Anda di halaman 1dari 1

GADIS PATRIOT

Lima tahun lalu sejak aku masih SD kelas tiga, ayahku mengalami sakit yang begitu ngeri,
ditambah lagi dengan keadaan ekonomi keluarga yang serba kekurangan membuatku harus ikut
bekerja membantu ibuku untuk kebutuhan keluarga kami. Saat aku sudah berada di bangku SD
kelas lima, keluargaku menangis terpontang panting karena sosok seorang ayah yang menjadi
nomor satu dalam keluarga telah pergi meninggalkan kami selamanya. Akupun menangis tersdu-
sedu.

Saat pulang sekolah, kumelihat ayahku terbaring di kasur tempat tidurnya, hidungnya disumbat
dengan kapas putih dan juga telinganya. Akupun tergeletak jatuh di samping tubuhnya yang
penuh kaku. Badanku begitu lemas, tak bisa berdiri.” Ayah..ayah..ayahh, kenapa engkau pergi
meninggalkan kami”, teriaku disela-sela tangisan orang di rumahku.

Masih begitu melekat rasa kesedihan itu pada aku dan keluargaku. Saat kepergian ayah, aku
tak pernah merasa menyerah untuk menjalani kehidupan ini. Hingga sampai saat ini, aku masih
membantu ibuku untuk berjualan berbagai jenis makanan di dalam kawasan kampus dekat
rumahku. Aku biasanya menjual jagung goreng, jagung rebus, ubi goreng, tahu goreng, tempe
goring, dan juga sejenis makanan lainnya. Ibuku, bukan menyuruhku untuk membantunya
berjualan tetapi itu adalah niatku dalam membantu mencari uang untuk keperluan keluargaku.

Sekarang, aku sudah berada di bangku kelas tujuh SMP, aku tetap tegar menjalani hari-
hariku walau tanpa sosok sang ayah. Jam pelajaran di sekolahku mulai jam 11:00 siang, pagi
sebelum aku berangkat ke sekolah, aku berjualan mengelilingi kawasan kampus di dekat
rumahku begitu pula ketika aku pulang sekolah. Biasanya aku membawa jualanku sebanyak
seratus buah makanan. Puji Tuhan, setiap kali aku berjualan makanan itu terlaku habis. Uang
hasil jualan itu kuberikan pada ibuku, dan aku mendapat bagian sekitar dua puluh ribu rupuah.
Lima ribunya aku bawa ke sekelah untuk uang jajan, dan sisanya saya sisihkan dalam tabungan
saya supaya tidak lagi merepotkan ibuku ketika ada kebutuhan yang mendadak dari sekolah.

Aku tetap mengatur waktu dengan baik untuk ke sekolah, jualan, belajar, dan bermain.
Seperti itulah kegiatan hari-hariku. Walaupun waktu untuk bermain dengan sahabatku sedikit,
tapi aku selalu menggunakan kesempatan itu dengan baik.

Aku tidak terlalu berharap pada pemerintah untuk memperhatikan uang sekolahku, aku hanya
berharap bahwa pendidikan itu harus merata, bagi mereka yang lemah dan membutuhkan
pendidikan, agar tercapailah kemakmuran bagi kaum lemah dalam bangsa ini. Sekarang, aku
terus mengelilingi kawasan tempat jualanku, bagiku adalah orang-orang di kampus itu yang
membuat ketegaranku dalam berjualan demi membantu ekonomi keluarga kami.

Anda mungkin juga menyukai