Fraktur Thoracolumbal
Fraktur Thoracolumbal
FRAKTUR
VERTEBRA THORAKOLUMBALIS
Disusun oleh:
Adelia Melianti (406107010)
NIM : 406107010
Fakultas : Kedokteran
Disetujui, Disetujui,
Referat dengan judul “Fraktur Vertebra Thorakolumbalis” ini disusun dalam rangka
memenuhi tugas Kepaniteraan Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Tarumanagara di
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang periode 12 Maret 2012 – 19 Mei 2012.
• dr. Riyanto, Sp.B, selaku ketua SMF dan pembimbing kepaniteraan klinik
ilmu bedah RSUD Kota Semarang.
• semua pihak yang membantu penulisan referat ini baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam referat ini, oleh karena
itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua
pihak, sehingga referat ini menjadi lebih baik. Harapan penulis semoga referat ini
bermanfaat. Mohon maaf atas segala kekurangan dalam penyusunan referat ini, atas
kritik dan sarannya, penulis mengucapkan terimakasih.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..............................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN....…………………………………………………………...............ii
KATA PENGANTAR……………………………………………………………….....................iii
DAFTAR ISI.……………………………………………………………….................................iv
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………….................1
II.1. ANATOMI..........................................................................................................3
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................27
BAB I
PENDAHULUAN
Vertebra dimulai dari cranium sampai pada apex coccigeus, membentuk skeleton dari leher,
punggung dan bagian utama dari skeleton (tulang cranium, costa dan sternum). Fungsi vertebra
yaitu melindungi medulla spinalis dan serabut saraf, menyokong berat badan dan berperan dalam
perubahan posisi tubuh. Vertebra pada orang dewasa terdiri dari 33 vertebra dengan pembagian 5
Tulang belakang merupakan suatu satu kesatuan yang kuat diikat oleh ligamen di depan dan
dibelakang serta dilengkapi diskus intervertebralis yang mempunyai daya absorbsi tinggi terhadap
tekanan atau trauma yang memberikan sifat fleksibel dan elastis. Semua trauma tulang belakang
harus dianggap suatu trauma hebat sehingga sejak awal pertolongan pertama dan transportasi ke
Trauma medulla spinalis dapat terjadi bersamaan dengan trauma pada tulang belakang yaitu
terjadinya fraktur pada tulang belakang, ligamentum longitudinalis posterior dan duramater bisa
robek, bahkan dapat menusuk ke kanalis vertebralis serta arteri dan vena-vena yang mengalirkan
darah ke medula spinalis dapat ikut terputus. Cedera medulla spinalis merupakan kelainan yang
pada masa kini banyak memberikan tantangan karena perubahan dan pola trauma serta kemajuan di
bidang penatalaksanaannya. Jika di masa lalu cedera tersebut lebih banyak disebabkan oleh jatuh
dari ketinggian, pada masa kini penyebabnya lebih beraneka ragam seperti kecelakaan lalu lintas,
jatuh dari tempat ketinggian dan kecelakaan olah raga. Pada masa lalu, kematian penderita dengan
cedera medulla spinalis terutama disebabkan oleh terjadinya penyulit berupa infeksi saluran kemih,
tulang belakang dan medulla spinalis. Penyebab trauma tulang belakang adalah kecelakaan lalu
lintas (44%), kecelakaan olah raga (22%), terjatuh dari ketinggian (24%), kecelakaan kerja.2,3
Di U.S., insiden cedera medulla spinalis sekitar 5 kasus per satu juta populasi per tahun atau
sekitar 14.000 pasien per tahun. Insiden cedera medulla spinalis tertinggi pada usia 16-30 tahun
(53,1 %). Insiden cedera medulla spinalis pada pria adalah 81,2 %. Sekitar 80 % pria dengan cedera
medulla spinalis terdapat pada usia 18-25 tahun. SCIWORA (spinal cord injury without radiologic
abnormality) terjadi primer pada anak-anak. Tingginya insiden cedera medulla spinalis komplit
yang berkaitan dengan SCIWORA dilaporkan terjadi pada anak-anak usia kurang dari 9 tahun.5
Pasien dengan trauma tulang belakang komplit berpeluang sembuh kurang dari 5 %. Jika
terjadi paralisis komplit dalam waktu 72 jam setelah trauma, peluang perbaikan adalah nol.
Prognosis trauma tulang belakang inkomplit lebih baik. Jika fungsi sensoris masih ada, peluang
Oleh karena itu, penulis menyusun referat ini untuk mengetahui mekanisme trauma, diagnosis
dan penatalaksanaan dari cedera tulang belakang terutama thoracolumbal, secara tepat sehingga
II.1. ANATOMI
Vertebra adalah pilar yang berfungsi sebagai penyangga tubuh dan melindungi medulla
spinalis. Pilar itu terdiri atas 33 ruas tulang belakang yang tersusun secara segmental yang
terdiri atas 7 ruas tulang servikal (vertebra servikalis), 12 ruas tulang torakal (vertebra
torakalis), 5 ruas tulang lumbal (vertebra lumbalis), 5 ruas tulang sakral yang menyatu (vertebra
Setiap ruas tulang belakang dapat bergerak satu dengan yang lain oleh karena adanya dua
sendi di posterolateral dan diskus intervertebralis di anterior. Pada pandangan dari samping,
pilar tulang belakang membentuk lengkungan atau lordosis di daerah servikal dan lumbal.
merupakan satu kesatuan yang kokoh dengan diskus yang memungkinkan gerakan antar korpus
ruas tulang belakang. Lingkup gerak sendi pada vertebra servikal adalah yang terbesar.
Vertebra torakal berlingkup gerak sedikit karena adanya tulang rusuk yang membentuk toraks,
sedangkan vertebra lumbal mempunyai ruang lingkup gerak yang lebih besar dari torakal tetapi
2. Elemen posterior (kompleks ligamentum posterior) yang terdiri atas lamina, pedikel,
Setiap ruas tulang belakang terdiri atas korpus di depan dan arkus neuralis di belakang
yang di situ terdapat sepasang pedikel kanan dan kiri, sepasang lamina, 2 pedikel, 1 prosesus
spinosus, serta 2 prosesus transversus. Beberapa ruas tulang belakang mempunyai bentuk
khusus, misalnya tulang servikal pertama yang disebut atlas dan ruas servikal kedua yang
disebut odontoid. Kanalis spinalis terbentuk antara korpus di bagian depan dan arkus neuralis di
bagian belakang. Kanalis spinalis ini di daerah servikal berbentuk segitiga dan lebar, sedangkan
di daerah torakal berbentuk bulat dan kecil. Bagian lain yang menyokong kekompakan ruas
tulang belakang adalah komponen jaringan lunak yaitu ligamentum longitudinal anterior,
ligamentum supraspinosus.6
Stabilitas tulang belakang disusun oleh dua komponen, yaitu komponen tulang dan
komponen jaringan lunak yang membentuk satu struktur dengan tiga pilar. Pertama yaitu satu
tiang atau kolom di depan yang terdiri atas korpus serta diskus intervertebralis. Kedua dan
ketiga yaitu kolom di belakang kanan dan kiri yang terdiri atas rangkaian sendi intervertebralis
lateralis. Tulang belakang dikatakan tidak stabil, bila kolom vertikal terputus pada lebih dari
dua komponen. 6
Medulla spinalis berjalan melalui tiap-tiap vertebra dan membawa saraf yang
menyampaikan sensasi dan gerakan dari dan ke berbagai area tubuh. Semakin tinggi kerusakan
saraf tulang belakang, maka semakin luas trauma yang diakibatkan. Misal, jika kerusakan saraf
tulang belakang di daerah leher, hal ini dapat berpengaruh pada fungsi di bawahnya dan
menyebabkan seseorang lumpuh pada kedua sisi mulai dari leher ke bawah dan tidak terdapat
sensasi di bawah leher. Kerusakan yang lebih rendah pada tulang sakral mengakibatkan sedikit
kehilangan fungsi.6
Gambar 3. Persarafan Tulang Belakang
pada muka atau dahi akan memaksa kepala ke belakang dan tanpa menyangga
oksiput sehingga kepala membentur bagian atas punggung. Ligamen anterior dan
diskus dapat rusak atau arkus saraf mungkin mengalami fraktur. Cedera ini stabil
2. Fleksi
Trauma ini terjadi akibat fleksi dan disertai kompresi pada vertebra. Vertebra akan
mengalami tekanan dan remuk yang dapat merusak ligamen posterior. Jika
ligamen posterior rusak maka sifat fraktur ini tidak stabil sebaliknya jika
ligamentum posterior tidak rusak maka fraktur bersifat stabil. Pada daerah cervical,
tipe subluksasi ini sering terlewatkan karena pada saat dilakukan pemeriksaan sinar-X
bahan diskus dapat bergeser ke dalam kanalis spinalis. Berbeda dengan fraktur
kompresi murni, keadaan ini merupakan cedera tak stabil dengan risiko progresi
yang tinggi. Fleksi lateral yang terlalu banyak dapat menyebabkan kompresi pada
setengah corpus vertebra dan distraksi pada unsur lateral dan posterior pada sisi
sebaliknya. Jika permukaan dan pedikulus remuk, lesi bersifat tidak stabil.7
Kekuatan vertikal yang mengenai segmen lurus pada spina servikal atau lumbal akan
menimbulkan kompresi aksial. Nukleus pulposus akan mematahkan lempeng vertebra dan
menyebabkan fraktur vertikal pada vertebra, dengan kekuatan yang lebih besar, bahan
diskus didorong masuk ke dalam badan vertebral, menyebabkan fraktur remuk (burst
fracture). Karena unsur posterior utuh, keadaan ini didefinisikan sebagai cedera
stabil. Fragmen tulang dapat terdorong ke belakang ke dalam kanalis spinalis dan
terjadi. 7
5. Rotasi-fleksi
Cedera spina yang paling berbahaya adalah akibat kombinasi fleksi dan rotasi.
Ligamen dan kapsul sendi teregang sampai batas kekuatannya, kemudian dapat
robek, permukaan sendi dapat mengalami fraktur atau bagian atas dari satu
vertebra dapat terpotong. Akibat dari mekanisme ini adalah pergeseran atau dislokasi ke
depan pada vertebra di atas, dengan atau tanpa kerusakan tulang. Semua fraktur-
dislokasi bersifat tak stabil dan terdapat banyak risiko munculnya kerusakan neurologik.7
6. Translasi Horizontal
Kolumna vertebralis teriris dan segmen bagian atas atau bawah dapat bergeser ke
anteroposterior atau ke lateral. Lesi bersifat tidak stabil dan sering terjadi kerusakan
syaraf.7
Penyebab tersering cedera torakolumbal adalah jatuh dari ketinggian serta kecelakaan lalu
lintas. Jatuh dari ketinggian dapat menimbulkan patah tulang vertebra tipe kompresi. Pada
kecelakaan lalu lintas dengan kecepatan tinggi dan tenaga besar sering didapatkan berbagai
macam kombinasi gaya, yaitu fleksi, rotasi, maupun ekstensi sehingga tipe frakturnya adalah
fraktur dislokasi.6
- Cedera stabil : jika bagian yang terkena tekanan hanya bagian medulla spinalis anterior,
komponen vertebral tidak bergeser dengan pergerakan normal, ligamen posterior tidak
rusak sehingga medulla spinalis tidak terganggu, fraktur kompresi dan burst fraktur
posteriornya rusak atau robek. Fraktur medulla spinalis disebut tidak stabil jika
kehilangan integritas dari ligamen posterior. Menentukan stabil atau tidaknya fraktur
yaitu anteroposterior, lateral, oblik kanan dan kiri. Dalam menilai stabilitas vertebra, ada
tiga unsur yamg harus dipertimbangkan yaitu kompleks posterior (kolumna posterior),
1. kolumna anterior yang terbentuk dari ligament longitudinal dan 2/3 bagian anterior dari
2. kolumna media yang terbentuk dari 1/3 bagian posterior dari corpus vertebralis, diskus
3. kolumna posterior yang terbentuk dari pedikulus, sendi-sendi permukaan, arkus tulang
Adanya kompresi pada bagian depan corpus vertebralis yang tertekan dan membentuk
patahan irisan. Fraktur kompresi adalah fraktur tersering yang mempengaruhi kolumna
vertebra. Fraktur ini dapat disebabkan oleh kecelakaan jatuh dari ketinggian dengan posisi
terduduk ataupun mendapat pukulan di kepala, osteoporosis dan adanya metastase kanker
dari tempat lain ke vertebra kemudian membuat bagian vertebra tersebut menjadi lemah
dan akhirnya mudah mengalami fraktur kompresi. Vertebra dengan fraktur kompresi akan
Fraktur yang terjadi ketika ada penekanan corpus vertebralis secara langsung, dan tulang
menjadi hancur. Fragmen tulang berpotensi masuk ke kanalis spinalis. Terminologi fraktur
ini adalah menyebarnya tepi korpus vertebralis kearah luar yang disebabkan adanya
kecelakaan yang lebih berat dibanding fraktur kompresi. Tepi tulang yang menyebar atau
melebar itu akan memudahkan medulla spinalis untuk cedera dan ada fragmen tulang yang
mengarah ke medulla spinalis dan dapat menekan medulla spinalis dan menyebabkan
paralisis atau gangguan syaraf parsial. Tipe burst fracture sering terjadi pada thoraco
lumbar junction dan terjadi paralysis pada kaki dan gangguan defekasi ataupun miksi.
Diagnosis burst fracture ditegakkan dengan x-rays dan CT scan untuk mengetahui letak
fraktur dan menentukan apakah fraktur tersebut merupakan fraktur kompresi, burst fracture
atau fraktur dislokasi. Biasanya dengan scan MRI, fraktur ini akan lebih jelas
Terjadi ketika ada segmen vertebra berpindah dari tempatnya karena kompresi, rotasi atau
tekanan. Ketiga kolumna mengalami kerusakan sehingga sangat tidak stabil, cedera ini
sangat berbahaya. Terapi tergantung apakah ada atau tidaknya korda atau akar syaraf yang
rusak. Kerusakan akan terjadi pada ketiga bagian kolumna vertebralis dengan kombinasi
mekanisme kecelakaan yang terjadi yaitu adanya kompresi, penekanan, rotasi dan proses
kerusakan parah pada ligamentum posterior, fraktur lamina, penekanan sendi facet dan
akhirnya kompresi korpus vertebra anterior. Namun dapat juga terjadi dari bagian anterior
ke posterior. kolumna vertebralis. Pada mekanisme rotasi akan terjadi fraktur pada
prosesus transversus dan bagian bawah costa. Fraktur akan melewati lamina dan seringnya
Sering terjadi pada kecelakaan mobil dengan kekuatan tinggi dan tiba-tiba mengerem
sehingga membuat vertebra dalam keadaan fleksi, dislokasi fraktur sering terjadi pada
thoracolumbar junction.10
membentuk pisau lipat dengan poros yang bertumpu pada bagian kolumna anterior
vertebralis. Pada cedera sabuk pengaman, tubuh penderita terlempar kedepan melawan
tahanan tali pengikat. Korpus vertebra kemungkinan dapat hancur selanjutnya kolumna
posterior dan media akan rusak sehingga fraktur ini termasuk jenis fraktur tidak stabil.7
1. Type A
Compressive loads
2. Type B
Distraction forces
3. Type C
Segmen korda lumbal pertama pada orang dewasa berada pada tingkat vertebra T10.
Akibatnya, transeksi korda pada tingkat itu akan menghindarkan korda toraks tetapi
mengisolasikan seluruh korda, lumbal dan sakral, disertai paralisis tungkai bawah dan visera.
Akar toraks bagian bawah juga dapat mengalami transeksi tetapi tak banyak pengaruhnya.7
Di Bawah Vertebra Th X
Korda membentuk suatu tonjolan kecil (konus medularis) di antara vertebra T I dan LI, dan
meruncing pada ruang di antara vertebra LI dan L2. Akar saraf L2 sampai S4 muncul dari
konus medularis dan beraturan turun dalam suatu kelompok (cauda equina) untuk muncul
pada tingkat yang berurutan pada spina lumbosakral. Karena itu, cedera spinal di atas vertebra
T10 menyebabkan transeksi korda, cedera di antara vertebra T10 dan LI dapat menyebabkan
lesi korda dan lesi akar saraf, dan cedera di bawah vertebra Ll hanya menyebabkan lesi akar
saraf. 7
(1) sensasi dalam daerah "pelana", suatu jalur di sepanjang bagian belakang paha dan tungkai
(2) tenaga motorik pada otot yang mengendalikan pergelangan kaki dan kaki
(3) refleks anal dan penis, respons plantar dan refleks pergelangan kaki
(1) sensasi pada seluruh tungkai bawah selain bagian yang dipasok oleh segmen sakral
(2) tenaga motorik pada otot yang mengendalikan pinggul dan lutut
transeksi korda tanpa kerusakan akar saraf dan transeksi korda dengan kerusakan akar saraf.
Paralisis lengkap dan tidak ada sensasi di bawah tingkat cedera menunjukkan transeksi korda.
Selama stadium syok spinal, bila tidak ada refleks anal (tidak lebih dari 24 jam pertama)
diagnosis tidak dapat ditegakkan dan jika refleks anal pulih kembali dan defisit saraf terus
berlanjut, lesi korda bersifat lengkap. Setiap lesi korda lengkap yang berlangsung lebih dari 72
Adanya sisa sensasi apapun di bagian distal cedera (uji menusukkan peniti di daerah perianal )
menunjukkan lesi tak lengkap sehingga prognosis baik. Penyembuhan dapat berlanjut sampai
6 bulan setelah cedera. Penyembuhan paling sering terjadi pada sindroma korda centra. Di
bawah vertebra Th X, diskrepansi antara tingkat neurologik dan tingkat rangka adalah akibat
transeksi akar yang turun dari segmen yang lebih tinggi dari lesi korda.12
Sindrom Deskripsi
Anterior cord Lesi yang mengakibatkan hilangnya fungsi motorik dan sensitivitas terhadap
gerak bawah
Dorsal cord Lesi terjadi pada bagian sensori terutama mempengaruhi propioseptif
(posterior
cord)
Conus Cedera pada sacral cord dan nervus lumbar dengan kanalis neuralis ; arefleks
medullaris pada vesika urinaria, pencernaan dan anggota gerak bawah
Cauda Cedera pada daerah lumbosacral dengan kanalis neuralis yang mengakibatkan
1. Klasifikasi Frankel :
Grade Description
A Lengkap: tidak ada sensorik maupun motorik dibawah level
defisit neurologi
B Tidak lengkap : sensorik baik namun motorik nya menurun
di bawah level defisit neurology
C Tidak lengkap : sensorik baik dan fungsi motorik dibawah
defisit neurology memiliki kekuatan otot dibawah 3
D Tidak lengkap : sensorik baik namun kekuatan otot
motoriknya lebih dari 3 atau sama dengan 3
E Fungsi sensorik dan motorik normal
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Kecurigaan yang tinggi akan adanya cedera
pada vertebra pada pasien trauma sangat penting sampai kita mengetahui secara tepat
bagaimana mekanisme cedera pasien tersebut. Setiap pasien dengan cedera tumpul diatas
klavikula, cedera kepala atau menurunnya kesadaran, harus dicurigai adanya cedera cervical
sebelum curiga lainnya. Dan setiap pasien yang jatuh dari ketinggian atau dengan mekanisme
kecelakaan high-speed deceleration harus dicurigai ada cedera thoracolumbal. Selain itu patut
dicurigai pula adanya cedera medulla spinalis, jika pasien datang dengan nyeri pada leher,
yang tak stabil namun fraktur remuk yang disertai paraplegia umunya bersifat stabil. Sifat dan
tingkat lesi tulang dapat diperlihatkan dengan sinar-X, sedangkan sifat dan tingkat lesi saraf
dengan CT atau MRI. Pemeriksaan neurologik harus dilakukan dengan amat cermat. Tanpa
informasi yang rinci, diagnosis dan prognosis yang tepat tidak mungkin ditentukan.
Pemeriksaan rektum juga harus dilakukan. Pemeriksaan tentang tanda-tanda shock juga
sangat penting. 13
a. Hypovolemic shock yang ditandai dengan takikardia, akral dingin dan hipotensi jika
sudah lanjut.
b. Neurogenic shock adalah hilangnya aktivitas simpatis yang ditandai dengan hipotensi,
bradikardi.
c. Spinal shock : disfungsi dari medulla spinalis yang ditandai dengan hilangnya fungsi
sensoris dan motoris. Keadaan ini akan kembali normal tidak lebih dari 48 jam.13
1. Roentgenography: pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat tulang vertebra, untuk melihat
untuk memberikan informasi detail mengenai jaringan lunak di daerah vertebra. Gambaran yang
akan dihasilkan adalah gambaran 3 dimensi . MRI sering digunakan untuk mengetahui kerusakan
jaringan lunak pada ligament dan discus intervertebralis dan menilai cedera medulla spinalis.13
Pertolongan pertama dan penanganan darurat trauma spinal terdiri atas: penilaian
kesadaran, jalan nafas, pernafasan, sirkulasi, kemungkinan adanya perdarahan dan segera
mengirim penderita ke unit trauma spinal ( jika ada). Selanjutnya dilakukan pemeriksaan klinik
secara teliti meliputi pemeriksaan neurologis fungsi motorik, sensorik dan reflek untuk
Terapi pada fraktur vertebra diawali dengan mengatasi nyeri dan stabilisasi untuk mencegah
kerusakan yang lebih parah lagi, semuanya tergantung dari tipe fraktur.
Fraktur yang sifatnya stabil membutuhkan stabilisasi, sebagai contoh; brace rigid collar
(Miami J) untuk fraktur cervical, cervical-thoracic brace (Minerva) untuk fraktur pada
bagian bawah, dalam waktu 8 sampai 12 minggu brace akan terputus, umumnya fraktur
pada leher yang sifatnya tidak stabil ataupun mengalami dislokasi memerlukan traksi, halo
Teknik ini adalah teknik pembedahan yang dipakai untuk fraktur tidak stabil. Fusion adalah
proses penggabungan dua vertebra dengan adanya bone graft dibantu dengan alat-alat
seperti plat, rods, hooks dan pedicle screws. Hasil dari bone graft adalah penyatuan vertebra
dibagian atas dan bawah dari bagian yang disambung. Penyatuan ini memerlukan waktu
beberapa bulan atau lebih lama lagi untuk menghasilkan penyatuan yang solid. 3
3. Vertebroplasty & Kyphoplasty
Tindakan ini adalah prosedur invasi yang minimal. Pada prinsipnya teknik ini digunakan
pada fraktur kompresi yang disebabkan osteoporosis dan tumor vertebra. Pada vertebroplasti
bone cement diinjeksikan melalui lubang jarum menuju corpus vertebra sedangkan pada
a. Pengelolaan kandung kemih dengan pemberian cairan yang cukup, kateterisasi dan evakuasi
e. Cegah dekubitus
PENUTUP
Vertebra pada orang dewasa terdiri dari 33 vertebra dengan pembagian 5 regio yaitu 7
cervical, 12 thoracal, 5 lumbal, 5 sacral, 4 coccigeal.1 Fungsi vertebra yaitu melindungi medulla
spinalis dan serabut saraf, menyokong berat badan dan berperan dalam perubahan posisi tubuh.
Pada cedera tulang belakang, mekanisme cedera yang mungkin adalah: Hiperekstensi
(kombinasi distraksi dan ekstensi), fleksi, fleksi dan kompresi digabungkan dengan distraksi
Penyebab tersering cedera torakolumbal adalah jatuh dari ketinggian serta kecelakaan lalu
lintas. Jatuh dari ketinggian dapat menimbulkan patah tulang vertebra tipe kompresi. Pada
kecelakaan lalu lintas dengan kecepatan tinggi dan tenaga besar sering didapatkan berbagai macam
kombinasi gaya, yaitu fleksi, rotasi, maupun ekstensi sehingga tipe frakturnya adalah fraktur
dislokasi.6 Terdapat dua tipe berdasarkan kestabilannya, yaitu: cedera stabil, cedera tidak stabil.
fractures), Fraktur remuk (Burst Fracture), fraktur dislokasi, Seat Belt Fracture.
fisik dan pemeriksaan penunjang. Pertolongan pertama dan penanganan darurat trauma spinal terdiri
atas: penilaian kesadaran, jalan nafas, pernafasan, sirkulasi, kemungkinan adanya perdarahan.
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan neurologis fungsi motorik, sensorik dan reflek untuk
Terapi pada fraktur vertebra diawali dengan mengatasi nyeri dan stabilisasi untuk mencegah
kerusakan yang lebih parah lagi, semuanya tergantung dari tipe fraktur : Braces & Orthotics,
DAFTAR PUSTAKA
1. Moore K. Essential Clinical Anatomy. Second Edition. Baltimore: Williams and Wilkins.
2002
2. Rasjad C. Ilmu Bedah Ortopedi. Makassar: Lamumpatue. 2003
3. Roper S. Spine Fracture. In: Dept. Neurosurgery Unversity of Florida. (Last updated: 2003;
http://www.neurosurgery.ufl.edu/Patients/fracture.shtml
4. Harna. Trauma Medulla Spinalis. (Last updated: 2008; accesed: 14 April 2012). Available from :
http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/04/17/trauma-medula-spinalis/.
5. Schreiber, D. Spinal Cord Injury. (Last updated: 2004; accesed: 14 April 2012). Available from :
http://emedicine.medscape.com/article/793582-overview.
6. Jong, W.D, Samsuhidayat. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC. 2005; 870-874.
8. Young W. Spinal Cord Injury Level And Classification. (Last updated: 2000; accesed: 14 April
9. Deblick T. Burst Fracture. (Last updated: 2001; accesed: 14 April 2012). Available from :
http://www.emedicine.medscape.com/specialties
10. Claire M. The Three Column Concept. (Last updated: 2005; accesed: 14 April 2012). Available from:
http://www.spineuniverse/columnconcept.html
11. Rimel R.W. An Educational Training Program for the Care at the Site of Injury of Trauma to Central
12. Thomas, V.M. Thoracolumbal Vertebral Fracture. Journal of Orthopaedics. (Last updated: 2004;
13. Kuntz C. Spine Fracture. Emedicine Journals. (Last updated: 2004; accesed: 14 April 2012).