Anda di halaman 1dari 5

Pengertian Mobilisasi Dini Post Operasi

Mobilisasi setelah operasi yaitu proses aktivitas yang dilakukan setelah operasi dimulai dari
latihan ringan diatas tempat tidur sampai dengan bisa turun dari tempat tidur, berjalan ke
kamar mandi dan berjalan ke luar kamar (Brunner & Suddarth, 2002).

Menurut Carpenito (2000), Mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting pada
fungsi fisiologis karena hal itu esensial untuk mempertahankan kemandirian. Konsep
mobilisasi dini sebenarnya daalh untuk mencegah komplikasi paska operasi.

Dari Kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa mobilisasi dini adalah suatu upaya
mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara membimbing penderita untuk
mempertahankan fungsi fisiologis. Mobilisasi dini juga didefenisikan sebagai suatu
pergerakan, posisi atau adanya kegiatan yang dilakukan pasien setelah beberapa jam
post/pasca operasi.

Tujuan Mobilisasi Dini Post Operasi

Beberapa tujuan dari mobilisasi menurut Susan J. Garrison (2004), antara lain:

1. Mempertahankan fungsi tubuh


2. Memperlancar peredaran darah
3. Membantu pernafasan menjadi lebih baik
4. Mempertahankan tonus otot
5. Memperlancar eliminasi alvi dan urine
6. Mempercepat proses penutupan jahitan operasi
7. Mengembalikan aktivitas tertentu, sehingga pasien dapat kembali normal dan atau
dapat memenuhi kebutuhan gerak harian.
8. Memberikan kesempatan perawat dan pasien berinteraksi atau berkomunikasi

Macam-Macam Mobilisasi

Menuruit Priharjo (2000), mobilisasi dibagi menjadi dua yakni :

a. Mobilisasi secara pasif


Mobilisasi dimana pasien dalam menggerakkan tubuhnya dengan cara dibantu dengan
orang lain secara total atau keseluruhan.
b. Mobilisasi secara aktif
Mobilisasi dimana pasien dalam menggerakkan tubuh dilakukan secara mandiri tanpa
bantuan dari orang lain.

Rentang Gerak Dalam Mobilisasi

Menurut Carpenito (2000) dalam mobilisasi terdapat tiga rentang gerak yaitu :

a. Rentang gerak pasif


Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian
dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan
menggerakkan kaki pasien.
b. Rentang gerak aktif
Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara
menggunakan otot-ototnya secara aktif misalnya berbaring pasien menggerakkan
kakinya.
c. Rentang gerak fungsional
Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan aktifitas yang
diperlukan.

Manfaat Mobilisasi Dini

Menurut Mochtar (2005), manfaat mobilisasi post operasi adalah :

a) Penderita merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation. Dengan bergerak,
otot-otot perut dan panggul akan kembali normal sehingga otot perutnya menjadi kuat
kembali dan dapat mengurangi rasa sakit dengan demikian anak merasa sehat dan
membantu memperoleh kekuatan, mempercepat kesembuhan, terutama penutupan
luka jahitan. Faal usus dan kandung kencing lebih baik. Dengan bergerak akan
merangsang peristaltic usus kembali normal. Aktifitas ini juga membantu
mempercepat organ-organ tubuh bekerja seperti semula.
b) Mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli, dengan mobilisasi sirkulasi darah
normal/lancar sehingga resiko terjadinya trombosis dan tromboemboli dapat
dihindarkan.

Kerugian Bila Tidak Melakukan Mobilisasi

Berikut beberapa kerugian bila tidak melakukan mobilisasi post operasi :


a) Penyembuhan luka menjadi lama
b) Menambah rasa sakit
c) Badan menjadi pegal dan kaku
d) Kulit menjadi lecet dan luka
e) Memperlama perawatan dirumah sakit

Indikasi Dilakukannya Mobilisasi Dini Post Operasi

Latihan mobilisasi biasanya diberikan pada pasien dengan :

a) Fraktur extremitas bawah yang telah diindikasikan untuk latihan mobilisasi


b) Post pengobatan kompresi lumbal
c) Pasien pasca serangan stroke dengan kerusakan mobilitas fisik
d) Pasien post operasi yang memerlukan latihan mobilisasi, seperti kolostomi atau
laparostomi.

Tahap-tahap Mobilisasi Dini

Menurut Kasdu (2003) mobilisasi dini dilakukan secara bertahap berikut ini akan dijelaskan
tahap mobilisasi dini antara lain :

1. Setelah operasi pada 6 jam pertama pasien harus tirah baring dahulu.
Mobilisasi dini yang bisa dilakukan adalah menggerakkan lengan, tangan,
menggerakkan ujung jari kaki dan memutar pergelangan kaki, mengangkat
tumit, menegangkan otot betis serta menekuk dan menggeser kaki
2. Setelah 6-10 jam, pasien diharuskan untuk dapat miring kekiri dan kekanan
mencegah trombosis dan trombo emboli
3. Setelah 24 jam pasien dianjurkan untuk dapat mulai belajar untuk duduk
4. Setelah pasien dapat duduk, dianjurkan pasien belajar berjalan. Kebanyakan
dari pasien masih mempunyai kekhawatiran kalau tubuh digerakkan pada
posisi tertentu pasca operasi akan mempengaruhi luka operasi yang masih
belum sembuh yang baru saja selesai dikerjakan. Padahal tidak sepenuhnya
masalah ini perlu dikhawatirkan, bahkan justru hampir semua jenis operasi
membutuhkan mobilisasi atau pergerakan badan sedini mungkin.

Cara melakukan mobilisasi

Beberapa hal yang perlu diajarkan kepada penderita diantaranya ialah:


Cara yang benar untuk bangkit dari tempat tidur sehingga tidak menimbulkan nyeri
dan meminimalkan hipotensi ortostatik
Cara meminimalisisr rasa nyeri setelah operasi di perut ialah dengan memiringkan
badan terlebih dahulu sebelum bangkit dari tempat tidur. Setelah memiringkan badan,
penderita dianjurkan untuk bangkit dari posisi tidur ke posisi duduk dengan bantuan
tangan. Hal ini dilakukan untuk mengurangi tegangan pada area perut. Anjurkan
penderita untuk duduk secara perlahan dan berhenti sejenak sebelum melanjutkan ke
posisi berdiri. Anjurkan penderita untuk melindungi luka insisi dengan teknik batuk
dan napas dalam untuk mengurangi nyeri saat bangkit dari posisi tidur dan duduk.
Cara batuk yang benar setelah operasi
Batuk merupakan mekanisme tubuh untuk mengeluarkan sekret yang tertahan di
bronkus dan saluran napas lain yang lebih besar. Seseorang yang telah mendapatkan
prosedur operasi akan merasakan nyeri saat batuk. Sehingga, sebagai seorang perawat
kita perlu mengajarkan cara batuk yang benar pasca operasi. Batuk dapat dilakukan
dengan posisi duduk maupun terlentang. Ajarkan penderita untuk melindungi luka
insisi, meminimalkan tekanan, dan mengendalikan nyeri selama batuk.
Melindungi luka insisi dilakukan dengan saling menggenggamkan jari-jari tangan dan
menangkupkannya di luka insisi selama batuk. Selain itu, hal ini dapat dilakukan
dengan bantal kecil atau handuk yang dilipat kemudian diletakkan di atas luka insisi.
Anjurkan penderita untuk memeluk bantal atau handuk tersebut saat batuk. Anjurkan
penderita untuk mengambil napas dalam tiga kali, mengeluarkannya lewat mulut,
kemudian melakukan batuk yang dalam.
Melakukan napas dalam sebelum batuk dapat membantu menstimulasi refleks batuk
dan memobilisasi sekret yang tertahan. Cara batuk berdehem dapat menyebabkan
nyeri pada penderita. Motivasi penderita untuk melakukan teknik batuk yang benar.
Cara bernapas dalam untuk mengurangi nyeri pasca operasi
Latihan napas dalam dan batuk merupakan upaya untuk mengembangkan alveoli,
mencegah atelektasis, dan pneumonia pasca operasi. Latihan batuk dan napas dalam
dapat mempercepat pengeluaran obat-obat inhalasi dari tubuh. Napas dalam dapat
dilakukan dengan menghirup udara secara perlahan-lahan melalui hidung,
mengembangkan perut, dan mengeluarkan napas secara perlahan-lahan melalui mulut.
Instruksikan penderita untuk melakukan napas dalam sesering mungkin. Frekuensi
napas dalam 5-10 kali setiap jam sebaiknya dilakukan pada periode pasca operasi
selama penderita imobilisasi.
Cara melakukan napas dalam yang benar ialah:
Instruksikan penderita untuk duduk tegak atau dalam posisi semi fowler.
Minta penderita meletakkan tangannya di perut agar dapat merasakan dadanya
terangkat sebagai tanda paru telah mengembang.
Minta penderita untuk menarik napas lewat hidung hingga perut membesar.
Instruksikan penderita untuk mengeluarkan napas lewat mulut sambil
mengontraksikan otot perut
Minta penderita untuk menggerakkan jari kaki ke atas bawah dan menggerakkan kaki
membentuk lingkaran. Penderita juga perlu menekuk lutut ke bawah atau mengangkat
tungkai bawah bila memungkinkan.
Minta penderita untuk mengulangi latihan nafas dalam setiap jam selama hari pertama
setelah operasi.

Sumber:

Black dan Hawks.2014.Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk Hasil yang
Diharapkan, Edisi 8-Buku 1.Singapura:Elsevier.

Brunner&Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol 1. Jakarta: EGC

Beyer, Dudes (1997). The Clinical Practice Of Medical Surgical Nursing 2nd:

Brown Co Biston. Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume 2.
Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai