Anda di halaman 1dari 3

“AMPLOP” MUSIMAN

Oleh : Marselinus Dama

Terpampang disetiap sudut kota, di jalanan, di tembok-tembok, di batang-batang pepohonan


gambar dari berbagai warna muka yang penuh dengan seribu senyuman, seakan senyumannya itu
mewakili hati tulusnya. Namun ternyata senyumannya itu adalah senjata ampuhnya yang ia
rancangkan untuk menjinak hati para pemilihnya nanti. Masih banyak lagi senjata yang ia
gunakan, namun itu adalah hal yang jarang dilihat oleh siapapun, bahkan petugaspun ia
lenyapkan dengan senjata ampuhnya itu. Hanya senyum manisnya itulah senjata yang bisa dilihat
oleh semua orang, karena akan tahu bahwa dari siapa senjata itu datang.

Persaingan politik di Indonesia begitu ketat. Dengan berbagai cara yang dilakukan setiap para
calon, dari hal kecil yang sebenarnya sukar ditemukan namun dengan cara itulah senjata utama
mereka dalam memboyong setiap para pemilih.

Rakyat seakan menjadi raja sementara, ketika musim itu datang dan martabat dari raja-raja
tersebut naik drastis. Para raja-raja pun memiliki harapan besar bahwa pengganti mereka yang
akan mereka pilih nanti adalah para raja baru yang mampu mengatasi masalah pada setiap
rakyatnya.

Dua minggu yang lalu, rumah kami di datangi orang asing yang sebelumnya kami tidak pernah
melihat mereka. Mereka terlihat santun dan ramah, senyum lebar mereka seakan-akan memberi
kesan yang indah dan bagus. Situasi di rumah kami pun begitu nyaman, tak seperti sebelumnya
yang dipenuhi dengan teriakan-teriakan yang tajam dan menusuk di hati. Seperti seorang
majikan yang sedang marah kepada pembantu rumahnya. Namun situasi itu seakan-akan
dilenyapkan ketika orang asing itu datang ke rumah kami.

“Siang pak, apakah betul ini rumahnya pak Bapak Marten?” Tanya orang asing itu dengan suara
lembut.

“Betul pak, ini rumahnya pak Marten dan anda sekarang sedang berbicara dengannya”. jawab
pak Marten dengan sopan sambil mengetup jari tangannya.

“Maaf ya pak, kedatangan kami sangat mendadak dan mungkin mengganggu bapak dan
keluarga, apalagi tidak mengenal kami sebelumnya”. Jawab mereka dengan suara agak sedikit
bergetar.

“Ohh.., tidak apa-apa pak” Jawab pak Marten lagi.


Obrolan kami pun semakin lama, hingga tak ku sadari bahwa jarum jam sudah menunjukan
pukul 12:30, dan kami belum makan malam.

“Aduh, maaf ya pak, kami lupa menyiapkan makan malam untuk kita” kata pak Marten.

“ Sudah pak. Aman saja, kami tidak mengharapkan untuk di beri makan, asalkan kami bisa
mengobrol dengan bapak malam malam ini”. Jawab orang asing itu serentak.

“Sekarang kami mau pulang pak, lagian sekarang sudah menunjukan pukul 02:15”

“Tunggu dulu pak, istri saya sudah menyiapkan makanan untuk kita”. Kata pak Marten.

“Sudahlah pak, kami hanya datang untuk memberitahukan bahwa tiga minggu lagi kita akan
melaksanakan pemilihan pemimpin baru, jadi ini ada amplop untuk bapak, dan yang pasti
amplop ini ada isinya”. Sambil menyodorkan amplop putih kecil kepada pak martinus.

“Waduh pak, bukannya pemberian amplop musim-musim begini di sebut haram pak”. Jawab pak
Martinus dengan sedikit menolak pemberian dari orang asing itu.

“Yakin saja pak. Amplop ini bukanlah amplop haram, tetapi kami hanya mau menyumbang
sedikit kepada bapak sekeluarga.

“Ya sudah pak, kami tidak lama-lama lagi di sini, takutnya kami di anggap pencuri oleh petugas
SISKAMLING di desa ini”. Kata orang asing itu sambil berjalan pulang.

****

Persaingan politik pun semakin memanas, tinggal satu minggu lagi menuju hari pemilihan.
Tingkah laku dari setiap para calon pun seakan seperti pastor pemimpin ibadat dalam Gereja
Katolik. Kata-kata mereka begitu sopan, santun, dan ramah, tapi ternyata itu adalah tipuan
semata, demi merenggut isi hati dari para raja-raja sementara tersebut. Money politic pun
menjadi sesuatu yang di anggap lumrah di telinga masyarakat. Nyatanya, rumah pak Marten di
datangi orang asing yang sebelumnya keluarga pak Marten tidak mengenal mereka. Tapi itu
mungkin mereka adalah kelompok dari para para calon raja baru untuk merenggut isi hati dari
para setiap raja-raja sementara tersebut.

Orang menganggap bahwa ketika musim itu datang lagi, itu merupakan musim peralihan
sementara, karena yang rendah akan di tinggikan, yang tinggi akan direndahkan. Dengan cara
inilah para calon raja baru tersebut akan melenyapkan pikiran dari setiap para pemilihnya. Tanpa
disadari bahwa, hal seperti itulah yang akan membunuh hak dan kewajiban dari setiap para
pemilih ketika para calon raja baru tersebut sudah dipilih.

Dilihat dari berbagai sudut, kebunku yang penuh dengan bunga itu sangatlah indah, dipenuhi
berbagai macam warna yang memanjakan mata. Namun ketika kita berada dalam kebun itu, ada
salah satu dari berbagai macam bunga yang membuat kita tidak nyaman, bahkan kita tidak ingin
berada di situ selamanya. Ya, raflesia adalah salah satu bunga yang membuat kebunku itu
menjadi tak indah dan harum. Baunya begitu menyengat, namun kita tidak tau mengapa bunga
itu ada.

Anda mungkin juga menyukai