Anda di halaman 1dari 5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Perlindungan Konsumen

1. Pengertian Konsumen dan Perlindungan Konsumen

1.1 Pengertian Konsumen

Istilah “konsumen” sebagai suatu konsep telah diperkenalkan sejak

berpuluh – puluh tahun yang lalu, dan sampai saat ini sudah puluhan negara

yang mempunyai undang-undang atau pengaturan terhadap perlindungan

konsumen dan sekaligus menyediakan sarana peradilannya. Istilah konsumen

berasal dari bahasa inggris yaitu consumers yang secara harfiah arti kata

costumers adalah “(lawan dari produsen)” yaitu setiap orang yang

menggunakan barang, begitu juga kamus bahasa inggris-indonesia memberi

arti kata consumer sebagai pemakai atau konsumen.

Pengertian konsumen dalam Undang-undang No. 8 tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen termuat dalam Pasal 1 ayat 2 yang menjelaskan

bahwa konsumen yaitu setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang

tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang

lain, maupun mahkluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.

Dalam penjelasan resmi Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen disebutkan bahwa di dalam kepustakaan ekonomi

dikenal istilah konsumen akhir dan konsumen antara. Konsumen akhir adalah
pengguna atau pemanfaat akhir dari suatu produk, sedangkan konsumen antara

adalah konsumen yang menggunakan produk sebagai bagian dari proses

produksi suatu produk lain. Kalimat tidak untuk diperdagangkan dari rumusan

pasal tersebut di atas menunjukkan bahwa konsumen yang dimaksud dalam

Undang-Undang Perlindungan Konsumen adalah konsumen akhir yang artinya

tujuan pengguanaan barang atau jasa bukan untuk dijual kembali, sehingga

mempunyai tujuan yang non-komersial, seperti untuk kepentingan pribadi atau

rumah tangga. Adapun batasan mengenai konsumen akhir tersebut adalah :

1. Pemakai terakhir dari barang untuk keperluan sendiri atau orang lain

dan tidak untuk diperjual belikan.

2. Pemakai barang atu jasa yang tersedia dalam masyarakat, bagi

keperluan diri sendiri atau keluarganya atau orang lain dan tidak untuk

diperdagangkan kembali.

3. Setiap orang atu keluarga yang mendapat barang untuk dipakai dan

tidak untuk dipakai lagi.1

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat memuat definisi tentang konsumen seperti yang

termuat pada pasal 1 angka 5, yaitu konsumen adalah setiap pemakai dan/atau

jasa, baik untuk keperluan diri sendiri maupun kepentingan orang lain.

1.2 Hukum Perlindungan Konsumen

Salah satu wujud dari implementasi peran hukum dalam kegiatan usaha

diantaranya tercermin dalam wujud perlindungan hukum terhadap pihak-pihak

1
Az. Nasution
yang terlibat dalam kegiatan usaha tersebut,baik perlindungan terhadap para

pelaku usaha, maupun perlindungan terhadap para pengguna jasa atau produk

yang dihasilkannya. Perlindungan terhadap para pelaku usaha antara lain dapat

dilihat dari adanya jaminan yang diberikan oleh pemerintah terhadap aktivitas

yang mereka jalankan dan perlindungan terhadap aset-aset usaha mereka.

Demikian halnya perlindungan yang harus dirasakan oleh para pengguna

produk dan jasa yang disediakan oleh pelaku usaha2

Salah satu cara untuk menciptakan ketertiban dalam masyarakat adalah

memberikan perlindungan bagi masyarakat dalam melakukan kegiatan

ekonomi. Adanya hubungan antara pelaku usaha dan konsumen sering terdapat

ketidaksetaraan diantara keduanya. Konsumen biasanya berada dalam posisi

yang lemah, sehingga sering terjadi ketidakseimbangan antara pelaku usaha

yang merasa mempunyai posisi yang lebih kuat daripada konsumen.

Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen menyatakan bahwa perlindungan konsumen

adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk

memberikan perlindungan kepada konsumen.

1.3 Asas Hukum Perlindungan Konsumen

Asas hukum perlindungan konsumen menurut Pasal 2 Undang-Undang Nomor

36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, menyatakan bahwa pembangunan

kesehatan harus memperhatikan berbagai asas yang memberikan arah

2
Johan Arifin, 2010, Perlindungan Hukum Nasabah Lembaga Keuangan Mikro Syari’ah
(StudiTerhadap Nasabah BMT Di Kota Semarang), Walisongo Pers, Semarang, hlm. 109.
pembangunan kesehatan. Asas tersebut dilaksanakan melalui upaya kesehatan,

sebagai berikut:

a. Asas perikemanusiaan yang berarti bahwa pembangunan kesehatan

harus dilandasi atas perikemanusiaan yang berdasarkan pada Ketuhanan

Yang Maha Esa dengan tidak membedakan golongan, agama, dan

bangsa.

b. Asas keseimbangan berarti bahwa pembangunan kesehatan harus

dilaksanakan antara kepentingan individu dan masyarakat, antara fisik

dan mental serta antara material dan spiritual.

c. Asas manfaat berarti bahwa pembangunan kesehatan harus memberikan

manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemanusiaan dan perikehidupan

yang sehat bagi setiap warga negara.

d. Asas perlindungan berarti bahwa pembangunan kesehatan harus dapat

memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada pemberi dan

penerima pelayanan kesehatan.

e. Asas penghormatan terhadap hak dan kewajiban berarti bahwa

pembangunan kesehatan dengan menghormati hak dan kewajiban

masyarakat sebagai bentuk kesamaan kedudukan hukum.

f. Asas keadilan berarti bahwa penyelenggaraan kesehatan harus dapat

memberikan pelayanan yang adil dan merata kepada semua lapisan

masyarakat dengan pembiayaan yang terjangkau.


g. Asas gender dan nondiskriminatif berarti bahwa pembangunan

kesehatan tidak membedakan perlakuan terhadap perempuan dan laki-

laki.

h. Asas norma agama berarti pembangunan kesehatan harus

memperhatikan dan menghormati serta tidak membedakan agama yang

dianut masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai