“ILEUS OBSTRUKSI”
Disusun Oleh:
MUHAMAD ARIEF
N 111 17 135
Pembimbing Klinik:
KEPANITERAAN KLINIK
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2019
1
BAB I
PENDAHULUAN
Ileus obstruktif merupakan kegawatan di bidang bedah digestive yang
sering dilaporkan. Gangguan saluran cerna ini menduduki 20% dari seluruh kasus
nyeri akut abdomen yang tidak tergolong appendicitis akuta. Sekitar 60%
penyebab obstruksi ileus disebabkan oleh adhesi yang terjadi pasca operasi regio
abdominal dan operasi di bidang obstetri ginekologik. Isidensi dari ileus obstruksi
pada tahun 2011 diketahui mencapai 16% dari populasi dunia yang diketahui
melalui studi besar pada banyak populasi1.
2
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Etiologi
Beberapa kelainan penyebab obstruksi antara lain:
1. Adhesi intestinal : adanya jaringan fibrosa pada usus yang ditemukan saat
lahir kongenital (namun jaringan fibrosa ini paling sering terjadi setelah
operasi abdominal. usus halus yang mengalami perlengketan akibat
jaringan fibrosa ini akan menghalangi jalannya makanan dan cairan.
2. Hernia inkarserata : bila sudah terjadi penjepitan usus, maka dapat
menyebabkan obstruksi usus.
3. Tumor (primer metastasis) : dapat menyebabkan sumbatan terhadap
jalannya makanan dan cairan.
4. Divertikulum Meckel
5. Intussusception 'masuknya usus proximal ke bagian distal
6. Volvulus (terpuntirnya usus)
7. Striktur yang menyebabkan penyempitan lumen usus
8. Askariasis
3
9. Impaksi faeces (faecolith)
10. Benda asing1,3,4.
2.3 Patogenesis
Obstruksi ileus merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang
terjadi karena adanya daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding
usus sehingga menyebabkan penyempitan/penyumbatan lumen usus. Hal
tersebut menyebabkan pasase lumen usus terganggu. Akibat gangguan pasase
tersebut terjadi pengumpulan isi lumen usus yang berupa gas dan cairan pada
bagian proximal tempat penyumbatan. Hal ini menyebabkan pelebaran
dinding usus (distensi) di bagian proximal dari sumbatan. Sumbatan usus dan
distensi usus menyebabkan rangsangan terjadinya hipersekresi kelenjar
pencernaan. Dengan demikian akumulasi cairan dan gas makin bertambah
yang menyebabkan distensi usus tidak hanya pada tempat sumbatan tetapi
juga dapat mengenai seluruh usus di bagian proximal sumbatan. Sumbatan ini
menyebabkan gerakan usus yang meningkat (hiperperistaltik) sebagai usaha
alamiah. Sebaliknya juga terjadi gerakan antiperistaltik. Hal ini menyebabkan
terjadi serangan kolik abdomen dan muntah-muntah. Pada obstruksi usus
yang lanjut peristaltik sudah hilang oleh karena dinding usus kehilangan daya
kontraksinya1.
4
5. Bunyi usus nada tinggi
6. Obstipasi
7. Tidak ada flatus
2.5 diagnosis
Pemeriksaan fisik
1. inspeksi
perut distensi, dapat ditemukan darm kontur dan darm steifung. Benjola
pada regio inguinal, femoral dan skrotum menunjukkan suatu hernia
inkarserata. Pada Intussusepsi dapat terlihat massa abdomen berbentuk
sosis. Adanya adhesi dapat dicurigai bila ada bekas luka operasi
sebelumnya.
2. Perkusi
Hipertimpani
5
3. Auskultasi
Hiperperistaltik, bising usus bernada tinggi, borborhygmi. pada fase lanjut
bising usus dan peristaltik melemah sampai hilang.
4. Palpasi
Kadang teraba massa seperti pada tumor (pada colok dubur teraba massa
di rektum atau terdapat darah dan lendir), invaginasi atau hernia. Adanya
darah pada pemeriksaan colok dubur dapat menyokong strangulasi atau
neoplasma. Pada volvulus teraba massa yang nyeri dan bertambah besar.
Bila didapatkan feses yang mengeras kemungkinan adanya skibala, bila
feses negatif maka obstruksi usus diduga letaknya lebih tinggi. Ampula
rekti yang kolaps juga harus dicurigai adanya obstruksi. Bila ditemukan
nyeri tekan lokal atau general pada pemeriksaan palpasi dinding abdomen
maka pikirkan adanya peritonitis.
Pemeriksaan Penujang
1. Radiologi
Pada foto polos pasien dengan obstruksi yang komplit akan tampak
terjadi dilatasi dari usus bagian proksimal sampai ke tempat obstruksi
dalam 3-5 jam usus yang diameternya lebih dari 3 cm sering dikaitkan
dengan obstruksi. Usus bagian proksimal yang terdistensi oleh gas dan
cairan, akan tampak berdilatasi oleh timbunan udara intraluminer.
Sebaliknya, pada usus bagian distal dari obstruksi tidak tampak bayangan
gas, atau bila sumbatannya terjadi belum lama maka tampak bayangan gas
yang sangat sedikit di bagian distal obstruksi. Pada daerah rektum tidak
tampak bayangan gas atau udara.3
Pada foto posisi tegak akan tampak bayangan air fluid level yang
banyak dibeberapa tempat (multiple fluid levels) yang tampak terdistribusi
dalam susunan tangga (step ladder appearance), sedangkan usus sebelah
distal dari obstruksi akan tampak kosong. Jumlah loop dari usus halus
yang berdilatasi secara umum menunjukkan tingkat obstruksi. Bila Jumlah
loop sedikit berarti obstruksi usus halus letaknya tinggi, sedangkan bila
jumlah loop lebih banyak maka obstruksi usus halus letaknya rendah.
Semakin distal letak obstruksi, jumlah air fluid level akan semakin banyak,
dengan tinggi yang berbeda-beda sehingga berbentuk step ladder
appearance.1,4
Jarak valvula conniventes satu sama lain yang normal adalah 1-4
mm. Jarak ini akan melebar pada keadaan distensi usus halus. Akibat
distensi usus halus, maka valvula conniventes agak teregang dan bersama-
sama dengan valvula conniventes dari loop yang bertetangga, akan tampak
6
di foto sebagai gambaran sirip ikan yang disebut herringbone
appearance.4
Rasa nyeri abdomen yang hebat, bersifat menetap, makin lama makin
hebat, pada pemeriksaan abdomen didapatkan ascites, terdapatnya
abdominal tenderness, adanya tanda-tanda yang bersifat umum, demam,
dehidrasi berat, takikardia, hipotensi atau shock.
Namun dari semua gejala klinik di atas, kita mempunyai pedoman Essential of
Diagnosis yaitu :
7
2.6 Diagnosis Banding
Ileus obstruktif dapat dikacaukan dengan gangguan saluran cerna lain
dengan gambaran klinis yang serupa seperti pseudo-obstruksi (Sindroma
Ogilvie) dan ileus paralitik.
Obstruksi Ileus Paralitik Pseude-obstruksi
Mekanis
Sederhana
(Ileus
Obstruksi)
Keluhan Nyeri keram Nyeri Nyeri keram
abdomen, abdominal abdominal,
konstipasi, ringan, perut konstipasi, obstipasi,
obstipasi, mual, kembung , mual, muntah, dan
muntah, dan mual, muntah, anoreksia
anoreksia obstipasi, dan
konstipasi
Hasil Borborygmi, Bising usus Borborygmi, timpani,
Pemeriksaan bunyi senyap, terdapat gelombang
Fisik peristaltic distensi, dan peristaltik dengan
meningkat timpani bising usus hipo atau
dengan bising hiperaktif, distensi
usus nada dan nyeri terlokalisir
tinggi, distensi,
nyeri
terlokalisir
Gabaran Bow-shaped Dilatasi usus Dilatasi usus besar
Foto Polos loops in ladder kecil dan usus terisolasi dengan
BOF patern, terdapat besar dengan peningkatan
gambaran gas peningkatan diafragma
kolon yang diafragma
terperangkap di
bagian distal
dari lesi
2.7 Penatalaksanaan
a. Persiapan enderita
Persiapan penderita berjalan bersama dengan usaha menegakkan
diagnosis obstruksi usus secara lengkap dan tepat. Sering dengan
8
persiapan penderita yang baik" obstruksinya berkurang atau hilang sama
sekali. Persiapan penderita meliputi.3
1. Dekompressi usus dengan suction, menggunakan NGT yang
dimasukkan dalam perut atau usus.
2. Pemasangan kateter untuk mengukur urine output.
3. Koreksi elektrolit dan keseimbangan asam basa.
4. Atasi dehidrasi.
5. Mengatur peristaltik usus yang efisien berlangsung selama 4 sampai
24 jam sampai saatnya penderita siap untuk operasi.
b. Operatif
2.9 Prognosis
Mortalitas obstruksi tanpa strangulata adalah 5% sampai 8% asalkan
operasi dapat segera dilakukan. Teterlambatan dalam melakukan pembedahan
atau jika terjadi strangulasi atau komplikasi lainnya akan meningkatkan
mortalitas sampai sekitar 35% atau 40%. rognosisnya baik bila diagnosis dan
tindakan dilakukan dengan cepat.3
9
BAB III
LAPORAN KASUS
SUBJEKTIF
a. Keluhan Utama
Nyeri perut
10
e. Riwayat Personal Sosial (RPSos)
Merokok (+), alkohol (-), pola makan dalam 3 hari terakhir nafsu makan
berkurang.
OBJEKTIF
a. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum :
Pasien tampak kesakitan. Compos Mentis.
Tanda Vital :
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Kepala :
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor 3mm
(+/+), refleks cahaya (+/+).
Hidung : Napas cuping hidung (-), deviasi septum nasal (-).
Mulut : Bibir tidak sianosis, mukosa basah, massa (-).
Leher :
Limfonodi coli tidak teraba, massa (-), deviasi trakea (-), JVP meningkat (-).
Thoraks :
Inspeksi : Pernapasan spontan, reguler, gerakan dada simetris, retraksi
interkosta (-/-), ketinggalan gerak (-/-).
Palpasi : Nyeri tekan (-), vokal fremitus (+/+) normal, ictus cordis teraba
di SIC 5 linea midclavicula sinistra, daya kembang paru (+/+) normal.
Perkusi : Sonor (+/+).
Auskultasi : Sdv (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-). Cor S1/S2, reguler.
Abdomen :
Inspeksi : Distended (+), jejas (-), darm contour (-), darm steifung (-).
11
Auskultasi : Bising usus (+)meningkat.
Palpasi : Teraba keras, nyeri tekan (+), McBurney (+), deffense muscular
(-).
Perkusi : Redup (+) disemua lapang abdomen
Ekstremitas :
Akral hangat, Capillary Refill Time < 2 detik.
b. Pemeriksaan Penunjang
Radiografi Abdomen 3 posisi (7-7- 2019)
12
Ekspertise:
Thorax : Radiografi thoraks, inspirasi kurang dengan hasil kedua pulmo dalam
batas normal. CTR tidak valid dinilai, konfigurasi cor tidak membesar.
Abdomen 3 posisi : Dilatasi sistema usus halus dengan coil spring appearance
dan multiple air fluid level intralumen mengarah gambaran small bowel
obstruction. Tak tampak pneumoperitoneum.
Kesan: Susp. ileus obstruktif
GDS : 80 mg/dl
SGOT : 25 U/L
SGPT : 16 U/L
13
Pemeriksaan Elektrolit Darah
Clorida : 97 nmol/L
RESUME
Pasien laki-laki 63 tahun masuk dengan keluhan nyeri perut sejak 3 hari
SMRS. Nyeri perut durasakan disemua lapang parut. Pasien. Selain nyeri perut,
pasien juga mengeluhkan demam, perutnya kembung dan membesar, perut
membesar dirasakan sejak 3 hari yang lalu. Pasien juga mengeluhkan tidak BAB
sudah 5 hari lalu, pasien mengeluhkan mual dan muntah, BAK lancar Flatus (-).
PLANNING
Pasang kateter
Pasang NGT
IVFD RL 20 tpm
Ranitidin 50 mg / 12 jam
Cefriaxon 1 gr / 12 jam
Injeksi Pantoprazole 40 mg
14
Infus Paracetamol 1 gr
Injeksi Ondansetron 8 mg
Injeksi Metronidazole 500 mg
Pro Laparotomi eksplorasi
15
Dokumentasi Operasi
PROGNOSIS
Ad vitam : Ad bonam
Ad functionam : Ad bonam
Ad sanationam : Ad bonam
16
Follow Up
Tanggal 9-8-2019
O:
Nadi : 76 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,8 ºC
P:IVFD RL 20 Tpm
Cefriaxon 1 gr / 12 jam
Ranitidin 50 mg / 12 jam
Ketorolac 30 mg / 8 jam
Rawat luka
Tanggal 10-8-2019
O:
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,5 ºC
17
P:IVFD RL 20 Tpm
Cefriaxon 1 gr / 12 jam
ranitidin 50 mg / 12 jam
Ketorolac 30 mg / 8 jam
Rawat luka
Tanggal 11-8-2019
O:
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,6 ºC
P:IVFD RL 20 Tpm
Cefriaxon 1 gr / 12 jam
Ranitidin 50 mg / 12 jam
Ketorolac 30 mg / 8 jam
18
BAB IV
DISKUSI
19
obstruktif. Penegakan diagnosis yang baik dengan anamnesis, pemeriksaan fisik
dan penunjang harus dilakukan dengan segera karena kasus ileus obstruktif
merupakan salah satu kondisi akut abdomen. Kasus ini merupakan salah satu
kasus yang biasanya memerlukan intervensi bedah emergensi karena bila tidak
segera ditangani dapat mengakibatkan komplikasi seperti iskemia, perforasi serta
gangguan hemodinamika dan elektrolit, hingga menyebabkan kematian.
Pemeriksaan awal pada pasien dengan gejala kardinal ileus obstruktif
meliputi pemeriksaan foto polos abdomen posisi erect dan left lateral decubitus.
Pada posisi tersebut keberadaan udara bebas dalam peritoneum dapat terlihat
diatas proyeksi hepar. Pemeriksaan rontgen abdomen hampir 60% akurat dalam
menegakkan diagnosis ileus obstruktif. Namun foto polos abdomen dapat pula
memperlihatkan kondisi normal pada kondisi awal obstruksi atau pada obstruksi
segmen duodenal dan jejunal. Pada hasil rontgen abdomen 3 posisi pasien ini
menunjukkan adanya dilatasi beberapa loops proyeksi usus halus, serta terdapat
gambaran batas udara cairan yang tersususn step ladder atau pola tangga pada
posisi erect. Gambaran ini sangat mengarah pada kondisi ileus obstruktif mekanik.
Sesuai penelitian Thompson yang berkesimpulan bahwa adanya gambaran lebih
dari 2 batas udara air, dengan ukuran lebih dari 2,5 cm, dan adanya batas udara air
dengan ukuran selisih 5 mm pada satu segmen usus yang terdilatasi pada foto
rontgen abdomen merupakan tanda yang signifikan untuk ileus obstruksi.
Tindakan pembedahan direkomendasikan pada pasien yang tidak membaik dalam
48 jam setelah dilakukan perawatan konservatif. Sedangkan pada kasus ini,
kurang dari 24 jam setelah diagnosis ileus obstruktif ditegakkan, segera
direncakan tindakan pembedahan laparotomi eksplorasi sebagai tindakan definitif.
Durante pembedahan, ditemukan adanya perlengketan pada ometum dan adan
colon bant yang merupakan penyebab terjadinya obstruksi. Kemudian didapatkan
usus yang kolaps pada bagian distal dari lokasi volvulus. Hal tersebut sesuai
dengan gambaran radiologis abdomen yang mana hanya tampak dilatasi pada
proyeksi sentral atau usus halus, yaitu proksimal dari lokasi volvulus. Sedangkan
gambaran dilatasi proyeksi colon cenderung tidak tampak.
20
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan mengenai kasus ini, dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut.
1. Ileus obstruktif merupakan kegawatan di bidang bedah digestive
2. Diagnosis Ileus obstruktif ditegakkan dengan riwayat penyakit, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan laboratorium, dan ultrasonography (USG) dan foto polos
abdomen 3 posisi.
3. Gejala klinis meliputi Nyeri perut berkala, Distensi berat, Mual / muntah,
Gelisah/menggeliat, Bunyi usus nada tinggi, Obstipasi dan Tidak ada flatus
21
DAFTAR PUSTAKA
7. Narisha Maharaj & Bhugwan Singh (2015) A review of the radiological imaging
modalities of non-traumatic small bowel obstruction, South African Family
Practice, 57:3, 146-159, DOI: 10.1080/20786190.2014.977052
9. Price & Wilson. 2003. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi
ke-6. Jakarta : EGC.
22