencintraan secara bersamaan
dari sudut yang berbeda.Berkas yang telah melewati jaringan
kurang padat seperti paru-paru akan menjadi lebih kuat,
sedangkan berkas yang telah melewati jaringan padat seperti
tulang akan lemah.
Batu empedu dapat dilihat pada CT, tetapi tidak
digunakan terutama untuk tujuan ini.
CT dapat digunakan dalam situasi di mana USG -- sulit
seperti pada pasien obesitas. Hal ini juga dapat digunakan
jika USG tidak definitif.
30
3. MRCP
MRCP adalah Magentic Resonance
cholangiopancreatography ( pemeriksaan kandung empedu
dan saluran2nya dengan menggunakan medan magnet )
Radiologist mengemukakan mengenai indikasi,
metode, dan keunggulan MRCP dan MRI liver sebagai
alternatif pemeriksaan untuk penderita dengan kelainan di
bidang gastroenterologi dan hepatologi.
MRCP menjadi teknik pencitraan yang lebih layak,
teknologi MRI membaik. Namun, CT dan USG yang lebih
cepat, lebih mudah, dan lebih mudah tersedia, sehingga
mereka digunakan lebih sering daripada MRCP.
MRCP yang muncul sebagai alat baru untuk evaluasi non-
invasif pankreas dan sistem duktus bilier.
MRCP secara bertahap menggantikan PTC dan ERCP
untuk tujuan diagnostik.
31
32
4. ERCP
33
jika tidak, instrumen juga dapat dimasukkan melalui
teropong untuk menghapus batu, masukkan stent,
biopsi jaringan, dan perawatan lainnya.
34
Batu besar itu menarik keluar dari CBD (Common Bile
Duct) selama ERCP tampil.
35
5. PTC (Percutaneous Transhepatic Cholangiography
36
6. T-tube cholangiography
Pasca operasi
Injeksi media kontras melalui kateter T-tabung
ditempatkan di CBD
Cara mudah untuk menunjukkan apakah ada batu yang
tersisa atau penyempitan.
7. Radiograf
Teknik lama digunakan di masa lalu, banyak digantikan
oleh USG dan MRCP.
Dapat digunakan untuk memvisualisasikan batu kalsifikasi
dengan x-ray film perut.
Ini adalah teknik pencitraan yang digunakan di masa lalu,
namun telah banyak digantikan oleh USG. Dapat digunakan
untuk memvisualisasikan batu kalsifikasi, kolesistitis
emphysematous (gas dalam dinding kandung empedu),
fistula empedu (gas dalam sistem empedu), atau kandung
empedu porselen.
37
Gangguan empedu
o kolesistitis akut
o Batu kandung empedu dan lumpur
o hiperplasia Adenomyomatous
o polip kandung empedu
o karsinoma kandung empedu
38
o Calculous cholecystitis: over 90%
o Manifestasi klinik :
-- nyeri di kuadran kanan atas
-- Menjalar ke bahu kanan dan punggung
--mual dan muntah
--demam dan dingin
-- nyeri tekan di perut
--Murphy's sign (+)
39
Acute Cholecystitis: CT
CT kurang akurat yang B-AS untuk kolesistitis akut. Itu berarti
bahwa B-AS adalah pilihan pertama untuk Kolesistitis akut.
temuan CT dalam kolesistitis akut meliputi: dinding Kandung
empedu penebalan, subserosa edema, distensi Kandung
empedu, cairan pericholecystic, Batu empedu dan
peningkatan dinding kandung empedu.
40
Sludge
41
o Gallblader polip
42
Gallbladder-Adenomyomatosis
43
Mirrizzi syndrome
44
Open Cholecystectomy
Kasus pertama
dilakukan pada
tahun 1882
Salah satu metode
yang aman dan
efektif
Visualisasi
langsung dan
palpasi.
Laparoscopic Cholecystectomy
45
Gallbladder Carcinoma
Kanker kandung empedu jarang terjadi. Ketika kanker
kandung empedu ditemukan pada tahap awal, peluang
kesembuhan sangat baik. Tetapi kebanyakan kanker
kandung empedu ditemukan pada tahap akhir, ketika
prognosis seringkali sangat buruk. Kanker kandung empedu
sulit untuk didiagnosis karena seringkali tidak menyebabkan
tanda-tanda atau gejala spesifik. Juga, lokasi kantong
empedu yang tersembunyi membuatnya lebih sulit
terdeteksi.
46
Karsinoma kandung empedu dikaitkan dengan batu lebih
dari 90%
Prefalensi seorang wanita untuk rasio laki-laki dari 3: 1
Beberapa pasien didiagnosis sebelum operasi.
47
48
Quizzzz : Invasi langsung dari hati kanker kandung empedu
pada wanita 66 tahun
Harus membedakan kanker kandung empedu dari kolesistitis
akut
T?? M N?
Treatment :
49
Akut Cholangitis supuratif obstruktif (AOSC)
KHOLANGITIS (Peradangan saluran empedu)
50
Treatment :
Koreksi keseimbangan cairan dan asam-basa
Pemberian sistemik antibiotik
Pengobatan anti-shock. Tiriskan saluran empedu: ERCP atau
PTCD (Percutaneous Transhepatic Cholangiodrainage)
operasi darurat
Choledocholithiasis/Hepatolithiasis
CT
menunjukkan
beberapa
batu di
saluran
empedu hati
51
Choledocholithiasis/Hepatolithiasis
Choledochal cysts
52
tipe 1 - kistik atau fusiform pelebaran saluran empedu
ekstrahepatik. App kejadian sebesar 79%.
53
Type III - choledochocele dari intraduodenal saluran empedu
ber dilatasi. App kejadan 4%
54
Type V – pembesaran intrahepatic (4,6%) {caroli’s disease}/
app. Kejadian tipe V : 1%
Choledochal cysts
CT MRCP
55
Kanker saluran empedu :
Cholangiocarcinoma
Pancreatic and ampullary tumours
Cholangiocarcinoma
56
Small hilar cholangiocarcinoma (Arrowhead) producing
obstruction of the right posteral sectoral duct (Short arrow).
Right anterior sectoral duct (long arrow) and left hepatic duct.
(A) Thick oblique coronal MRCP. (B) Axial portal phase CT (C)
Longitudinal US. (D) Transverse color Doppler US (Open arrow,
normal left portal vein).
57
Klasifikasi bismuth
58
Quizz :
type ?
Treatment :
Lesi distal biasanya
diobati dengan
Whipple
Lesi intrahepatik
diperlakukan dengan
reseksi hati
59
Typical operation II: Whipple
Before after
Kepala pankreas, seluruh duodenum, sebagian dari jejunum,
ketiga distal lambung, dan bagian bawah saluran empedu yang
dipotong, biasanya untuk menghilangkan obstruksi yang
disebabkan oleh tumor. Kontinuitas dibangun kembali antara
sistem empedu, pankreas, dan GI
5. Diskusis kasus
Pasien wanita 42 tahun dirawat di IGD karena mengalami
sakit perut bagian atas terjadi terulang selama 2 tahun dan
memburuk selama tiga hari.
Dengan mual, muntah, dingin dan demam. Suhu tertinggi
mencapai 39,5 ℃. Dia juga menemukan urin gelap dan kulit
berubah menjadi kuning.
60
PE: BP 85/52 mmHg. Bernoda kuning ditemukan pada kulit
dan sclera.
Tes gambar :
B-US (pilihan pertama. Mengapa?)
MRCP
CT
61
Laboratory test:
--BRT: WBC 23.4*10E9 Neuophil 94% Hgb 95g/l
--Liver function: ALT 154 U/l TB/DB 194/153 mmol/l
--Serum Amylase : Normal
Imaging test:
--MRCP
Diagnosis : AOSC , shock septic.
Treatment :
Pengobatan anti-shock
obat antibiotik
Drainase: ERCP darurat dilakukan dan ENBD ditempatkan
62
CT scan menunjukkan beberapa batu di CBD dan saluran hati.
Kateter dapat dilihat.
63
HERNIA
dr. Nurcahya Setyawan, Sp.B(K-BD)
Editor - GE : Ojan dan Nadia - Irfan
64
Hernia merupakan tonjolan dari organ intraperitonial yang
keluar dari rongga perut melalui suatu lubang dan masih
diliputi oleh peritoneum.
65
Btw, nama hernianya itu tergantung tempat
nonjolnya yah, misal hernia diafragmatica, berarti
hernia itu nonjol dibagian atas (diafragma).
Patologi Anatomi
66
Hernia Direct itu dia langsungan, tanpa melewati
‘terowongan’. Misalnya pada hernia inguinalis medialis.
Kalau Hernia Indirect itu dia melalui ‘terowongan’ dulu. Btw,
terowongan itu maksudnya yang melewati kanal kanal gitu ya.
67
10. Segitiga HASSELBACH, dibentuk oleh bagian medial:
tepi leteral musk.rektus, bg. lateral Vasa epigastrika
inferior dan bg. bawah: lig.Inguinal. Ini merupakan
tempat keluarnya hernia ing. Medialis.
11. Anulus femoralis, tempat keluarnya hernia
femoralis.yang menuju fossa ovalis.Anulus(kanalis) ini
dibentuk oleh : lig. Inguinalis lig.lacunare Gimbernati,
fascia pectinea dan vasa femoralis.
12. Nervus ileo hipogastrika (T12,L1) dan ileo
inguinalis(L1).
68
Gambar diatas kan ada segitiga hitam, itu merupakan segitiga
Hasselbach.
69
Gambar diatas urutan penjelasannya searah jarum jam ya, jadi
:
Gambar 1 : Hernia inguinalis lateralis
Gambar 2 : Hernia inguinalis medialis
Gambar 3 : Segitiga Hasselbach
Gambar 4 : Anulus Internus
70
Embriologi Hernia Inguinalis Lateralis :
71
keterangan :
a. Bentuk normal
b. Scrotal hydr.
c. Encyst hydr.
d. Incomplete hernia
e. Complete hernia
72
Nih gambarnya :
PENYEBAB HERNIA
1. Kongenital
- Hernia inguinalis lateralis
- Hernia umbilikalis
- Hernia foramen Bochdalek
2. Acquired
- Hernia sikatrikalis
- Hernia inguinalis medialis
- Hernia femoralis
- Hernia obturatoria, dll.
73
- Ascites
- Kerja berat
2. Kelemahan otot dinding abdomen, karena :
- Obesitas
- Kakeksia
Tes Valsava :
74
Pemeriksaan Status Lokalis
Posisi berbaring,bila ada benjolan masukkan dulu (biasanya
oleh penderita).
ZIEMAN TEST :
hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan. Penderita
disuruh batuk bila rangsangan pada :
jari ke 2 : Hernia inguinalis lateralis
jari ke 3 : hernia inguinalis medialis
jari ke 4 : hernia femoralis
75
Pemeriksaan Finger Test
76
Pemeriksaan Thumb Test
Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh
mengejan.
Bila keluar benjolan berarti :
Hernia inguinalis medialis
Bila tidak keluar benjolan berarti :
Hernia inguinalis lateralis
Differential Diagnosis
77
Varikokel (biasanya kiri)
Tumor testis, orchitis.
Kriptorkhismus.
Pengobatan
78
79
Teknik Hernioplasty cara Shouldice
80
Prolene mesh dipasang untuk menutup Segitiga Hasselbach an
mempersempit anulus internus. Pemangasan Mesh ini punya
kerugian yaitu menimbulkan rasa nyeri.
81
Hernia Inguinalis Medialis
Faktor penyebab ialah tekanan intra peritoneal meningkat dan
kelemahan dinding perut. Tanda tanda klinis :
Bentuk benjolan oval tidak (jarang) sampai skrotum.
Benjolan keluar masuk dengan mudah.
Jarang didapat pada wanita atau anak anak.
Sering terjadi pada orang tua (diatas 40 tahun).
Biasanya bilateral.
Benjolan keluar melalui Segitiga Hasselbach,langsung
melalui anulus eksternus.
Jarang terjadi Inkarserata
82
Pembedahan Hernia Inguinalis Medialis
Hernia Femoralis
Frekwensi : wanita lbih banyak dari laki laki.
Predisposisi : banyak anak, berat badan turun, dan tonus otot
menurun.
Gejala klinis :
Wanita lebih banyak dari cowok ( 3 : 1 )
Bentuk bulat dibawah ligamentum inguinale disebelah
medial dari vasa femoralis.
Benjolan melalui anulus femoralis menuju fossa ovalis.
83
Sering terjepit (inkarserata) karena cincin hernia keras
yaitu Lig.inguinale , Lig.lacunare gimbernati, vasa
femoralis dan fascia pektinea.
84
85
86
Diagnosa Banding
hernia ing.lateralis atau medialis
varises vena saphena
limfadenopati
lipoma.
Terapi
Sebaiknya operasi karena sering inkarserata. Tehnik operasi
melalui inguinal atau dapat pula melalui femoral atau
kombinasi kedua nya.
Operasi Hernia Femoralis
87
HERNIA UMBILIKALIS
88
Hernia Umbilikalis Dewasa, gejalanya antara lain :
Mual mual dan kadang muntah.
Nyeri di perut bagian atas.
Benjolan berbentuk bulat, isi kantong omentum,
lobulated seperti lipoma.
Kadang mengalami inkarserata.
89
Hernia Epigastrikalis
90
Hernia Sikatrialis
Faktor penyebab :
o umur (tua)
o keadaan umum jelek,
o obesitas
o infeksi
o ascites
o tekanan intra abdomen meningkat
o kesalahan operator, pemilihan bahan jahitan.
Hernia Ventralis
91
Hernia Obturatoria
92
Hernia Hiatal
Ada 3 tipe :
(1). Sliding, yaitu bagian distal oesofagus dan cardia masuk
kerongga toraks
(2). Paraosopageal.
Defek pada paraosoppageal membran sehingga
lambung menonjol ketoraks
(3). Kombinasi keduanya.
93
Diagnosis
Chest X ray : air fluid level dibelakang mediastinum
pada foto lateral.
Barium swallow ( intake ).
Osofagogastro duodenoskopi.
Manometri dari osofagus.
Terapi
Operasi mengembalikan lambung dan esofagus distal
kedalam abdomen.
Menutup defek ( lubang hernia )
Pencegahan refluks dengan melakukan tindakan
NISSEN atau D. OR. yaitu funduplikasi ( plikasi fundus
lambung melingkari esofagus ).
94
Komplikasi Hernia
1. Irreponible (Irreducable)
hernia yang isi kantong tidak dapat kembali tanpa
adanya gangguan pasase dan atau vaskuler.
Hernia ini tidak bisa dimasukkan pake tangan atau jari.
2. Inkarserata
irreponible dimana isi kantong terjepit pada daerah
cincin hernia sehinnga terjadi gangguan pasase dan atau
vaskuler.
Ususnya terjepit dan jepitannya itu mengganggu pasase
usus
3. Strangulata
irreponible disertai gangguan (terjepit) sehinnga terjadi
ischemi dengan gejala nyeri didaerah benjolan,keme
rahan, kadang isi kantong nekrose.
Ada gangguan dari vaskularisasi, pembuluh darah
terjepit, dan ada rasa nyeri banget.
95
Gambar kanan atas merupakan hernia yang strangulata
Gambar kiri bawah merupakan hernia yang inkarserata.
Keduanya bisa terjadi, usus yang masuk banyak dan
mesenteriumnya kejepit.
96
Istilah Pada Hernia
97
Hernia Richter :
Hernia Litre :
98
Maydel Hernia atau W Lis
99
Repositionn en Mass
100
*pada saat mau dioperasi, kalau hernianya masuk
lagi, mending ditunggu. Kalau operasinya tetep
dilanjutin tanpa nunggu hernianya nongol lagi, nanti
bakal kesusahan nyari tempat hernianya itu. Dan
resikonya nanti malah jadi peritonitis*
101
Pathology of the liver
hepatitis-liver cirrhosis –hepatocellular carcinoma-
gall bladder-pancreas
Dr. dr. Harijadi, Sp. PA (K)
Editor – GE : Hendrian dan Afif - Irfan
102
SEKARANG KITA AKAN MEMBAHAS PENYAKIT YANG
BERKAITAN DENGAN HATI, KANTUNG EMPEDU, DAN
PANKREAS. AYO DIBACA YA SHOHABAT…..
103
hati. Untuk hepatitis sebagian penderita akan sembuh
setelah infeksi akut, dan sebagian lagi akan berkembang
menjadi hepatitis kronis (biasanya hepatitis B, dan C). Untuk
pemakaian obat obatan bisa menimbulkan drug induced
hepatitis, sedangkan alcohol, diabetes, obesitas akan
menimbulkan steato hepatitis (dibagi 2 yaitu ASH (alcoholic
steato hepatitis), dan NASH (non steato alcoholic hepatitis)).
Proses ini bila berjalan menahun akan menyebabkan
degenerasi sel hati atau nekrosis, yang kemudian akan
digantikan oleh jaringan ikat atau kita mengenalnya dengan
nama fibrosis. Fibrosis yang berkepanjangan akan
menyebabkan sirosis, yaitu hati menjadi keras, dan
mengkecil. Dan setelah terjadi sirosis dapt berkembang
menjadi kanker hati.
104
apoptotic tersering pada hepatitis virus
coagulative
Zonal adalah nekrosis sel hati yang terjadi pada
region region yang identic pada semua lobules.
Penyebabnya dapat berbeda beda pada setiap
lobules. Dibagi berdasarkan gambaran lobulus hati:
centrizonal = mengelilingi vena sentralis
Penyebabnya:
Hepatitis virus
Keracunan tetraklorida
Kloroform
midzonal = di tengah vena sentralis
Jarang ditemukan.
Timbul gejala demam dan icterus.
Periferpiece meal nekrosis (hanya di perifer)
tepatnya di sekeliling traktus porta
Terjadi pada:
Eklampsia (Kejang karena hipertensi)
Keracunan fosfor
Bridging Hepatic Nekrosis, jika cukup luas
menjadi bridging hepatic necrosis
(menghubungkan 2 lokasi di hati)
Tepatnya nekrosis yang menghubungkan daerah
porta dengan vena sentralis
Massive = seluruh lobules nekrosis :
Nekrosis Masif ditandai dengan pengecilan hati
mendadak, tampak lunak, kuning dan membubur
dengan kapsul mengkerut (atrofi kuning akut). Biasa
disebabkan oleh hepatitis B dan C.
105
submassive adalah nekrosis sel hati yang melewati
batas lobules.
Panacinar: terjadi pada hepatitis akut
Terminologi: acini (lobulus yang menyeluruh)
panlobular = hampir pada seluruh lobules sel
mengalami nekrosis.
HEPATITIS
Definisi hepatitis = Kelainan radang difus disertai
nekrosis pada seluruh jaringan hati
Cedera hati akibat infeksi virus hepatotrofik (virus
yang hanya menginfeksi hepar) sangat beragam dari
bentuk sangat ringan sampai fulminan
Biopsi hati dengan jarum sepanjang 1,5 cm hanya
menggambarkan 1/100.000 jaringan hati sehingga
terkadang gambaran biopsy tidak sesuai dengan
106
gambaran serologisnya. diagnosa harus ditegakkan
dengan melihat gambar klinik dan serologis
Umumnya status klinik & serologik berkorelasi, tetapi
tidak selalu dengan gambaran hasil biopsy. Kenapa?
Karena tadi sudah dijelaskan berbagai macam tipe
Nekrosis, ada yang menyeluruh dan sebagain. Karena
biopsy hati hanya mengambil sample di daerah
tertentu, bisa saja sample itu bagian sel hati yang
normal.
VIRAL HEPATITIS
Jenis virus yang menginveksi antara lain, virus
Hepatotrofik: hepatitis A,B,C,D,E,F,G,H,
Non-Hepatotrofik: CMV (citomegalo virus), EBV
(eppstein barr virus)
Hepatitis B dan C biasanya bisa berkembang menjadi
hepatitis kronik
Hepatitis D biasanya terjadi bersama (koinfeksi)
dengan hepatitis B. Artinya bila terkena hepatitis D,
berarti PASTI hepatitis B. TAPI bila hepatitis B, TIDAK
PASTI hepatitis D.
Pada jaman dosennya masih kuliah adanya adalah:
hepatitis infeksiosa (sekarang hepatitis A)
hepatitis serum (sekarang hepatitis B)
sedangkan hepatitis C dulu dikenal dengan non
A non B
hepatitis D dikenal dengan delta hepatitis.
107
Pada pemeriksaan histopathological dengan
mikroskop pada hepatitis akut, biasanya tidak banyak
ditemukan perbedaan
Hepatitis C :
Ciri-ciri:
ada infiltrate mononuclear dan
membentuk folikel limfoid, dan
adanya perlemakan hati
Hepatitis B pada fase akut:
kadang kadang ditemukan gambaran hati yang
mengkilat seperti kaca disebut dengan Ground
glass hepatocytes
108
2. kapasitas regenerasi pejamu
Sel hepar memiliki kecepatan regenarasi yang
cepat. Sangat membantu karena fungsinya
yang banyak dan terus menerus bersentuhan
dengan bahan toksik
Bila terjadi inflamasi, akan terjadi penurunan
kapasitas regenarasi
3. karakteristik respon imun
Menentukan tingkat keparahan dari infeksi
virus
4. umur, makin tua biasanya reaksi imunnya makin
buruk
Usia muda atau anak anak dapat menjadi
pembawa virus Hepatitis A karena infeksi yang
asimtomatik
Usia tua daya imun mengalami penurunan
sehingga respon imun tidak adekuat
5. besarnya kerusakan jaringan hati, makin luas
kerusakan makin berpeluang terjadi fibrosis.
Contoh hepatitis fulminant yang bersifat akut
dan massif, hepatitis kronis bila tidak terobati
dan respon imun yang tidak adekuat akan
menuju ke fibrosis. Fibrosis yang menahun
akan menuju ke sirosis.
Hepatitis B dan C
Sebagian kasus berkembang menjadi menahun atau
menjadi bentuk hepatitis kronik sehingga timbul jejas
hati sekunder. Biasanya setelah 3-6 bulan sembuh,
109
kemudian akan kumat lagi sembuh lagi dan
seterusnya yang menimbulkan jejas sekunder.
Virus hep.B sebenarnya tidak hepatotoksik langsung,
jadi jejas yang muncul dirangsang atau diperantarai
respon imun sehingga terbentuk sebukan
limfoplasmasitik (sel plasma dan limfosit) dan
berakibat jejas hati sekunder
Virus hep.C merupakan Kombinasi Hepatotoksik &
jejas yang diperantarai respon imun pada epitell
duktus biliferus, oleh karena itu hepatitis C lebih
sering berkembang menjadi hepatitis kronik daripada
hepatitis B
110
Gambar di atas adalah gambaran skematik dari hepatitis
akut. Yang alurnya kurang lebih seperti ini Radang di
porta, sel hati membengkak, menimbulkan nekrosis sel
kupfer memfagositosis sel yang mengalami apoptosis. Pada
hepatitis C biasanya ada perubahan sedikit perlemakan pada
hati, dan radangnya biasanya disekitar porta. Biasanya juga
ada sel hati yang berwarna lebih coklat karena adanya
kholestasis (penyumbatan ductus biliaris).
Gambaran khas:
Kelainan pan lobular dengan lobular disarray
Degenerasi balon dengan adanya benda benda
asidofilik dalam plasma
Sebukan sel radang pada traktus portalis, juga
meluas ke lobulus, dengan predominansi sel
mononukleus (sel T dan B), dengan sel Kupfer
prominen dengan sitoplasma mengandung
pigmen lipofuscin dan besi
Reaksi inflamasi
111
mononuclear infiltration (Limfosit, sel Plasma,
Makrofag):
Dapat memengaruhi fungsional hati,
bentuk maupun vascular dan seluler
hati.
hyperplasia dari sel Kupfer.
Bertambahnya sel sel hingga dapat
merubah bentuk hepar itu sendiri.
badan phagocytosis apoptotic (fagositosis dari
sel hati yang mati ) dan debris cells
Apoptosis sel adalah sel yang telah
deprogram untuk mati.
Sel debris adalah sel mati yang biasanya
difagosit oleh makrofag.
Balloning degeneration dari hepatocytes, apoptosis
dan necrosis dari hepatocytes
Degenerasi Sel epitel yang
mengakibatkan terisi oleh cairan
Regeneration dari hepatocytes
112
Gambar diatas adalah gambaran histologisnya, titik hitam
adalah sebukan sel radang, sedangkan sel yang putih di
bagian tengan adalah sel yang mengalami degenerasi
balloon.
113
kedua gambar diatas juga merupakan gambaran histologist
dari hepatitis akut.
114
Chronic hepatitis
115
3. staging, sudah sampai fase mana ?
116
infiltrasi mononuclear yang ringan pada area
portal
hepatosit membengkak ringan tidak ballooning,
sehingga hanya seperti batu yang tersusun rapi
(cobbles stones)
biasanya tidak berkembang menjadi sirosis
117
1. expresi HBxAg sebagian besar di sitoplasma dan
membrane (gambar seperti duri)
2. pada keadaan dimana jumlah IRs (respon imun)
adekuat, sel yang terinfeksi oleh virus akan
tereliminasi, dan akan terjadi penyembuhan
3. Apabila IRs (respon imun) tidak adekuat virus yang
menyebar ke dalam liver, akan menyebabkan fase
kronik karier.
4. Cytotoxic cytokines (produk Sel T CD8) akan
mentargetkan dan mengeliminasi beberapa sel yang
terinfeksi virus. Proses ini diikuti oleh regenerasi sel,
dan infeksi dari sel lain, dan proses ini berulang
berkali-kali dalam fase penyakit hati kronis.
5. perubahan jalur transduksi oleh signal HBxAg
menyebabkan system regulasi yang mengatur
118
regenerasi dari sel hati berhenti, yang menyebabkan
sel terinfeksi resisten terhadap apoptosis yang
diinduksi citokin menyebabkan proliferasi dan
akumulasi dari mutasi pada DNA yang mengatur
regenerasi sel
6. mudah berkembang menjadi HCC (hepatoselluler
carcinoma)
7. perkembangan menjadi kanker hati biasanya paling
cepat kurang lebih selama 20 tahun.
LIVER CIRRHOSIS
Sirosis hati adalah keadaan patologis yang ditandai
dengan nekrosis sel hati yang progresif dan lambat
dalam waktu yang lama, dapat berujung gagal hati
dan kematian.
Sirosis hati biasanya merupakan tahap akhir dari
Fibrosis.
Kelainan difus dan bersifat irreversibel
Ditandai dengan fibrosis dan regenerasi nodular
Diklasifikasikan berdasarkan morphological dan
aetiological
Penyebabnya antara lain HBV, HCV, Alcohol dan
Hemochromatosis
Komplikasinya adalah gagal hati, hipertensi portal,
dan carcinoma hati
119
Produk HSC (merupakan awal mula dari mulculnya
fibrosis) akibat rangsangan
TGF-beta, PDGF, TNF, ROS (reactiveoxygen
species) yang dilepaskan sel Kupfer, yang
teraktivasi oleh agen asal sel hati rusak,
komponen membran sel, metabolit agen toksik,
dan sebukan sel radang
akan menghasilkan kolagen I & II, deposisi ECM
HSC kehilangan lipid (retinyl palmitate)
transisi ke Myofibroblast Like Cell
Pengobatan Fibrosis Hati:
Antioksidan
antagonis TGF beta
Hambatan signal tranduksiPDGF
Blocking cell matrix interaction
Herbal medicine
CLASSIFICATION OF CIRRHOSIS
Morphological:
micronodular nodules < 3mm
macronodularnodules > 3mm
mixed macro dan micro seimbang
Etiological:
viral hepatitis (B dan C)
Alcohol
hemochromatosis
120
autoimmune liver disease ( lupoid hepatitis dan
primary biliary cirrhosis)
recurrent biliary obstruction (e.g. gallstones)
Wilson’s disease, gangguan metabolism cuprum,
jarang terjadi
121
hyperoestrogenism
Gambaran pembuluh darah seperti kaki
laba laba, belum diketahui pasti
mekanismenya. Namun ada pendapat
keterkaitan dengan hormone estrogen.
Juga Gynaaercomastia dapat menyebabkan
hyperoestrogenism yang ditandai dengan
peningkatan kelenjar mamae hingga sampai ke
tingkat fungsional. Secara histologis
didapatkan proliferasi bening jaringan
Glandula Mamae. Kemungkinan ada pengaruh
peningkatan androstenedio.
Purpura & perdarahan:
disebabkan berkurangnya sintesis factor
pembekuan darah
Coma
kegagalan mengeliminasi racun, dan sisa
metabolism tubuh
Infection
berkurangnya jumlah dan fungsi sel Kupffer
122
Merupakan gambaran histologist dari cirosis
123
Perbedaan karakteristik klinis antara HCC related HBV dan
HCC related HCV
Usia:
Penderita HCC karena HBV usianya lebih muda 10
tahun dari HCC karena HCV
Jenis kelamin :
Rasio Penderita HCC karena HBV: Pria/Wanita 7-9/1
Rasio Penderita HCC karena HCV: Pria/Wanita 3-4/1
Latar belakang liver disease:
20-30% HCC karena HBV tidak berhubungan
dengan liver cirrhosis, sebagian besar HCC
karena HCV berhubungan dengan cirrhosis
Inflammation:
Kadar ALT serum HCC karena HCV lebih
TINGGI dari HCC karena HBV
Tumor characteristics:
fase awal tidak ada perbedan ,
fase akhir HCC karena HBV lebih besar secara
signifikan,
HCC karena HCV ditandai dengan karakteristiknya
yang multicentric (tidak hanya satu tempat)
124
Transacting elements in HBV genome HB X antigen
and pre S2/S protein have importance influence
on cellular function
Karsinogenesitas ini terjadi melalui inflamasi kronik,
peningkatan proliferasi hepatosit, integrasi HBV DNA
ke dalam DNA penjamu, dan aktivitas non spesifik HBV
berinteraksi dengan gen hati
125
Peningkatan resistensi sel HbxAg-positif untuk
apoptosis dimediasi oleh sitokin sitotoksik yang
dilepaskan selama CAH
Inaktivasi jelas dari satu atau lebih jalur DNA oleh HB
xAG, yang memungkinkan akumulasi mutasi
tambahan dalam DNA selular selama regenerasi
126
kiri. Pada bagian tumor yang lembut dan kuning
dengan area yang hijau itu karena adanya produk
empedu.
127
Ini merupakan tipe diffuse(tersebar), terdapat
banyak nodul kecil pada hepar. Satu bagian pada
sirosi hati ini menunjukan tumor putih.
128
Hepatosellular carcinoma grade 3, terdapat nuclear
pleomorphism lebih banyak dibanding dengan tumor
grade 2.
129
Gambaran klinis:
Nyeri
Ikterus
Massa kistik di kuadran kanan atas
Cholelithiasis (Batu Empedu)
Faktor resiko : wanita, obesitas dan diabetes
melitus
Batu empedu terdiri dari kolestrol murni, pigmen
empedu, atau campuran keduanya
Komplikasi : Cholecystitis, ikterus obstruktif,
karsinoma pada kandung empedu
130
Gambar tersebut merupakan mekanisme pembentukan batu
kolestrol.
131
unilamelar dalam kandung empedu dimana
phosphatidylcholine menjadi kulit luar pembungkus vesikel
dengan diameter 50-100 nm. Jika jumlah kandungan
kolesterol relatif meningkat, vesikel multilamelar akan
terbentuk (diameter melebihi 1000 nm). Vesikel-vesikel ini
tidak stabil dan mengendap lingkungan cairan dalam bentuk
kristal kolesterol. Kristal kolesterol ini merupakan prekursor
batu empedu.
Kolesistitis Akut
Pada umumnya berhubungan dengan batu empedu
132
Pada awalnya steril, kemudian terinfeksi
Komplikasi : empysema(adanya nanah pada pleura)
dan atau ruptur
Kolesistitis Kronik
Cholesterosis
Adalah suatu kejadian yang menunjukkan bintik-
bintik kuning karena adanya penumpukan makrofag yang
seperti busa (laden macrofag) dan berisi kolesterol di dalam
lamina propia dari mukosa kandung empedu. Karena adanya
mukosa yang berbentuk bintik-bintik kuning maka disebut
“strawberry gallblader”.
133
Gambar diatas merupakan perbandingan kandung empedu
normal dengan yang tidak normal (mengalami inflamasi dan
terdapat batu empedu) dan perkembangan kolesistitis.
134
Gambar diatas merupakan proses terbentuknya batu
empedu.
Obstruksi Billier
Obstruksi duktus billiaris merupakan kejadian kasus
yang sering terjadi dan kemungkinan dikarenakan adanya :
Batu empedu
Karsinoma pada duktus billiaris
Karsinoma pada caput pancreas
Ligasi pada saluran duktus billiaris setelah
pembedahan
135
Penyakit Duktus Billiaris Intrahepatik
Gambaran klinis mirip seperti obstruksi biliaris. Penyakit
duktus biliaris intrahepatik ini seperti :
Atresia biliaris
Sirosis billiary primer
Cholangitis sklerosis
Reaksi obat kolestasis
Pankreas
Kelainan Kongenital
Annular pancreas
Mengelilingi dan terkadang mengobstruksi
duodenum
Pancreas divisum
Karena kegagalan fusi kedua anlagen
embriologis
Jaringan pankreas ektopik
Ditemukan didalam lambung, duodenum,
jejunum atau di dalam divertikulum Meckel
Cyst (kista)
Pada umumnya merupakan penyakit yang
diturunkan oleh autosomal resesif.
Pankreatitis Akut
Faktor etiologi : obstruksi duktus, syok, alkohol
Amilase dilepaskan ke dalam darah
Sering mengalami perdarahan
136
Nekrosis lemak di sekitar jaringan yang mengikat
kalsium
Etiologi
Obstruksi pada duktus pankreas
Refluks empedu
Alkohol, khususnya dalam keadaan mabuk yang
akut
Infusiensi vaskular(syok)
Infeksi virus Mumps
Hiperparatiroid
Hipotermia
Trauma
Faktor iatrogenik (cth : stelah ERCP -> Endoscopic
Retrograde Cholangiopancreatography)
Pankreatitis Kronik
137
Penyebab paling umum adalah alkohol (kelebihan
dalam jangka panjang)
Pankreas menunjukkan fibrosis dan atrofi eksokrin
Dapat mengakibatkan malabsorbsi intestinal karena
hilangnya sekresi pankreas
Karsinoma Pankreas
138
Gambar diatas merupakan gambaran histologi karsinoma
pankreas.
Karsinoma Pankreas
Umumnya adenokarsinoma
Dapat muncul bersamaan dengan obstruksi jaundice
Prognosis sangat rendah/buruk
PATOFISIOLOGI
Ketika timbuk kanker, kelompok gen tertentu yang
berperan penting dalam regulasi aktivitas sel mengalami
mutasi atau aktivitas abnormal, proses regulasi normal sel
mengalami kerusakan, replikasi, diferensiasi, dan apoptosis
sel kehilangan keseimbangan, hingga terjadi tumor. Dewasa
ini sudah diketahui 2 jenis gen yang langsung terlibat dalam
terjadinya tumor, yaitu onkogen dan supresor
onkogen. Produk ekspresi dari onkogen bersifat regulasi
posotif terhadap multipikasi sel. Bila mereka mengalami
139
mutasi atau ekspresi berlebihan, dapat menyebabkan
hyperplasia sel. Sebaliknya, produk ekspresi supresi onkogen
bersifat inhibisi terhadap multipikasi sel. Bila supresi
onkogen mengalami perubahan struktur dan fungsinya atau
supresor onkogen hilang, maka hilang pula regulasi negativ
terhadap multipikasi sel, juga dapat timbul sinyal yang
menyebabkan hyperplasia sel.
Begitu tumor terbentuk, pertumbuhannya bersifat
otonom, karakteristik tumor diturunkan ke generasi sel
berikutnya, pertumbuhannya relatif tidak dapat dikendalikan
tubuh, aktif dan tidak terbatas. Pertumbuhan yang invasif,
kelainan metabolisme dan fungsinya merupakan ancaman
bagi tubuh. Jaringan tumor dalam intensitas berlainan
kehilangan kemampuan berdiferensiasi sehingga
morfologinya berbeda dari jaringan normal. Kelainan
morfologi tumor merupakan dasar bagi diagnosis patologik
tumor, termasuk pada karsinoma pankreas.
140
PATOLOGI TRAKTUS GASTROINTESTINAL BAGIAN ATAS
(UPPER ALIMENTARY TRACT)
dr. Agus Suharto, Sp. PA
Editor - GE : Ojan – Irfan
141
DISEASE OF THE MOUTH AND JAW
Schisis / Cleft
142
palatum seperti labiognatopalatoskisis atau bahasa kerennya
itu bibir sumbing dan sampai ke sudut albial mata.
Jenis Schisis :
- Labioschisis : gangguan fusi pada bibir
- Labiognatoschisis : gangguan fusi pada bibir dan
gingiva
- Labiognatopalatoschisismolle : gangguan fusi pada
bibir, gingival, dan palatum molle
- Oblique facial clef : gangguan fusi menjalar
melintang sampai dengan batas medial mata.
Micrognatia
143
MIKROGLOSSI
Lidahnya lebih kecil dari normal
MAKROGLOSSI
Lidahnya lebih besar dari normal, susah dimasukin
144
MEDIAN RHOMBOID
GLOSSITIS
Papilla lidah tidak tumbuh
TIE TONGUE
Lidahnya seperti dasi.
145
BIFID TONGUE
Lidah terbelah akibar perpaduan lidah kanan dan kirinya
terganggu.
INFLAMMATORY DISORDER
1. Herpes labialis
Kebanyakan lesi disebabkan oleh HSV-1
Perawatan berulang dengan aktivasi oleh febrile
illness, trauma, sunshine, menstruasi
2. Aphthous stomatitis atau sariawan
Digolongkan oleh rasa sakit, rekuren, erosiv oral
ulserasi
3. Oral candidiasis (thrush, moniliasis)
Lesi lokal, putih, membranous, disebabkan oleh
kandida albicans. Pada umumnya terjadi dibayi lemah
dan anak anak, pasien immunocompromised dan
diabetes
4. Acute necrotizing ulcerative gingivitis (trench mouth,
vincent infection, furospirochetosis)
Beberapa inflamasi gingiva terjadi pada
pasiendenghan penurunan resistensi ke infeksi.
146
Berdasarkan infeksi yang bersamaan dengan bakteri
simbiotik (fusobacterium sp. Dan borellia vincentii)
147
1. Geographic tongue
Lesinya bersifat jinak dan asimptomatik, ditandai
dengan satu bercak halus atau lebih yang bewarna
merah terang. Tapi membran sering menunjukkan
warna kuning, abu, putih dengan derajat kekasaran
bagian lain dorsum lidah normal
2. Hairy tongue
Ditandai dengan pemanjangan filivormis menjadi
penonjolan seperti rambut. Pailla ini pada umumnya
terkonsentrasi pda daerah segitiga yaitu bagian depan
garis pailla sirkumvalata yang berbentuk V. Bercak
tersebut bisa bervariasi dari coklat ke hitam
3. Glositis tuberculosa
Terjadi karena dahak yang ikut tertelan pada
penderita tuberculosa sehingga myobacteriuym
tuberculosa tumbuh dilidah. Berupa tukak dipinggir
atau pangkal lidah, digusi dan bagian dalam pipi.
Mikroskopis ada jaringan granulasi dan sel datia
langhans.
4. Glositis luetica
Berupa ulkus pada lidah, biasanya disebabkan oleh
treponema pallidum. Selain itu dapat terjadi glossitis
intersialis (lidah kaku dan keras akibat fibroa lias yang
disertai sclerosis, yang menyebabkan permukaan lidah
menjadi licin karena atrofi paa pailla filiformis.
148
TUMORS AND TUMORS-LIKE CONDITIONS
1. Tumor jinak dibagian mukosa oral
o Papilloma
Sejenis tumor jinak epitel mucosa oral, terjadi
di lidah, bibir, gusi dan pada buccal tampak
sebagai tonjolan eksotik yang dapat keluar
dari tangkai atau dasar sesil
o Fibroma
Lesi ini emrupakan proliferasi fibroblast
denegan banyak serat kolagen yang timbul
sebagai reaksi terhadap iritasi kroni. Lidah dan
mukosa poipi merupakan derah yang palingh
disukasi karena jaringan ini sering tergigit. Lesi
inindisebut fibroma traumatika. Hiperplasia
jinak ini tidak berisfat neo-plasma dan tumbuh
lambat.
o Hemangioma
Biasanya mengenai lidah, bibir dan mukosa
pipi. Secara mikroskopik tampak proliferasi
jaringan ikat yang mengandung banyak
pembuluh darah
o epulis
benjolan non neoplastik pada gusi.
Mikroskopis dibatasi epitel squamosa dan
merupakan proses kronik yang dikompensasi
dengan emmanjanganya papilla corrii
(membrana basalis antar epitel dan stroma
149
masih bagus) bisa disebabkan oleh hiperplasia
akibat iritasi atauy jaringan granulasi akibat
radang.
2. Leukoplakia
Merupakan bercak putih pada mukosa mulut atau
lidah, merupakan lesi pre-cancer. Bentuknya itu tidak
150
teratur dengan batas yang tegas dan kadang kadang
menonjol.
Gambaran histologisnya menunjukkan adanya variasi
dari hiperkeratosis ringan tanpa displasia epitelium
dibawahnya sampai displasia sedang hingga berat
mendekatri karsinoma in sti maupun hiperplasia.
Leukoplakia disebabkan karena kebiasaan merokok
terutama pipa tembakau kunyah serta kebiasaan
mengunyah sirih, iritasi gigi palsu yang tidak pas ,
kecanduan alkohol dan makanan yang iritatif.
3. Odonto tumor
a. Odontoma
Nodul atau tonjolan yang menyerupai tumor yang
berasa;l dari odonto blastik epitelium
b. Ameloblastoma
Neoplasma jinak yang timbul dari prekursor sel
pada organ email, biasanya sebelum usia 35
tahun, dan frekuensi terbanyak sepanjang rahang
lokal yang irreguler
4. Oral cancer
- Kebanyakan jenis squamos cell carcinoma
- Sering disebabkan karena pemakaian alkhol dan rokok
151
- Bisa juga karena iritasi dari batang rokok, bakau rokok,
atau sirih kacang,
1. Faringitis
a. Viral faringitis
Merupakan penyebab umum faringitis yaitu dari
infeksi virus, seperti flu dan campak
b. Streptococcal faringitis
Jarang terjadi tapi lebih penting dari viral faringiris
karena komplikasinya yaitu demam rematik, akut
proliferatif glomerulonefritis, henoch schonlein
purpura
c. Ulcerative faringitis dan tonsilitis
Disebabkan oleh diphteria
2. Tonsilitis
a. Follicular tonsilitis
Karena streptococcus, borrelia, virus
b. Parenkhimal tonsilitis
Quincy, abses perintonsiler
c. Anghina agranulositic netropenic
d. Tonsiitis morblili
Warthin finkeldey giant cell
152
3. Tumor maligna
NPC, squamos sel teh dan limfoma.
Kronis :
o Sjorgen sindrome :
Autoimmune disease
Keratoconjuntivitias sicca
Xerostomia
Parotitis hyperplasia
o Mikulicz syndrome
Idiopatik
Keratoconjunctivitias sicca
Xerostomia
Unilateral parotitis hyperplasia
b. Mucocele
Dihasilkan dari mucus yang pecah karena adanya
rupture dari ductus yang obstruksi atau trauma
c. Ranula
153
Bentuk besarnya mucocel, biasanya terdapat pada
bagian lantai mulut
d. Tumors
o Pleomorfik adenoma (tumor campuran)
o Warthin tumor / adenolymphoma / paillary
cystadenoma lymphomatosum
o Oncocytoma
o Adenoid cystic carcinoma
o Mucoepidermoid tumor
154
Paleomorphic adenoma ganas. Awalnya sih tidak ganas, Cuma
karena tumornya kena pada nervus dan akhirnya pada waktu
dipoerasi meninggalkan sisa tumor, dan ternyata tumor residu
makin mengganas
155
156
WARTHIN TUMOR
157
ONCOCYTOMA
158
ACUTE CYSTIC CARCINOMA
159
Kebanyakan karakteristik muncul adanya pola cribriformis
dengan massa yang kecil,pewarnaan gelap, disekeliling sel
tersusun ruang kistik
160
MUCOEPIDERMOID TUMOR
161
duktus dan adanya ruang kistik yang terdiri dari epidermoid sel
(sel skuamos) dan sel intermediat, sel sekresi kelenjar mucus.
162
pulau, struktur sperti saluran, dan kista berbagai ukuran. Kista
dilapisi dengan sel intermediate, lendir, atau epidermoid, dan
penuh dengan lendir. Proses paipiler dapat sampe ke lumina
kista.
DISEASES OF OESOPHAGUS
a. Tracheoesophageal fistula
Tracheoesophageal Fistula
Merupakan kelainan kongenital yang ditandai dengan
saliva berlebihan pada neonatus yang disertai dengan
tersedak, batuk, dan cyanosis pada intake makanan.
Ada 3 varian nya, yaitu :
1. Varian 1
Varian yang paling umum (90%),
bagian terbawah potongan
esofagus berhubungan dengan
trakea dekat bifurcatio trakea
sedangkan bagian atas potongan
esofagus berakhir pada kantung
buntu. Abnormalitas yang
berhubungan adalah
polyhidramnion maternal.
Biasanya kalo dikasih makan nanti muntah terus.
2. Varian 2
Terjadi hubungan fistula antara
bagian atas potongan esofagus
dengan trakea sedangkan bagian
163
bawah potongan esofagus tidak berhubungan
dengan bagian atas esofagus. Biasanya nanti akan
batuk batuk dan meninggal karena aspirasi
3. Varian 3
Terjadi hubungan antara trakea
dengan esofagus yang hampir
sempurna
Heteropic Tissue
Fokus fokus jaringan mukosa lambung kadang
ditemukan di esofagus atas pada bagian yang
dilapisi epitel kolumner. Keadaan ini dianggap
sebagai kelainan tempat tumbuh (heterotopik
jaringan lambung). Heteropatik lambung dapat
menyebabkan ulserasi dan penyempitan akibat
adanya sekresi lokal asal atau pepsin.
b. Esofageal Diverticula
164
o Herniasi mukosa atau ketebalan penuh
o Efek : disfagia dan diverticulitis
o Pharyngoesofageal diverticula
o Traction : kekuatan eksternal menarik di
dinding
o Pulsion : distensi paksa yang merupakan hasil
dari peradangan dan pariesofageal jaringan
parut
c. Achalasia
Kontraktilitas dari esofagus bagian bawah hilang dan
ada kegagalan relaksasi pada spinchter
(cardiospasme).
Mekanismenya?
Fibrosis dan atrofi otot polos
(berkurangnya jumlah sel
ganglion dalam pleksus
myentericus : chaga’s disease)
Secara klinis akan memperlambat
atau retensi pada makanan yang
akan dilatasi dan menjadi
disfagia.
165
4. Hiatus Hernia
Terjadi karena herniasi keatas dari ventrikulus
(esofagus terlalu oendek sehingga ada bagian
gaster yang tertarik naik keatas) melalui hiatus
esofagii, shingga segmen ventrikulus menonjol
diatas diafragma melalui hiatus ini, dibagi dalam 2
varian anatomi, yaitu:
166
GASTROESOPHAGEAL REFLUX
a. Refluk gastroesofageal
Merupakan satu keadaan dimana terjadi refluks asam
lambung ke esofagus.’contoh : esofagitis, striktura,
ulserasi da metaplasia kolumner. Biasanya geja;a klinis
ditandai dengan burning pain (sering manifestasi
dalam bentuk nyeri substernal dan heart burn).
Keadaan ini dapat diringankan dengan pemberian
antasida. Kondisi refluk gastroesofagerla ini akan
bertambahj berat apabila penderita berada dalam
posisi terlentang.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan proses
terjadinya refluk ini :
o Hernia hiatus dan defek serta spinchter
esofagus bagian distal
o Konsumsi alkohol dan tembakau yang
berlebihan, yang diwsertai dengan
peningkatan volume seket lambung
o Kehamilan dan skleroderma
167
BARRET’S OESOPHAGUS
CANDIDA ESOFAGITIS
- Etiologinya : suatu jamur yang bernama candida
albicans
- Gambaran klinis : bercak bercak putih pada mukosa
yang disertai rasa nyeri/ sakit dan kesulitan untuk
menelan.
- Faktor faktor yang berhubungan dengan penyakit ini :
o Terapi dengan antibiotik
o DM
o Keganasan
o Keadaan immunodefisensi
VIRAL ESOFAGITIS
Misalnya ditemukan pada esofagitis herpetik
- Kharakteristik : rasa nyeri dan kesulitan untuk
menelan
168
- Cenderung terjadipad apasien yang mengalami
immunosupresi yang disebabkan oleh infeksi virus
HSV-1
- Infeksi oleh CMV jarang terjadi
- Bentuk bentuk esofagitis yang lain itu merupakan
bentuk bentuk esofagitis yang jarang terjadim dapat
disebabkan oleh :
o Uremia
o Terapi dengan radiasi
o Penyakit graft-versus-host (GVH)
ESOFAGEAL STRIKTUR
- Sering merupakan akibat dari refluks asam lambung ke
esofagus yang terjadi secara berkelanjutan
- Dapat juga disebabkan karena menelan suatu agen
yang bersifat korosif (asam atau basa) baik secara
sengaja maupun tidak sengaja. Misalnya keminum air
aki gitu
CARCINOMA OF OESOPHAGUS
- Merupakan tumor ganas
- Gambaran klinisnya : disfagia, penurunan BB,
anoreksia dan kadang kadang disertai nyeri dan
muntah darah
- Di USA, insidensinya terjadi antara karsinoma sel
squamos dengan adenokarsinoma sama besarnya
- Secara patologis, manifestasinya dapat berupa
penonjolan sel sel tumor kedalam lumen esofagus.
169
- Penyebarannya secara lokal ke organ organ yang
berdekatan seperti trakea, bronkus, aorta, atau
infiltrasi secara difus ke dinding esofagus.
2. Adenocarcinoma
170
PATOLOGI TRAKTUS GASTROINTESTINAL BAGIAN BAWAH
(LOWER ALIMENTARY TRACT)
dr. Agus Suharto, Sp. PA
Editor - GE : Nadia – Irfan
171
PENYAKIT PADA GASTER
172
tersebut masih idiopati (belum diketahui), namun faktor
genetik memiliki peran yang besar.
B. GASTRITIS
1. Acute (Erosif) Gastritis
Etiologi yang mendasari gastritis akut diantaranya:
Penggunaan obat non steroid anti-inflamantory (NSAIDs)
Merokok
Merokok dapat meningkatkan keasaman lambung dan
penyembuhannya akan semakin lama kalau penderita tidak
berhenti merokok.
Konsumsi alkohol yang berlebihan
Karena dapat menyebabkan kontaminasi dan gangguan
keasaaman lambung sehingga dapat mengakibatkan
gastritis. Jika dibiarkan maka dapat terjadi erosi yang
mengenai pembuluh darah dan berakibat hematemesis
(muntah darah).
Luka bakar yang berat curling ulcer
Luka bakar berat tersebut akan menimbulkan distress yang
dapat memicu produksi HCL, HCL yang berlebih ini bisa
menyebabkan erosi pada lambung.
Cedera pada otak cushing ulcer
Pada gastritis akut, dicirikan dengan :
Terjadi kerusakan fokal akibat inflamasi akut pada mukosa.
Bila terjadi inflamasi akut maka dapat terjadi nekrosis
(kematian jaringan) dan kalau nekrosis ini mengenai tunica
submucosa yang mengandung banyak pembuluh darah
maka akan terjadi perdarahan.
173
Manifestasinya berupa gastritis ulcer (ulkus/luka/kerusakan
lokal jaringan gaster), dan ulcernya seringkali multiple
(banyak, bukan hanya satu) sehingga perdarahannya
banyak.
Secara histologis, gastritis akut ditandai dengan infiltrasi
PMN dari mukosa antrum dan corpus.
2. Chronic Gastritis
Gastritis kronis merupakan bentuk yang paling sering dijumpai
dari gastritis (jadi seringkali gastritis ditemukan sudah sebagai
gastritis kronis). Helicobacter pylori merupakan salah satu
etiologi gastritis kronis. H. pylori adalah bakteri batang gram
negatif yang dapat ditemukan pada permukaan epitel
terutama bersembunyi didalam barier mukosa gaster. Invasi H.
pylori ini dapat menyebabkan sel-sel lambung deskuamasi
174
(lepas dari jaringan epitel) lalu bisa ditemukan sel-sel
mononuklear (limfosit, sel plasma, dan makrofag) dan sel-sel
khas inflamasi kronis lainnya. Gastritis kronis ini biasanya lebih
sering mengenani bagian antrum. Gastritis kronis seringkali
diikuti dengan kenaikan kadar HCl dan sering terjadi pada
dewasa muda dan orang paruh baya.
Gambaran histologis pada gastritis kronis :
Stadium awal inflamasi terjadi di bagian superfisial pada
lapisan mukosa sehingga menyebabkan gastritis kronis
superfisial. Lalu pada stadium berikutnya inflamasi dapat
mengenai seluruh lapisan mukosa dan submukosa—dengan
centrum germinativum.
Sel-sel radang, jika aktif ditandai dengan neutrofil (+)
Bisa terjadi metaplasi
intestinal (metaplasi:
perubahan suatu sel
dewasa menjadi sel
dewasa lain yang tidak
normal) kondisi pre-
malignan Metaplasi intestinal
Atrofi kelenjar : jumlah
jaringan kelenjar menyusut dan menuju ke arah
metaplasi intestinal.
H. pylori
Dysplasi bisa berakibat Carcinoma.
175
Gambar diatas menunjukan adanya sel-sel radang kronis
(limfosit) pada lapisan gaster.
176
berkembang jadi kronis, bahkan bisa terjadi atrofi sel,
metaplasi, dan agregasi jaringan limfoid.
3. Gastritis Lain
Eosinophyillic gastritis (EGE):
Merupakan penyakit GI yang jarang terjadi, dan kalau
terjadi biasanya menyerang anak-anak dan dewasa. EGE ini
ditandai dengan adanya infiltrasi eosinofil pada gaster atau
duodenum atau keduanya. Bisa disebabkan karena alergi
makanan atau intoleransi laktosa.
Granulomatus gastritis:
Gastritis tipe ini ditandai dengan adanya granuloma sel-sel
epiteloid. Etiologinya: tuberculosis, syphilis, sarcoidosis,
fungi, Crohn disease.
Reflux gastritis:
177
Etiologinya adalah refluks kandungan duodenal yang bisa
mengandung cairan empdeu ke dalam gaster, sehingga
menyebabkan perubahan histologis berupa edema,
kongesti (penyumbatan) lamina propria mukosa,
hiperplasia foveola (muara kelenjar di lambung), dan
serbukan sel radang.
Menetrier disease (giant
hypertrophic gastritis)
Pada gastritis tipe ini, terjadi
hiperplasia yang berat pada sel di
lapisan mukosan dan atrofi
kelenjar sehingga mengakibatkan
rugae (lipatan pada dinding
lambung) akan membesar secara
ekstrim. Penyakit ini juga akan
menyebabkan hipersekresi sel-sel
mukosa, sel parietal, dan sel
chief. Gastrinoma adalah ekskresi gastrin yang berlebihan
sehingga menyebabkan hiperplasia glandula gastrik
(zollinger-Ellison syndrome). Gastritis ini sering diikuti
dengan kehilangan protein plasma dari mukosa dan
mempunya resiko untuk berkembang jadi peptic ulcer.
C. PEPTIC ULCER
Ulkus peptik adalah ulkus/luka/cekungan di lapisan mukosa
gaster atau duodenum. Sehingga dapat dibedakan menjadi
ulkus gaster dan ulkus duodenum. Ulkus peptik ini paling
sering muncul di bagian kurvatura minor, terutama di bagian
antrum dan pylorus. Lesi pada ulkus peptik ini bukan suatu
178
prekusor Ca lambung. Ulkus peptik juga tidak ada
hubungannya dengan peningkatan sekresi asam lambung
malah terkadang muncul bersamaan dengan achloryda absolut
(tidak diproduksinya HCl). Ulkus peptik biasa diderita oleh
orang-orang paruh baya,dan prevalensinya pada pria lebih
tinggi dibanding wanita dengan rasio 1.5 sampai 2.1. Sering
muncul dalam bentuk solitary. Sebanyak >50% berdiameter
<2cm sedangkan 10% lainnya berdiameter >4cm. Bila
diameternya <0,3 cm erosi. Sedangkan diameter >0,6 cm
ulkus.
Mekanisme etiopatogenetik :
Disebabkan H. pylori:
Prevalensi 90-100% pada ulkus duodenal dan 70% pada
ulkus gaster. Mekanismenya yakni H. pylori memiliki enzim
urease dan protease yang mampu memecah glikoprotein di
mukosa lambung yang dapat mengganggu fungsi proteksi
epitel.
NSAIDs (aspirin, ibuprofen, asetaminofen)
NSAIDs dapat menekan sintesis PGE2 (prostaglandin)
mukosa lambung. Padahal prostaglandin ini berfungsi
sebagai pelindung lambung sehingga bila tidak ada dapat
menyebabkan iritasi lokal.
Alkohol
Belum ada bukti yang menunjukkan bahwa alkohol menjadi
penyebab langsung ulkus peptik, namun ketika konsumsi
alkohol sudah mengakibat sirosis alkohol (CH) biasanya
sering disertai dengan kenaikan insidensi ulkus peptik.
Rokok
179
Dapat mengganggu penyembuhan dan mempermudah
kambuhnya ulkus, juga dapat menekan sintesis
prostaglandin.
Golongan darah dan LA-B5
Hal ini lebih terkait dengan stres dan kejiwaan, misalnya
ulkus gaster lebih sering diderita orang yang bergolongan
darah A, sedangkan ulkus duodenal lebih sering pada
golongan darah B.
Peningkatan permeabilitas mukosa lambung terhadap ion
hidrogen, sehingga terjadi difusi hidrogen kembali
memicu ulkus gaster.
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi akibat ulkus peptik ini adalah:
1. Perdarahan
Merupakan komplikasi yang paling sering dari ulkus peptik dan
umumnya berakibat fatal karena bisa mengakibatkan
kematian (25%). Terjadi pada 25-30% pasien dan dapat
digunakan sebagai indikasi pertama ulkus.
2. Perforasi
Biasanya jarang (5%) dan jarang dijadikan indikasi pertama
ulkus.
3. Obstruksi karena edema dan cicatrix (timbulnya jaringan
parut)
Sebagian besar sebagai akibat ulkus pylorus dan dapat terjadi
bersama ulkus duodenal. Komplikasi ini dapat menyebabkan
nyeri kejang perut. Jarang menyebabkan obstruksi total
dengan muntah obat.
4. Nyeri intractable (kronis)
180
1. Gastric Ulcer
Merupakan salah satu bentuk ulkus peptikum. Pada ulkus
gaster biasanya terjadi kerusakan pada lapisan mukosa dan
submukosa dan kebanyakan hanya 1 dengan diameter 2-3 cm.
Ulkus gaster dapat dibedakan menjadi dua, yakni akut (lapisan
mukosa dan submukosanya terkena, 1 cm, bisa single atau
multiple), dan kronis (ulkus bisa menembus dan merusak
lapisan otot). Gejala yang dirasakan biasanya:
Nyeri pada perut yang berulang, rasanya tumpul seperti
terbakar. Biasanya pada area epigastric.
Nyeri abdominal setelah makan.
Nyeri abdominal di malam hari.
Muntah darah
Nausea
Acute Gastric Ulcer
Multiple
Ulkus pada gaster umumnya lebih besar daripada
duodenum
Awalnya terjadi erosi yang lama kelamaan menjadi ulserasi.
Diameternya 1 cm, berbentuk melingkar (sirkular), jarang
menginvasi ke lapisan mukosa.
Etiologi:
o Shock, ulkus karena terbakar, sepsis, trauma berat.
o Tekanan intrakranial yang tinggi, disebut cushing ulcer.
o Kalau terjadi di bagian proksimal duodenum +
ulkus/trauma karena terbakar yang berat disebut curling
ulcer. Curling ulcer adalah ulkus yang berhubungan
dengan luka bakar berat. Ketika terjadi luka bakar yang
berat, maka kita akan kehilangan volume plasma, nah
181
bila volume plasma turun drastis maka mukosa lambung
akan mudah terkelupas.
o NSAIDs.
182
Epi tel silindris
Necroti c debris
Ja ri ngan granulasi
dengan i nfiltrasi
l i mfosit
Edema
183
90-95% of gastric malignancy
Lebih sering terjadi di Jepang, Chili, Costa Rica, dan China.
Lokasi :
o 40-50% pada bagian pylorus/antrum.
o 25% pada bagian cardia
o 40% pada bagian kurvatura minor
o 12% pada bagian kurvatura mayor
Etiologi:
a) Diet
b) Gastritis kronis
c) Infeksi H. pylori
d) Gastrectomy parsial
e) Gastric adenoma
f) Faktor genetik : golongan darah A, keturunan.
Maligna dibagi menjadi :
a) KANKER GASTRIK
Invasi
Tahap awal terjadi di lapisan mukosa dan submukosa
tahap lanjut (advanced) biasanya sudah menginvasi
lapisan submukosa.
Pertumbuhan makroskopis
Exophytic
Flat/depressed
Excavation
Histologi
Tipe kelenjar intestinal
Difusi : signet-ring cell
b) MALIGNANT LYMPHOMA
o 40% malignan limfoma pada saluran GI
184
o 5% gaster malignan akan mengalami malignan
limfoma
o Predominan tipe sel B, berasal dari MALT
c) CARCINOMA TUMOR
o Keganasan tingkat rendah
o Bermetastasis sampai ke liver
o Lesinya multiple
d) LEIOMYOMA
e) SECONDARY TUMORS (METASTASIS)
o Jarang terjadi
o Paling sering berasal dari leukimia atau general
limfoma
o Dari kanker payudara/paru-paru,berdifusi sehingga
terbentuk linitas plastica. Linitas plastica adalah sel
tumor yang berdifusi dan berinfiltrasi ke dinding
lambung, dengan penampakan seperti kulit botol
(leather of bottle).
Perkembangan Ca Gaster
185
Adenocarcinoma, NOS Ulcus Carcinomatosa
A. KELAINAN KONGENITAL
186
Megacolon
Pada kelainan ini ditemukan bagian colon yang kehilangan
plexus sarafnya sehingga bagian tersebut menjadi kaku
dan tidak bisa bergerak. Hal tersebut otomatis menahan
isi colon supaya tidak keluar sehingga ukuran bagian colon
tersebut akan membesar.
Volvulus
Adalah obstruksi usus karena mellitnya usus/membentuk
simpul. Terdapat benjolan yang biasa disebut volvola.
187
B. OBSTRUKSI INTESTINAL
Obstruksi pada usus bisa dibagi menjadi 3 : obstruksi
imekanik, obstruksi neurogenis, dan obstruksi vaskule.
1. Obstruksi Mekanik
a. Atresia
Tertutupnya lubang-lubang normal pada bagian badan atau
organ tubuler secara congenital.inget atresia ani? Lubang
anusnya tertutup ,kalau atresia di intestinal lumen ususnya
tertutup.
b. Stenosis dan stricture:penyempitan
c. Hernia
Penonjolan suatu ras organ atau ruas jaringan melalui
lubang yang abnormal.
188
d. Volvulus
e. Invagination/intuseption
Prolapsusnya suatu bagian usus kedalam lumen bagian
usus yang berdekatan. Misalnya segmen usus1,masuk
kesegmen usus 2 sehingga terjadilah intusepsi yang
berakibat ileus obstruktif.
189
II.obtruksi neurogenik
a. Paralytic-adinamic
b. Spastic-dinamic
III.obstruksi vaskular
a. Thrombosis
b. Embolism
190
Yang terjadi adalah hypersekresi asam lambung karena
hormon gastrinnya meningkat
4. Hyperpharathyrodisme primer(hormon tiroid dan ion
kalsiumnya tinggi )
5. Multi endocrine neoplasia (MEN=sindrome wermer)
Suatu sindrom autosomaldominanditandai dengan
adenoma pada pytuitary,thyroid,pharathyroid,adrenal
chorticol dan sel oslet pankreas.Bisa juga ditunjukkan
dengan Hyperplasia karena Hypergastrinamia dan
peptic ulcer
b. Chron’s disease
Adalah suatu inflamasi/peradangan yang penyebabnya
idiopatik,
Cenderung menyerang orang muda pada dekade ke-2 (usia
belasan) dan dekade ke-3 (usia dua puluhan).
Paling sering muncul pada orang Yahudi
Manifestasi klinisnya berupa:
o nyeri pada perut dan diare;
o malabsorbsi;
o demam.
Obstruksi intestinal
yang disebabkan oleh
fibrosis jaringan.
Fistulanya:
o Antara usus dan
usus;
o Diantara usus dan kantung kemih, vagina, kulit.
CHRON’S DISEASE VS. ULCERATIVE COLITIS
191
CHRON’S DISEASE ULCERATIVE COLITS
Bisa menyerang bagian mana Hanya menyerang kolon
saja pada traktus GI
Reaksi inflamasi kronisnya Radang dan ulserasi cuma
meluas hingga ke lapisan- mengenai mukosa dan
lapisan yang lebih tebal pada submukosa.
dinding usus.
Fistula-fistula antar usus; atau Absess kripta, pseudopolyp
antar usus dan bagian lain; skip
lesions dengan penampakan
mucosal cobblestone.
Radang granulomatosa non
kaseosa dengan infiltrasi
limfositik, fibrosis, dan
penebalan dinding usus.
Insidensi keganasannya lebih Insidensinya meningkat
rendah daripada ulcerative tajam kalau menderita Ca
colitis. colon dalam waktu yang
lama.
192
C. Meckel Diverticulum
Adalah kelainan kongenital yang paling umum dijumpai
pada usus halus.
Merupakan perkembangan dari saluran vitelline pada
waktu embriomembentuk bagian distal usus halus.
Bisa saja terbentuk dari gastric ectopic, duodenum, kolon,
atau jaringan pankreas.
Kadang disertai dengan intusepsi atau volvulus.
Penyakit ini merupakan kelainan kongenital pada
duodenum karena kegagalan duktus amphalo mesentric
untuk menghilang secara sempurna pada umur kehamilan
minggu ke 5-7.
D. Sindrom Malabsorbsi
Sensitif terhadap gluten (protein pada produk gandum dan
kacang-kacangan) pada produk sereal.
Manifestasi klinisnya : kehilangan BB, lemah, diare disertai
pucat, tinja yang besar binggo banget, berbuih/berbusa,
bau busuk, dan menyengat.
Terjadi keterlambatan dalam pertumbuhan, bahkan bisa
gagal tumbuh.
Menjadi gejala yang paling sering dilihat saat-saat pertama
seorang bayi diberi makan sereal.
Diagnosisnya bisa dilakukan dengan cara biopsi vili-vili
ususnya.
10-15% menjadi keganasan pada usus halus, paling sering
karena limfoma sel T tipe enteropathy.
Kelainan-kelainan pada sindrom malabsorbsi :
193
Kelainan Ciri morfologis Keterangan
Celiac disease Permukaan mukosa Sensitif
rata, ditandai terhadap
dengan atrofi vili- gluten
vili (vilinya
mengecil)
Tropical sprue Secara mikroskopis Kemungkinan
tidak ada disebabkan
perubahan, tapi infeksi,
kelainan yang ada seringkali
mirip dengan celiac merupakan
disease. respon
terhadap
antibiotik.
Whipple disease Bila dilakukan Paling umum
pemeriksaan PAS pada : usus
(Periode Acid halus
Schiff-pewarnaan arthalgia,
untuk mengetahui cardiac, dan
adanya glikogen neuro.
dalam jaringan) dan
menggunakan
mikroskopis
elektron, akan
ditemukan
makrofag pada
biopsi mukosa usus
halus (infeksi
tropheryma
whippeli)
Disaccharidase Secara histologis, Terdapat di
disease tidak terjadi brush
perubahan. border usus
194
halus;
Defisiensi
laktosa
ditandai
dengan
intoleransi
susu.
Abetalipoprotein Secara histologis, Secara
emia tidak terjadi herediter
perubahan. merupakan
Terdapat sirklasi defisiensi
acanthocytes. apo-protein
B.
Intestinal Dilatasi pada Ditandai
lymphangiectasia seluruh pembuluh dengan
limfe di usus halus. kehilangan
protein GI
yang
bermakna,
sehingga
menyebabkan
hypoproyeine
mia.
Sindrom primer
Sindrom
Primer
195
Coeliac Malabsorbsi sekunder
disease a. Intervensi dengan
digesti
Destruksi mukosa
Penyakit
hepar/pankreas
Reseksi usul
Defek kongenital
disakaridase
Pengaruh obat-
obatan
Tropical Pengurangan absorbsi
sprue -stasis pada usus
-obstruksi kronis
196
E. Tumor pada Usus Halus
Tumor pada usus halus adalah salah satu jenis tumor GI
dengan presentasi yang kecil.
Tumor carcinoid:
o Paling sering ditemukan di appendix (di usus halus
sekitar 30%)
o Tumbuh secara perlahan, tingkat keganasannya rendah
(kalau di appendix, hampir tidak pernah mengalami
metastasis)
o Sindrom carcinoid: disebabkan oleh penyebaran peptida
vasoaktif dan amin, khususnya serotonin.
(Peptida vaso aktif menstimulasi sekresi air dan elektrolit,
menghambat sekresi lambung, menstimulasi sekresi
pankreas, dan menyebabkan hiperglikemia.
197
Manifestasinya:
Kulit kemerahan
Kram abdomen
Bronkhospasme
Lesi vaskular (perubahan abnormal pada katup) di
sisi kanan jantung
Tumor lainnya : limfoma, adenocarcinoma (jarang).
B. DIVERTICULA
Umumnya terjadi pada orang tua, dan seringkali sifatnya
multiple.
Paling sering di bagian colon sigmoid.
198
Tipenya pulsion/kantung divertikulosa palsu pada mucosa
dan submucosa.
Diverticulosis: multiple divertikula tanpa inflamasi.
Diverticulitis:
o Inflamasi dari divertikula, kebanyakan terjadi pada
orang tua.
o Mungkin bisa menjadi komplikasi dengan perforasi
Peritonitis, abses, bowel stenosis (bisa menjadi
perdarahan abdominal bawah dan tenderness, fever,
leukositosis, dll).
o Warna perdarahan merah pada rectal.
Diverticulosis of Sygmoid
199
Obstruksi Vaskular
I.
Hasil dalam mucosa, mural, dan trans mural infark
yang melibatkan dinding usus.
Hampir selalu disebabkan oleh oklusi arteriosclerotic
(minimal 2 dari mesenterika utama).
Paling sering mempengaruhi lipatan lienalis dan
rectosigmoid junction (DAS).
II. Ischemic Bowel Disease
200
Hampir selalu disebabkan oleh kemcetan
aterosklorosis
Paling sering mempengaruhi fleksura lienalis dan
persimpangan rektosigmoid
Lokasi =relatif kekurangan daerah
vascularisasi,antara daerah yang disediakan oleh
arteri mesenterika superior dan arteri ilaka interna
Hemoroid
(externa/interna)
III.
Pelebar internadan externa plexus vena dikanal
anus
Cenderung dengan diet rendah serat
IV. Others:bacillary dysentery,cholera,salmonella
Viral,Parasitic
(Amebic,giardia,balantidia,schistosoma ,etc)
D. KELAINAN INLAMASI PADAKOLON
1. Enteritis Tuberculosa
a. Primer :kalau milk(susu)+mycobacterium tuberculosa
b. Sekunder:sputum+mycobacterium tuberculosa
201
II. Ulcerative colitis
Seringdikelompokkan denganchron disease sebagai
penyakit inflamasi usus ;diketahui etiologi,distribusi
geografisdan ras yang sama riwayat keluarga ;mirip
manifestasi ekstraintestinal :polyarthritis ,uvetis dan
episkleritis,sclerosing kolangitis,sakroilitis,kulit eritema
nodosum dan pioderma gangrenosum .
Karakteristik
a. Peradangan mukosa dan ulserasi terbatas pada usus
besar
b. Terbatas pada mukosa dan submukosa abses crypt
c. Merah, penampilan granular mukosa
d. Pseudopolyp
e. Diare kronis dengan mencret darah dan lendir
(perdarahan adalah yang paling sering manifestasi klinis
)
202
E. Tumor
1. intestinal polyp(masa yang tumbuh pada permukaan
membran mukosa ,dibagi menjadi 2:
a. Neoplastic polyp
Tipe Keterangan
Hyperplastic polyp Tidak ada ciri khas yang
signifikan
Polyp inflammantory Pada mukosa rectum,
a) Lymphoid polyp kemungkinan reaktif.
b) Inflammantory Misalnyaulcerative colitis,
pseudopolyp jaringan granulasi.
Hemartomatous polyp Sering pada anak-anak.
a) Juvenille polyp
b) Peutz-jaghers polyp
203
Familial Adenomatous Polyposis
Adenomatous polyp
c. Non-neoplastic polyp
Tipe Keterangan
Tubuler adenoma Seringkali bersifat
multiplesehingga tingkat
204
keganasan (malignancy)nya
meningkat.
Tubulovillous adenoma Potensi keganasan tipe ini
lebih besar.
Villous adenoma Potensi tinggi untuk
keganasan.
Adenocarsinoma
Salah satu neoplasma yang paling umum dari usus
Usia puncak kejadian ;6-7dekade
Terkait dengan peningkatan CEA (antigen
carcinoembryonic)--. Untuk mengikuti perjalan
penyakit
Mengembangkan melalui model :adenoma –urut
karsinoma
Faktor predisposisi
1. Polip adenomatosa
2. Mewarisi beberrapa sindrom poliposis
3. Kolitis ulseratif yang sudah lama terjadi
4. Faktor genetik:4x peningakatan kejadian diantara
keluarga pasien kanker
5. Rendah serat ,diet tinggi lemak hewani
Karakteristik :
1. Meninggalkan usus napkin- ring
(annular)sering menghasilkan obstruksi awal
2. Usus kanan Polypoid Kehilangan darah
keronis anemia
205
DUKE’s STAGE ini adalah pembagian klasifikasi keganasan
suatu tumor. Tapi yang perlu dicermati adalah klasifikasi ini
hanya digunakan untuk kanker colerectal. Lihat gambar di
atas, semakin ke bawah makin parah keganasannya dan
survival ratenya menurun.
206
ASTLER-COLER (modifikasi DUKE’s STAGE)
207
• C1 – sampai dengan muskularis propria,
sudah sampai limfonodi 43%
• C2 – menembus muskularis propria,
sudah sampai limfonodi 22%
• D – metastasis jauh sangat rendah
208
HEPATITIS
dr. Dita Ria Selvyana, Sp.PD
Learning Objectives
Memahami definisi hepatitis akut dan kronis.
Memahami patofisiologi infeksi hepatitis viral.
Memahami patofisiologi komplikasi hepatitis viral.
Memahami penatalaksanaan (pencegahan dan terapi)
hepatitis viral.
DEFINISI
Hepatitis adalah inflamasi liver.
Penyebab: virus hepatitis A, B, C, D, E, dan G.
Virus hepatitis tidak bersifat sitotoksik, namun
merusak sel liver secara tidak langsung dengan
membangkitkan respon imun si host. Namun, beberapa
virus merupakan karsinogenik.
Keparahan manifestasi klinis akibat trauma sel hati
tergantung pada respon imun host.
Hepatitis dibagi menjadi hepatitis akut dan kronis.
Gejala klinis hepatitis akut memiliki ciri yang sama pada
semua jenis virus penyebab hepatitis.
PARTIKEL VIRUS
a) Virus Hepatitis A (RNA Virus)
209
b) Virus Hepatitis B (DNA Virus)
210
d) Virus Hepatitis D (RNA Virus)
f) Virus Hepatitis G
211
DISTRIBUSI HEPATITIS
Distribusi Geografis Hepatitis A
212
*untuk prevalensi Hepatitis B di Indonesia juga termasuk tinggi.
213
*di Indonesia cukup rendah.
214
HEPATITIS AKUT
Biasanya pada kondisi akut yang disebabkan berbagai
macam virus hepatitis akan memunculkan manifestasi klinis
yang sama.
Ada 4 stadium:
a) Fase Inkubasi
Fase sejak virus menginfeksi hingga timbul gejala klinis,
±1-2 bulan.
b) Stadium Prodormal/Fase pre-ikterik
Berlangsung selama 1-2 minggu.
Keluhan umum: anoreksia, nausea, vomit, fatigue,
malaise, athralgia, mialgia, cephalgia, photophobia,
pharyngitis, batuk, rhinorrea.
Demam: 38-39o C
Hasil tes fungsi liver meningkat.
Urin gelap: 1-5 hari sebelum jaundice.
c) Stadium Ikterik
Gejala pada stadium prodormal berkurang, demam
turun. Diikuti dengan jaundice (sklera ikterik).
Hepatomegali disertai nyeri tekan.
Splenomegali
Cervical Adenophaty: 10-20% points.
Hasil tes fungsi liver meningkat.
d) Stadium Konvalesens/Fase pemulihan
o Fase post-ikterik berlangsung selama 1-12 minggu.
o Gejala menghilang.
o Hepatomegali
o Hasil tes fungsi liver masih meningkat.
o 1-2 bulan untuk HAV dan HEV.
o 3-4 bulan untuk HBV dan HCV.
215
Overview:
Tipe Hepatitis
A B C D E
Darah/ turunan Darah/ turunan Darah/ turunan
Sumber Virus Feses darah dan darah dan darah dan Feses
cairan tubuh cairan tubuh cairan tubuh
Perkutaneus Perkutaneus Perkutaneus
Rute
Fecal-Oral dan dan dan Fecal-Oral
Transmisi
permukosal permukosal permukosal
Infeksi Kronis Tidak Ada Ada Ada Ada Tidak Ada
Imunisasi
Skrining
Setelah/
Imunisasi Imunisasi sebelum donor
Sebelum Pastikan
Setelah/ Setelah/ darah dan
Pencegahan paparan dan kebersihan
Sebelum Sebelum modifikasi
modifikasi air minum
paparan paparan perilaku
perilaku
beresiko
beresiko
216
Overview:
Hepatitis D
Delta Virus,
Hepatitis A Hepatitis B Hepatitis C Satelit Virus Hepatitis E
Keluarga Virus
Picornavirus Hepadnavirus Flavivirus (hanya ketika Calicivirus
berkombinasi
dengan HBV)
Kesamaan Semuanya menyebabkan penyakit pada liver
Gejala (akut) Semua sama; malaise, urine gelap, anorexia, nausea, vomitting, jaundice
Enteric Sex, darah, Sex, darah, Sex, darah, dan Enteric
Transmisi (makanan dan kontak dan kontak kontak dekat (makanan dan
dan air) dekat dekat air)
Kondisi Kronis Tidak ada Ada Ada Ada Tidak ada
DNA dengan
aktivitas
Genome Virus +ss RNA +ss RNA -ss RNA +ss RNA
reverse
transcriptase
217
HBsAg Banyak-
Protein HEV
Antigen Virus HA Ag HBcAg Core E1 E2 Antigen Delta
ORF2
HBeAg NS 3
1 bulan (15- 4 bulan (45- 2 bulan (15- 1-2 bulan 1 bulan (15-50
Inkubasi
50 hari) 160 hari) 150 hari) hari)
Interpheron Interpheron
alpha, alpha,
Mengikuti terapi
Terapi Saat ini Tidak spesifik Lamivudine, ribavirin, Tidak spesifik
HBV
Adefovir, Pegylated
Entecavir Interpheron
Ada, Havric Ada, Engerik-B Dapat dicegah
Ketersediaan (GSK) dan (rHBsAg) GSK, dengan
Tidak Ada Tidak Ada
Vaksin Vacta Recombivax B vaksinasi
(Merck) (Merck) terhadap HBV
218
TRANSMISI VIRUS HEPATITIS
Transmisi melalui Makanan-Minuman (foodborne
transmission):
HAV: Penyakit seperti Hepatitis A, typhoid, amebic
dysentry, dan polio dapat dibawa oleh perantara (contoh
lalat) melalui makanan atau minuman yang
terkontaminasi.
219
Penyebaran Hepatitis
Kemungkinan Transmisi
C = Hepatitis C
Sumber Infeksi
Β = Hepatitis B
Pasti Jarang Mungkin
Antar anggota
B C
keluarga
Paparan darah
BC
saat bekerja
Luka tertusuk
BC
jarum
Obat-obat IV
(Pemakaian jarum B C
bersama)
Transfusi BC
Hemodialisis BC
Oral BC
Sex B C
Anal/oral sex B C
220
Ibu-Anak saat
B C
melahirkan
Tindik badan BC
Akupuntur/ tato BC
Recreational
BC
Cocaine
SUMBER INFEKSI
a) Hepatitis A
b) Hepatitis C
221
c) Hepatitis G
222
INFEKSI HEPATITIS B
224
225
Infeksi didapat saat anak-anak, fase awal adalah
immune tolerance, tubuh masih mentoleransi virus
Hepatitis B untuk bereplikasi. Kemudian saat dewasa
berubah menjadi immune clearance, tubuh berusaha
untuk menghancurkan virus tersebut. Setelah itu
kemungkinannya ada dua; bisa langsung jadi sirosis
atau menjadi karier inaktif. Namun karier ini dapat
mengalami reaktivasi.
Status
Tahapan
HBeAg ALT Histologi
HBV HBV DNA
dan Anti- (SGPT) Liver
Kronis
HBeAg
Normal
HBeAg (+)
Immune >105 atau
Anti-HBe Normal
Tolerant Copies/ml inflamasi
(-)
minimal
HBeAg (+)
Immune Anti- >105 Inflamasi
Meningkat
Active HBeAg (-) Copies/ml Kronis
Atau
226
HBeAg (-)
Anti-
HBe(+)
Inflamasi,
tanpa
Inactive HBeAg (-)
<105 atau
Chronic Anti- Normal
Copies/ml dengan
Carrier HBe(+)
fibrosis
minimal
227
Fase immune tolerant:
228
Fase imun aktif ini ditandai dengan kondisi-kondisi
pada kotak kiri atas. Lalu cek HBeAg, jika negatif
langsung pertimbangkan biopsi dan terapi. Jika positif
harus observasi dulu selama 3-6 bulan. Kalo anti-HBe
positif terapi dapat ditunda.
Karier:
229
Tidak memunculkan keluhan. Pada fase ini
terdapat kondisi HBeAg negatif, anti-HBeAg positif,
HBV DNA tidak tinggi, dan SGPT normal.
230
HEPATITIS C
Kronis:
232
Dari kedua diagram proses di atas, dapat disimpulkan
bahwa perjalanan penyakit menjadi kronis akan
dipercepat dengan penggunaan alkohol dan ko-infeksi
(misal: HIV).
233
Algoritma Terapi HCV
234
235
PENCEGAHAN HEPATITIS
1. Imunisasi sebelum/setelah paparan (HAV, HBV)
2. Higienitas dan sanitasi yang baik (HAV, HEV)
3. Jauhi sumber infeksi (HBV, HCV, HGV)
KESIMPULAN
Hepatitis adalah inflamasi liver yang disebabkan oleh
hepatitis virus A, B, C, D, E, dan G.
Tingkat keparahan manifestasi klinis tergantung pada
status imunitas host.
236
Hanya hepatitis B dan C yang dapat berkembang
menjadi hepatitis kronis.
Terapi anti viral biasanya diberikan pada hepatitis
kronis.
Imunisasi hanya tersedia untuk hepatitis B dan
hepatitis A.
Alhamdulillah
237
LIVER FUNCTION TEST
dr. Dita Ria Selvyana, Sp.PD
Identitas Pasien:
Tempat tinggal: tanyakan dimana pasien tinggal
untuk mengetahui kemungkinan daerah endemik
penyakit.
Pekerjaan: beberapa pekerjaan beresiko tinggi
untuk tertular dan kita perlu menganalisis
kemungkinan kontak, contoh: tenaga medis
beresiko tinggi terkena hepatitis apabila tidak hati-
hati.
Usia: berkorelasi dengan penyakit tertentu.
Keluhan Utama:
Keluhan yang sangat dicurigai ada hubungannya
dengan penyakit hati:
238
Urin berwarna gelap: peningkatan bilirubin.
Mata berwarna kuning (ikterik): peningkatan
bilirubin.
Pruritus: sensasi kulit yang iritatif dan menimbulkan
rangsangan untuk menggaruk.
Perut membesar (busung).
Muntah darah/berak hitam.
Hepatotoksin/alkoholik/drugs abuse intravena.
239
B. PEMERIKSAAN FISIK
Tanda fisik yang sangat dicurigai yaitu:
240
Sklera ikterik Pruritus
Hepatomegali/ Bruit diatas hepar
splenomegali Foetor hepatikum
Hepar mengecil Flapping tremor
Eritema palmaris/ Ventrikel Fibrilasi
spider naevi (VF) teraba
Venektasi abdomen Ginekomasti
C. FISIK DIAGNOSTIK
241
Nah sekarang kita akan membahas tentang ikterus.
Semangat baca gaisss
IKTERUS
Definisi
Ikterus adalah perubahan warna sklera dan kulit, menjadi
kuning. Ikterus merupakan akibat dari hiperbilirubinemia.
242
Patogenesis
Produksi heme berlebihan
Gangguan transport ke hepar
Up-take hepar menurun
Gangguan conjugation
Kerusakan hepatoselulare
Obstruksi saluran empedu besar
Patofisiologi
Bisa melalui 4 mekanisme dibawah ini:
- Pembentukan bilirubin meningkat.
- Gangguan pengambilan bilirubin indirek oleh hati.
- Gangguan konjugasi bilirubin.
243
- Penurunan ekskresi bilirubin direk dalam empedu.
Pemeriksaan Laboratorium
Liver function test (LFT): screening test yang secara rutin
dikerjakan untuk melacak penyakit hati. Nilai abnormal belum
pasti menunjukan penyakit hati primer. Digunakan untuk
menghitung:
o Bilirubin total, direk, dan indirek
o AST, ALT
o Gama Globulin Transferase, Alkalifosfatase
o Albumin
Klasifikasi Diagnosis
Penyakit Hepatobilier
Penyakit parenkim hati
difus
Penyakit pada saluran
empedu besar
Space of occupying
lesion dan infiltrative
Gangguan sirkulasi
hepatik
Hiperbilirubinemia tak
terkonjugasi
HIPERBILIRUBINEMIA
244
Aspartat transaminase (Ast = SGOT)
• Merupakan enzim mitokondrial.
• Diproduksi oleh hepar, otot, jantung, dan ginjal.
• Peningkatan moderate mungkin bukan berasal dari
hepar.
• Sering menunjukkan kerusakan yang lebih berat, bila
nilai jauh lebih tinggi dari Alt.
245
• Hanya diproduksi di hepatosit.
• Meningkat pada kholestasis.
• Peningkatan paralel dengan alkalifosfatase
menunjukan kelainan tersebut dari hepatobilier.
• Untuk menilai metastasis lebih tajam dari
alkaliphosphatase, walau tidak sangat spesifik.
• Peningkatan GGT isolated, alcohol abused, dan
steatosis.
A. Tipe Unconjugated
Bilirubin indirek meningkat (80% atau lebih dari total)
Nilai normal bilirubin indirek 0,2-0,8 mg/dl
Ciri-ciri:
- Tidak ditemukan bilirubin didalam urin karena
bilirubin indirek itu tidak larut dalam air tetapi
larut dalam lemak.
- Feses berwarna gelap.
Etiologi:
- Hemolisis
- Diseritropoesis: gangguan dalam pembentukan
eritrosit karena depresi eritropoesis dalam
susmsum tulang, retikulosit tidak dapat
dilepaskan dalam peredaran darah perifer.
246
- Hematoma luas
- Infark paru
- Sindroma Crigler Neajjar: gangguan yang jarang
dimana mempengaruhi metabolisme bilirubin
- Sindroma Gilbert
- Ikterus pada neonates
B. Tipe conjugated
Bilirubin direk meningkat.
Jika tanpa peningkatan bilirubin total, disebut isolated.
Jika bilirubin direk dan indirek keduanya meningkat,
disebut mixed.
Ciri-ciri:
o Urin berwarna gelap.
o Feses berwarna pucat.
247
a) Kerusakan hepatoseluler
Alt/SGPT meningkat.
Ast/SGOT meningkat.
GGT dan AF dapat meningkat ringan (kurang 2×
normal).
Kausa terbanyak ikterus.
b) Kholestasis
AF meningkat.
GGT meningkat.
AF meningkat sangat tinggi tidak diikuti GGT
sesuai, biasanya kholestasis ekstra hati.
USG sangat membantu.
248
Cholestasis syndrome
Intrahepatik Ekstrahepatik
Penyakit hati akut/kronik Batu saluran empedu
Hepatitis virus Striktur bilier
Hepatitis alkoholik Karsinoma duktus
Obat Karsinoma pankreas
Autoimun Pankreatitis kronik
Infeksi sistemik
Post operasi
249
Articles On Clinical Studies
Pencarian Artikel dalam Pembelajaran Klinik
dr. Siti Aminah TSE, Sp.KK, M.Kes
Editor dan GE: Ojan dan Nadia - Irfan
Pada materi kali ini, kita akan maju selangkah dari cara
pembelajaran kita saat blok-blok awal yang masih problem-
learning menjadi problem-solving karena kita sudah mulai
memasuki skenario-skenario berbau mistis klinis. Jadi disini
kita akan melihat pasien dengan sudut pandang dokter,
bukan lagi mahasiswa kedokteran *yeee.
Nah sebelumnya dr. Siti sudah melakukan survey setelah
sumber-sumber belajar yang biasa digunakan oleh para calon
dokter. Mau tau?
250
• MISC *yeeeeeee • Kuliah dosen
• Textbook • Catatan kuliah kakak kelas
• Internet dengan variasi • Modul blok
alamat seperti pubmed, • ebook
medscape, dll.
• Jurnal
Diantara hasil survey tersebut, coba tebak sumber mana
yang menurutmu validitasnya paling tinggi? Hampir 99%
adalah jurnal, namun jurnal dalam konteks ini perlu kita garis
bawahi. Kenapa? Karena jurnal sendiri memiliki arti majalah
dan didalamnya terdapat berbagai
artikel seperti artikel penelitian
(original article), tinjauan pustaka
(review article), dan laporan kasus.
Diantara artikel-artikel tersebut
yang seharusnya kita gunakan
adalah original article, sedangkan
review article kurang lebih sama
seperti textbook.
251
Dari gambar diatas, pencarian EBM dilakuakn setelah kita
melihat dan menanyakan permasalahan pasien. Pertanyaan
yang dibuatpun harus dibuat secara klinis dengan standar
yang sudah ada, karena salah-salah bisa fatal akibatnya. Jika
kita sudah mendapatkan pokok permasalahannya maka kita
harus mulai mencari pemecahan masalahnya. Pada saat
pemecahan masalah ini, kita harus mencari sumber EBM
dengan melakukan telaah kritis. Jika sudah lulus kriteria maka
EBM tersebut dapat kita lakukan intervensi pada pasien dan
jangan lupa untuk terus dimonitor.
Evidenced-Based Medicine itu apa?
"the conscientious, explicit, and judicious use of current
best evidence in making clinical decisions about the care of
individual patients."
Hal-hal yang dibutuhkan untuk mencari EBM adalah:
1. Keahlian klinis (clinical expertise);
2. Bukti-bukti ilmiah dari studi yang terpercaya (best
research evidence); dan
3. Nilai-nilai yang ada pada pasien & harapan (patient
values and expectation).
5 LANGKAH EVIDENCE-BASED
Langkah I Memformulasikan pertanyaan ilmiah (dari
permasalahan pasien)
Langkah II Penelusuran informasi limiah untuk mencari
"evidence“
Langkah III Penelaahan terhadap bukti ilmiah (evidence)
yang ada
Langkah IV Penerapan hasil penelaahan kedalam praktek
Langkah V Evaluasi terhadap efficacy dan effectiveness
252
Langkah I
Memformulasikan pertanyaan ilmiah
Jenis Pertanyaan Klinis :
• Apa faktor risiko stroke?
• Terapi apa yang harus diberikan untuk penderita hernia
nucleus polposus?
• Berapa lama antibiotika harus diberikan untuk
pneumonia?
• Jika pada seorang penderita post stroke diberikan aspirin,
berapa besar kemungkinan ybs dapat terhindar dari risiko
recurrent stroke ?
Jadi pertanyaan klinis ini merupakan tahap awal untuk
problem-solving. Dalam kasus penentuan suatu diagnosis
penyakit, yang kita perlukan adalah gold standar diagnosis
penyakit tersebut. Contoh pada hepatitis viral gold standar
diagnosisnya adalah dengan menemukan virusnya melalui
PCR (atau dengan tes serologis dengan dilakukan uji
diagnosis). Selain itu juga ada tes fungsi hati. Maka bisa kita
buat pertanyaan klinis “Apakah tes fungsi hati lebih efektif
untuk menegakkan diagnosis untuk hepatitis virus?”
Nanti dalam pencariannya kita dapat menggunakan keyword
: hepatitis viral, tes fungsi hati, tes serologis, diagnosis. Lalu
setelah didapatkan hasilnya dan sudah dilakukan telaah
kritis, kita sesuaikan dengan kondisi pasien.
Struktur pertanyaan klinik
253
P I
Patient of Intervention
problem
Langkah II
Penelusuran informasi limiah untuk mencari "evidence“
Pencarian EBM ini dapat kita gunakan:
Buku yang terbitnya minimal 5 tahun yang lalu, dan direvisi
setiap 1 tahun, dan informasi updated (Dx & Tx).
254
Bisa juga dari database :
- MEDLINE
- EBM Review
- Cancerlit
- AIDSLINE
255
Artikel META ANALYSIS
Artikel RCT (single blinded)
256
Observational study (Descriptive)
257
Langkah III
Penelaahan terhadap bukti ilmiah (evidence) yang ada
Telaah kritis yang akan kita lakukan harus didasarkan pada
jenis artikel yang kita akan gunakan. Sedangkan jenis artikel
penelitian klinis (pasien) :
258
1. Diagnosis (alat penegakan diagnosis)
2. Terapi (efektivitas obat, tindakan)
3. Prognosis (perjalanan penyakit, komplikasi)
4. Harm (krn efek samping pengobatan/tindakan)
Penelaahan kritis ini bisa dipoinkan menjadi 3 hal penting
yang harus bin wajib ada:
1. Is this study important ?
Metode penelitian
Dari metode penelitian suatu artikel seharusnya kita dapat
menentukan artikel yang sesuai dengan permasalahan dan
tidak menemui kerancuan dalam proses penelaahan hasilnya.
2. Is this study valid ?
hasil penelitian
3. Does this study apply to my patient ?
pendapat & kesediaan pasien
259
Artikel Diagnosis
260
Keterangan :
PB : positif benar, hasil uji + dan kenyataan memang ada
penyakit
PS : positif semu, hasil uji +, padahal kenyataan tidak
ada penyakit
NB : negatif benar, hasil uji -, kenyataan memang tidak
ada penyakit
NS : negatif semu, hasil uji -, dan kenyataan ada
penderita penyakit
Penelitian observasional :
Hubungan antara 2 variabel, yaitu variabel prediktor
dan variabel hasil (suatu penyakit)
Sensitifitas : kemampuan alat diagnosis untuk
mendeteksi adanya penyakit. Terdapat 80% orang
yang sakit terdiagnosis sakit dengan alat tersebut.
261
Spesivisitas : kemampuan alat diagnosis untuk
menentukan bahwa subyek tidak sakit. Dari orang
yang tidak sakit, terdapat 80% orang tdk terdiagnosis
sakit dg alat tsb.
Nilai duga /predictive value
ND+ : kemungkinan seseorang menderita penyakit,
bila hasil tes diagnosis +
ND -: kemungkinan seseorang tidak menderita
penyakit, bila hasil tes diagnosis –
Tergantung besarnya prevalensi
Rasio kecenderungan (likelihood ratio)
ROC (receiver operator characteristic) value
Kegunaan :
a. Untuk memperlihatkan keseimbangan antara
sensitifitas dan spesivisitas,
262
b. Untuk menentukan nilai batas terbaik, makin
mendekati pojok kiri atas makin baik.
Interpretasi LR
a. >10 atau < 0,1, menghasilkan perubahan yg besar
dari pre dan post test probability→sering konklusif
b. 5-10 dan 0.1-0.2, perubahan sedang
c. 2-5 dan 0,5-0,2, perubahankecil (kadang-kadang
penting)
d. 1-2 dan 0,5-1, mengubah probability kecil sekali (dan
jarang penting)
263
in PV and 84% in PF. All PF sera were negative in the Dsg 3
ELISA and the specificity of both assays was 98% or greater.
Large numbers of samples could be analysed simultaneously
over a relatively short time period. The Dsg 1 and Dsg 3
ELISAs also provided objective, quantitative, reproducible
data which allowed differentiation of PV from PF and in view
of these advantages, they are likely to become a routine
technique in diagnostic laboratories.
264
Analisis Uji Klinis (Terapi)
265
Menentukan perlakuan mana yang mempunyai efek
samping lebih besar
NNH (number needed to harm) : NNH 20 (diperlukan
pemberian terapi pada 20 orang, agar efek samping
yang diharapkan terjadi pada 1 orang ),
NNH semakin >, semakin baik
Contoh Artikel :
Background
Methods
266
per kilogram of body weight per day for those with moderate
disease and 1 mg per kilogram per day for those with
extensive disease). The primary end
Results
Conclusions
267
Topical corticosteroid therapy is effective for both moderate
and severe bullous pemphigoid and is superior to oral
corticosteroid therapy for extensive disease.
ARTIKEL PROGNOSIS
Keterangan :
Penelitian Prognosis :
268
Terdapat pengendalian terhadap berbagai faktor lain,
agar efek yang terjadi benar-benar berasal dari faktor
yang diteliti
Observasi atau pengukuran pada 2 kel harus dimulai
pada saat yang sama.
Lama observasi harus sesuai dan sama pada kedua
kelompok.
Contoh Artikel :
269
CANCER RISK IN A POPULATION-BASED COHORT OF
PATIENTS HOSPITALIZED FOR PSORIASIS IN SWEDEN
270
diagnostic misclassi®cation, lack of data on treatment,
relatively short follow-up), our study provides evidence
against an increased risk of melanoma among patients
hospitalized for psoriasis. In addition to nonmelanoma skin
and genital cancers, patients hospitalized for psoriasis were
at increased risk of several malignancies, in particular those
associated with alcohol drinking and tobacco smoking. Key
words: alcohol drinking/epidemiology/malignant
melanoma/psoriasis/skin neoplasms. J Invest Dermatol
117:1531±1537, 2001
5 Langkah Evidence-Based
1. Langkah I
Memformulasikan pertanyaan Ilmiah dari
permasalahan pasien
2. Langkah II
Penelusuran informasi ilmiah untuk mencari
evidencenya
3. Langkah III
Penelaahan terhadap bukti ilmiah yang ada
4. Langkah IV
Penerapan hasil penelaahan kedalam praktek
(pengaplikasiannya)
Pengaplikasian EBM dapat digunakan untuk
menentukan pelaksanaan dalam menangani pasien,
karena kita masih calon dokter, maka
pengaplikasiannya pada saat tutorial yaitu menjawab
permasalahan pada skenario dan melaporkan hasil
belajar pada pertemuan tutorial yang ke-2
271
5. Langkah V
Evaluasi terhadap efficacy dan effectiveness
Hasil evaluasi dapat diketahui dari kepuasan pasien
dengan hasil pelayanan medisnya, sedangkan kita
yang calon dokter bisa mengetahuinya melalui nilai
MCQ dan nilai miniquiz yang demikian adanya :”
272