Kotrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadiya kehamilan. Upaya itu dapat bersifat
sementara, dapat pula bersifat permanen. Pengunaan kontrasepsi merupakan salah satu
variabel yang mempengaruhi fertilitas. Kontrasepsi pascapersalinan merupakan inisiasi
pemakaian metode kontrasepsi dalam waktu 6 minggu pertama pascapersalinan untuk
mecegah terjadiya kehamilan yang tidak diinginkan, khususnya pada 1-2 tahun pertama
pascapersalinan. Konseling tentang keluarga berencana atau metode kontrasepsi sebaiknya
diberikan sewaktu asuhan antenatal maupun pascapersalinan.
1. Memberi ASI esklusif kepada bayi sejak lahir sampai berusia 6 bulan
2. Sesudah bayi berusia 6 bulan diberikan makanan pendamping ASI, dengan pemberian
ASI diteruskan sampai anak berusia 2 tahun.
3. Tidak menghentikan ASI untuk memulai suatu metode kontrasepsi.
4. Metode kontrasepsi pada pasien menyusui dipilih agar tidak mempengaruhi ASI atau
kesehatan bayi.
Sebenarnya , pada wanita pasca persalinan kemungkinan untuk hamil kembali akan lebih kecil
jika mereka terus menyusui setelah melahirkan. Meskipun laktasi dapat membantu mencega
kehamilan, akan tetapi suatu saat ovulasi akan tetap terjadi. Pemilihan kontrasepsi untuk ibu
pasca persalinan perlu dipertimbagankan dengan baik. Sehingga tidak mengganggu proses
laktasi dari kesehatan bayinya. Selain metode laktasi ada beberapa metode yang bisa digunakan
yaitu :
b. Kontrasepsi hormonal
Pemakaian kontrasepsi hormonal dipilih yang berisi progestin saja, sehingga dapat
digunakan untuk wanita dalam masa laktasi karna tidak dapat mengganggu produksi ASI
serta tubuh kembang bayi. Metode ini bekerja dengan menghamat ovulasi,
mengentalkan lender serviks sehingga menghambat penetrasi sperma, menghalagi
implantasi ovum pada endometrium dan menurunkan kecepatan transportasi ovum di
tuba. Suntikan progestin dan mini pil dapat diberikan sebelum pasien meninggalkan
rumasakit pasca bersalin, yaitu sebaiknya sesudah ASI terbentuk, kira-kira hari ke 3-5
untuk wanita pasca bersalin yang tidak menyusui, semua jenis metode kontrasepsi
dapat digunakan, kecuali MAL.waktu pemakaian kontrasepsi tergantung dari jenis
metode yang digunakan. AKDR kontaksi mantap, dan suntik progestin dapat diberikan
segera setelah persalinan. Pemakaian kontrasepsi hormonal yang berisi kombinasi
ekstrogen dan progesterone harus ditunda higa 3 minggu pembekuan darah.
Namun demikian, patut diingat bahwa tidak ada stupun metode kontasepsi yang
memiliki efektifitas 100. Persen untuk itu pengetahuan yang baik diperlukan sebelum
memilih dan mengunakan metode kontrasepsi tertentu. Adanya konsultasi dengan
praktisi kesehatan atau dokter terlebi dahulu sangat disarankan sehingga didapatkan
pemahaman yang baik tentang kontrasepsi yang akan digunakan.
KONTRASEPSI DARURAT
A. Pengertian Kontrasepsi Darurat
Kontrasepsi darurat adalah kontrasepsi yang dipakai setelah senggama oleh wanita
yang tidak hamil untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan.
Untuk mencega kehamilan yang tidak diinginkan. Bila terjadi kesalahan dalam
pemakaian kontrasepsi seperti :
Mencocokan antara suatu metode kontrasepsi dan setiap klien bertanggung pada sejumlah
faktor. Dalam memutuskan metode mana yang akan digunakan, klien dipengaruhi oleh
kepentingan pribadi, pertimbagan kesehatan, biaya aksesibilitas, dan linkungan budaya mereka.
Faktor-faktor spesifik ini serta spesik ini serta tingkat kepentingan relatifnya berbeda dari satu
pasangan kepasangan lain. Faktor-faktor pemilihan dapat berubah seiring dengan bertambanya
usia reproduksi klien sehingga diperlukan reevaluasi terhadap metode apa yang paling baik
untuk mematuhi individual kebutuhan klien.
A. Faktor pribadi
Faktor-faktor pribadi yang masuk ke pengambilan keputusan seseorang berkaitan dengan
pemilihan metode kontrasepsi meliputi usia, paritas, usia anak kecil,tujuan reproduksi
(menjarangkan atau menghentikan kehamilan), frekuensi hubungan kelamin, hubungan dengan
pasangan, pengaru orang lain dalam mengambil keputusan, pengenalan pemakai serta tingkat
kenyaman terhadap tubuh dan sistem reproduksi mereka sendiri.
a. Usia
Usia seorang wanita dapat mempengaruhi kecocokan dan akseptabilitas metode-
metode kontrasepsi tertentu. Dua kelompok pemakai remaja dan wanita
perimonopause perlu mendapat perhatian khusus.
Secara umum, remaja kecil kemungkinannya memiliki kontraindikasi medis terhadap
pemakaian metode (kecuali remaja nulipara yang seyogianya tidak mengunakan AKDR).
Namun, faktor-faktor prilaku dapat menjadi penting dalam menentukan metode yang
akan memberi perlindungan kontrasepsi terbalik. Contonya ialah remaja yang mungkin
mengalami kesulitan mematuhi syarat-syarat pemakaian metode, misalnya minum pil
setiap hari atau memasukan diafragma sebelum berhubungan kelamin. Remaja, yang
sudah atau belum menikah, juga diketahui kurang tahan terhadap efek samping
sehingga memiliki angka putus-KB yang tinggi. Selain itu, sebagian remaja mungkin
beresiko tinggi terpanjang PMS sehingga seyogianya didorong untuk mengunakan
kondom.