Jenis kerusakan bisa dibedakan dari jenis perkerasannya,yaitu lentur dan kaku, halaman ini membahas
jenis kerusakan jalan pada perkerasan lentur. Untuk memudahkan lihat mapping berikut:
kerusakan jalan
Deformasi, yaitu perubahan permukaan jalan dari profil aslinya. merupakan kerusakan penting karena
mempengaruhi kualitas kenyamanan lalu lintas, dan mencerminkan kerusakan struktur perkerasan.
Perhatikan gambar berikut:pavement-defects-example.png
Bergelombang/keriting (corrugation)
Corrugations
Apa itu? gelombang melintang/tegak lurus arah perkerasan aspal akibat deformasi plastis, jarak
gelombang relatif teratur, biasa terjadi pada lokasi dimana lalu lintas sering bergerak dan berhenti atau
saat kendaraan mengerem pada turunan, belokan tajam atau persimpangan
Penyebab? aksi lalu lintas dan permukaan perkerasan atau lapis pondasi yang tidak stabil karena kadar
aspal terlalu tinggi, agregat halus terlalu banyak, agregat berbentuk bulat dan licin, semen aspal terlalu
lunak, kadar air terlalu tinggi
Cara perbaikan? menambal di seluruh kedalaman. keriting dangkal bisa dibongkar dengan pavement
milling machine dan di-overlay dengan hotmix
Alur (rutting)
rutting
Apa itu? bentuk turunnya perkerasan ke arah memanjang pada lintasan roda kendaraan akibat beban
lalu lintas yang berulang pada lintasan road sejajar dengan as jalan, biasanya baru tampak jelas saat
hujan.
Penyebab? kurangnya pemadatan lapis permukaan dan pondasi, kualitas aspal rendah, tanah dasar
lemah, agregat pondasi (base) kurang tebal, dan infiltrasi air tanah
Cara perbaikan? jika penyebabnya di permukaan, tambal di seluruh kedalaman atau overlay dengan
hotmix. Jika penyebabnya di base, dibutuhkan pembangunan kembali perkerasan dan drainase.
Ambles (depression)
depression
Apa itu? penurunan perkerasan pada area terbatas, diukur dengan straightedge
Cara perbaikan? surface treatment atau microsurfacing, menambal kulitnya atau seluruh kedalaman
Sungkur (shoving)
Shoving
Apa itu? perpindahan permanen secara lokal dan memanjang dari permukaan perkerasan, karena saat
lalu lintas mendorong perkerasan, timbul gelombang pendek di permukaannya. sungkur melintang dapat
timbul oleh gerakan lalu lintas membelok. sungkur biasa terjadi pada perkerasan aspal yang berbatasan
dengan perkerasan beton semen portland. perkerasan beton bertambah panjang oleh kenaikan suhu
dan menekan perkerasan aspal.
Faktor penyebab? stabilitas campuran aspal rendah, kadar aspal terlalu tinggi, agregat halus terlalu
banyak, agregat berbentuk bulat, semen aspal terlalu lunak, kadar air dalam lapis pondasi granuler
(granular base) terlalu banyak, ikatan antar lapisan perkerasan tidak bagus, tebal perkerasan kurang
Mengembang (swell)
Upheaval swell 2
Apa itu? gerakan ke atas lokal dari perkerasan akibat pengembangan atau pembekuan air dari tanah
dasar atau dari bagian struktur perkerasan.
Penyebab? mengembangnya material lapisan di bawah perkerasan atau tanah dasar karena kadar air
naik. Biasanya terjadi bila tanah pondasi berupa lempung yang mudah mengembang (lempung
montmorillonite)
Cara perbaikan? menambal di seluruh kedalaman, pembongkaran total area, menimbun dengan material
baru, menstabilkan kadar air.
bump sags
Apa itu? Benjol adalah gerakan/perpindahan ke atas dari permukaan aspal yang bersifat lokal dan kecil.
Sags adalah gerakan ke bawah dari permukaan perkerasan. Bila perpindahan terjadi dalam area yang
luas, disebuh swelling. Benjol mempunyai pola tegak lurus arah lalu lintas.
Penyebab? Tekukan atau penggembungan perkerasan beton yang di-overlay dengan aspal, infiltrasi dan
penumpukan material dalam retakan diikuti pengaruh beban lalu lintas.
Cara perbaikan? Cold mill, penambalan dangkal, parsial atau seluruh kedalaman, dan overlay.
Retak
Rusak pinggir
Lubang
*Pustaka Sipil
Penanganan konstruksi perkerasan apakah itu bersifat pemeliharaan, penunjang, peningkatan, ataupun
rehabilitasi dapat dilakukan dengan baik setelah kerusakan-kerusakan yang timbul pada perkerasan
tersebut dievaluasi mengenai penyebab dan akibat mengenai kerusakan tersebut. Besamya pengarah
suatu kerusakan dan langkah penanganan selanjutnya sangat tergantung dari evaluasi yang dilakukan
oleh sipengamat, oleh karena itu sipengamat haruslah orang yang benar-benar menguasai jenis dan
sebab serta tingkat penanganan yang dibutuhkan dari kerusakan-kerusakan yang timbul.
3. Material konstruksi perkerasan. Dalam hal ini dapat disebabkan oleh sifat material itu sendiri
atau dapat pula disebabkan oleh sistem pengolahan yang tidak baik.
4. Iklim. Indonesia beriklim tropis, dimana suhu udara dan curah hujan umumnya tinggi, yang
dapat merupakan salah satu penyebab kerusakan jalan.
5. Kondisi tanah dasar yang tidak stabil. Kemungkinan disebabkan oleh sistem pelaksanaan yang
kurang baik, atau dapat juga disebabkan oleh sifat tanah dasar yang memang jelek.
Umumnya kerusakan-kerusakan yang timbul itu tidak disebabkan oleh satu faktor saja, tetapi
dapat merupakan gabungan dari penyebab yang saling kait-mengait. Sebagai contoh adalah retak pinggir,
pada awalnya dapat diakibatkan oleh tidak baiknya sokongan dari samping. Dengan terjadiny retak
pinggir, memungkinkan air meresap masuk ke lapis di bawahnya yang melemahkan ikatan antara aspal
dengan agregat, hal ini dapat menimbulkan lubang-lubang disamping melemahkan daya dukung lapisan
di bawahnya.
Sehingga dengan demikian dapat ditentukan jenis penanganan yang paling sesuai.
JENIS KERUSAKAN PADA PERKERASAN LENTUR
Menurut Manual Pemeliharaan Jalan No : 03/MN/B/1983 yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina
Marga, kerusakan jalan dapat dibedakan atas :
1. Retak (cracking)
2. Distorsi (distortion)
Retak yang terjadi pada lapisan permukaan jalan dapat dibedakan atas :
1. Retak halus (hair cracking), lebar celah lebih kecil atau sama dengan 3 mm, penyebab adalah
bahan perkerasan yang kurang baik, tanah dasar atau bagian perkerasan di bawah lapis permukaan
kurang stabil. Retak halus ini dapat meresapkan air ke dalam lapis permukaan. Untuk pemeliharaan
dapat dipergunakan lapis latasir, atau buras. Dalam tahap perbaikan sebaiknya dilengkapi dengan
perbaikan sistem drainase. Retak rambut dapat berkembang menjadi retak kulit buaya.
2. Retak kulit buaya {alligator cracks), lebar celah lebih besar atau sama dengan 3 mm. Saling
merangkai membentuk serangkaian kotak-kotak kecil yang menyerupai kulit buaya. Retak ini disebabkan
oleh bahan perkerasan yang kurang baik, pelapukan permukaan, tanah dasar atau bagian perkerasan di
bawah lapis permukaan kurang stabil, atau bahan lapis pondasi dalam keadaan jenuh air (air tanah baik).
Umumnya daerah dimana terjadi retak kulit buaya tidak luas. Jika daerah dimana terjadi retak kulit buaya
luas, mungkin, hal ini disebabkan oleh repetisi beban lalulintas yang melampaui beban yang dapat
dipikul oleh lapisan permukaan tersebut. Retak kulit buaya untuk sementara dapat dipelihara dengan
mempergunakan lapis burda, burtu, ataupun lataston, jika celah < 3 mm. Sebaiknya bagian perkerasan
yang telah mengalami retak kulit buaya akibat air yang merembes masuk ke lapis pondasi dan tanah
dasar diperbaiki dengan cara dibongkar dan membuang bagian-bagian yang basah, kemudian dilapis
kembali dengan bahan yang sesuai. Perbaikan harus disertai dengan perbaikan drainase di sekitarnya.
Kerusakan yang disebabkan oleh beban lalulintas harus diperbaiki dengan memberi lapis tambahan.
Retak kulit buaya dapat diresapi oleh air sehingga lama kelamaan akan menimbulkan lubang-lubang
akibat terlepasnya butir-butir.
3. Retak sambungan bahu dan perkerasan (edge joint cracks), retak memanjang yang umumnya
terjadi pada sambungan bahu dengan perkerasan. Retak dapat disebabkan dengan kondisi drainase di
bawah bahu jalan lebih buruk dari pada di bawah perkerasan, terjadinya settlement di bahu jalan,
penyusutan material bahu atau perkerasan jalan, atau akibat lintasan truck/kendaraan berat di bahu
jalan. Perbaikan dapat dilakukan seperti perbaikan retak refleksi.
4. Retak sambungan jalan (lane joint cracks), retak memanjang yang terjadi pada sambungan 2 lajur
lalulintas. Hal ini disebabkan tidak baikny a ikatan sambungan kedua lajur. Perbaikan dapat dilakukan
dengan memasukkan campuran aspal cair dan pasir ke dalam celah-celah yang terjadi. Jika tidak
diperbaiki, retak dapat berkembang menjadi lebar karena terlepasnya butir-butir pada tepi retak dan
meresapnya air ke dalam lapisan.
5. Retak sambungan pelebaran jalan (widening cracks), adalah retak memanjang yang terjadi pada
sambungan antara perkerasan lama dengan perkerasan pelebaran. Hal ini disebabkan oleh perbedaan
daya dukung di bawah bagian pelebaran dan bagian jalan lama, dapat juga disebabkan oleh ikatan antara
sambungan yang tidak baik. Perbaikan dilakukan dengan mengisi celah-celah yang timbul dengan
campuran aspal cair dengan pasir. Jika tidak diperbaiki, air dapat meresap masuk ke dalam lapisan
perkerasan melalui celah-celah, butir-butir dapat lepas dan retak bertambah besar.
6. Retak refleksi (reflection cracks), retak memanjang, melintang, diagonal, atau membentuk kotak.
Terjadi pada lapis tambahan (overlay) yang menggambarkan pola retakan di bawahnya. Retak refleksi
dapat terjadi jika retak pada perkerasan lama tidak diperbaiki secara baik sebelum pekerjaan overlay
dilakukan.
Retak refleksi dapat pula terjadi jika gerakan vertikal/horozontal di bawah lapis tambahan sebagai akibat
perubahan kadar air pada jenis tanah yang ekspansif.
Untuk retak memanjang, melintang, dan digonal perbaikan dapat dilakukan dengan mengisi celah
dengan campuran aspal cair dan pasir. Untuk retak berbentuk kotak perbaikan dilakukan dengan
membongkar dan melapis kembali dengan bahan yang sesuai.
7. Retak susut (shrinkage cracks), retak yang saling bersambungan membentuk kotak-kotak besar
dengan sudut tajam. Retak disebabkan oleh perubahan volume pada lapisan permukaan yang memakai
aspal dengan penetrasi rendah, atau perubahan volume pada lapisan pondasi dan tanah dasar.
Perbaikan dapat dilakukan dengan mengisi celah dengan campuran aspal cair dan pasir dan melapisi
dengan burtu.
Retak selip (slippage cracks), retak yang bentuknya melengkung seperti bulan sabit. Hal ini terjadi
disebabkan oleh kurang baiknya ikatan antara lapis permukaan dengan lapis di bawahnya. Kurang
baiknya ikatan dapat disebabkan oleh adanya debu, minyak, air, atau benda non-adhesif lainnya, atau
akibat tidak diberinya tack coat sebagai bahan pengikat di antara kedua lapisan. Retak selip pun dapat
terjadi akibat terlau banyaknya pasir dalam campuran lapisan permukaan, atau kurang baiknya
pemadatan lapis permukaan. Perbaikan dapat dilakukan dengan membongkar bagian yang rusak dan
menggantikannya dengan lapisan yang lebih baik.
Distorsi (Distortion)
Distorsi/perubahan bentuk dapat terjadi akibat lemahnya tanah dasar, pemadatan yang kurang pada
lapis pondasi, sehingga terjadi tambahan pemadatan akibat beban lalulintas. Sebelum perbaikan
dilakukan sewajarnyalah ditentukan terlebih dahulu jenis dan penyebab distorsi yang terjadi. Dengan
demikian dapat ditentukan jenis penanganan yang cepat.
1. Alur (ruts), yang terjadi pada lintasan roda sejajar dengan as jalan. Alur dapat merupakan tempat
menggenangnya air hujan yang jatuh di atas permukaan jalan, mengurangi tingkat kenyamanan, dan
akhirnya dapat timbul retak-retak. Terjadinya alur disebabkan oleh lapis perkerasan yang kurang padat,
dengan demikian terjadi tambahan pemadatan akibat repetisi beban lalulintas pada lintasan roda.
Campuran aspal dengan stabilitas rendah dapat pula menimbulkan deformasi plastis. Perbaikan dapat
dilakukan dengan memberi lapisan tambahan dari lapis permukaan yang sesuai.
2. Keriting (corrugation), alur yang terjadi melintang jalan. Dengan timbulnya lapisan permukaan
yang keriting ini pengemudi akan merasakan ketidaknyamanan mengemudi. Penyebab kerusakan ini
adalah rendahnya stabilitas campuran yang berasal dari terlalu tingginya kadar aspal, terlau banyak
mempergunakan agregat halus, agregat berbentuk bulat dan berpermukaan penetrasi yang tinggi.
Keriting dapat juga terjadi jika lalulintas dibuka sebelum perkerasan mantap (untuk perkerasan yang
mempergunakan aspal cair). Kerusakan dapat diperbaiki dengan :
- Jika lapis permukaan yang berkeriting itu mempunyai lapis pondasi agregat, perbaikan yang
tepat adalah dengan menggaruk kembali, dicampur dengan lapis pondasi, dipadatkan kembali dan diberi
lapis permukaan baru.
- Jika lapis permukaan bahan pengikat mempunyai ketebalan > 5 cm, maka lapis tipis yang mengalami
keriting tersebut diangkat dan diberi lapis permukaan yang baru.
3. Sungkur (shoving), deformasi plastis yang terjadi setempat, di tempat kendaraan sering berhenti,
kelandaian curam, dan tikungan tajam. Kerusakan dapat terjadi dengan/tanparetak. Penyebab kerusakan
sama dengan kerusakan keriting. Perbaikan dapat dilakukan dengan cara dibongkar dan dilapis kembali
(lihat retak kulit buaya).
4. Amblas (grade depressions), terjadi setempat, dengan atau tanpa retak. Amblas dapat terdeteksi
dengan adanya air yang tergenang. Air tergenang ini dapat meresap ke dalam lapisan perkerasan yang
akhirnya menimbulkan lubang.
Penyebab amblas adalah beban kendaraan yang melebihi apa yang direncanakan, pelaksanaan yang
kurang baik, atau penurunan bagian perkerasan dikarenakan tanah dasar mengalami settlement.
- Untuk amblas yang < 5 cm, bagian yang rendah diisi dengan bahan sesuai seperti lapen, lataston,
laston.
- Untuk amblas yang > 5 cm, bagian yang amblas dibongkar dan lapis kembali dengan lapis yang
sesuai.
5. Jembul (upheaval), terjadi setempat, dengan atau tanpa retak. Hal ini terjadi akibat adanya
pengembangan tanah dasar pada tanah dasar ekspansif. Perbaikan dilakukan dengan membongkar
bagian yang rusak dan melapisinya kembali.
Cacat permukaan (disintegration), yang mengarah kepada kerusakan secara kimiawi dan mekanis dari
lapisan perkerasan.
- Kadar aspal rendah, sehingga film aspal tipis dan mudah lepas.
- Agregat kotor sehingga ikatan antara aspal dan agregat tidak baik.
b. Lapis permukaan tipis sehingga ikatan aspal dan agregat mudah lepas akibat pengaruh cuaca.
c. Sistem drainase jelek, sehingga air banyak yang meresap dan mengumpul dalam lapis
perkerasan.
d. Retak-retak yang terj adi tidak segera ditangani sehingga air meresap dan mengakibatkan
terjadinya lubang-lubang kecil.
Lubang-lubang tersebut diperbaiki dengan cara dibongkar dan dilapis kembali. Perbaikan yang bersifat
permanen disebut juga deep patch (tambalan dalam), yang dilakukan sebagai berikut:
b. Bongkar bagian lapis permukaan dan pondasi sedalam-dalamnya sehingga mencapai lapisan
yang kokoh (potong dalam bentuk ynag persegi panjang).
c. Beri lapis tack coat sebagai lapis pengikat.
2. Pelepasan butir {ravelling), dapat terjadi secara meluas dan mempunyai efek serta disebabkan
oleh hal yang sama dengan lubang. Dapat diperbaiki dengan memberikan lapisan tambahan di atas
lapisan yang mengalami pelepasan butir setelah lapisan tersebut dibersihkan, dan dikeringkan.
3. Pengelupasan lapisan permukaan {stripping), dapat disebabkan oleh kurangnya ikatan antara
lapis permukaan dan lapis di bawahnya, atau terlalu tipisnya lapis permukaan. Dapat diperbaiki dengan
cara digaruk, diratakan, dan dipadatkan. Setelah itu dilapisi dengan buras.
Permukaan jalan menjadi licin, sehingga membahayakan kendaraan. Pengausan terjadi karena agregat
berasal dari material yang tidak tahan aus terhadap roda kendaraan, atau agregat yang dipergunakan
berbentuk bulat dan licin, tidak berbentuk cubical. Dapat diatasi dengan menutup lapisan dengan latasir,
buras, atau latasbun.
Permukaan menjadi licin. Pada temperatur tinggi, aspal menjadi lunak dan akan terjadi jejak roda.
Berbahanya bagi kendaraan. Kegemukan (bleeding) dapat disebabkan pemakaian kadar aspal yang tinggi
pada campuran aspal, pemakaian terlalu banyak aspal pada pekerjaan prime coat atau tack coat. Dapat
diatasi dengan menaburkan agregat panas dan kemudian dipadatkan, atau lapis aspal diangkat dan
kemudian diberi lapisan penutup.
Terjadi di sepanjang bekas penanaman utilitas. Hal ini terjadi karena pemadatan yang tidak memenuhi
syarat. Dapat diperbaiki dengan dibongkar kembali dan diganti dengan lapis yang sesuai.
Kegiatan perekonomian sangat didukung dengan tersedianya prasarana jalan. Jalan yang baik
memperlancar hubungan antara berbagai daerah. Sebaliknya, jalan yang rusak pastinya akan
menghambat kegiatan ekonomi dan bisa menjadi penyebab terjadinya kecelakaan. Kerusakan jalan
memang menjadi salah satu masalah di Indonesia yang seringkali terjadi terutama di jalan-jalan dengan
volume lalu lintas yang padat. Berikut ini jenis-jenis kerusakan jalan aspal, penyebab dan solusinya.
Jenis kerusakan jalan aspal yang berupa retak lelah dan deformasi di hampir semua lapisan jalan ini
terutama bisa ditemui di jalan-jalan antar provinsi. Penyebabnya tak lain banyaknya kendaraan berat
yang lalu lalang seperti bus dan truk. Beban kendaraan yang berat mengakibatkan di setiap lapisan
perkerasan terjadi regangan dan tegangan. Beban kendaraan yang terus melintas pada akhirnya
membuat munculnya retak lelah serta deformasi.
Jika retak lelah dan deformasi dibiarkan saja, maka ketika musim hujan bisa dipastikan air akan masuk ke
dalam retakan dan mengubah retakan menjadi lubang yang semakin lama semakin besar. Karena itu
sebaiknya begitu terjadi retak lelah dan deformasi, perbaikan harus segera dilakukan dengan
penambalan-penambalan.
Jalan-jalan dengan perkerasan aspal sesungguhnya tidak cocok dilalui oleh jenis-jenis kendaraan berat.
Kendaraan berat sebaiknya diarahkan untuk melintasi jalan-jalan beton yang memiliki struktur lebih kuat
dibandingkan jalan-jalan dengan perkerasan aspal.
Retak
Ada berbagai jenis retak yang bisa terjadi pada jalan perkerasan aspal, antara lain retak kulit buaya, retak
pinggir, retak sambungan bahu, retak refleksi, retak susut, dan retak slip. Salah satu faktor terbesar
penyebab retak tersebut adalah buruknya sistem drainase jalan. Karena itu, solusinya tak cukup hanya
dengan menambal retakan-retakan yang ada. Sistem drainase perlu dibangun sehingga jenis kerusakan
yang sama tidak terjadi lagi.
Sistem drainase yang baik untuk perkerasan jalan aspal harus bisa membuang atau mengalirkan air
dengan cepat ke saluran drainase buatan ataupun ke sungai. Sistem drainase ini juga harus mampu
membuang air hujan atau air dari sumber-sumber lainnya dan mengendalikan air bawah tanah yang bisa
menyebabkan erosi atau kelongsoran. Sistem drainase yang sudah dibangun harus benar-benar terawat
dan berfungsi. Sistem drainase perlu dibersihkan secara berkala dari sampah dan rumput agar tetap bisa
mengalirkan air dengan lancar.
Idealnya, pembangunan jalan dengan perkerasan jalan aspal harus disertai pula dengan pembangunan
sistem drainase. Jika tidak, bisa dipastikan kerusakan jalan aspal tak bisa dihindari. Dalam membangun
sistem drainase jalan, ada beberapa hal yang penting untuk diperhatikan antara lain, kondisi topografi
sepanjang jalan untuk menentukan bentuk dan kemiringan yang mempengaruhi aliran air, analisa curah
hujan maksimum dalam satu tahun pada daerah di area jalan aspal, dan perencanaan sistem drainase
agar tidak mengganggu drainase yang telah ada.
Distorsi
Distorsi atau perubahan bentuk pada perkerasan jalan aspal bisa terjadi dikarenakan tanah dasar yang
lemah dan pemadatan yang kurang optimal di lapisan pondasi. Distorsi yang terjadi pada jalan aspal bisa
berupa amblas, jembul, keriting dan alur.
Kerusakan jalan aspal berupa distorsi tidak cukup diperbaiki hanya dengan melakukan penambalan saja.
Perbaikan kerusakan distorsi terbilang cukup rumit dan memakan waktu yang tak sebentar. Distorsi pada
jalan perkerasan aspal sebaiknya diperbaiki dengan menggaruk kembali, dipadatkan kembali, lalu
dilakukan penambahan lapisan permukaan baru.
Tahap pemadatan pada proses pembangunan jalan memang harus dilakukan dengan cermat. Pemadatan
wajib dilakukan untuk meningkatkan kekuatan tanah, memperkecil pengaruh air terhadap tanah dan
memperkecil daya rembesan air pada tanah. Tahap pemadatan ini dilakukan lapisan demi lapisan
sehingga diperoleh kepadatan yang ideal.
Tahap pemadatan ini umumnya menggunakan alat bantu. Contohnya saja penggilas three wheel roller
atau penggilas Mac Adam dengan bobot antara 6 ton hingga 12 ton yang digunakan untuk memadatkan
material berbutir kasar, tandem roller dengan bobot antara 8 ton sampai dengan 14 ton yang berfungsi
untuk mendapatkan permukaan lapisan yang agak halus, dan pneumatik tired roller yang cocok dipakai
untuk penggilasan tanah lempung, pasir dan bahan yang granular.
Kegemukan
Kerusakan kegemukan yang dimaksudkan berupa permukaan jalan aspal yang menjadi licin. Kerusakan
ini terjadi saat temperatur naik sehingga aspal menjadi lunak dan jejak roda kendaraan akan membekas
pada permukaan lapisan jalan. Kerusakan yang disebut kegemukan ini biasanya terjadi pada jalan aspal
yang menggunakan kadar aspal tinggi pada campuran aspal atau dikarenakan pemakaian aspal yang
terlalu banyak pada tahapan prime coat. Kerusakan jenis ini biasanya dapat diatasi dengan
menghamparkan atau menaburkan agregat panas yan kemudian dipadatkan. Atau bisa juga dilakukan
pengangkatan lapisan aspal dan lantas diberi lapisan penutup.
Lubang-lubang
Kerusakan jalan aspal berupa lubang-lubang dapat terjadi ketika retakan-retakan dibiarkan tanpa
perbaikan sehingga akhirnya air meresap dan membuat rapuh lapisan-lapisan jalan. Lubang-lubang yang
awalnya kecil ini bisa berkembang menjadi lubang-lubang berukuran besar yang dapat membahayakan
pengguna jalan.
Lubang-lubang pada jalan aspal tersebut bisa diperbaiki dengan membersihkan lubang-lubang terlebih
dahulu dari air serta dari material-material yang lepas. Setelah itu bongkar lapisan permukaan dan
pondasi sedalam mungkin agar bisa mencapai lapisan yang paling kokoh. Barulah kemudian tambahkan
lapisan pengikat atau tack coat. Lantas isi dengan campuran aspal dengan cermat. Padatkan lapisan
campuran aspal tersebut dan haluskan permukaannya sehingga sama rata dengan permukaan jalan
lainnya.
Lubang-lubang jalan aspal yang ditambal tanpa dibersihkan atau dibongkar terlebih dahulu hanya akan
menghasilkan tambalan yang rapuh. Akibatnya lubang kembali terjadi hanya beberapa saat setelah
penambalan dilakukan.
Pengausan
Kerusakan pengausan ditandai dengan permukaan jalan aspal yang menjadi licin. Kerusakan ini
sepertinya terlihat sepele, padahal kenyataannya kerusakan ini bisa membahayakan pengguna jalan.
Kendaraan yang melintas menjadi lebih mudah tergelincir pada kondisi jalan seperti ini.
Pengausan dapat terjadi dikarenakan penggunaan agregat yang tidak tahan aus terhadap roda-roda
kendaraan atau agregat yang tidak berbentuk cubical, misalnya agregat berbentuk bulat dan licin.
Kerusakan semacam ini bisa diatasi dengan menutup area permukaan jalan aspal yang rusak dengan
buras, latasir atau latasbun.
Stripping
Kerusakan stripping atau pengelupasan lapisan permukaan dapat terjadi dikarenakan kurangnya ikatan
antara lapisan bawah jalan dan lapisan permukaan, atau lapisan permukaan yang terlampau tipis. Untuk
kerusakan seperti ini, langkah perbaikan yang bisa dilakukan bukanlah dengan penambalan melainkan
bagian yang rusak terlebih dahulu harus digaruk, kemudian diratakan. Barulah setelah itu dilapisi dengan
buras.
Nah, itulah contoh jenis-jenis kerusakan jalan aspal, penyebab dan solusinya. Setiap jenis kerusakan yang
terjadi di jalan-jalan perkerasan aspal perlu diobservasi terlebih dahulu sebelum dilakukan langkah-
langkah perbaikan agar perbaikan yang dilakukan bisa benar-benar sesuai dengan kerusakan yang
terjadi. Dengan observasi, perbaikan dapat dikerjakan dengan lebih efektif dan efisien.