Laporan 2
Laporan 2
PROSES PRODUKSI
Oleh :
Kelompok V
Tugas ini dilaksanakan untuk memenuhi tugas wajib praktikum Proses Produksi.
Mengetahui :
Dosen Pembimbing
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Hyang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmat beliaulah Laporan Praktikum Proses Produksi ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna ,semoga pikiran
baik datang dari segala penjuru ,untuk itu dengan rendah hati penulis menghargai
segala saran dan kritik yang membangun dalam rangka penyempurnaan lebih lanjut.
Penulis
BAB I
PROSES BUBUT
1.1 Tujuan
Setelah melaksanakan praktikum ini mahasiswa dapat:
a) Mengetahui bagian-bagian mesin bubut dan istilah-istilah teknik yang ada
pada mesin bubut.
b) Menjelaskan prinsip kerja dan fungsi dari mesin bubut tersebut.
c) Membuat suatu bentuk elemen mesin atau benda uji yang sudah ditentukan
sesuai gambar yang diberikan.
d) Menjalankan mesin atau mengoprasikan mesin bubut tersebut secara benar.
2.1 Dasar Teori
Benda kerja dipegang oleh pencekam yang dipasang diujung poros utama
(spindle) gambar (1.1). Dengan mengatur dengan lengan pengatur, yang
terdapat pada kepala diam, putaran poros utama (n) dapat dipilih. Harga putaran
poros utama umumnya dibuat bertingakat, dengan aturan yang telah
distandarkan misalnya: 600, 710, 800, 900, 1000, 1120, 1200, 1400, 1600, 1800,
2000 rpm.
Keterangan Gambar :
8. Bed Clamp
Untuk menguatkan atau menggerakkan tail stock agar tidak dapat berubah.
Untuk mesin bubut putaran motor variable, ataupun dengan system transmisi
variable, kecepatan putaran poros utama tidak lagi bertingkat melainkan
berkesinambungan (continue). Pahat dipasang pada dudukan pahat dan kedalaman
potong (a) diatur dengan menggeserkan peluncur silang melalui roda pemutar
(skala pada pemutar menunjukan selisih harga diameter), dengan demikian
kedalaman gerak translasi bersama-sama dengan kereta dan gerak makannya diatur
dengan lengan pengatur pada rumah roda gigi. Gerak makan (f) yang tersedia pada
mesin bubut bermacam-macam dan menurut tingkatan yang telah distandarkan,
misalnya : 0.1, 0.112, 0.125, 0.14 …mm/r
Gambar 1.2
Kondisi pemotongan ditentukan sebagai berikut :
Benda kerja :
Pahat :
Mesin bubut :
(𝑑0 −𝑑𝑚 )
α= 2
𝑚𝑚
1. Kecepatan potong
𝜋∙𝑑▪𝑛
𝑣= (m/min)
1000
2. Kecepatan makan
𝑣𝑓 = 𝑓 ∙ 𝑛 (mm/menit)
3. Waktu pemotongan
𝑙𝑡
𝑡𝑐 = 𝑣𝑓
(menit)
Pada gambar 1.2 diperlihatkan sudut potong utama ( Kr ) yaitu sudut antara mata
potong mayor (proyeksinya pada bidang referensi) dengan kecepatan makan (Vf).
besaqrnya sudut tersebut ditentukan oleh geometri pahat dan cara pemasangan
pahat pada mesin perkakas (orientasi pemasangannya). Untuk harga (a) dan (f) yang
tetap maka sudut ini menentukan besarnya lebar pemotongan (b) dan tebal gram
sebelum terpotong (h) sebagai berikut :
Perlu dicatat bahwa tebal gram sebelum dipotong (h) belum tentu sama dengan tebal
gram (h0) dan hal ini dipengaruhi oleh sudut gram (γ0), kecepatan potong dan
material benda kerja.
a. Peralatan praktikum
Alat yang digunakan antara lain :
1. mesin bubut
2. material besi / baja
3. kunci-kunci
4. jangka sorong
5. gergaji
6. kuas
7. tool (pisau bubut)
b. langkah-langkah bubut
a) menaruh specimen yang telah tersedia pada spindle atau poros utama
b) mengatur kelurusan spesiman yang akan diputar oleh spindle
c) memasang tool yang akan dipakai dalam praktek tersebut
d) membuat diameter yang akan dipakai sesuai dengan gambar yang
telah ada dilembar pekerjaan praktek.
e) Mengatur tool agar membentuk sudut yang sesuai dengan gambar
yang ada
f) Membuat secara perlahan-lahan supaya mendapatkan hasil yang
memuaskan yang sesuai dengan gambar yang telah ditentukan
c. Pencatatan data proses bubut
Data yang diambil dari proses bubut antara lain adalah :
1. diameter bahan sebelun diproses (do)
2. diameter setelah diproses (dm)
3. gerakan atau putaran spindle (n)
4. gerak makan (f)
5. berapa kali pemakanan yang dapat membentuk sebuah diameter
1.4 Tugas
PROSES SEKRAP
2.1 Tujuan
Proses sekrap merupakan proses yang hampir sama dengan proses bubut.
Dalam hal ini gerak potongnya tidak merupakan gerak rotasi melainkan gerak
translasi.yang dilakukan oleh pahat (pada mesin sekrap meja) atau oleh benda kerja
(pada mesin sekrap meja), lihat gambar (2.1).
Benda kerja :
ln = Langkah akhir,(mm)
lt = Panjang permesinan
Pahat :
Mesin Sekrap :
Rs = Perbandingan kecepatan
np.lt .(1 Rs )
1. Kecepatan potong rata-rata : V= ; (m/min)
2.1000
w
3. Waktu Pemakanan : tc = ; min
Vf
a. Peralatan praktikum
Mesin Sekrap
Jangka Sorong
Kunci Pelepas
Penggaris siku-siku
Stop watch
b. Langkah-langkah Praktikum
Pasang material pada mesin sekrap, atur kelurusan material yang akan
disekrap,supaya mendapat hasil yang sesuai.
c. Pencatatan Data
Data yang dapat diambil dari praktek sekrap akan meliputi beberapa macam
yang diantaranya sebagai berikut:
Jumlah langkah
2.4 Tugas
3.1. Tujuan
Setelah melaksanakan praktikim ini mahasiswa dapat:
Mengetahui bagian-bagian mesin gurdi dan istilah-istilah teknik yang ada
pada mesin gurdi
Menjelaskan prinsip kerja dan fungsi dari mesin gurdi tersebut
Membuat suatu bentuk elemen mesin atau benda uji yang sudah ditentukan
sesuai dengan gambar yang diberikan
Menjalankan mesin atau mampu mengoperasikan mesin bubut tersebut
secara benar
Dari gambar (3.1) dapat diturunkan beberapa rumus untuk beberapa elemen
pada proses gurdi yaitu :
Benda kerja :
lw = Panjang pemotongan benda kerja; (mm)
Pahat :
d = Diameter gurdi; (mm)
Kr = Sudut potong utama (derajat)
Mesin gurdi
n = Putaran poros utama; (r/menit)
V = Kecepatan makan (mm/menit)
Elemen proses gurdi meliputi beberapa rumus diantaranya adalah :
1. Kecepatan potong:
𝜋.𝑑.𝑛
𝑣 = ; 𝑚/𝑚𝑖𝑛
1000
3. Kedalaman potong :
𝑎 = 𝑑/2 ; 𝑚𝑚
4. Waktu pemotongan :
𝑡𝑐 = 𝑙𝑡 ⁄𝑣𝑓 ; 𝑚𝑖𝑛
𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎,
𝑙𝑡 = 𝑙𝑣 + 𝑙𝑤 + 𝑙ℎ ; 𝑚𝑚,
𝑙ℎ ≥ (𝑑 ⁄2)/ 𝑡𝑎𝑛 𝐾𝑓 ; 𝑚𝑚
5. Kecepatan penghasilan geram :
𝜋𝑑2 𝑉𝑓
𝑍= ; (𝑐𝑚3 ⁄𝑚𝑖𝑛) (3.6)
4 1000
3.4 Tugas
Hitung:
1. Kecepatan potong, gerak makan permata potong, kedalaman potong, waktu
pemotongan dan kecepatan penghasilan geram.
3.5 Hasil Pratikum Dan Pembahasan
3.5.1 gambar benda kerja
4.1. Tujuan
Mengetahui bagian-bagian mesin las dan istilah-istilah teknik yang ada pada
mesin las
Menjelaskan prinsip kerjadan fungsi dari mesin las tersebut
Membuat suatu bentuk elemen mesin atau benda uji yang sudah ditentukan
sesuai dengan gambar yang diberikan
Menjalankan mesin atau mampu mengoperasikan mesin las secara benar.
Standar-standar dibuat agar tidak terjadi patah sambungan las dan leluatan logam
pengisi darielektrodatersebut akan sesuai dengan logam induknya.
Secara metalurgi, sambungan las terdiri dari enam daerah yang berbeda yaitu :
Las Listrik
Adalah proses pengelasan dengan busur nyala listrik, dimana panas didapat dari
busur nyala yang memancar dari elektroda dengan selubung flux dan benda kerja.
Ujung elektroda daerah las busur nyala dan sdaerah sekitar molten metal dilindungi
dari pengotoran udara sekeliling dengan adanya gas yang terjadi karena
pembakaran dan penguraian flux.Sedangkan molten metal mendapat tambahan
perlindungan dari adanya molten slag.
Busur nyala listrik adalah arus elektron yang kontinyu mengalir melalui media yang
pendek antara dua elektroda (+ dan -)yang diketahui dengan terjadinya energi pana
Gambar 4.1 Shielded Metal Arc Welding Process Diagram
dan radiasi atau gas antara elektroda akan diionosir oleh elektron yang dipancarkan
oleh katoda
1. Temperatur
2. Kekuatan medan listrik
Proses pengelasan dengan memanfaatkan busur listrik (loncatan bunga api listrik)
adalah proses yang paling banyak dipakai dalam industri.
Busur ditimbulkan oleh elektroda dengan logam induk, yang termasuk didalam las
busur listrik adalah :
Sambungan las nantinya akan menerima beban gaya jenis beban mempengaruhi
pemilihan tipe sambungan ( Joint ) dan las ( Weld ). Kadang-kadang sambungan las
memerlikan pembuatan alur agar pengelasan mencapai tempat paling dasar.
Pembuatan alur tersebut bisa dilakukan dengan cara kikir atau gerinda. Bentuk-
bentuk alur antara lain :
Gambar 4.2 Tujuh alur pokok welding
Las joint dan sambungan Weld adalah mekanisme penyambungan ( ada alur atau
tidak), bagaimana bentuknya. Pertimbangan utama desain sdambungan las adalah
kemampuan untuk meneruskan beban.Disusul dengan biaya, jadi sambungan las
ideal adalah yang dapat meneruskan beban dan berharga murah. Dalam desain perlu
dihindari pembuatan Groove (lihat tabel 1) terlalu dalam yang akan menghabiskan
logam pengisi, jika yang dilas adalah pelat yang tebal, pemakaian logam pengisi
bisa dikurangi dengan mengurangi sudut groove tersebut. Faktor pentinglain yang
penting dalam desain sambungan las adalah masalah keterjangkauan (acessbility)
Gambar 4.3. Beberapa tipe sambungan las
Shielded Metal Arc Welding
Las jenis ini sering dipakai dibengkel-bengkel dan sangat populer, dipakai
antara lain untuk hal sebagai berikut :
Pengelasan konstruksi ringan dari baja, seperti menara air dan pagar
Konstruksi-konstruksi sipil seperti jembatan dan kerangaka gedung
bertingkat
Panas dihasilkan oleh busur yang terbentuk dari kawat elektroda yang
dilingkupi oleh Flux dan logam benda kerja.Logam cair dilindungi dari pengaruh
udara luar oleh gas yang terbentuk selama pembakaran dan pengurain Flux yang
melingkupi kawat elektroda.SMAW dapat dilakukan didalam dan di luar ruangan
dan sambungan yang rumit relatif mudah dikerjakan dengan metode ini, untuk
operasinya diperliukan Power Suply, kabel, pemegang elektroda (elektroda holder),
dan elektroda.Untuk memulai pengelasan elektroda (yang telah dihubungkan
dengan power suply) disentuhkan ujungnya kebenda kerja yang telah diklem yang
disambung ke power suply.
Efek Kelembaban
a. Peralatan Praktikum
1. Mesin las
2. Material besiatau baja
3. Elektroda
4. Jangka sorong
5. Gergaji
6. Kuas
b. Langkah-langkah bubut
5.1. Tujuan
Mengetahui bagian – bagian mesin freis dan istilah – istilah teknik yang
ada pada mesin freis.
Menjelaskan prinsip kerja dan fungsi dari mesin freis tersebut.
Membuat suatu bentuk elemen mesin atau benda uji yang sudah
ditentukansesuai dengan gambar yang diberikan.
Menjalankan mesin atau mampu mengoperasikan mesin freis tersebut
secara benar.
Sesuai dengan jenis pahat yang digunakan, dikenal dua macam cara yaitu
mengefreis datar (slab milling) dengan sumbu putaran pahat freis selubung sejajar
dengan permukaan benda kerja, dan mengefreis tegak (face milling) dengan sumbu
putaran freis muka tegak lurus dengan permukaan benda kerja. Selanjutnya
mengefreis datar dibedakan menjadi dua macam cara yaitu mengefreis naik (up
milling) dan mengefreis turun (down milling).
Pahat freis dengan diameter tertentu dipasangkan pada poros utama (spindle)
mesin frais dengan perantaraan poros pemegang (untuk pahat freis selubung) atau
langsung melalui hubungan poros dan lubang konis (untuk pahat freis muka yang
mempunyai poros konis). Putaran poros utama dapat dipilih sesuai dengan
tingkatan putaran yang tersedia pada mesin freis. Benda kerja yang dipasangkan
pada meja dapat diatur kecepatan makannya tergantung pada harga gerak makan
per gigi yang diinginkan. Besarnya kecepatan makan antara lain dipengaruhi oleh
jumlah gigi pahat freis (z). Untuk kecepatan makan yang sama, maka gerak makan
per gigi (fz) menjadi berlainan jika jumlah gigi berbeda. Kedalaman potong (a)
diatur dengan cara menaikkan meja melalui roda pemutar untuk menggeserkan lutut
pada tiang mesin freis.
Benda kerja :
w = lebar pemotongan.
lw = panjang pemotongan.
a = kedalaman potong.
Pahat freis :
d = diameter luar.
Mesin freis :
Vf = kecepatan makan.
1. Kecepatan potong :
3. Waktu pemotongan :
Dimana : lt = lv + lw + ln ; mm.
Mengefrais Datar
Untuk mengefreis datar, dengan pahat freis selubung bergigi lurus tebal
geram pada setiap saat (h) dituliskan sebagai berikut :
dimana :
Tebal geram (sebelum dipotong) maksimum (h max) terjadi sewaktu sudut posisi
mencapai harga terbesar (disebut dengan sudut persentuhan øc).
(5.7)
Tebal geram rata – rata (hm) terjadi pada waktu sudut posisi mencapai harga
setengah dari harga maksimum.
(5.8)
Mengefreis Tegak
Untuk mengefreis tegak dengan memakai pahat freis muka, tebal geram pada
setiap saat dapat dituliskan sebagai berikut :
Tebal geram tersebut mencapai harga maksimum bila posisi gigi mencapai sudut
posisi ø sebesar ø2 bila ø2 < 90˚ atau ø1 bila ø1 > 90˚ jika ø1 < 90˚ dan ø2 > 90˚
seperti yang dituliskan pada rumus berikut :
Tebal geram rata – rata didaptkan dengan cara mengintegrasi rumus diatas
kemudian dibagi dengan sudut persentuhan øc yaitu :
Tebal geram rata – rata (hm) tersebut tercapai pada posisi tertentu yang dapat
dihitung dengan
(5.12)
a. Peralatan Praktikum
Alat yang digunakan antara lain :
1. Mesin Freis
2. Material besi atau baja
3. Kunci – kunci
4. Jangka sorong
5. Gergaji
6. Tool (pisau freis)
b. Langkah – langkah freis
Menaruh spesimen yang telah tersedia pada meja.
Mengatur kerataan spesimen yang akan difreis.
Memasang tool yang akan dipakai dalam praktek tersebut.
Memfreis permukaan sesuai dengan gambar yang telah ada dilembar
pekerjaan praktek.
Setelah selesai memfreis, bersihkan geram yang ada dimeja mesin freis.
c. Pencatatan data proses freis
Data yang diambil dari proses freis antara lain adalah sebagai berikut :
5.4 Tugas
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan pada proses praktikum dan analisa hasil pratikum kami dapat menarik
1. Proses Bubut
Dari proses analisa yang kami lakukan kami mendapatkan hasil sebagai
berikut :
rpm.
2. Proses sekrap
Dari proses analisa yang kami lakukan, kami mendapatkan hasil sebagai
berikut :
Dari proses analisa yang kami lakukan, kami mendapatkan hasil sebagai
berikut :
5. Freis
sebagai berikut :
NIM : 0604405081