Anda di halaman 1dari 156

ANALISIS KELAYAKAN USAHA

SERBUK MINUMAN INSTAN BERBASIS TANAMAN OBAT


(Studi Kasus:Koleksi Taman Obat Dan Spa Kebugaran SYIFA,
Bogor)

Oleh:
NADIA LARASATI UTAMI
A14104085

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008
RINGKASAN

NADIA LARASATI UTAMI. A14104085. Analisis Kelayakan Usaha Serbuk


Minuman Instan Berbasis Tanaman Obat (Studi Kasus:Koleksi Taman Obat dan
Spa Kebugaran SYIFA, Bogor). Dibawah bimbingan HARIANTO.

Biofarmaka merupakan komoditas potensial untuk dikembangkan sebagai


minuman instan. Kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh produk minuman instan
berbahan baku biofarmaka antara lain : terbuat dari bahan-bahan alami, memiliki
aspek fungsional, bagi kesehatan dan rasa yang enak, praktis dalam penggunaan,
dan dapat dikonsumsi oleh setiap aspek mayarakat.
Aspek kemudahan dalam penyajian, penyimpanan, dan transportasi
merupakan nilai tambah yang dimiliki produk minuman instan dibandingkan
minuman ringan biasa yang berbentuk cair. Keunggulan bentuk serbuk minuman
instan adalah kemampuan untuk larut tanpa melibatkan pengadukan secara
manual, dengan syarat semua komponen mudah larut dalam air.
Permintaan terhadap minuman instan akhir-akhir ini mulai meningkat setelah
krisis ekonomi. Hal ini ditunjukkan dengan persentase alokasi pengeluaran
masyarakat terhadap produk minuman instan yang meningkat.
Bisnis minuman instan berbahan baku tanaman obat dari tahun ketahun
mengalami peningkatan yang cukup signifikan, hal ini didukung dengan adanya
pola back to nature. Produk minuman instan bukan hanya sebagai minuman
penyegar juga sebagai minuman yang memiliki aspek fungsional bagi kesehatan,
yaitu menjaga kesegaran tubuh. Adanya peningkatan ini ditandai dengan
peningkatan produk-produk minuman instan berbasis tanaman obat yang
diproduksi oleh beberapa industri jamu dan farmasi diseluruh Indonesia.
TAMAN SYIFA adalah perusahaan baru yang bergerak dalan usaha
pembuatan dan pemasaran produk herbal beberapa komoditas tanaman obat. Salah
satu cabang produk herbal tersebut adalah pembuatan dan pemasaran serbuk
minuman instan berbasis tanaman obat. Serbuk minuman instan tersebut terdiri
dari enam komoditas, yaitu ; serbuk minuman instan jahe, serbuk minuman instan
kunyit, serbuk minuman instan kencur, serbuk minuman instan temulawak, serbuk
minuman instan temu putih, dan serbuk minuman instan ramuan secang wangi.
Serbuk tersebut dikemas dalam bungkus menarik dan dijajakan sebagai serbuk
instan untuk minuman. Dalam menjalankan usaha tersebut, perusahaan ini belum
melakukan analisis kelayakan terhadap usaha yang dijalankannya, sehingga belum
dapat diketahui apakah usaha ini mendatangkan keuntungan atau kerugian.
Sedangkan perusahaan telah melakukan biaya investasi yang cukup besar. Untuk
itu, penulis bermaksud untuk melakukan studi kelayakan pada cabang usaha
pembuatan dan pemasaran serbuk minuman instan pada perusahaan ini.
Dari uraian di atas, dapat dirumuskan tujuan penelitian ini adalah : 1)
Menganalisis kelayakan usaha pembuatan dan pemasaran serbuk minuman instan
perusahaan TAMAN SYIFA, 2)Menganalisis kelayakan finansial usaha
pembuatan dan pemasaran serbuk minuman instan perusahaan TAMAN SYIFA,
3) Menganalisis sensitivitas usaha pembuatan dan pemasaran serbuk minuman
instan perusahaan TAMAN SYIFA, apabila terjadi perubahan pada faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi manfaat dan biaya.
iii

Dilihat dai aspek teknis, pasar, hukum, sosial, dan lingkungan, TAMAN
SYIFA dapat dikatakan layak untuk terus dijalankan. Namun, aspek manajemen
dan aspek finansial membuat TAMAN SYIFA dinilai tidak layak sehingga perlu
perbaikan usaha.
Berdasarkan analisis finansial usaha serbuk minuman instan berbasis
tanaman obat pada TAMAN SYIFA memperoleh NPV < 0 yaitu sebesar Rp -
50.89.149 yang artinya bahwa usaha serbuk minuman instan berbasis tanaman
obat pada TAMAN SYIFA ini dinilai tidak layak. Pada usaha serbuk minuman
instan berbasis tanaman obat pada TAMAN SYIFA ini diperoleh nilai Net B/C =
0 yang menyatakan bahwa usaha serbuk minuman instan berbasis tanaman obat
pada TAMAN SYIFA dinilai tidak layak. IRR dan PBP yang diperoleh dari analisis
finansial penelitian ini tidak terdefinisi. Hal ini tentunya mendukung keputusan
bahwa keputusan investasi untuk usaha ini pada awalnya adalah keputusan yang
salah. Lebih baik menginvestasikan dana di bank daripada untuk pengembangan
usaha ini Dengan kriteria analisis ini, mengindikasikan bahwa modal yang
diinvestasikan tidak ada periode pengembalian investasinya karena tidak
menghasilkan keuntungan.
Dari hasil ananlisis switching value yang ada, diketahui bahwa usaha serbuk
minuman instan di TAMAN SYIFA dapat menjadi layak untuk dijalankan bila
TAMAN SYIFA mampu menaikkan total nilai penjualan 56 persen. Total
penjualan itu dapat dinaikkan jika TAMAN SYIFA memproduksi produk lebih
banyak atau meningkatkan harga per kemasan yang dijual.
Berdasarkan hasil pemikiran, peningkatan harga akan dirasakan tidak
masuk akal karena dianggap terlalu tinggi untuk daya beli masyarakat. Oleh sebab
itu, peningkatan penjualan bisa dilakukan dengan peningkatan jumlah produksi.
Asumsi cateris paribus, maka TAMAN SYIFA harus meningkatkan produksi
serbuk minuman instan jahe menjadi 370 persen; atau serbuk minuman instan
kunyit 800 persen; atau serbuk minuman instan kencur 900 persen; atau serbuk
minuman instan temuputih 1550 persen; atau serbuk minuman instan secang
wangi 730 persen; atau meningkatkan produksi serbuk minuman instan seluruh
komoditas serempak sebesar 130 persen.
Selain itu, TAMAN SYIFA dapat menurunkan biaya tenaga kerja.
TAMAN SYIFA dinilai memiliki kelebihan tenaga kerja. Ada karyawan yang
dirasakan tidak perlu ada apabila mengingat usaha TAMAN SYIFA yang masih
dikategorikan berskala kecil. Oleh sebab itu, usaha serbuk minuman instan di
TAMAN SYIFA dapat menjadi layak untuk dijalankan bila TAMAN SYIFA
mampu menurunkan biaya tenaga kerja sebesar 45 persen.
Total penerimaan (TR) serbuk minuman instan berbasis tanaman obat yang
dijalankan TAMAN SYIFA pada saat ini lebih kecil dari nilai total biaya
variabelnya. Kondisi ini memberikan isyarat pada TAMAN SYIFA untuk
menutup usahanya. Namun, apabila perusahaan mampu mengurangi biaya tenaga
kerja sebesar 45 persen, maka TAMAN SYIFA dapat terus membuka usahanya.
TAMAN SYIFA juga dapat terus membuka usahanya apabila biaya tenaga kerja
tidak diperhitungkan sebagai biaya variabel.
Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa usaha serbuk minuman instan
berbasis tanaman obat adalah usaha yang menjanjikan. Dilihat dari aspek pasar,
aspek teknis, aspek sosial, aspek lingkungan, dan aspek hukum, usaha serbuk
minuman instan berbasis tanaman obat yang dijalankan TAMAN SYIFA dinilai
iv

layak. Namun, dilihat dari aspek manajemen yang terjadi di internal TAMAN
SYIFA sendiri membuat usaha ini tidak layak.
Secara finansial, usaha serbuk minuman instan berbasis tanaman obat yang
dijalankan oleh TAMAN SYIFA dinilai tidak layak. Proses usaha yang akan
terjadi selama kurun umur proyek akan menghasilkan kerugian. Oleh sebab itu,
perlu adanya perbaikan usaha.
Berdasarkan hasil analisis switching value, TAMAN SYIFA harus
meningkatkan penjualan dengan meningkatkan jumlah produksi atau dengan
membatasi jumlah karyawan agar usahanya dapat dinilai layak untuk terus
dilanjutkan.
Sehingga saran yang dapat diberikan adalah 1) Untuk pemilik TAMAN
SYIFA, diharapkan mampu meningkatkan omzet dengan meningkatkan
penjualan. Selain itu, perusahaan juga dapat mengurangi biaya tenaga kerja
dengan membatasi jumlah karyawan. Hal ini adalah cara perbaikan usaha agar
usaha dapat dinilai layak untuk terus dijalankan, 2) Untuk masyarakat yang
hendak menjalankan usaha ini harus memperhatikan betul biaya yang dikeluarkan;
baik biaya investasi ataupun biaya operasional. Penerimaan harus lebih besar dari
pengeluaran. Dan sebelum usaha dijalankan, lebih baik dibuat analisis kelayakan
usahanya terlebih dahulu, sehingga diperoleh masukan yang matang tentang
perencanaan usaha.
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
SERBUK MINUMAN INSTAN BERBASIS TANAMAN OBAT
(Studi Kasus:Koleksi Taman Obat Dan Spa Kebugaran SYIFA,
Bogor)

Oleh:
NADIA LARASATI UTAMI
A14104085

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : Analisis Kelayakan Usaha Serbuk Minuman Instan Berbasis


Tanaman Obat (Studi Kasus:Koleksi Taman Obat dan Spa
Kebugaran SYIFA, Bogor)
NAMA : Nadia Larasati Utami
NRP : A14104085

Menyetujui, Dosen
Pembimbing,

Dr. Ir. Harianto, MS


NIP. 131.430.801

Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr


NIP. 131 124 019

Tanggal Lulus :
PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL

“ANALISIS KELAYAKAN USAHA SERBUK MINUMAN INSTAN

BERBASIS TANAMAN OBAT (STUDI KASUS:KOLEKSI TAMAN OBAT

DAN SPA KEBUGARAN SYIFA, BOGOR)” ADALAH BENAR-BENAR

HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI

KARYA TULIS ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA

MANAPUN.

Bogor, Mei 2008

Nadia Larasati Utami


A14104085
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Padang pada tanggal 23 April 1987 sebagai anak

pertama dari 2 bersaudara pasangan Bapak Sunarto dan Ibu Zurnelly. Penulis

menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Bina Insani dan lulus pada tahun

1999. Sekolah menengah tingkat pertama dilalui penulis di SMPN 1 Bogor dan

lulus pada tahun 2002. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas

di SMUN 3 Bogor dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun yang sama pula penulis

diterima sebagai mahasiswa Program Studi Manajemen Agribisnis, Departemen

Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui

jalur USMI.

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di beberapa kegiatan organisasi

seperti BEM TPB IPB, Gema Almamater, Agriaswara, dan MISETA. Penulis juga

pernah menjadi Asisten Praktikum Mata Kuliah Sosiologi Umum.

Selain itu, penulis pernah memperoleh beberapa prestasi yaitu :

Memperoleh dana pada Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian

Masyarakat 2008, Pemenang Anugerah Youth National Science And Technology

Award 2007 oleh Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia

Deputi Bidang Pemberdayaan Pemuda, Juara II Lomba Debat Krisis Pendidikan

“CRISPI” oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Institut

Pertanian Bogor 2007, Finalis Kompetisi Pemikiran Kritis Mahasiswa Tingkat

Nasional Bidang Kesejahteraan Masyarakat oleh Departemen Pendidikan

Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Akademik 2007,

Memperoleh dana pada Program Kreativitas Mahasiswa bidang penelitian 2007,


ix

Memperoleh dana pada Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penulisan Ilmiah

2007, Juara Pertama Lomba Inovasi IPTEK Mahasiswa Tingkat Nasional oleh

Kementrian Riset dan Teknologi serta Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga

Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gajah

Mada 2006, Pemecahan Rekor MURI “RAMPAK GITAR”, Pemenang Setara

Emas Dalam Presentasi Program Kreativitas Mahasiswa Pada Pekan Ilmiah

Mahasiswa Nasional XIX oleh Departemen Pendidikan Nasional Republik

Indonesia Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi 2006.


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat dan berkat Nya kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan penelitian. Penulis juga sangat berterima kasih kepada semua

pihak terutama Dosen Pembimbing skripsi penulis Dr. Ir. Harianto, MS yang telah

membimbing dan memberikan masukan kepada penulis untuk menyelesaikan

skripsi yang berjudul “ANALISIS KELAYAKAN USAHA SERBUK

MINUMAN INSTAN BERBASIS TANAMAN OBAT (STUDI KASUS :

KOLEKSI TAMAN OBAT DAN SPA KEBUGARAN SYIFA, BOGOR)”.

Semoga penelitian ini dapat bermanfaat begi semua pihak termasuk

penulis dan juga perusahaan tempat penulis melakukan penelitian. Penulis juga

mengharapkan masukan yang bersifat membangun untuk perbaikan penulis di

masa mendatang.

Bogor, Mei 2008

Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Papi, Ibu, dan Tika. Semoga kalian percaya bahwa semua yang telah dan

akan ku lakukan, selain untuk TUHAN ku, adalah untuk kalian. Tidak ada

yang ku pinta selain kepercayaan dan dukungan penuh atas tiap langkah yang

ku ambil.

2. Dr. Ir. Harianto, MS selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan

bimbingan dan kebijaksanaan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

3. Dr. Ir. Jajah K. Wagiono selaku Dosen Penguji Utama pada sidang penulis

atas masukan dan saran yang diberikan.

4. Arif Karyadi, SP selaku Dosen Penguju Wakil Departemen pada sidang

penulis atas masukan dan hubungan yang baik selama penulis duduk di

bangku kuliah.

5. Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis.

6. Dr. drh. Umi Cahyaningsih selaku pemilik TAMAN SYIFA beserta staff

tempat penulis melakukan penelitian.

7. Ibu Tintin, SP dan Feryanto W. Karo-Karo, SP atas saran dan masukannya.

8. Ibu Etriya, SP, MM atas bimbingan yang tidak terputus untuk penulis, dari

mulai bimbingan perlombaan hingga bimbingan dalam aspek lain kehidupan.

9. Seluruh dosen Departemen Agribinis. Untuk Ibu Ir. Dwi Rachmina, MSi, Ibu

Dra. Yusalina, dan dan Ibu Eva Yolynda, SP, MM (Makasih telah menjadi ibu

ku di jurusan).
xii

10. Mbak Dian, Mbak Dewi, Teh Ida, Ibu Yoyoh, Bapak Yusuf, dan staff

Departemen Agribisnis. Tanpa kalian hidup ku di kampus tidak akan seperti

ini. Because of u, I feel blessed.

11. Seluruh bagian dari kemahasiswaan IPB; Bapak Dr. Rimbawan, Bapak

Bambang Riyanto, S.Pi, M.Si, Ibu Neni Sumari, SH, Ibu Ari, Ibu Keri

Watisih, SH, Bapak Suparta. Terima kasih untuk bimbingan dan

kesempatannya selama ini.

12. Ibu Dr. Ir. Dwi Hastuti, MSc yang selama ini telah menjadi Ibu Penulis di

kampus.

13. Bapak Dr. Suryo Wiyono, MSc, M. Agr atas bimbingan selama proses

perlombaan-perlombaan yang penulis lakukan.

14. Bapak Kikin, Bapak Dwigun, Bapak Dr. Naik Sinukaban, dan Bapak Dr. Hadi

atas bantuan dan kesediannya untuk menjadi nara sumber pembuatan karya

tulis yang pernah penulis lakukan.

15. Viona Mayasari atas kesediannya menjadi pembahas pada seminar penulis.

16. Keluarga besar Sugiman dan Keluarga Besar Sidi Bachtiar atas apresiasi dan

semangat yang diberikan.

17. Seluruh guru yang pernah mengajar penulis, baik secara formal maupun

sebagai guru-guru kehidupan. Guru-guru di SD Bina Insani, Ambu, Guru-guru

SMPN 1 dan SMUN 3 Bogor.

18. Keluarga Cimanggu. Papah, Mamah, Bayu, dan Dwiki. Terima kasih atas

semua yang diberikan selama hampir 4 tahun di kehidupan penulis.

19. Randy Kelana. Terima kasih telah membuat penulis pernah merasa dicintai.
xiii

20. Seluruh kelompok perlombaan yang pernah penulis ikuti: Irfanni, SP; Andrea

Emma, SP; Dedi Purnomo, SP; Nugraha Arief; Dian Kristiyani, SP; Medina

Rachma, SP; M. Aliy Abdulloh, Ariani Dian, Tantri Dewi, Gangga, Tim

PKMP Kerabang Telur. Beruntung aku disandingkan dengan kalian.

21. Teman-teman satu Desa Langkap, Bumiayu, Kab. Brebes. Ida, Ipik, Ashar,

Piko, Tere. Terima kasih atas persahabatan di titik terlemah ku.

22. Teman-teman satu bimbingan akademik : Dika, Rangga, Anggoy, Doni, dan

Harritz.

23. Teman-teman satu bimbingan skripsi : Yustika, Adis, Evan, Opik. Semangat!

24. Fanny Sefta dan Nurhayati Zaenal atas persahabatan terutama selama

penelitian di TAMAN SYIFA.

25. Teman-teman asrama A1 lorong 3, terutama penghuni kamar 47. Ina, Neta,

dan Galih. Miz u so much..

26. Purdiyanti Pratiwi atas stimulus awal penulis, Dian Kristiyani atas

kesediannya menjadi ”Dika” dalam hidup penulis, Kammala Afni atas

persahabatan yang unik, Nugraha Arief dan M. Aliy atas semua yang telah

dilewati. Menik, Suci, Sastro, dan Tere atas kehidupan bersama di atas loteng

Ibu Soraya, PNS and the gang, kalian semua..

27. Adik-adik praktikan Mata Kuliah Sosiologi Umum.

28. Teman-teman AGB 41, terima kasih atas kebersamaan dan kekeluargaan

selama kurang lebih 4 tahun.

29. Kakak kelas AGB 40 dan AGB 39, terutama untuk Aswab Mahasin, SP;

Yayah, SP; dan Vedy Panduwirawan, SP yang telah begitu banyak

memberikan bantuan selama penulis kuliah.


xiv

30. Adik-adik kelas AGB 42 dan AGB 43. Semangat terus untuk growing the

future...

31. Teman-teman BEM TPB 41, MISETA 2007/2008, Agriaswara, dan Gema

Almamater.

32. Teman-teman SD Bina Insani, teman-teman SMPN 1 Bogor, dan teman-teman

SMUN 3 Bogor (khususnya program akselerasi).

33. Roger, Fotokopian Prima, Bapak Satpam Fateta, Bubur Ayam Madura,

Yunani, Bang Ucok, dan semua penguni Bara yang memberikan arti tidak

sedikit untuk penulis.

34. Keluarga besar baru ku. Bapak, ibu, kakak, adik, dan saudara baru ku. Terima

kasih atas doa dan penguatannya.

35. Kak Yuli, Kak Rudie, Kak Febi, Kak Lusi, Darrel, dan Evan. Hanya TUHAN

yang mampu membalas segala kebaikan kalian.

36. Mbok ku, Ibu Tien. Terima kasih atas segalanya. Pengen banget bisa manja-

manjaan terus..

37. Abang Marlon atas kesediannya menjadi abang.

38. True Worshippers, Giving My Best, Hillsong, dan Kalian Semua yang

menemani hati ini lewat karya kalian. “Transfer” semua yang N butuhkan

dalam tiap larutnya malam. Makasih untuk penguatan yang SELALU TEPAT.

Makasih..

39. Mas Antok. Matur nuwun sanget atas kasih dan sayangnya. Terima kasih atas

tiap omelan dan dukungan. Terima kasih untuk tiap senyum dan rengutan.

Terima kasih atas keseluruhan hidup mu. Your life is GOD’s Gift for me.. ☺
xv

40. Semua pihak yang telah membantu yang tak bisa disebutkan satu persatu oleh

penulis

41. The last is for YOU. ALLAHku. Kusadari bahwa semua karena dan

untukMU. I’am nothing without YOU, LORD.. Love you so Much. Thanks for

being my everythings. Dan makasih karena terus menjadikan N dalam pikiran

dan hati MU..luvUluvUluvUluvU ☺ ☺ ☺


DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI............................................................................................................... xvi

DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xviii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. xix

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xx

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah ......................................................................................... 7
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................. 8
1.4 Kegunaan Penelitian ........................................................................................ 8

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Jahe................................................................................................................... 9
2.2 Kencur .............................................................................................................. 13
2.3 Kunyit............................................................................................................... 14
2.4 Temulawak ....................................................................................................... 15
2.5 Temuputih ........................................................................................................ 17
2.6 Secang Wangi .................................................................................................. 19
2.7 Biofarmaka Sebagai Bahan Baku Minuman Instan ......................................... 19
2.8 Penelitian Terdahulu ........................................................................................ 21

III. KERANGKA PEMIKIRAN


3.1 Kerangka Teoritis............................................................................................. 25
3.1.1 Proyek .................................................................................................. 25
3.1.2 Studi Kelayakan ................................................................................... 25
3.1.3 Aspek Studi Kelayakan ........................................................................ 26
3.1.4 Analisis Kelayakan Investasi ............................................................... 34
3.1.5 Teori Biaya dan Manfaat...................................................................... 38
3.2 Kerangka Konseptual ....................................................................................... 39

IV. METODE PENELITIAN


4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................... 41
4.2 Jenis dan Sumber Data ..................................................................................... 41
4.3 Metode Pengolahan Data ................................................................................. 42
4.4 Metode Analisis Data ....................................................................................... 42
4.4.1 Analisis Aspek Teknis............................................................................. 43
4.4.2 Analisis Aspek Manajemen..................................................................... 44
4.4.3 Analisis Aspek Sosial.............................................................................. 44
4.4.4 Analisis Aspek Pasar............................................................................... 44
4.4.5 Analisis Aspek Hukum ........................................................................... 45
xvii

4.4.6 Analisis Aspek Lingkungan .................................................................... 45


4.4.7 Analisis AspekFinansial.......................................................................... 45
4.4.8 Analisis Sensitivitas ................................................................................ 50
4.5 Asumsi Dasar ................................................................................................... 51

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN


5.1 Sejarah Singkat Perusahaan ............................................................................... 53
5.2 Profil Perusahaan ............................................................................................... 54
5.3 Deksripsi dan Pengembangan Usaha ................................................................. 55

VI. ANALISIS ASPEK NON FINANSIAL


6.1 Aspek Pasar ........................................................................................................ 58
6.1.1 Analisis Persaingan dan Struktur Pasar .................................................... 58
6.1.2 Analisis Prospek dan Potensi Pasar .......................................................... 60
6.1.3 Pangsa Pasar.............................................................................................. 62
6.1.4 Daur Hidup Produk ................................................................................... 63
6.1.5 Bauran Pemasaran ..................................................................................... 64
6.1.6 Hasil Analisis Aspek Pasar ....................................................................... 67
6.2 Aspek Teknis...................................................................................................... 67
6.2.1 Lokasi Perusahaan..................................................................................... 68
6.2.2 Bahan Baku ............................................................................................... 70
6.2.3 Kapasitas Produksi .................................................................................... 70
6.2.4 Teknologi Proses ....................................................................................... 70
6.2.5 Layout Perusahaan .................................................................................... 72
6.2.6 Hasil Analisis Aspek Teknis ..................................................................... 72
6.3 Aspek Manajemen.............................................................................................. 73
6.3.1 Struktur Organisasi ................................................................................... 74
6.3.2 Hasil Analisis Aspek Manajemen ............................................................. 74
6.4 Aspek Sosial Lingkungan .................................................................................. 76
6.5 Aspek Hukum .................................................................................................... 78
6.5.1 Badan Usaha ............................................................................................. 79
6.5.2 Perizinan.................................................................................................... 79
6.5.3 Perpajakan ................................................................................................. 79
6.5.4 Hasil Analisis Aspek Hukum .................................................................... 80

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL


7.1 Analisis Inflow ................................................................................................. 81
7.2 Analisis Outflow............................................................................................... 83
7.3 Analisis Finansial ............................................................................................. 87
7.4 Analisis Sensitivitas ......................................................................................... 88

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN


8.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 92
8.2 Saran................................................................................................................. 92

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 94


DAFTAR TABEL

Nomor Halaman
1. Nilai PDB Hortikultura Tahun 2004 per Triwulan (dalam Milyar Rupiah) ... 2
2. Persentase Alokasi Pengeluaran Per Tahun Masyarakat Terhadap
Produk Minuman Instan ................................................................................. 6
3. Perkembangan Volume Produksi Minuman Instan Berbasis
Tanaman Obat Perusahaan Jamu dan Farmasi di Indonesia ........................... 6
4. Komposisi Kimia Rimpang Jahe..................................................................... 12
5. Struktur Pasar Yang Mungkin Berdasarkan Karakteristik Pesaing ................ 59
6. Perkiraan Pangsa Pasar Berdasarkan Pesaing ................................................. 62
7. Keunggulan Produk Serbuk Minuman Instan Milik TAMAN SYIFA ........... 66
8. Produksi Jahe Menurut Provinsi di Indonesia (kg) pada Tahun 1999-2003 ... 69
9. Kapasitas Produksi TAMAN SYIFA Dilihat dari Tingkat Penjualan pada
Tahun 2007 ..................................................................................................... 71
10. Deskripsi dan Spesifikasi Pekerjaan Tenaga Kerja TAMAN SYIFA ............ 75
11. Perkiraan Pendapatan Penjualan TAMAN SYIFA ......................................... 82
12. Biaya Investasi TAMAN SYIFA .................................................................... 84
13. Rincian Biaya Tetap TAMAN SYIFA per Tahun (Rupiah) ........................... 85
14. Komposisi Serbuk Minuman Instan Secang Wangi ....................................... 87
15. Hasil Analisis Finansial TAMAN SYIFA ...................................................... 87
16. Hasil Analisis Switching Value Usaha Serbuk Minuman Instan
TAMAN SYIFA ............................................................................................. 88
17. Peningkatan Penjualan yang Diperlukan Untuk Mencapai
Titik Impas Dibandingkan Dengan Kondisi Saat Ini ...................................... 90
18. Perbandingan TR dan TVC pada TAMAN SYIFA ........................................ 91
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman
1. Kerangka Operasional Penelitian ..................................................................... 40
2. Tahapan-Tahapan Daur Hidup Produk ............................................................ 63
3. Layout TAMAN SYIFA .................................................................................. 72
4. Struktur Organisasi TAMAN SYIFA .............................................................. 76
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman
1. Cashflow Usaha Serbuk Minuman Instan TAMAN SYIFA........................... 96
2. Cashflow Usaha Serbuk Minuman Instan TAMAN SYIFA Produksi Instan
Jahe Naik 370% ............................................................................................... 98
3. Cashflow Usaha Serbuk Minuman Instan TAMAN SYIFA Produksi Instan
Kunyit Naik 800% ........................................................................................... 101
4. Cashflow Usaha Serbuk Minuman Instan TAMAN SYIFA Produksi Instan
Kencur Naik 900% ........................................................................................... 104
5. Cashflow Usaha Serbuk Minuman Instan TAMAN SYIFA Produksi Instan
Temulawak Naik 910%.................................................................................... 107
6. Cashflow Usaha Serbuk Minuman Instan TAMAN SYIFA Produksi Instan
Temuputih Naik 1550% ................................................................................... 110
7. Cashflow Usaha Serbuk Minuman Instan TAMAN SYIFA Produksi Instan
Secang Wangi Naik 730% ............................................................................... 113
8. Cashflow Usaha Serbuk Minuman Instan TAMAN SYIFA Peningkatan
Penjualan 56%.................................................................................................. 116
9. Cashflow Usaha Serbuk Minuman Instan TAMAN SYIFA Penurunan Tenaga
Kerja 45% ........................................................................................................ 118
10. Cashflow Usaha Serbuk Minuman Instan TAMAN SYIFA Peningkatan
Produksi 130% ................................................................................................. 120
11. Rincian Penjualan TAMAN SYIFA Tiap-Tiap Bulan Awal Proyek............... 123
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris sehingga pertanian merupakan suatu

sektor yang penting bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia. Pertumbuhan

pertanian di Indonesia tetap dianggap terpenting dalam pertumbuhan ekonomi dan

1
dimungkinkan akan menjadi sektor unggulan dalam pembangunan nasional .

Perekonomian Indonesia pada triwulan I tahun 2007 menunjukkan

peningkatan dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2006. Hal ini ditandai

dengan meningkatnya PDB riil maupun PDB nominal. Sektor pertanian secara riil

meningkat sebesar 16,80 persen, yaitu dari Rp 56,86 triliun menjadi 66,41 triliun.

Pertumbuhan itu merupakan pertumbuhan tertinggi diantara sektor-sektor

2
lainnya .

Selain dari itu, sektor pertanian juga turut meningkatkan perekonomian

bangsa dengan penyerapan tenaga kerja yang besar. Sektor pertanian merupakan

penyerap tenaga kerja nasional terbesar di Indonesia. Pada tahun 2004 sekitar

43,33 persen dari tenaga kerja terserap di sektor pertanian. Kontribusi sektor

pertanian ini terus meningkat pada tahun-tahun berikutnya. Pada tahun 2005

kontribusinya menjadi 44,039 persen dan tahun 2006 sebesar 44,47 persen dari
3
tenaga kerja Indonesia bekerja di sektor pertanian .

1
Universitas Brawijaya Malang. Tantangan Pembangunan Pertanian. www.fp.brawijaya.ac.id
dalam Purnamawati (2007)
2
Buletin PDB Sektor pertanian. Departemen Pertanian. (2007)
3
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Jumlah Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan
Utama. www.nakertrans.go.id dalam Purnamawati (2007)
2

Salah satu subsektor pertanian adalah hortikultura. Berdasarkan hasil

perhitungan melalui pendekatan produksi, PDB hortikultura tahun 2004 atas dasar

harga berlaku adalah sebesar 56.864,94 milyar rupiah. PDB ini merupakan

kompilasi komoditas hortikultura dari setiap provinsi. PDB ini terdiri dari PDB

buah-buahan sebesar 30.764,56 milyar rupiah (54,11 persen dari PDB

hortikultura), PDB sayuran sebesar 20.748,70 milyar rupiah (36,49 persen dari

total PDB hortikultura), PDB tanaman hias sebesar 4.608,55 milyar rupiah (8,10

persen dari PDB hortikultura), dan PDB tanaman biofarmaka sebesar 722,23
4
milyar rupiah (1,27 persen dari PDB hortikultura) .

Tabel 1 Nilai PDB Hortikultura Tahun 2004 per Triwulan (dalam Milyar
Rupiah).
Waktu Buah- Sayuran Tanaman Tanaman
Buahan Hias Biofarmaka
Triwulan I 7.200,97 5.438,29 844,09 54,92
Triwulan II 5.501,31 6.072,99 1.130,13 271,82
Triwulan III 7.250,36 4.991,32 742,18 248,26
Triwulan IV 10.811,92 4.246,10 1.892,15 147,03
Jumlah 30.746,53 20.748,70 4.608,55 722,23
Sumber : Pusdatin, Deptan, 2004.

Meskipun subsektor biofarmaka atau biasa dikenal dengan komoditas

tanaman obat menyumbang persentase yang relatif sedikit dibandingkan dengan

komoditas yang lain, namun perkembangan nilai PDB hortikultura selama tahun

2002 hingga tahun 2004 terus mengalami peningkatan. Tahun 2002, tanaman

biofarmaka menyumbang PDB sebanyak 506,49 milyar rupiah, lalu meningkat

4
Pusdatin, Departemen Pertanian (2004)
3

menjadi 564,92 milyar rupiah pada tahun 2003, dan menjadi 722,23 milyar rupiah

5
pada tahun 2004 .

Indonesia kaya akan tanaman obat. Dari 40 ribu jenis flora yang tumbuh di

dunia, 30 ribu di antaranya tumbuh di Indonesia, 26 persen telah dibudidayakan

dan sisanya sekitar 74 persen masih tumbuh liar di hutan-hutan. Dari yang telah

dibudidayakan, lebih dari 940 jenis digunakan sebagai obat tradisional (Hernani

dan Syukur, 2001). Tanaman obat terdapat diseluruh pelosok tanah air dan

penggunaannya dapat dalam bentuk segar maupun sebagai ramuan obat-obatan.

Pemakaian tanaman obat dalam dekade terakhir ini cenderung meningkat

sejalan dengan berkembangnya industri jamu atau obat tradisional, farmasi,

kosmetik, makanan, dan minuman. Tanaman obat yang dipergunakan biasanya

dalam bentuk simplisia (bahan yang telah dikeringkan dan telah mengalami

pengolah apapun). Simplisia berasal dari akar, daun, bunga, biji, buah, terna, dan

kulit batang (Hernani dan Syukur, 2001).

Pemanfaatan tanaman obat Indonesia akan terus meningkat mengingat

kuatnya keterkaitan bangsa Indonesia terhadap tradisi kebudayaan memakai jamu.

Beberapa bahan baku jamu juga telah menjadi komoditas ekspor yang andal untuk

menambah devisa negara (Hernani dan Syukur, 2001).

Jahe, kunyit, kencur, temulawak, ramuan secang wangi, dan temuputih

merupakan beberapa dari jenis tanaman obat yang banyak terdapat di Indonesia

dan berpotensi sebagai penghasil devisa negara. Di Indonesia, tanaman-tanaman

ini telah dikenal oleh sebagian besar masyarakatnya. Tidak heran bila masing-

5
Diolah dari Data Pusdatin, Departemen Pertanian (2004)
4

masing daerah memiliki nama yang berbeda untuk menyebut tanaman-tanaman

berkhasiat ini.

Pemanfaatan tanaman-tanaman obat ini sangat luas, yaitu sebagai bumbu

masak, pemberi rasa dan aroma makanan dan minuman serta banyak digunakan

sebagi obat. Sebagai contoh, jahe biasa digunakan untuk produk-produk daging,

produk unggas, ikan, dan makanan lainnya. Selain itu dapat pula dibuat selai jahe,

kembang gula, manisan jahe, sirup jahe, kue dan sebagai flavoring agent untuk

minuman ringan dan es krim. Dalam bidang farmasi, jahe diketahui dapat

menahan kontraksi perut (Farrel dalam Alim, 2001).

Berbagai manfaat dari tanaman tersebut dalam kehidupan sehari-hari

membuka peluang pengembangan usaha pembudidayaan tanaman obat. Oleh

sebab itu, budidaya tanaman obat perlu ditingkatkan seiring dengan semakin

meningkatnya konsumsi tanaman obat oleh masyarakat untuk berbagai keperluan.

Usaha budidaya tanaman obat tersebut sebaiknya tidak terpaku pada tujuan

menghasilkan tanaman obat segar dalam kuantitas besar, namun juga perlu

ditindaklanjuti dengan upaya pengolahan tanaman obat segar tersebut menjadi

produk yang memiliki nilai lebih tinggi.

Pengembangan agroindustri tanaman obat di Indonesia memiliki prospek

yang baik. Faktor yang mendukung pengembangan agroindustri tanaman obat

tersebut diantaranya besarnya potensi kekayaan sumber daya alam Indonesia

sebagai sumber bahan baku simplisia yang dapat diformulasikan menjadi obat

tradisonal. Keikutsertaan segenap lapisan masyarakat petani tanaman obat,

penjual, pemakai, maupun masyarakat lain yang secara langsung atau tidak

langsung berhubungan dengan tanaman obat atau pengobatan tradisional juga


5

sangat mendukung pengembangan agroindustri tanaman obat (Hernani dan

Syukur, 2001).

Sesuai dengan kemajuan teknologi dan permintaan konsumen yang

mengkhendaki kepraktisan, dewasa ini semakin banyak produk tanaman obat

olahan yang dapat dijumpai di pasaran untuk memenuhi kebutuhan industri

maupun keperluan rumah tangga. Salah satu produk olahan tersebut berupa bubuk

atau serbuk yang mempunyai beberapa keunggulan bila dibandingkan dengan

bentuk segar. Keunggulan tersebut antara lain a) daya simpan lebih lama, b)

membutuhkan ruangan lebih kecil untuk transportasi, dan c) lebih mudah dikemas

(Diolah dari Alim, 2001).

Perkembangan pola hidup masyarakat yang saat ini semakin kompleks

menuntut tersedianya berbagai produk siap saji (instan). Salah satu alternatif

pengembangan produk minuman ringan yang memenuhi persyaratan kepraktisan

dalam pemakain produk minuman instan.

Biofarmaka merupakan komoditas potensial untuk dikembangkan sebagai

minuman instan. Kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh produk minuman instan

berbahan baku biofarmaka antara lain : terbuat dari bahan-bahan alami, memiliki

aspek fungsional, bagi kesehatan dan rasa yang enak, praktis dalam penggunaan,

dan dapat dikonsumsi dalam setiap aspek mayarakat.

Aspek kemudahan dalam penyajian, penyimpanan, dan transportasi

merupakan nilai tambah yang dimiliki produk minuman instan dibandingkan

minuman ringan biasa yang berbentuk cair. Keunggulan bentuk serbuk minuman

instan adalah kemampuan untuk larut tanpa melibatkan pengadukan secara

manual, dengan syarat semua komponen mudah larut dalam air.


6

Permintaan terhadap minuman instan akhir-akhir ini mulai meningkat setelah

krisis ekonomi. Hal ini ditunjukkan dengan presentase alokasi pengeluaran

masyarakat terhadap produk minuman instan yang meningkat.

Tabel 2 Persentase Alokasi Pengeluaran Per Tahun Masyarakat Terhadap


Produk Minuman Instan.
Tipe Tahun
Pengeluaran 1987 1990 1993 1996 1999 2000 2001 2002
(%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%)
Makanan 61,28 60,36 56,86 55,34 62,94 65,81 94,13 58,48
Minuman 38,72 39,64 43,14 44,66 37,06 34,19 35,87 41,52
Instan
Sumber : Berita Resmi Statistik No.7 Februari18, 2002 dan Susenan dalam Prasetiawan
(2004)

Bisnis minuman instan berbahan baku tanaman obat dari tahun ketahun

mengalami peningkatan yang cukup signifikan, hal ini didukung dengan adanya

pola back to nature. Produk minuman instan bukan hanya sebagai minuman

penyegar juga sebagai minuman yang memiliki aspek fungsional bagi kesehatan,

yaitu menjaga kesegaran tubuh. Adanya peningkatan ini ditandai dengan

peningkatan produk-produk minuman instan berbasis tanaman obat yang

diproduksi oleh beberapa industri jamu dan farmasi diseluruh Indonesia.

Tabel 3 Perkembangan Volume Produksi Minuman Instan Berbasis


Tanaman Obat Perusahaan Jamu dan Farmasi di Indonesia.
Produksi (ribu kilogram)
Nama Industri
2000 2001 2002
Perusahaan 929.000 1.049.000 1.101.450
Farmasi
Perusahaan Jamu 5.482.104 6.286.284 6.914.912
Total 6.418.104 7.335.284 8.016.362
Sumber : Deperindag, 2003 (diolah)
7

1.2 Perumusan Masalah

TAMAN SYIFA adalah perusahaan baru yang bergerak dalan usaha

pembuatan dan pemasaran produk herbal beberapa komoditas tanaman obat. Salah

satu cabang produk herbal tersebut adalah pembuatan dan pemasaran serbuk

minuman instan berbasis tanaman obat. Serbuk minuman instan tersebut terdiri

dari enam komoditas, yaitu ; serbuk minuman instan jahe, serbuk minuman instan

kunyit, serbuk minuman instan kencur, serbuk minuman instan temulawak, serbuk

minuman instan temu putih, dan serbuk minuman instan ramuan secang wangi.

Serbuk tersebut dikemas dalam bungkus menarik dan dijajakan sebagai serbuk

instan untuk minuman. Dalam menjalankan usaha tersebut, perusahaan ini belum

melakukan analisis kelayakan terhadap usaha yang dijalankannya, sehingga belum

dapat diketahui apakah usaha ini mendatangkan keuntungan atau kerugian.

Sedangkan perusahaan telah melakukan biaya investasi yang cukup besar. Untuk

itu, penulis bermaksud untuk melakukan studi kelayakan pada cabang usaha

pembuatan dan pemasaran serbuk minuman instan pada perusahaan ini.

Dari uraian di atas, dapat dirumuskan permasalahan yang menjadi topik

penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana kelayakan usaha pembuatan dan pemasaran serbuk minuman

instan perusahaan TAMAN SYIFA?

2. Bagaimana kelayakan finansial usaha pembuatan dan pemasaran serbuk

minuman instan pada perusahaan TAMAN SYIFA?

3. Bagaimana sensitivitas usaha pembuatan dan pemasaran serbuk minuman

instan perusahaan TAMAN SYIFA apabila terjadi perubahan pada faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi manfaat dan biaya?


8

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut, maka tujuan

penelitian ini adalah:

1. Menganalisis kelayakan usaha pembuatan dan pemasaran serbuk minuman

instan perusahaan TAMAN SYIFA.

2. Menganalisis kelayakan finansial usaha pembuatan dan pemasaran serbuk

minuman instan perusahaan TAMAN SYIFA.

3. Menganalisis sensitivitas usaha pembuatan dan pemasaran serbuk

minuman instan perusahaan TAMAN SYIFA, apabila terjadi perubahan

pada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi manfaat dan biaya.

1.4 Kegunaan Penelitian

Diharapkan penelitian ini dapat berguna bagi pemilik perusahaan SYIFA

guna mengetahui kelayakan usahanya dan hal-hal apa saja yang perlu dilakukan

demi keberlangsungan usahanya. Selain dari itu, diharapkan penelitian ini berguna

bagi masyarakat umum dan instansi-instansi terkait yang ingin mengetahi

kelayakan usaha pembuatan serbuk minuman instan berbasis tanaman obat.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jahe

Jahe atau Zingiber officinale Roxb termasuk dalam famili zingiberaceae.

Berdasarkan taksonomi tanaman, jahe termasuk divisi Pteridophyta, subdivisi

Angiospermae, kelas Monocotyledone, ordo Scitamine, Famili Zingiberaceae,

serta genus Zingiber (Rismunandar dalam Alim, 2001).

Nama lain dari jahe adalah : jae (jawa), haliya (aceh), atau ginger dalam

bahasa internasional. Berdasarkan ukuran, bentuk, dan warna rimpangnya, ada

tiga jenis jahe yang dikenal, yaitu : jahe putih/kuning besar (disebut juga jahe

badak atau jahe gajah), jahe putih kecil atau emprit, dan jahe merah. Ciri umum

tanaman jahe adalah tumbuh berumpun, batang semu, tidak bercabang, berbentuk

bulat, tegak, tersusun dari lembaran pelepah daun, berwarna hijau pucat dengan

warna pangkal batang kemerahan, dan tingginya dapat mencapai satu meter. Daun

jahe merupakan daun tunggal, yang terdiri dari upih dan helaian daun, upih daun

melekat membungkus batang, helaian daun tumbuh berselang seling, helaian daun

tipis berbentuk lanset, berwarna hijau gelap, tulang daun sangat jelas tersusun

sejajar, ujung daun meruncing, dan bagian pangkal membulat (Hernani dan

Syukur, 2001).

Bunga majemuk tersusun berupa mayang, panjang mayang 4 – 7 cm, lebar

1,5 – 2 cm, bunga berbentuk tabung, setiap bunga dilindungi oleh daun pelindung.

Buah jahe berbentuk bulat panjang seperti kapsul, dengan tiga ruang biji, masing-

masing memiliki tujuh bakal biji. Biji kecil, warna hitam berselaput. Rimpang
10

bercabang tidak teratur umumnya ke arah vertikal, kulit berbentuk sisik tersusun

melingkar dan berbuku-buku, warna kuning cokelat sampai merah tergantung

jenisnya. Daging jahe berwarna kuning cerah, berserat, aromatik, mengandung

banyak metabolit sekunder, dan merupakan perubahan bentuk dari batang yang

terdapat di dalam tanah. Pembungaan tumbuh langsung dari rimpang, bunga

majemuk tersusun dalam rangkaian mayang berbentuk silinder, sedangkan warna

bunganya adalah ungu atau hijau. Rimpang jahe mempunyai bau yang spesifik,

berkisar antara bau yang tajam, pahit, langu, sampai aromatis (Hernani dan

Syukur, 2001).

Rimpang jahe banyak digunakan sebagai obat gosok untuk penyakit encok

dan sakit kepala. Selain itu, jahe juga digunakan sebagai bahan obat, bumbu

masak, penyedap, minuman penyegar, manisan, dan lain-lain. Senyawa kimia

yang menyebabkan rasa pedas pada jahe adalah gingerol, zingeron, dan shogaol

(Hernani dan Syukur, 2001).

Jahe putih besar di Jawa Barat dikenal sebagai jahe badak sedangkan di

Sumatera dikenal sebagai jahe gajah. Ukuran rimpangnya jauh lebih besar dan

bentuknya lebih gemuk daripada dua varietas lainnya. Jahe ini banyak digunakan

sebagai sayur, masakan, minuman, permen, dan rempah-rempah. Kandungan

minyak atsirinya berkisar antara 0,82 – 1,66 persen bobot kering. Jahe putih kecil

mempunyai ukuran rimpang lebih besar daripada jahe merah tetapi lebih kecil bila

dibandingkan dengan jahe putih besar. Bentuknya aga pipih, berwarna putih,

seratnya lembut, dan rasa pedasnya kurang tajam bila dibandingkan jahe merah.

Jahe ini banyak digunakan sebagai rempah – rempah, minuman, penyedap

makanan, serta untuk produksi minyak atsiri jahe. Kandungan minyak atsiri
11

berkisar antara 1,5 – 3,5 persen bobot kering. Jahe merah atau sering juga disebut

jahe sunti memiliki rimpang kecil, berwarna kuning kemerahan, dan berserat

kasar. Rasa jahe ini sangat pedas dan aromanya tajam. Di jawa penggunaannya

lebih banyak untuk obat-obatan. Kandungan minyak atsirinya berkisar antara 2,58

– 3,90 persen bobot kering. Tanaman jahe dapat tumbuh di daerah terbuka sampai

agak ternaungi. Tanah yang disukai berbahan organik tinggi, berjenis latosol atau

andosol, dan berdrainase baik. Tanaman ini dapat tumbuh sampai pada ketinggian

900dpl, tetapi akan lebih baik tumbuhnya pada ketinggian 200 – 600 dpl,

sedangkan curah hujan yang dibutuhkan antara 2500 – 4000 mm pertahun

(Murhananto dan Paimin dalam Alim, 2001).

Komposisi kimia jahe menentukan tinggi rendahnya nilai aroma dan rasa

pedasnya rimpang jahe. Beberapa faktor yang mempengaruhi komposisi kimia

rimpang jahe adalah jenis jahe, tanah tempat tumbuh, umur panen, perlakuan pra

dan pasca panen, serta cara pengolahan rimpang jahe (Rismunandar dalam Alim,

2001)

Minyak atsiri jahe hanya terdapat pada rimpang jahe dan menyebabkan bau

harum khas jahe. Ekstrak minyak atsiri jahe berbentuk cairan kental berwarna

kehijauan sampai kuning, berbau harum, tetapi tidak memiliki komponen

pembentuk rasa pedas dan hangat (Purseglove dalam Alim, 2001). Kandungan

minyak atsiri jahe kering sekitar 1 – 3 persen dan komponen utamanya adalah

zingiberane sebagai bahan baku minuman ringan (ginger ale), industri farmasi

seperti parfum dan sebagai bahan penyedap (flavoring agent) serta kosmetik yang

memancarkan kesan “suasana timur” (Murhananto dan Paimin dalam Alim,

2001).
12

Oleoresin adalah suatu gugusan kimiawi yang cukup kompleks

persenyawaannya. Kata oleoresin terdiri dari dua katayaitu oleo dan resin, yang

berarti minyak dan dammar. Oleoresin merupakan benda padat berbentuk pasta

yang merupakan campuran dari minyak atsiri pembawa aroma dan sejenis

dammar pembawa rasa (Rismunandar dalam Alim, 2001).

Tabel 4 Komposisi Kimia Rimpang Jahe


Komponen Jumlah
Jahe Segar Jahe Kering
Energi (KJ) 184,0 1424,0
Protein (g) 1,5 9,1
Lemak (g) 1,0 6,0
Karbohidrat (g) 10,0 70,8
Kalsium (mg) 21,0 116,0
Fosfor (mg) 39,0 148
Besi (mg) 4,3 12
Magnesium (mg) - 184
Natrium (mg) 6,0 32
Kalium (mg) 57,0 1342
Seng (mg) - 5
Thiamin (mg) 0,02 -
Niasin (mg) 0,8 5
Vitamin C (mg) 4 -
Serat Kasar (g) 7,53 5,9
Total Abu (g) 3,70 4,8
Sumber : Direktorat Gizi Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1989)

Rasa pedas dan pahit jahe disebabkan oleh oleoresin. Sifat pedas ini

tergantung pada umur panen. Semakin tua umurnya semakin terasa pedas dan

pahit. Selain itu jenis jahe juga menentukan kandungan oleoresin. Jahe yang rasa

pedasnya tinggi, seperti jahe sunti kandungan oleoresinnya tinggi. Sedangkan

jenis badak yang rasanya kurang pedas, kandungan oleoresinnya pun sedikit

(Murhananto dan Paimin dalam Alim, 2001).

Menurut Ketren dalam Alim 2001, secara umum oleoresin jahe tersusun oleh

komponen-komponen gingerol dan zingeron (senyawa turunan fenol dan


13

ketofenol), shagaol (senyawa homolog zingeron) dan resin (damar). Beberapa

penelitian menunjukkan bahwa khasiat jahe dalam menyembuhkan berbagai jenis

penyakit disebabkan oleh beberapa komponen citarasa. Selain sebagai pemberi

citarasa komponen ini juga aktif memberikan pengaruh positif pada kesehatan.

Komponen pembawa rasa pedas jahe yaitu gingerol diketahui dapat

menghambat aktivitas motorik, mengurangi rasa sakit (analgesic effect), dan dapat

memperpanjang waktu tidur pada tikus percobaan. Sedangkan shogaol

memberikan pengaruh anti batuk (antitusive) dan dapat menahan kontraksi perut.

2.2 Kencur
Kencur (Kaempferia galanga, Linn.) atau yang dapat disebut dengan cendo,

tekur, kaciwer, kopuk, cakue, cokur, kencur (sumatera); kencur (jawa); kencor,

cekor (madura), terdiri dari dua tipe; jenis berdaun lebar dan jenis berdaun sempit.

Kedua tipe kencur tersebut banyak dibudidayakan di jawa.

Daun tunggal, berwarna hijau, bentuk jorong, pangkal daun membulat, ujung

daun runcing, panjang antara 8 – 10 cm, lebar antara 4 – 7 cm, dan warna tangkai

hijau sampai hijau kemerahan. Rimpang bersisik, kulit berwarna coklat, bagian

dalam berwarna putih, aroma tajam, sampai kurang tajam. Dalam skala luas

kencur banyak diusahakan, terutama di daerah Bogor, Bekasi, Cianjur, Sukabumi,

Tasikmalaya, Ciamis, Ungaran, Boyolali, dan Magelang. Dengan kedudukan

sebagai peringkat kedelapan dari simplisia yang banyak digunakan di dalam

negeri, tren permintaan selalu meningkat dengan kenaikan sebesar 18,54 persen.

Kencur banyak dimanfaatkan sebagai obat bengkak-bengkak, rematik, obat

batuk, obat sakit perut, menghilangkan keringat, penambah nafsu makan, infeksi
14

bakteri, ekspektoran (memperlancarnya keluarnya dahak), tonikum, disentri,

karminatif, mengobati luka dan bengkak perut, encok, obat batuk, dan sakit perut.

Selain sebagai salah satu obat, tanaman ini juga merupakan salah satu

komponen saus dalam rokok kretek dan saat ini juga digunakan sebagai bahan

baku minuman penyegar yang industrinya sedang berkembang pesat. Senyawa

aktif yang terdapat dalam kencur adalah metil p-metoksi sinamat yang bersifat

sebagai insektisida dan sebagai tabir surya (Hernani dan Syukur, 2001).

2.3 Kunyit

Kunyit yang memiliki nama latin Curcuma domestica atau Curcuma longa L.

memiliki beberapa nama daerah seperti kunyet, kuning, kunyir (sumatera); kunyir,

koneng, kunir (jawa); kunit, kunyi (sulawesi); kunyik, huni (nusa tenggara); kurlai

(maluku), dan rame (irian).

Kunyit merupakan tanaman herba, tinggi dapat mencapai 100cm, batangnya

semu, tegak, bulat, membentuk rimpang, dan berwarna hijau kekuningan. Daun

kunyit merupakan daun tunggal, lanset memanjang, helai daun berjumlah 3 – 8,

ujung dan pangkal meruncing, tepi rata, panjang 20 – 40 cm, lebar 8 – 12,5 cm,

pertulangan menyirip, berwarna hijau pucat. Bunga kunyit tumbuh dari ujung

batang semu, panjang 10 – 15 cm, bunga berwarna kuning atau kuning pucat,

mekar secara bersamaan. Rimpang induk kunyit menjorong, rimpang cabang lurus

atau sedikit melengkung, keseluruhan rimpang membentuk rumpun yang rapat,

berwarna oranye, dan tunas mudanya berwarna putih. Akar kunyit merupakan

akar serabut dan berwarna cokelat muda. Penyebaran tanaman kunyit meliputi

daerah tropis di Asia Selatan, Cina Selatan, India, Taiwan, Indonesia, dan Filipina.
15

Rimpang kunyit dapat digunakan sebagai antikoagulan, menurunkan tekanan

darah, obat malaria, obat cacing, bakterisida, obat sakit perut, memperbanyak

ASI, fungisida, stimulan, mengobati keseleo, memar dan rematik, obat asma,

diabetes mellitus, usus buntu, amandel, sariawan, tambah darah, menghilangkan

jerawat dan noda hitam di wajah, melindungi jantung, radang hidung, penurun

panas, menghilangkan rasa gatal, menyembuhkan kejang, mengobat luka-luka,

dan obat penyakit hati.

Selain sebagai obat, kunyit banyak digunakan untuk bumbu dapur. Zat warna

kuning yang dikandungnya dimanfaatkan sebagai bahan pewarna alami dan

tambahan untuk makanan ternak. Rimpang kunyit mengandung minyak asiri

dengan senyawanya, antara lain fellandrene, sabinene, sineol, borneol,

zingiberene, curucumene, turmeron, kamfene, kamfor, seskuiterpene, asam

kafrilat, asam methoksisinamat, tolilmetil karbinol. Selain itu, rimpang kunyit

juga mengandung tepung dan zat warna yang mengandung alkoloid kurkumin

(Hernani dan Syukur, 2001).

2.4 Temulawak

Temulawak yang memiliki nama latin Curcuma xanthorrhiza Roxb. memiliki

beberapa nama daerah seperti koneng gede (Sunda), temulawak (Jawa), dan temu

labak (Madura). Temulawak merupakan tanaman berupa semak, batang semu

yang terdiri dari pelepah-pelepah daun yang terpadu, tumbuh tegak lurus

merumpun, tinggi tanaman antara 50 – 200 cm. Daun temulawak merupakan daun

tunggal, tiap tanaman berdaun antara 6 – 8 helai, bentuk seperti mata lembing

memanjang sampai lanset, berwarna hijau tua, tulang daun di bagian tengah
16

bergaris-garis cokelat keunguan terang sampai gelap selebar 1 – 2,5 cm, daun

permukaan bawah pudar dan berkilat, panjang antara 31 – 84 cm, dan lebar 10 –

18 cm. Bunga temulawak merupakan bunga majemuk, bulir dengan bentuk bulat

panjang, keluar langsung dari umbi, panjang 9 – 23 cm, dan lebar 4 – 6 cm,

berdaun pelindung banyak, panjangnya melebihi atau sebanding dengan mahkota

bunga; mahkota bunga berbentuk tabung dengan panjang 4 –5 cm, berwarna

merah, ungu, atau putih, sebagian dari ujungnya berwarna ungu atau merah,

bagian pangkal bunga berwarna hijau muda atau keputihan, panjang 3 – 8 cm,

lebar 1,5 – 3,5 cm; kelopak bunga berwana putih, berambut, panjang 8 – 13 cm;

sedangkan benang sarinya berwarna muda, panjang 12 – 16 mm, lebar 10 – 15

mm, dan kepala sari berwarna putih. Buah temulawak berbulu, panjang sekitar 20

mm. Rimpang temulawak berbentuk sempurna, bercabang-cabang, berwarna

kuning tua hingga jingga gelap, dibedakan atas rimpang utama (induk) dan

rimpang cabang, rimpang induk berbentuk jorong atau gelondong, rimpang

cabang berupa akar yang menggembung dan pada bagian ujungnya membentuk

umbi.

Diantara tanaman obat yang termasuk suku Zingiberaceae, simplisia

temulawak merupakan bahan yang terbanyak dipakai di dalam negeri untuk

pabrik jamu atau obat tradisonal. Konsumsi rata-rata simplisia temulawak 219.973

kg/tahun, jahe 182.045 kg/tahun, dan kencur 53.904 kg/tahun. Rata-rata

kenaikkan penggunaan temulawak adalah 15,15 persen/tahun. Selain digunakan di

dalam negeri, simplisia temulawak juga diekspor ke Singapura, Jerman, dan

Taiwan. Sedangkan penyebaran tanaman temulawak di Indonesia meliputi Pulau

Sumatera, Jawa, Maluku, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Bali.


17

Rimpang temulawak digunakan sebagai obat kejang, jerawat, malaria,

mencret, kurang nafsu makan, kurang darah, cacar air, radang lambung, getah

empedu terganggu, cacingan, mengatasi air susu yang kurang, eksema, sembelit,

kencing darah, ayan, radang ginjal, demam kuning, pelepas gas dalam perut, dan

anti-HIV. Rimpang temulawak mengandung minyak asiri, kurkuminoid, lemak,

resin, dan serat (Hernani dan Syukur, 2001).

2.5 Temuputih

Pada umumnya, temuputih ditanam sebagai tanaman obat, dapat ditemukan

tumbuh liar pada tempat-tempat terbuka yang tanahnya lembab pada ketinggian 0-

1.000 m dpl. Tanaman ini mirip dengan temulawak dan dapat dibedakan dari

rimpangnya. Temuputih banyak ditemukan di Indonesia seperti Jawa Barat, Jawa

Tengah, Sumatra, Ambon, hingga Irian. Selain itu, temu putih juga dibudidayakan

di India, Banglades, Cina, Madagaskar, Filipina, dan Malaysia.

Terna tanaman tahunan ini tingginya dapat mencapai dua meter. Batangnya

merupakan batang semu yang dibentuk dari pelepah-pelepah daun yang tumbuh

dari rimpangnya. Daunya tunggal dan bertangkai panjang. Helaian daun berbentuk

runcing, tetapi rata, pertulangan menyirip, warnanya hijau dengan sisik kiri-kanan

ibu tulang daun terdapat semacam pita memanjang berwarna merah gelap atau

lembayaung, panjang 25-70 cm, lebar 8-15 cm.

Bunga majemuk berbentuk bulir yang tandannya keluar langsung dari

rimpang, panjang tandan 20-25 cm, bunga mekar secara bergiliran dari kantong-

kantong daun pelindung yang besar. Mahkota bunga berwarna putih dengan garis

tepi merah tipis. Rimpang induk bentuknya jorong membulat dan mengeluarkan
18

rimpang cabang yang cukup banyak dan tumbuh kearah samping, ukurannya lebih

kecil, bentuknya memanjang dan mudah dipatahkan. Dari rimpangnya keluar

akar-akar yang kaku dan pada ujungnya terdapat kantong air. Warna rimpangnya

putih dengan hati yang berwarna kuning muda. Bentuk buah bundar, berserat,

segitiga, kulitnya lunak dan tipis. Biji berbentuk lonjong, berselaput, dan

ujungnya bewarna putih.

Daunnya memiliki rasa seperti serai sehingga bisa digunakan untuk memasak

ikan. Rimpang muda dapat ditambahkan kedalam salad. Rimpang temuputih

rasanya sangat pahit, pedas dan sifatnya hangat, serta berbau aromatik. Temuputih

termasuk tanaman obat yang menyehatkan darah dan menghilangkan sumbatan,

melancarkan sirkulasi vital energi, dan menghilangkan nyeri. Rimpang temuputih

berkasiat antikanker, anti radang (antiflogistik), melancarkan aliran darah,

fibrinolitik, tonik pada saluran cerna, peluru haid (emenagong), dan peluru kentut.

Rimpangan temuputih mengandung 1-2,5 persen minyak menguap dengan

komposisi utama sesquiterpene. Minyak menguap tersebut mengandung lebih dari

20 komponen seperti curzerenone (zedoarin) yang merupakan komponen terbesar,

curzerene, pyrocurcuzerenone, curcumin, curcumemone, epicurcumenol,

curcumol (curcumenol), isocurcumenol, procurcumenol, dehydrocurdone,

furanodienone, isofuranodienone, furanodiene, zederone, dan curdione. Selain itu

mengandung flavonoid, sulfur, gum, resin, tepung, dan sedikit lemak. Curcumol

dan curdione berkasiat antikanker.

Bagian dan kembung karena banyak gas, sakit perut, rasa penuh, dan sakit di

dada akibat tanaman yang digunakan adalah rimpangnya. Setelah dibersihkan,

rebus rimpang, lalu jemur sampai kering. Setelah akarnya dibuang, iris rimpang
19

tipis-tipis untuk disimpan. Rimpang digunakan untuk pengobatan : nyeri sewaktu

haid (dismenore); tidak datang haid (anemore) karena tersumbatnya aliran darah,

pembersihan darah setelah melahirkan; memulihkan gangguan pencernaan

makanan (dispepsi), seperti rasa mual tersumbatnya energi vital, pembesaran hati

(hepatomegali), dan limpa; luka memar, sakit gigi, radang tenggorok, dan batuk;

kanker : serviks, vulva, dan kulit; dan Meningkatkan efektivitas pengobatan


6
radiasi dan kemoterapi pada penderita kanker

2.6 Secang Wangi

Secang wangi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah minuman herbal

khas Indonesia yang kaya anti-oksidan. Secang wangi dalam penelitian ini adalah

racikan dari secang, jahe, kencur, dan cengkeh. Secang wangi mampu membantu

memulihkan dan meningkatkan stamina tubuh serta membuat tubuh lebih rileks.

2.7 Biofarmaka sebagai Bahan Baku Minuman Instan

Menurut Darusman dalam Prasetiawan (2004), biofarmaka adalah semua

makhluk hidup baik tumbuhan, hewan, maupun mikroogranisme yang berpotensi

sebagai obat, makanan, dan minuman maupun nutraceutical bagi manusia, hewan,

dan tumbuhan. Saat ini biofarmaka yang banyak digunakan adalah berupa

tumbuhan yang memiliki khasiat dan manfaat bagi manusia, dalam bentuk obat

tradisional (jamu), makanan dan minuman sebagai pangan fungsional maupun

obat luar.

6
Diolah dari www.pdpersi.co.id [ akses tanggal 2 Mei 2008 ]
20

Menurut Subarnas dalam Prasetiawan (2004), berdasarkan pengamatan

terhadap obat tradisional yang beredar di pasaran, biofarmaka yang biasanya

digunakan sebagai ramuan jamu kebanyakan dari famili Zingiberaceae, seperti

kunyit, temulawak, jahe, kencur, lumpuyang, lengkas, dan temu-temu lainnya.

Definis tanaman obat Indonesia menurut SK Menkes No. 149/SK/IV/1978

dalam Prasetiawan (2004) adalah sebagai berikut : (1) Tanaman atau bagian

tanaman yang digunakan sebagai bahan obat tradisional (jamu), (2) Tanaman atau

bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan pemula bahan baku obat

(prokusor), dan (3) Tanaman atau bagian tanaman yang diekstraksi dan ekstrak

tanamna tersebut digunakan sebagai obat. Menurut Sampurno dalam Prasetiawan

(2004), tanaman obat adalah tumbuhan atu tanaman yang salah satu atau lebih

bagiannya dapat digunakan untuk pengobatan.

Menurut Andarwulan dalam Prasetiawan (2004), minuman instan berbahan

baku biofarmaka termasuk dalam kategori pangan fingsional karena dilihat dari

definisinya, pangan fungsional adalah pangan yang karena kandungan komponen

aktifnya memberikan manfaat bagi kesehatan diluar manfaat yang diberikan oleh

zat-zat gizi yang terkandung di dalamnya.

Jenis minuman instan berbahan baku biofarmaka masih sedikityang

diproduksi oleh industri besar, hanya beberapa industri yang memproduksi,

misalnya PT Sido Muncul dengan produk minuman instan kunyit asam, jahe

wangi, dan STMJ (susu, telor, madu, jahe) dan jamu komplit instan. Sedangkan

PT Jamu Jago dengan produk minuman instan buyung upik untuk anak-anak

(Prasetiawan, 2004).
21

2.8 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian yang terkait dengan kelayakan usaha serbuk minuman

instan telah dilakukan. Salah satunya adalah skripsi oleh Alim (2001) yang

berjudul “Kajian Proses dan Analisa Finansial Produksi Bubuk Jahe Pada Industri

Skala Rumah Tangga“. Dalam penelitiannya, dikatakan bahwa pada produksi

bubuk jahe skala industri rumah tangga, kapasitas yang direncanakan adalah 2250

kg produk per tahun, dengan total kebutuhan dana proyek sebesar Rp 25.132.250

rupiah, terdiri atas total investasi Rp 12.025.000 rupiah dan modal kerja awal

untuk biaya operasi selama tiga bulan sebesar Rp 13.107.250 rupiah. Total biaya

produksi Rp 54.448.000 per tahun, terdiri atas biaya tetap Rp 2.019.000 rupiah

dan biaya variabel Rp 53.429.000 rupiah. Harga pokok dihitung dengan

menggunakan metode konvensional sebesar Rp 25.498,22 per kilogram dan harga

jual Rp 33.000 rupiah. Analisis kelayakan pada kondisi dengan tingkat suku

bunga 25 persen menunjukkan nilai NPV Rp 22.629.547, nilai IRR nya 61,13

persen, nilai net B/C sebesar 1,9, nilai PBP adalah 0,62 tahun, sedangkan BEP

produksinya akan tercapai pada penjualan 1.694,94 kilogram atau pada nilai

penjualan Rp 54.448.000 rupiah. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan pada

kenaikkan biaya produksi sebesar 18 persen dan penurunan harga jual sampai 13

persen proyek masih layak untuk dilaksanakan.

Penelitian lain pernah juga dilakukan oleh Indriastuti (1998) yang berjudul

“Kajian Proses dan Finansial Produksi Minuman Bubuk Coklat Jahe Pada Industri

Skala Rumah Tangga“. Dalam penelitiannya dikatakan bahwa produksi minuman

bubuk coklat jahe skala industri rumah tangga tempat penelitian direncanakan

sebesar delapan kilogram produk per hari, dengan total kebutuhan dana proyek
22

sebesar Rp 9.441.590,90 terdiri atas total investasi Rp 1.805.000 rupiah dan modal

kerja awal untuk biaya operasi selama tiga bulan adalah Rp 7.636.590,90. Total

biaya produksi Rp 31.097.823,60 terdiri atas biaya tetap Rp551.460 rupiah dan

biaya variabel Rp 30.546.363,60 rupiah. Harga pokok dihitung dengan metode

konvensional sebesar Rp 272,79 dan harga jual adalah Rp 381,90 rupiah. Analisis

kelayakan pada kondisi dengan tingkat suku bunga 30 persen menunjukkan nilai

NPV Rp 10.246.643,30; nilai IRR lebih tinggi dari suku bunga yang berlaku yaitu

sebesar 74 persen, nilai net B/C sebesar 1,18 dan PBP selama 1,46 tahun.

Sedangkan titik impas (BEP) produksi pada kapasitas penuh akan tercapai pada

volume penjualan 5054 sachet atau 4,43 persen dari total penjualan atau ada pada

nilai penjualan Rp 1.930.122,60 rupiah. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan

pada kenaikkan biaya variabel sebesar 18 persen dan penurunan harga jual sampai

13,2 persen proyek masih layak dilaksanakan.

Selain itu, ada penelitian lain yang serupa, talah dilakukan oleh Wasono

(2001) mengenai “Kajian Proses Pembuatan Bubuk Kunyit (Curcuma domestica

Val) dan Analisa Finansial”. Dalam penelitiannya didapatkan hasil NPV sebesar

Rp 311.480.838, 70; IRR sebesar 69,32 persen; Net B/C sebesar 6,419; PBP 0,793

tahun, dan BEP sebesar Rp 33.808.925,82 atau 25,613 persen dari produksi total.

Perbedaan penelitian yang akan dilakukan penulis dengan peneltian terdahulu

adalah bahwa penulis akan meneliti kelayakan usaha serbuk minuman instan yang

terdiri dari enam komoditas yaitu; serbuk minuman instan jahe, serbuk minuman

instan kencur, serbuk minuman instan kunyit, serbuk minuman instan temuputih,

serbuk minuman instan secang wangi, dan serbuk minuman instan temulawak.

Perbedaan lain terdapat pada aspek-aspek yang menjadi objek kajian studi
23

kelayakan. Penelitian yang telah dipaparkan hanya membahas analisis kelayakan

usaha dari aspek finansial saja, sedangkan penulis ingin melihat dari berbagai

aspek lain seperti aspek teknis, aspek manajemen, aspek pasar, aspek hukum,

aspek lingkungan, maupun aspek sosial.


BAB III

KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Teoritis

3.1.1 Proyek

Yang dimaksud proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang

menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit), atau

suatu aktivitas dimana dikeluarkan uang dengan harapan untuk mendapatkan hasil

(return) di waktu yang akan datang, dan yang dapat direncanakan, dibiayai, dan

dilaksanakan sebagai satu unit (Kadariah, 2001). Menurut Gray (1992), proyek

adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam satu

bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

benefit. Sumber-sumber yang digunakan dalam pelaksanaan proyek dapat berupa

barang-barang modal, tanah, bahan-bahan setengah jadi, bahan-bahan mentah,

tenaga kerja, dan waktu. Sedangkan Gittinger (1986) mengatakan bahwa proyek

yang bergerak dalam bidang pertanian adalah suatu kegiatan investasi yang

mengubah sumber-sumber finansial menjadi barang-barang modal yang dapat

menghasilkan keuntungan atau manfaat setelah beberapa periode waktu.

3.1.2 Studi Kelayakan

Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu

proyek, biasanya proyek investasi dilaksanakan dengan berhasil (Husnan dan

Suwarsono, 2000). Kriteria keberhasilan suatu proyek dapat dilihat dari manfaat

investasi yang terdiri dari :


25

1) Manfaat ekonomis proyek terhadap proyek itu sendiri (sering juga disebut

sebagai manfaat finansial).

2) Manfaat proyek bagi negara tempat proyek itu dilaksanakan (disebut juga

manfaat ekonomi nasional).

3) Manfaat sosial proyek tersebut bagi masyarakat di sekitar proyek

Menurut Gittinger (1986), pada proyek pertanian ada enam aspek yang harus

dipertimbangkan dalam mengambil keputusan yaitu:

1) Aspek Pasar

Terdiri dari permintaan, penawaran, harga, program pemasaran yang akan

dilaksanakan, serta perkiraan penjualan.

2) Aspek Teknis

Terdiri dari lokasi proyek, besaran skala oprasional untuk mencapai kondisi yang

ekonomis, kriteria pemilihan mesin dan equipment, proses produksi, serta

ketepatan penggunaan teknologi.

3) Aspek Manajemen

Terdiri dari manajemen pada masa pembangunan yaitu pelaksana proyek, jadwal

penyelesaian proyek, dan pelaksana studi masing-masing aspek, dan manajemen

pada saat operasi yaitu bentuk organisasi, struktur organisasi, deskripsi jabatan,

personil kunci, dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.

4) Aspek Hukum

Terdiri dari bentuk badan usaha yang akan digunakan, jaminan-jaminan yang

dapat diberikan apabila hendak meminjam dana, serta akta, sertifikat, dan izin

yang diperlukan dalam menjalankan usaha.


26

5) Aspek Sosial Lingkungan

Terdiri dari pengaruh proyek terhadap penghasilan negara, pengaruhnya terhadap

devisa negara, peluang kerja, dan pengembangan wilayah dimana proyek

dilaksanakan.

6) Aspek Finansial

Terdiri dari pengaruh-pengaruh finansial pada proyek. Pengaruh-pengaruh

tersebut berbentuk biaya-biaya, manfat-manfaat, dan perubahan-perubahan yang

berpengaruh terhadap manfaat dan biaya yang diperoleh perusahaan.

Tujuan dilakukannya analisis proyek adalah 1) untuk mengetahui tingkat

keuntungan yang dicapai melalui investasi dalam suatu proyek, 2) menghindari

pemborosan sumber daya, 3) memilih alternatif proyek yang paling

menguntungkan, dan 4) menentukan prioritas (Gray, et al, 1998).

3.1.3 Aspek Studi Kelayakan

Menurut Kashmir dan Jakfar (2006) untuk menentukan layak atau

tidaknya suatu proyek harus dilihat dari berbagai aspek. Setiap aspek untuk

dikatakan layak harus memiliki suatu standar tertentu. Namun penilaian tidak

hanya dilakukan pada hanya satu aspek saja. Penilaian untuk menentukan

kelayakan harus didasarkan kepada seluruh aspek yang akan dinilai, tidak berdiri

sendiri. Jika ada aspek yang kurang layak akan diberikan beberapa saran

perbaikan sehingga memenuhi kriteria yang layak. Namun, apabila tidak dapat

memenuhi kriteria tersebut sebaiknya jangan dijalankan.

Menurut Husnan dan Suwarsono (2000) secara umum aspek-aspek yang

diteliti dalam studi kelayakan proyek meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek
27

finansial, aspek manajemen, aspek hukum, aspek ekonomi, dan aspek sosial.

Namun, belum ada kesepakatan tentang aspek apa saja yang perlu diteliti. Aspek-

aspek yang akan diteliti terlebih dahulu harus ditentukan dalam menentukan studi

kelayakan. Dalam penelitian ini penulis akan mengkaji mengenai aspek pasar,

aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, aspek lingkungan, aspek hukum,

dan aspek finansial.

a. Aspek pasar

Pengkajian aspek pasar penting untuk dilakukan karena tidak ada proyek

yang berhasil tanpa adanya permintaan atas barang atau jasa yang dihasilkan oleh

proyek tersebut. Menurut Husnan dan Suwarsono (2000) aspek pasar mempelajari

tentang :

1) Permintaan

Permintaan adalah keinginan yang didukung oleh daya beli atau akses untuk

membeli. Artinya permintaan akan terjadi apabila didukung oleh daya

kemampuan yang dimiliki konsumen untuk membeli serta adanya akses untuk

memperoleh barang atau jasa yang ditawarkan. Hal ini pula yang sangat

menentukan permintaan itu sendiri.

Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan suatu barang dan

jasa antara lain harga barang itu sendiri, harga barang lain yang memiliki

hubungan subtitusi atau komplementer, pendapatan, selera, jumlah penduduk, dan

akses untuk memperoleh barang atau jasa yang ditawarkan (Kasmir dan Jakfar,

2006).
28

2) Penawaran

Penawaran adalah jumlah barang atau jasa yang ditawarkan produsen pada

berbagai tingkat harga pada suatu waktu tertentu. Faktor yang mempengaruhi

penawaran suatu barang atau jasa antara lain harga barang itu sendiri, harga

barang lain yang memiliki hubungan subtitusi atau komplementer, teknologi,

harga input, tujuan perusahaan, atau akses (Kashmir dan Jakfar, 2006).

3) Program Pemasaran

Program pemasaran meliputi empat aspek bauran pemasaran (marketing mix)

yaitu produk (product), harga (price), distribusi (place), dan promosi (promotion)

(Umar, 2003).

4) Pangsa Pasar (Market share) Perusahaan

Pangsa pasar (Market share) merupakan proporsi dari keseluruhan pasar

potensial yang diharapkan dapat diraih oleh proyek yang bersangkutan. Pasar

potensial adalah keseluruhan jumlah produk atau sekelompok produk yang

mungkin dapat dijual dalam pasar tertentu pada suatu periode tertentu. Dalam hal

ini, meliputi variabel yang dapat dikontrol oleh calon investor, yaitu marketing

mix, dan kemampuan manajemen lainnya, serta variabel yang tidak dapat

dikontrol oleh calon investor (Husnan dan Suwarsono, 2000).

b. Aspek Teknis

Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses

pembangunan proyek secara teknis dan pengorganisasiannya setelah proyek

tersebut selesai dibangun (Husnan dan Suwarsono, 2000). Penilaian kelayakan

terhadap aspek ini penting dilakukan sebelum suatu proyek dijalankan. Penentuan
29

kelayakan teknis perusahaan menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan teknis

atau operasi. Sehingga jika tidak dianalisis dengan baik akan berakibat fatal bagi

perusahaan di masa yang akan datang (Kashmir dan Jakfar, 2006).

Menurut Husnan dan Suwarsono (2000) hal-hal yang perlu diperhatikan

dalam aspek teknis antara lain :

1) Lokasi Proyek

Lokasi proyek untuk perusahaan industri mencakup dua pengertian, yaitu

lokasi dan lahan pabrik serta lokasi bukan pabrik. Pengertian lokasi bukan pabrik

mengacu pada lokasi untuk kegiatan yang secara langsung tidak berkaitan dengan

proses produksi, yaitu lokasi bangunan administrasi perkantoran dan pemasaran.

Terdapat beberapa variabel yang perlu diperhatikan dalam pemilihan lokasi

proyek. Variabel ini dibedakan ke dalam dua golongan besar, yaitu variabel utama

(primer) dan variabel bukan utama (sekunder). Penggolongan ke dalam kedua

kelompok tersebut tidak mengandung kekakuan, artinya dimungkinkan untuk

berubah golongan sesuai dengan ciri utama output dan proyek bersangkutan.

Variabel-variabel utama (primer) tersebut yaitu ketersediaan bahan mentah, letak

pasar yang dituju, tenaga listrik dan air, supply tenaga kerja, dan fasilitas

transportasi. Sedangkan variabel-variabel sekunder terdiri hukum dan peraturan

yang berlaku, iklim dan keadaan tanah, sikap dari masyarakat setempat (adat

istiadat), dan perencanaan masa depan perusahaan.

2) Skala Operasional atau Luas Produksi

Skala operasi atau luas produksi adalah jumlah produk yang seharusnya

diproduksi untuk mencapai keuntungan yang optimal. Pengertian kata

“seharusnya” dan “keuntungan yang optimal”, mengandung maksud untuk


30

mengkombinasikan faktor eksternal dan faktor internal perusahaan. Beberapa

faktor yang perlu diperhatikan dalam penentuan luas produksi yaitu batasan

permintaan, persediaan kapasitas mesin-mesin, jumlah dan kemampuan tenaga

kerja pengelola proses produksi, kemampuan finansial dan manajemen, serta

kemungkinan adanya perubahan teknologi produksi di masa yang akan datang.

3) Layout Atau Tata Letak Alur Produksi

Layout merupakan keseluruhan proses penentuan bentuk dan penempatan

fasilitas-fasilitas yang dimiliki suatu perusahaan. Dengan demikian pengertian

layout mencakup Layout site (layout lokasi proyek), layout pabrik, layout

bangunan bukan pabrik dan fasilitas-fasilitasnya. Dalam layout pabrik terdapat

dua tipe utama, yaitu layout fungsional (layout process) dan layout produk (layout

garis).

4) Pemilihan Jenis atau Teknologi Peralatan

Prinsip-prinsip yang dipegang dalam penentuan jenis atau teknologi perlatan

antara lain seberapa jauh derajat mekanisasi yang diinginkan, manfaat ekonomi

yang diharapkan, ketepatan teknologi dengan bahan mentah yang digunakan,

keberhasilan penggunaan jenis teknologi tersebut ditempat lain yang memiliki

ciri-ciri mendekati lokasi proyek, kemampuan pengetahuan penduduk (tenaga

kerja) setempat, dan kemungkinan pengembangannya serta pertimbangan

kemungkinan adanya teknologi lanjutan sebagai salinan teknologi yang akan

dipilih sebagai akibat keusangan.


31

c. Aspek Manajemen

Pengkajian aspek manajemen pada dasarnya menilai para pengelola proyek

dan struktur organisasi yang ada. Proyek yang dijalankan akan berhasil apabila

dijalankan oleh orang-orang yang profesional mulai dari merencanakan,

melaksanakan, sampai dengan mengendalikannya agar tidak terjadi

penyimpangan. Demikian pula dengan struktur organisasi yang dipilih harus

sesuai dengan bentuk dan tujuan proyeknya (Kashmir da Jakfar, 2006).

Menurut Husnan dan Suwarsono (2002) hal-hal yang dipelajari dalam aspek

manajemen antara lain :

1. Manajemen dalam Masa Pembangunan Proyek

Manajemen proyek adalah sistem untuk merencanakan, melaksanakan, dan

mengawasi pembangunan proyek dengan efisien. Manajemen proyek harus dapat

menyusun rencana pelaksanaan proyek dengan mengkoordinasikan berbagai

aktivitas atau kegiatan proyek dan penggunaan sumber daya agar secara fisik

proyek dapat diselesaikan tepat pada waktunya (Kashmir dan Jakfar, 2006). Hal-

hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen masa pembangunan proyek, yaitu

pelaksana proyek tersebut, jadwal penyelesaian proyek, dan pihak yang

melakukan studi masing-masing aspek (Husnan dan Suwarsono, 2000).

2. Manajemen dalam Operasi

Manajemen ini meliputi bentuk organisasi atau badan usaha yang dipilih,

struktur organisasi, deskripsi, dan spesifikasi jabatan, anggota direksi, dan tenaga

kunci, serta jumlah tenaga kerja yang akan digunakan (Husnan dan Suwarsono,

2000).
32

d. Aspek Finansial

Analisis finansial adalah suatu analisis yang membandingkan antara biaya

dan manfaat untuk menentukan apakah suatu proyek akan menguntungkan selama

umur proyek (Husnan dan Suwarsono, 2006). Menurut Kashmir dan Jakfar (2006)

penelitian dalam aspek finansial dilakukan untuk menilai biaya-biaya apa saja

yang akan dihitung dan seberapa besar biaya-biaya yang akan dikeluarkan.

Kemudian juga meneliti seberapa besar pendapatan yang akan diterima jika

proyek dijalankan. Penelitian ini meliputi lama pengembalian investasi yang

ditanamkan, sumber pembiayaan proyek, dan tingkat suku bunga yang berlaku.

Sehingga jika dihitung dengan formula penilaian investasi akan sangat

menguntungkan. Hal-hal yang mendapatkan perhatian dalam penelitian aspek ini

antara lain :

1) Biaya Kebutuhan Investasi

Investasi dilakukan dalam berbagai bentuk yang digunakan untuk membeli

aset-aset yang dibutuhkan proyek tersebut. Aset-aset ini biasanya berupa aset tetap

yang dibutuhkan perusahaan mulai dari pendirian hingga dapat dioperasikan. Oleh

karena itu, dalam melakukan investasi dibutuhkan biaya kebutuhan investasi yang

digunakan untuk membeli berbagai kebutuhan yang berkaitan dengan investasi

tersebut. Biaya kebutuhan investasi biasanya disesuaikan dengan jenis proyek

yang akan dijalankan. Secara umum komponen biaya kebutuhan investasi terdiri

dari biaya prainvestasi, biaya pembelian aktiva, dan biaya operasional (Kasmir

dan Jakfar, 2006).

2) Sumber-Sumber Dana

Dana yang dibutuhkan dapat diperoleh dari berbagai sumber dana yang ada,
33

seperti dari modal sendiri, modal pinjaman, atau gabungan keduanya. Pilihan

apakah menggunakan modal sendiri atau modal pinjaman atau gabungan dari

keduanya tergantung dari jumlah modal yang dibutuhkan dan kebijakan

pengusaha (Kasmir dan Jakfar, 2006). Pada dasarnya pemilihan sumber dana

bertujuan untuk memilih sumber dana yang ada pada akhirnya bisa memberikan

kombinasi dengan biaya terendah, dan tidak menimbulkan likuiditas bagi proyek

atau perusahaan yang mensponsori proyek tersebut (artinya jangka waktu

pengembalian sesuai dengan jangka waktu penggunaan dana). Sumber-sumber

dana yang utama terdiri dari modal sendiri yang disetor oleh pemilik perusahaan,

penerbitan saham atau saham preferen di pasar modal, obligasi yang diterbitkan

oleh perusahaan dan dijual di pasar modal, kredit bank, leasing (sewa guna) dari

lembaga keuangan nonbank, dan project finance (Husnan dan Suwarsono, 2000).

3) Aliran Kas (Cash flow)

Cash flow merupakan arus kas atau aliran kas yang ada di perusahaan dalam

suatu periode tertentu. Cash flow menggambarkan berapa uang yang masuk ke

perusahaan dan jenis pemasukan tersebut. Cash flow juga menggambarkan berapa

uang yang keluar serta jenis-jenis biaya yang dikeluarkan (Kashmir dan Jakfar,

2006). Aliran kas penting digunakan dalam akuntansi karena laba dalam

pengertian akuntansi tidak sama dengan kas masuk bersih, dan yang relevan bagi

para investor adalah kas bukan laba. Aliran kas yang berhubungan dengan suatu

proyek dapat dikelompokkan dalam tiga bagian, yaitu aliran kas permulaan (initial

cash flow), aliran kas operasional (operational cash flow), dan aliran kas terminal

(terminal cash flow). Pengeluaran-pengeluaran untuk investasi pada awal periode

merupkan aliran kas permulaan. Aliran kas yang timbul selama operasi proyek
34

disebut aliran kas operasional. Sedangkan aliran kas terminal adalah aliran kas

yang diperoleh ketika proyek berakhir. Pada umumnya initial cash flow bernilai

negatif, sedangkan operational dan terminal cash flow bernilai positif. Aliran-

aliran kas ini dinyatakan dengan dasar setelah pajak (Husnan dan Suwarsono,

2000).

3.1.4 Analisis Kelayakan Investasi

Menurut Kasmir dan Jakfar (2006), dalam menentukan layak atau tidaknya

suatu investasi, yang ditinjau dari aspek keuangan, perlu dilakukan pengukuran

dengan beberapa kriteria. Kriteria ini sangat bergantung dari kebutuhan masing-

masing proyek dan metode mana yang akan digunakan. Setiap metode yang

digunakan mempunyai kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Sehingga

dalam penilaian kelayakan suatu proyek hendaknya digunakan beberapa metode

sekaligus agar dapat memberikan hasil yang lebih sempurna. Kriteria-kriteria

tersebut biasa disebut dengan nama kriteria investasi.

Kriteria investasi digunakan untuk mengukur manfaat yang diperoleh dan

biaya yang dikeluarkan dari suatu proyek. Dalam mengukur kemanfaatan proyek

dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu menggunakan perhitungan berdiskonto

dan tidak berdiskonto. Perbedaannya terletak pada konsep Time Value of Money

yang diterapkan pada perhitungan berdiskonto. Perhitungan diskonto merupakan

suatu teknik yang dapat “menurunkan” manfaat yang diperoleh pada masa yang

akan datang dan arus biaya menjadi nilai biaya pada masa sekarang”, sedangkan

perhitungan tidak berdiskonto memiliki kelemahan umum, yaitu: ukuran-ukuran

tersebut belum mempertimbangkan secara lengkap mengenai lamanya arus


35

manfaat yang diterima (Gittinger, 1986).

Konsep nilai waktu uang (time value of money) menyatakan bahwa nilai

sekarang (present value) adalah lebih baik daripada nilai yang sama pada masa

yang akan datang (future value). Ada dua sebab yang menyebabkan hal ini terjadi

yaitu: time preference (sejumlah sumber yang tersedia untuk dinikmati pada saat

ini lebih disenangi daripada jumlah yang sama namun tersedia di masa yang akan

datang) dan produktivitas atau efisiensi modal (modal yang dimiliki saat sekarang

memiliki peluang untuk mendapatkan keuntungan di masa datang melalui

kegiatan yang produktif) yang berlaku baik secara perorangan maupun bagi

masyarakat secara keseluruhan (Kadariah et al, 1999).

Kadariah et al (1999) juga mengungkapkan bahwa kedua unsur tersebut

berhubungan timbal balik di dalam pasar modal untuk menentukan tingkat harga

modal yaitu tingkat suku bunga, sehingga dengan tingkat suku bunga dapat

dimungkinkan untuk membandingkan arus biaya dan manfaat yang

penyebarannya dalam waktu yang tidak merata. Untuk tujuan itu, tingkat suku

bunga ditentukan melalui proses “discounting”.

1) Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) suatu proyek atau usaha adalah selisih antara nilai

sekarang (present value) manfaat dengan arus biaya. NPV juga dapat diartikan

sebagai nilai sekarang dari arus kas yang ditimbulkan oleh investasi. Menurut

Keown (2001), Net Present Value diartikan sebagai nilai bersih sekarang arus kas

tahunan setelah pajak dikurangi dengan pengeluaran awal. Dalam menghitung

NPV perlu ditentukan tingkat suku bunga yang relevan. Kriteria investasi
36

berdasarkan NPV yaitu:

NPV = 0, artinya proyek tersebut mampu mengembalikan persis sebesar

modal sosial Opportunities cost faktor produksi normal. Dengan kata lain, proyek

tersebut tidak untung dan tidak rugi.

NPV > 0, artinya suatu proyek sudah dinyatakan menguntungkan dan

dapat dilaksanakan.

NPV < 0, artinya proyek tersebut tidak menghasilkan nilai biaya yang

dipergunakan. Dengan kata lain, proyek tersebut merugikan dan sebaiknya tidak

dilaksanakan.

2) Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)

Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C Rasio) merupakan angka perbandingan

antara present value dari net benefit yang positif dengan present value dari net

benefit yang negatif . Kriteria investasi berdasarkan Net B/C Rasio adalah:

Net B/C = 1, maka NPV = 0, proyek tidak untung dan tidak rugi

Net B/C > 0, maka NPV > 0, proyek menguntungkan

Net B/C < 0, maka NPV < 0, proyek merugikan

3) Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate Return adalah tingkat bunga yang menyamakan present value

kas keluar yang diharapkan dengan present value aliran kas masuk yang

diharapkan, atau didefinisikan juga sebagai tingkat bunga yang menyebabkan Net

Present Value (NPV) sama dengan nol (0).

Gittinger (1986) menyebutkan bahwa IRR adalah tingkat rata-rata


37

keuntungan internal tahunan bagi perusahaan yang melakukan investasi dan

dinyatakan dalam satuan persen. Tingkat IRR mencerminkan tingkat suku bunga

maksimal yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumberdaya yang digunakan.

Suatu investasi dianggap layak apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat suku

bunga yang berlaku dan sebaliknya jika nilai IRR lebih kecil dari tingkat suku

bunga yang berlaku, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan.

4) Payback Periode (PBP)

Payback Periode atau tingkat pengembalian investasi adalah salah satu

metode dalam menilai kelayakan suatu usaha yang digunakan untuk mengukur

periode jangka waktu pengembalian modal. Semakin cepat modal itu dapat

kembali, semakin baik suatu proyek untuk diusahakan karena modal yang kembali

dapat dipakai untuk membiayai kegiatan lain (Husnan dan Suwarsono, 2000).

5) Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas dilakukan untuk meneliti kembali analisa kelayakan

proyek yang telah dilakukan. Tujuannya adalah untuk melihat pengaruh yang akan

terjadi apabila keadaan berubah. Hal ini merupakan suatu cara untuk menarik

perhatian pada masalah utama proyek yaitu proyek selalu menghadapi

ketidakpastian yang dapat terjadi pada suatu keadaan yang telah diramalkan

(Gittinger, 1986).

Semua proyek harus diamati melalui analisis sensitivitas. Pada bidang

pertanian, proyek-proyek sensitif berubah-ubah akibat empat masalah utama,

yaitu:
38

1. Perubahan harga jual

2. Keterlambatan pelaksanaan proyek

3. Kenaikan biaya

4. Perubahan volume produksi

3.1.5 Teori Biaya dan Manfaat

Dalam analisa proyek, tujuan-tujuan analisa harus disertai dengan definisi

biaya-biaya dan manfaat-manfaat. Biaya dapat diartikan sebagai segala sesuatu

yang mengurangi suatu tujuan, dan suatu manfaat adalah segala sesuatu yang

membantu tujuan (Gittinger, 1988). Biaya dapat juga didefinisikan sebagai

pengeluaran atau korbanan yang dapat menimbulkan pengurangan terhadap

manfaat yang diterima. Biaya yang diperlukan suatu proyek dapat dikategorikan

sebagai berikut:

1. Biaya modal merupakan dana untuk investasi yang penggunaanya bersifat

jangka panjang, seperti: tanah, bangunan, pabrik, dan mesin

2. Biaya operasional atau modal kerja merupakan kebutuhan dana yang diperlukan

pada saat proyek mulai dilaksanakan, seperti: biaya bahan baku dan biaya tenaga

kerja

3. Biaya lainnya, seperti : pajak, bunga, dan pinjaman

Manfaat juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang dapat menimbulkan

kontribusi terhadap suatu proyek. Manfaat proyek dapat dibedakan menjadi:

1. Manfaat langsung yaitu manfaat yang secara langsung dapat diukur dan

dirasakan sebagai akibat dari investasi, seperti: peningkatan pendapatan dan

kesempatan kerja
39

2. Manfaat tidak langsung yaitu manfaat yang secara nyata diperoleh dengan tidak

langsung dari proyek dan bukan merupakan tujuan utama proyek, seperti:

rekreasi.

Kriteria yang biasa digunakan sebagai dasar persetujuan atau penolakan

suatu proyek yang dilaksanakan adalah kriteria investasi. Dasar penilaian investasi

adalah perbandingan antara jumlah nilai yang diterima sebagai manfaat dari

investasi tersebut dengan manfaat-manfaat dalam situasi tanpa proyek. Nilai

perbedaannya adalah berupa tambahan manfaat bersih yang akan muncul dari

investasi dengan adanya proyek (Gittinger, 1986).

3.2 Kerangka Konseptual

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan suatu proyek pertanian

dari usaha pembuatan dan pemasaran serbuk minuman instan berbasis tanaman

obat. Serbuk minuman instan berbasis tanaman obat tersebut terdiri dari enam

komoditi yaitu : serbuk minuman instan jahe, serbuk minuman instan kencur,

serbuk minuman instan kunyit, serbuk minuman instan temulawak, serbuk

minuman instan temuputih, dan serbuk minuman instan secang wangi.

Analisis kelayakan dilakukan dengan menganalisis aspek-aspek kelayakan

investasi seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, aspek

lingkungan, aspek hukum, dan aspek finansial. Analisis finansial mengkaji NPV,

IRR, Net B/C Rasio, Payback Periode, dan sensitivitas usaha pembuatan serbuk

minuman instan tanaman obat. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

rekomendasi dan informasi mengenai pelaksanaan usaha kepada pengusaha


40

pembuatan serbuk minuman instan berbasis tanaman obat, terutama enam

komoditas yang dibahas pada penelitian ini.

TAMAN SYIFA

Usaha Pembuatan Serbuk Minuman


Instan Berbasis Tanaman Obat

Analisis studi kelayakan usaha


Aspek Aspek Aspek Aspek Aspek Aspek Aspek
Pasar Teknis Hukum Finansial Lingkungan Manajemen Sosial

Tidak Layak Layak

Perbaikan Usaha Pengembangan Usaha

Gambar 1. Kerangka Operasional Penelitian


BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Koleksi Taman Obat dan Spa Kebugaran SYIFA yang

terletak KKP IPB Baranang Siang IV, Jalan Prambanan blok B no. 69, Tanah

Baru, Bogor. Lokasi penelitian dimbil secara sengaja (purposive) dengan

pertimbangan bahwa Taman Obat dan Spa Kebugaran TAMAN SYIFA (TAMAN

SYIFA) merupakan usaha yang baru dilaksanakan dan salah satu unit usahanya

adalah pembuatan serbuk minuman instan berbasis tanaman obat. Selain dari itu,

karena TAMAN SYIFA belum pernah melakukan studi kelayakan terhadap

usahanya ini, maka pihak manajemen meminta agar penulis melakukan penelitian

di tempat ini. Pengambilan data di lapang dilaksanakan pada bulan Februari-April

2008.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara kepada pemilik usaha.

Selain dari itu, wawancara juga dilakukan kepada karyawan SYIFA. Data primer

mencakup biaya-biaya yang dikeluarkan selama umur usaha baik biaya investasi

maupun biaya operasional, serta penerimaan selama masa satu tahun usaha. Data-

data tersebut digunakan untuk membuat analisis kelayakan usaha serbuk minuman

instan. Data sekunder didapat dari studi literatur beberapa skripsi, buku, dan jurnal

yang berkaitan dengan materi penelitian serta pengolahan data yang diambil dari
42

departemen-departemen terkait, seperti Departemen Pertanian dan Departemen

Gizi dan Kesehatan.

4.3 Metode Pengolahan Data

Data kuantitatif yang diperoleh selama penelitian, terutama mengenai biaya-

biaya, baik biaya investasi maupun biaya operasional, juga penerimaan, diolah

menggunakan program Microsoft excel. Pemilihan program tersebut karena

merupakan program yang telah lazim digunakan dan relatif mudah dioperasikan.

Sedangkan data yang bersifat kualitatif diolah dan disajikan secara deskriptif.

4.4 Metode Analisis Data

Tujuan utama dilakukan analisis kelayakan usaha serbuk minuman instan

adalah untuk menghindari menghindarkan kerugian, memilih prioritas bisnis

unggulan, dan sebagai proyeksi pendapatan di masa datang. Analisis yang

dilakukan selama penelitian ini adalah analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.

Analisis kualitatif dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang aspek pasar,

aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, aspek lingkungan, dan aspek hukum

dalam usaha pembuatan dan pemasaran serbuk minuman instan berbasis tanaman

obat. Analisa kuantitatif dilakukan dengan menganalisis kelayakan aspek finansial

dalam pembuatan dan pemasaran serbuk minuman instan berbasis tanaman obat.

Analisis kelayakan finansial menggunakan beberapa kriteria, yaitu : Analisis nilai

bersih sekarang (Net Present Value/NPV), Tingkat pengembalian investasi

(Internal Rate of Return/IRR), Masa pengembalian investasi (Payback Periode),

Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C Rasio) yang merupakan angka perbandingan
43

antara present value dari net benefit yang positif dengan present value dari net

benefit yang negatif, dan analisis sensitivitas.

Data kuantitatif yang dikumpulkan, diolah dengan menggunakan kalkulator

dan program komputer yaitu Microsoft Excel, dan ditampilkan dalam bentuk

tabulasi untuk memudahkan pembacaan dan diberikan pejelasan secara deskriptif.

4.4.1 Analisis Aspek teknis

Aspek teknis berhubungan dengan input usaha (penyediaan) dan output

(produksi) berupa barang-barang nyata dan jasa-jasa (Gittinger, 1986). Analisis ini

dilakukan secara kualitatif untuk mengetahui apakah usaha tersebut dapat

dilaksanakan secara teknis. Bila analisis secara teknis telah dilakukan, analisis

usaha harus terus-menerus memastikan bahwa pekerjaan secara teknis tersebut

berjalan dengan lancar dan perkiraan-perkiraan secara teknis cocok dengan

kondisi sebenarnya.

Analisis aspek teknis dilakukan untuk mendapatkan gambaran pada hal-hal

teknis dari usaha seperti : alasan pemilihan lokasi usaha, ketersediaan sumber

bahan baku, letak pasar yang dituju, tenaga listrik dan air, tenaga kerja yang

dibutuhkan, transportasi, peraturan yang berlaku di lokasi usaha, iklim dan

keadaan fisik lokasi usaha, sikap masyarakat, rencana perluasan usaha, skala

usaha yang dijalani, alasan pemilihan mesin atau peralatan yang digunakan,

proses produksi yang dilakukan, dan ketepatan penggunaan teknologi. Proyek

dikatakan layak apabila ada perkembangan produksi.


44

4.4.2 Analisis Aspek Manajemen

Analisis aspek manajemen dilakukan secara kualitatif untuk melihat apakah

fungsi manajemen dapat diterapkan dalam kegiatan operasional usaha pembuatan

dan pemasaran serbuk minuman instan berbasis tanaman obat. Jika fungsi

manajemen dapat diterapkan, maka usaha tersebut dinilai layak dari aspek

manajemen. Analisis aspek manajemen dilakukan untuk mengetahui hal-hal yang

behubungan dengan aspek manajemen perusahaan seperti : bentuk usaha, struktur

manajemen, dan kebutuhan tenaga kerja dalam suatu usaha. Proyek dikatakan

layak apabila menggunakan sistem manajemen yang baik.

4.4.3 Analisis Aspek Sosial

Analisis sosial dapat dilakukan dengan mempertimbangkan pola dan

kebiasaan dari pihak-pihak yang berkepentingan dengan usaha, karena

pertimbangan ini berhubungan langsung dengan kelangsungan suatu usaha. Suatu

usaha harus tanggap (responsive) terhadap keadaan sosial seperti penciptaan

lapangan kerja, distribusi pendapatan, dan lain sebagainya. Selain itu, apakah

usaha tersebut dapat diterima oleh masyarakat sekitarnya.

4.4.4 Analisis Aspek Pasar

Analisis aspek pasar dapat dilihat dari sisi keluaran yaitu terdapat suatu

permintaan efektif pada tingkat harga yang menguntungkan. Dari sudut

pandangan masukan yaitu adanya ketersediaan bahan baku, distribusi, kapasitas

kontinuitas, serta tingkat harga. Pada analisis aspek pasar ini juga akan dikaji

mengenai tataniaga yang dilakukan oleh perusahaan TAMAN SYIFA dalam


45

memasarkan produk serbuk minuman instan berbasis tanaman obat. Proyek

dikatakan layak apabila ada peluang pasar akan komoditi yang dipasarkan dan

strategi yang dilaksanakan optimal.

4.4.5 Analisis Aspek Hukum

Analisis ini dimaksudkan untuk meyakini bahwa secara hukum rencana

bisnis dapat dinyakatan layak atau tidak. Dalam hal ini, analisis akan dianalisis

sejauh apa TAMAN SYIFA mengikuti peraturan-peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

4.4.6 Analisis Aspek Lingkungan

Analisis ini akan melihat bagaimana respon TAMAN SYIFA terhadap

lingkungan sekitarnya. Respon tersebut dinilai dari bagaimana TAMAN SYIFA

mengatur limbah hasil produksi, analisis mengenai dampak lingkungan yang ada,

dan hal-hal yang terkait dengan tanggung jawab sosial TAMAN SYIFA terhadap

lingkungan alam sekitarnya.

4.4.7 Analisis Aspek Finansial

Dalam melakukan analisis finansial diperlukan kriteria investasi yang

menyatakan apakah suatu usaha layak atau tidak untuk dijalankan. Kriteria

investasi yang digunakan tersebut adalah :

a) Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) adalah salah satu alat analisis untuk menguji

kelayakan dari suatu investasi. NPV adalah nilai sekarang dari arus pendapatan
46

yang ditimbulkan oleh investasi pada tingkat bunga tertentu atau dapat dikatakan

sebagai selisih antara nilai bersih dari manfaat dan biaya pada setiap tahun

kegiatan usaha. Rumus yang digunakan dalam penghitungan NPV adalah sebagai

berikut. :

Sumber : Gray Clive, 1992

Dimana :

Bt = Penerimaan (Benefit) bruto tahun ke-t

Ct = Biaya (cost) bruto tahun ke-t

n = Umur ekonomis usaha

t = Tahun

i = Tingkat suku bunga/discount rate

Dalam metode NPV, terdapat tiga penilaian kriteria investasi. Jika NPV

suatu usaha lebih besar dari nol (NPV>0) berarti usaha tersebut layak dilakukan

atau dilanjutkan karena memiliki arti bahwa manfaat yang diperoleh lebih besar

dari biaya yang dikeluarkan. Sebaliknya, jika NPV usaha kurang dari nol

(NPV<0), maka usaha tersebut tidak layak untuk dilakukan atau dilanjutkan

karena biaya yang dikeluarkan lebih besar dari manfaat yang diterima. Sedangkan

jika NPV usaha sama dengan nol (NPV=0) manfaat yang diperoleh hanya cukup

untuk menutup biaya yang dikeluarkan, artinya proyek tersebut mampu


47

mengembalikan persis sebesar modal sosial Opportunities Cost faktor produksi

normal. Dengan kata lain, proyek tersebut tidak untung dan tidak rugi.

b) Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)

Analisis imbangan biaya dan penerimaan adalah alat analisis untuk

mengukur tingkat efisiensi setiap rupiah yang dikeluarkan yang diperoleh dari

penerimaan. Net B/C merupakan perbandingan NPV total dari manfaat bersih

terhadap total dari biaya bersih (Gray, 1992) atau dapat dikatakan sebagai

perbandingan antara jumlah nilai bersih yang bernilai positif sebagai pembilang

dan nilai bersih yang bernilai negatif (penyebut). Dalam analisis ini akan diuji

seberapa jauh setiap nilai rupiah yang dipakai dapat memberikan sejumlah nilai

penerimaan sebagai manfaatnya.

Sumber : Gray Clive, 1992

Dimana :

Bt = Penerimaan (benefit) bruto pada tahun ke-t

Ct = Biaya (cost)bruto pada tahun ke-t

t = tahun

n = umur usaha

i = tingkat suku bunga (Discount rate)


48

Net B/C digunakan untuk mengukur efisiensi dalam penggunaan modal.

Jika net B/C suatu usaha lebih dari satu (net B/C >1), maka dapat dikatakan

bahwa usaha tersebut layak untuk diusahakan atau dilanjutkan. Jika net B/C suatu

usaha sama dengan satu (net B/C = 1), maka biaya yang dikeluarkan sama dengan

keuntungan yang didapatkan. Dan jika net B/C suatu usaha kurang dari satu (net

B/C < 1), maka dapat dikatakan bahwa usaha tersebut tidak layak untuk

dilaksanakan karena biaya yang dikeluarkan lebih besar daripada keuntungan

yang diperoleh.

c) Internal Rate of Return (IRR)

Internal rate of return adalah tingkat suku bunga (discount rate) pada saat

NPV sama dengan nol. Nilai IRR yang lebih besar atau sama dengan tingkat

diskonto yang telah ditentukan, maka usaha layak diusahakan. Rumus

perhitungannya :

Sumber : Kadariah et al., 2001

Dimana:

NPV = NPV yang bernilai positif

NPV’ = NPV yang bernilai negatif

i = Tingkat diskonto yang menyebabkan NPV positif

i’ = Tingkat diskonto yang menyebabkan NPV negatif


49

Jika ternyata IRR usaha lebih besar dari tingkat diskonto yang telah

ditentukan, maka usaha layak untuk dilakukan, sedangkan jika IRR usaha lebih

kecil dari tingkat diskonto yang telah ditentukan, maka usaha tidak layak untuk

diusahakan.

d) Payback Period (PBP)

Payback Period atau analisis waktu adalah jumlah tahun yang dibutuhkan

untuk menutupi pengeluaran awal. Kriteria ini mengukur kecepatan proyek dalam

mengembalikan biaya awal. Oleh sebab itu, kriteria ini menghitung arus kas yang

dihasilkan dan bukan besarnya keuangan akuntansi (Keown, et al., 2001).

Semakin kecil angka yang dihasilkan, maka usaha tersebut semakin baik untuk

diusahakan. Perhitungan PBP dapat dirumuskan sebagai berikut :

Keterangan :

I = besarnya investasi yang dibutuhkan

Ab = benefit bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya

Pada dasarnya semakin cepat Payback Period menandakan semakin kecil

resiko yang dihadapi oleh investor.


50

4.4.8 Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas merupakan suatu teknik untuk menguji secara

sistematis apa yang akan terjadi terhadap suatu keyakan suatu proyek apabila

terjadi kejadian-kejadian yang berbeda dengan perkiraan dalam perencanaa.

Analisis sensitivitas berguna untuk mengkaji sejauh mana perubahan unsur-unsur

dalam aspek finansial kegiatan usaha yang dijalankan. Analisis sensitivitas akan

melihat apa yang akan terjadi dengan kegiatan hasil usaha jika terjadi perubahan-

perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya dan pendapatan. Analisis

sensitivitas dapat dilakukan dengan pendekatan skenario dan pendekatan

switching value. Dalam penelitian ini, analisis sensitivitas dilakukan untuk

melihat sejauh mana perubahan pada volume produksi, perubahan harga output,

ataupun perubahan pada perubahan harga input dapat mengakibatkan nilai NPV

sama dengan nol (Gittinger, 1986).

Selain menggunakan pendekatan skenario, analisis sensitivitas dapat

dilakukan dengan pendekatan switching value. Analisis ini dilakukan dengan

metode uji coba sehingga mendapatkan nilai NPV sama dengan nol. Metode uji

coba dilakukan dengan mengikuti prosedur apabila nilai NPV yang dihasilkan

pada kondisi normal positif maka yang akan dilakukan adalah dengan melakukan

penurunan produksi, penurunan harga output, dan peningkatan biaya. Sebaliknya,

apabila kondisi normal usaha menghasilkan nilai NPV negatif, maka perubahan

yang dilakukan adalah dengan menaikkan haga, menaikkan produksi, dan

menurunkan biaya.
51

4.5 Asumsi Dasar

Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Usaha yang dilakukan adalah usaha pembuatan dan pemasaran serbuk

minuman instan jahe, temulawak, temuputih, kencur, secang wangi, dan

kunyit.

2. Pengusaha menggunakan modal sendiri.

3. Tingkat diskonto yang digunakan merupakan tingkat suku bunga deposito

Bank Indonesia pada bulan Februari 2008 sebesar 8,25 persen.

4. Umur proyek adalah sepuluh tahun, didasarkan pada umur mesin penggiling.

5. Inflow dan Outflow merupakan proyeksi berdasarkan pada penelitian dan

informasi yang didapatkan pada saat penelitian.

6. Kapasitas produksi pada tahun pertama dan tahun kedua sdiasumsikan sebesar

75 persen, dan seterusnya sebesar 100 persen. Kapasitas produksi tersebut

adalah sebagai berikut; Serbuk Minuman Instan Jahe 1633 kemasan

persen/tahun, Serbuk Minuman Instan Kunyit 756 kemasan/tahun, Serbuk

Minuman Instan Kencur 673 kemasan/tahun, Serbuk Minuman Instan

Temulawak 663 kemasan/tahun, Serbuk Minuman Instan Temuputih 389

kemasan/tahun, dan Serbuk Minuman Instan Secang Wangi 415

kemasan/tahun.

7. Harga-harga yang digunakan adalah harga yang berlaku selama bulan Februari

2008 dan konstan selama masa penelitian. Harga-harga tersebut adalah

sebagai berikut; harga minyak tanah adalah Rp 3.000/liter; harga gula adalah

Rp 6.000/kilogram; harga jahe adalah Rp 8.000/kilogram; harga kencur

Rp4.500/kilogram, harga kunyit Rp 2.500/kilogram; harga temulawak Rp


52

5.000/kilogram; harga temuputih Rp 5.000/kilogram, harga secang Rp

2.000/100 gram, harga cengkeh Rp 1.000/50 gram.

8. Total produksi adalah jumlah kemasan yang dihasilkan selama satu tahun.

Nilai total penjualan adalah hasil kali antara total produksi dan harga jual.

Harga jual yang ada adalah sebesar Rp 3.000/kemasan untuk semua komoditi

kecuali kemasan secang wangi yaitu Rp 6.000/kemasan.

9. Biaya yang dikeluarkan untuk usaha pembuatan serbuk minuman instan ini

terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi dikeluarkan

pada tahun ke-1 dan biaya reinvestasi dikeluarkan untuk peralatan-peralatan

yang telah habis umur ekonomisnya.

10. Investasi bangunan diperhitungkan berdasarkan proporsi penggunaan unit

bisnis.

11. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel.

12. Jumlah hari kerja per tahun adalah tiga ratus hari.

13. Nilai sisa dihitung berdasarkan perhitungan nilai sisa dengan menggunakan

metode garis lurus dimana harga beli dibagi dengan umur ekonomis.

14. Pajak pendapatan yang digunakan adalah pajak progesif berdasarkan UU No.

17 tahun 2000 Tentang Tarif Umum PPh Wajib Pajak Badan Dalam Negeri

dan bentuk Usaha Tetap, yaitu:

• Jika pendapatan < 50.000.000 maka 10% x pendapatan

• Jika 50.000.000 < pendapatan < 100.000.000 maka (10% x 50.000.000) + { 15%

x (pendapatan – 50.000.000)}

• Jika pendapatan > 100.000.000 maka (10% x 50.000.000) + (15% x 50.000.000)

+ {30% x (pendapatan – 100.000.00)}


BAB V

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5.1 Sejarah Singkat Perusahaan

TAMAN SYIFA terletak di KKP IPB Baranang Siang IV, Jalan Prambanan
7
blok B no. 69, Tanah Baru, Bogor. TAMAN SYIFA adalah perusahaan

perseorangan yang dirintis sejak tahun 2005 oleh Dr. drh. Umi Cahyaningsih, MS.

Awal mula Ibu Umi, nama panggilan pemilik TAMAN SYIFA merintis usaha ini

dimulai ketika Ibu Umi tergabung dalam ISWI (Ikatan Sarjana Wanita Indonesia)

dan mengikuti seminar mengenai pengobatan diabetes dengan tanaman obat atau

herbal. Dalam seminar tersebut, para peserta diberitahukan berbagai macam dan

jenis tanaman yang berkhasiat untuk penyembuhan penyakit atau yang berguna

bagi kesehatan. Dalam seminar itu pula, para peserta mendapatkan beberapa

contoh tanaman untuk praktek menanam. Namun pada akhir seminar tersebut,

para peserta meninggalkan tanaman praktek begitu saja. Melihat hal itu, Ibu Umi

dengan sengaja mengambil tanaman-tanaman yang tidak dibawa pulang peserta

lain. Berbekal kurang lebih delapan puluh jenis tanaman yang Ibu Umi dapatkan,

beliau menanamkan tanaman-tanaman tersebut pada sebidang tanah berukuran


m2
kurang lebih 500 . Pada awalnya, Ibu Umi hanya berniat menjadikan tanaman-

tanaman tersebut sebagai koleksi beliau saja. Namun pada suatu hari, taman

koleksi tanaman obat Ibu Umi dijadikan tempat magang salah satu mahasiswa

Institut Pertanian Bogor (IPB), dan dari mahasiswa tersebutlah Ibu Umi mendapat

7
Email tamansyifa@ahoo.com, Homepage : http://expage.com/tamansyifa.
54

gagasan untuk membuka usaha TAMAN SYIFA sebagai taman koleksi tanaman

obat dan spa kebugaran.

5.2 Profil Perusahaan

TAMAN SYIFA termasuk bentuk usaha kecil menengah atau tergabung

dalam industri rumah tangga. TAMAN SYIFA memiliki visi yaitu dengan

keyakinan bahwa manusia diciptakan lengkap dengan sumberdaya alam untuk

kebutuhan selama hidupnya, maka manusia perlu kembali mengenali,

mempelajari, dan memanfaatkan segala sumber daya alam yang ada di

sekitarnya untu kemandirian dan interdependensi positif dalam segala aspek

kehidupannya. Sedangkan misinya adalah Mendorong proses pembelajaran untuk

mengenali, mempelajari, dan memanfaatkan sumber daya alam dan unsur-unsur

lingkungan hidup yang ada di sekitar manusia untuk mendororng sedapat

mungkin kemandirian dan serta interdependensi yang positif dalam segala aspek

kehidupan manusia.

TAMAN SYIFA belum memiliki lisensi sebagai bentuk usaha. Satu-satunya

yang TAMAN SYIFA punya hanya lisensi institusional, karena pemiliknya adalah

dosen IPB. Selain itu, TAMAN SYIFA baru memiliki izin dari Dinas kesehatan

Kota Bogor dengan No. PIRT 2.04.271.4.0554.

Namun saat ini, TAMAN SYIFA sedang mengurus perizinan lainnya di

Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Kehakiman). Sedangkan untuk sertifikasi

halal, TAMAN SYIFA juga sedang mengurusnya di Majelis Ulama Indonesia

(MUI).
55

5.3 Deskripsi dan Perkembangan Usaha

Pada mulanya, TAMAN SYIFA memiliki nama CV Hanabio. Hanabio

kemudian berganti nama menjadi TAMAN SYIFA yang saat ini memiliki banyak

unit bisnis. Unit bisnis tersebut antara lain adalah budidaya lobster, sewa jasa

laboratorium penelitian, penjualan aneka produk herbal, dan agroedutourism

tanaman obat.

Pada unit usaha agroedutourism, Ibu Umi sebagai pemilik memiliki suatu

taman koleksi yang memiliki ratusan jenis tanaman obat. Taman tersebut dibuka

untuk umum jika masyarakat ingin melihatnya dan tentunya ada paket edukasi

(pemaparan) mengenai khasiat-khasiat tanaman obat tersebut.

Untuk bisnis unit produk herbal, ibu Umi memiliki tiga subbisnis unit, yaitu

berbentuk produk ekstrak kapsul, serbuk minuman instan, dan produk-produk

kecantikan. Produk ekstrak kapsul terdiri dari lima komoditi. Komoditi tersebut

yaitu ekstak kapsul dari sambiloto, ekstrak kapsul chireta, ekstrak kapsul

androgarphis, ekstrak kapsul pegagan, dan ekstrak kapsul dari umbi dewa. Produk

serbuk minuman instan terdiri serbuk minuman instan jahe, serbuk minuman

instan kencur, serbuk minuman instan kunyit, serbuk minuman instan temulawak,

serbuk minuman instan temuputih, dan serbuk minuman instan secang wangi

(perpaduan antara berbagai jenis tanaman obat). Sedangkan untuk produk-produk

kecantikan, TAMAN SYIFA menyediakan spa celup tanaman obat, bedak dingin,

masker wajah, sabun, pelembab bibir, shampo, lulur, minyak aromatherapi,

hairtonic, dan simplisia.

Pada awal pembuatan produk, TAMAN SYIFA hanya membuat serbuk

instan jahe saja sebanyak 150 bungkus. Setelah itu, produk baru sejenis
56

diluncurkan secara berurutan yaitu kunyit, secang wangi, kencur, temulawak, dan

temu putih. Selanjutnya, TAMAN SYIFA memproduksi bedak dingin dan

memproduksi olahan sambiloto.

Selama ini, cara pemasaran yang dilakukan TAMAN SYIFA adalah dengan

melakukan konsinyiasi di beberapa tempat seperti di rumah makan, tempat-tempat

pengobatan tradisional, dan apotik di wilayah Kota Bogor. Jumlah tempat yang

menjadi saluran pemasaran TAMAN SYIFA sekitar dua puluh tempat dan

TAMAN SYIFA memasok barang sekitar dua minggu sekali.

Sedangkan untuk penentuan harga produk dilakukan berdasarkan metode

konvensional yaitu dengan melihat biaya yang kemudian ditambahkan dengan

keuntungan yang ingin diperoleh. Dan sampai saat ini, TAMAN SYIFA tidak

memiliki target penjualan tiap periode produksinya.

Mula-mula, untuk produk serbuk minuman instan, TAMAN SYIFA

membuat satu paket berisi dua bungkus seharga Rp 3.000 rupiah per paket, namun

TAMAN SYIFA kini membuat paket lain yang lebih ekonomis, yaitu paket satu

paket berisi sepuluh bungkus dengan harga p. 10.000 rupiah per paket. Kemasan

paket didesain sendiri oleh TAMAN SYIFA dan proses pengemasan dilakukan

secara manual.

Selama ini, untuk produk simplisia dan produk-produk berbahan baku

tanaman obat, TAMAN SYIFA mendapatkan baku seperti daun mint, kumis

kucing, dan tempuyung dari kebun sendiri. Namun selain tanaman tersebut,

TAMAN SYIFA masih membelinya di pasar tradisonal kota Bogor karena belum

ada pembudidayaan yang optimal dan menyeluruh. Selanjutnya, TAMAN SYIFA


57

hendak melakukan pengembangan usaha yaitu berencana membuat permen jelly

herbal dan instan mengkudu.


BAB VI

ANALISIS ASPEK NON FINANSIAL

6.1 Aspek pasar

Dalam mengkaji aspek pasar, hal yang perlu diperhatikan adalah

kedudukan produk dalam pasar saat ini, bentuk pasar yang akan dimasuki,

komposisi, dan perkembangan permintaan produk di masa lalu dan sekarang,

proyeksi permintaan produk di masa yang akan datang, kemungkinan adanya

pesaing, dan peranan pemerintah dalam menunjang perkembangan produk.

Untuk memasuki pasar menurut Kotler (2002), perusahaan harus

memperkirakan pasar potensial agar sumber daya yang dimilikinya dapat disebar

dengan efektif. Pasar potensial adalah sejumlah konsumen yang mempunyai kadar

minat tertentu pada produk tertentu.

Banyak perubahan yang terjadi pada industri barang konsumsi dipengaruhi

oleh perilaku konsumen. Orang-orang bekerja dengan waktu yang lebih lama

daripada dahulu, dan banyak wanita yang bekerja padahal telah menikah dan

mempunyai anak. Sehingga kepraktisan menjadi salah satu nilai yang paling dicari

dari barang yang hendak dibeli konsumen. Hal yang paling utama adalah nilai,

kenyamanan, dan variasi (AC Nielsen Indonesia, 2006).

6.1.1 Analisis Persaingan dan Struktur Pasar

Struktur pasar didefinisikan sebagai sifat-sifat organisasi pasar yang

mempengaruhi perilaku dan keragaan perusahaan. Istilah struktur pasar menuju

pada tipe pasar, sedangkan derajat persaingan struktur pasar (degree of


59

competitiveness of market structure) dipakai untuk menunjuk sejauh mana

perusahaan-perusahaan individual mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi

harga atau ketentuan-ketentuan lain dari produk yang dijualnya (Stanton,1991).

Struktur pasar dapat dinyatakan sebagai susunan atau komponen pasar. Struktur

pasar dapat didefinisikan dengan mengamati sejumlah perusahan yang terdapat

dalam suatu pasar. Konsentrasi pasar, diferensiasi produk, syarat keluar masuk

pasar, dan tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh partisipasi pasar.

Struktur pasar menjadi sangat penting dalam mengamati persaingan dan

tingkat harga. Dahl dan Hammond (1977) mengemukakan berbagai macam

struktur pasar yang dapat terbentuk sebagaimana disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Struktur Pasar yang Mungkin Berdasarkan Karakteristik Pesaing


Jumlah Sifat Produk Dari Sudut Dari Sudut
Perusahaan Penjual Pembeli
Banyak Standar/homogen Persaingan murni Persaingan murni
Banyak Diferensiasi Persaingan Persaingan
monopolistik monopolistik
Sedikit Standar/homogen Oligopoli murni Oligopoli murni
Sedikit Diferensiasi Oligopoli Oligopsoni
diferensiasi diferensiasi
Unik Unik Monopoli monopsoni
Sumber : Dahl dan Hammond (1977)

TAMAN SYIFA menawarkan serbuk minuman instan yang secara garis

besar berdasarkan fungsinya tergolong ke dalam produk minuman instan. Menurut

data yang diperoleh Apriani (2007), ada beberapa perusahaan yang memproduksi

produk sejenis di lingkup Kota/Kabupaten Bogor, yaitu : PT Supra Sari Lestari,

PT Liza Herbal Internasional, Perusahaan Mitra Industri, Perusahaan Rhizoma,

Perusahaan Fatimah, Perusahaan Taman Sringganis, Perusahaan Lisna Agung,

dan PT Biofarmaka Indonesia.


60

Dari data pesaing-pesaing tersebut, dapat dikatakan bahwa produk

TAMAN SYIFA ini dari sudut penjual dan pembeli, dapat dikatakan produk ini

memasuki pasar persingan Oligopoli. Hal ini didapat dari pertimbangan bahwa

perusahaan-perusahaan sejenis tidak terlalu banyak dan produk yang ditawarkan

mengalami diferensiasi. Selain itu, tindakan perusahaan lain akan mempengaruhi

tindakan perusahaan TAMAN SYIFA sekalipun dalam ukuran yang tidak terlalu

besar. Sebagai contoh, TAMAN SYIFA memperoleh komposisi produk dari hasil

inovasi perusahaan pesaingnya. Jika pesaing menggunakan konsentrat yang tidak

terlalu pekat, TAMAN SYIFA melakukan inovasi agar memiliki nilai lebih yaitu

dengan perbandingan konsentrat bahan baku dasar dengan gula 1:1

Dari beberapa pesaing utama tersebut, Perusahaan Taman Sringganis

dirasakan menjadi pesaing paling utama. Hal ini dinilai dengan pertimbangan

bahwa lokasi perusahaan sama-sama dalam satu kawasan dan memiliki produk

serta skala usaha yang dapat diakatakan sebagai industri rumah tangga. Mengingat

bahwa perusahaan tersebut berdiri lebih lama, maka dilihat dari aspek pasar,

Taman Sringganis memiliki keunggulan lebih.

6.1.2 Analisis Prospek dan Potensi Pasar

Produk serbuk minuman instan ini memiliki khasiat untuk membantu

menjaga kesehatan sehingga tergolong produk suplemen. Saat ini kesadaran

masyarakat khususnya di perkotaan akan kesehatan cukup tinggi sehingga produk-

produk yang menunjang kesehatan sangat diminati. Produk serbuk minuman

instan ini, yang mendukung kesehatan, tentunya mendapatkan respon positif dari

masyarakat apalagi ditunjang dengan trend yang sedang berkembang di


61

masyarakat untuk menggunakan produk-produk berbahan dasar alami (trend back

to nature).

Adanya kecenderungan pola hidup kembali ke alam menyebabkan

masyarakat lebih memilih menggunakan obat atau minuman kesehatan alami yang

diyakini tidak memiliki efek samping dan harga lebih terjangkau daripada obat-

obatan sintetik.

Perkembangan ini dapat dilihat peningkatan penjualan obat tradisional

sebesar 970,6 ton pada tahun 1984, lalu meningkat menjadi sepuluh kali lipat

menjadi 9.273,4 ton pada tahun 1998, dan sampai pada omzet Rp1,4 triliyun

rupiah pada tahun 2003 (Said dalam Rauf, 2006)

Peluang-peluang lain yang dapat dimanfaatkan antara lain adalah WHO

yang merealisasikan visi kesahatan dunia abad 21 dengan mendukung pengobatan

tradisional dalam pemeliharaan kesehatan dunia. Selain itu, kebijakan Presiden RI

berupa Pendekatan Pembangunan Nasional Berorientasi Kesehatan dengan Tajuk

“Menuju Indonesia Sehat 2010” juga turut membantu memperlebar peluang pada

usaha ini.

Kondisi ini merupakan kesempatan tersendiri untuk SYIFA guna

mengembangkan produk-produknya terutama serbuk minuman instan yang telah

mulai diproduksinya.

Menurut Kotler (2002) permintaan pasar atas suatu produk adalah jumlah

volume yang akan dibeli oleh suatu kelompok konsumen tertentu dalam suatu

wilayah geografis tertentu, dalam suatu waktu tertentu, yang berada dalam suatu

lingkungan tertentu, dengan suatu program pemasaran tertentu.


62

Dengan peluang-peluang tersebut, produk serbuk minuman instan yang

TAMAN SYIFA tawarkan dinilai memiliki pasar yang potensial. Pasar potensial

tersebut menjadi peluang yang besar jika dilakukan dengan program pemasaran

yang efektif.

6.1.3 Pangsa Pasar

Untuk menentukan pangsa pasar, perlu diketahui pangsa pasar yang akan

dimasuki serta prospek pasar yang akan dimasuki. Menurut Fellows et al dalam

Rauf (2006) besarnya pasar untuk bisnis baru harus diperhitungkan keberadaan

pesaing terhadap produk tersebut. Pengetahuan tentang pesaing ini berpengaruh

terhadap besarnya pangsa pasar yang dapat dicapai untuk bisnis baru dengan

tingkat persaingan seperti dalam Tabel 6.

Tabel 6 Perkiraan Pangsa Pasar Berdasarkan Pesaing


Jumlah Banyak Sedikit Satu Tidak
Pesaing Ada
Ukuran L Sm L Sm L Sm
Pesaing
Jenis S D S D S D S D S D S D
Produk
Pangsa 0- 0- 5- 10- 0- 5- 10- 20- 0- 10- 30- 40- 100
Pasar 2,5 5 10 15 2,5 10 15 30 5 15 50 80
(%)
Ket : L=besar ; Sm=Kecil ; s=sama; D=tidak sama

Dari Tabel 6 dapat dianalisis seberapa besar pangsa pasar dari produk

serbuk minuman instan yang ditawarkan TAMAN SYIFA. TAMAN SYIFA

berada dalam pasar oligopoli sehingga memiliki jumlah pesaing sedikit. Ukuran

pesaing beragam, dari yang berukuran luas hingga kecil. Dan produk yang

ditawarkan tiap-tiap pesaing dengan TAMAN SYIFA sendiri berbeda (tidak


63

homogen). Oleh sebab itu, dianalisis bahwa pangsa pasar TAMAN SYIFA cukup

besar yaitu antara 5-30 persen.

6.1.4 Daur Hidup Produk

Setiap produk memiliki daur hidup produk. Daur hidup terdiri dalam

empat tahap, yaitu : tahap perkenalan (introducing), tahap perkembangan

(growing), tahap pendewasaan (mature), dan tahap penurunan (declining). Bentuk

tahapan ini dapat dilihat dalam Gambar 2.

Gambar 2. Tahapan-tahapan dalam Daur Hidup Produk

Dalam menetapkan rencana strategi perusahaan, satu hal yang harus

diperhitungkan adalah fakta bahwa produk memiliki daur hidup. Produk

mengalami siklus-siklus yang terdapat dalam Gambar 2.

Menurut Kotler (2002), mengatakan bahwa semua produk memiliki daur

hidup berarti menegaskan empat hal yaitu :

 Produk memiliki umur yang terbatas.

 Penjualan produk melalui berbagai tahap yang berbeda, masing-masing

memberikan tantangan, peluang, dan masalah yang berbeda bagi penjual.


64

 Laba naik dan turun pada berbagai tahap yang berbeda selama daur hidup

produk.

 Produk memerlukan strategi pemasaran, keuangan, manufaktur, pembelian,

dan sumber daya manusia yang berebda dalam setiap tahap daur hidupnya.

Penulis menganalisis daur hidup produk serbuk minuman instan yang

ditawarkan TAMAN SYIFA masih dalam masa perkenalan. Mungkin di pasaran

produk sejenis sudah memasuki tahap pertumbuhan, atau lebih jauh lagi. Namun

dalam hal ini, penulis melihat dari pendekatan produsen. TAMAN SYIFA belum

lama menawarkan produknya kepada pasar. Selain itu, tingkat penjualan yang

belum terlalu tinggi relatif dibandingkan perusahaan lain membuat penulis

menganalisis bahwa produk serbuk minuman instan yang ditawarkan TAMAN

SYIFA masih dalam tahap pengenalan atau introducing.

6.1.5 Bauran Pemasaran

Menurut Umar (2005) terdapat berbagai kegiatan yang harus dilalui oleh

barang dan jasa sebelum sampai ke konsumen. Ruang lingkup kegiatan yang luas

itu disederhanakan menjadi empat kebijaksanaan pemasaran yang dapat dikontrol

yang biasa disebut sebagai bauran pemasaran (marketing mix). Bauran pemasaran

adalah gabungan dari keempat strategi yang ada di dalamnya. Bauran pemasaran

merupakan alat yang dipergunakan oleh pengusaha untuk mempengaruhi

konsumennya untuk tertarik, senang, kemudian membeli dan akhirnya puas akan

produk yang dipasarkannya itu. Oleh karena itu, penetapan strategi bauran

pemasaran memegang peranan penting dalam strategi pemsaran. Peranan ini

dijalankan oleh perusahaan dengan mengkombinasikan bauran pemasaran yang


65

paling sesuai dengan kondisi perusahaan yang akan mendapatkan hasil yang

optimal.

 Strategi Produk

Produk adalah sesuatu yang ditawarkan dan dapat memuaskan keinginan

dan kebutuhan konsumen. Strategi produk didefinisikan sebagia suatu strategi

yang dilaksankan oleh suatu perusahaan yang berkaitan dengan produk yang

dipasarkannya.

Menurut klasifikasinya, komoditi yang ditawarkan SYIFA adalah barang

konsumsi, karena dibeli konsumen untuk langsung dikonsumsi. Konsep

pemasaran yang dilakukan menggunkan konsep produk, dimana dalam

pelaksanaannya sangat mengutamakan keunggulan produk melalui penciptaan

nilai sehingga diharapkan mampu besaing dipasaran. Beberapa keunggulan dapat

dilihat dari Tabel 7.

 Strategi Harga

Harga adalah sejumlah nilai yang ditukarkan konsumen dengan manfaat

memiliki atau menggunakan produk yang nilainya ditetapkan oleh pembeli dan

penjual melalui tawar-menawar (Umar, 2005).

TAMAN SYIFA menggunakan sistem penetapan harga konvensional,

yaitu dengan menambahkan biaya produksi dengan tingkat keuntungan yang ingin

diperoleh. Setiap produk serbuk minuman instan di TAMAN SYIFA memiliki

harga Rp 3.000 / kemasan, kecuali serbuk minuman instan secang wangi yang

seharga Rp 6.000 / kemasan. Tiap-tiap kemasan yang ada terdiri dari dua bungkus

berisi @ 40 gram.
66

Tabel 7 Keunggulan Produk Serbuk Minuman Instan milik TAMAN SYIFA


PRODUK KEUNGGULAN
Serbuk Minuman Instan Jahe Mengatasi rematik dan menghangatkan
badan
Serbuk Minuman Instan Kunyit Mengurangi sakit perut, mengatasi
maag, memperlancar haid
Serbuk Minuman Instan Kencur Mengurangi keringat, mengatasi batuk,
mengatasi sakit perut, dan mengatasi
masuk angin
Serbuk Minuman Instan Temulawak Mengurangi jerawat, mengatasi
sembelit, menambah nafsu makan, dan
hepatorotektor
Serbuk Minuman Instan Temuputih Menghambat perkembangan sel kanker
dan untuk menjaga ketahanan tubuh
Serbuk Minuman Instan Secang Wangi Mengurangi perut kembung,
mengurangi mulas, mengurangi batuk,
mengatasi rematik, mengurangi bau
nafas, mengatasi tekanan darah rendah,
menghangatkan badan, dan mengurangi
sakit perut.
Sumber : TAMAN SYIFA (diolah)

 Strategi Distribusi

Selama ini, strategi distribusi yang dilakukan TAMAN SYIFA adalah

dengan melakukan konsinyiasi di beberapa tempat seperti di rumah makan,

tempat-tempat pengobatan tradisional, dan apotik di wilayah Kota Bogor. Jumlah

tempat yang menjadi saluran pemasaran TAMAN SYIFA sekitar dua puluh

tempat dan TAMAN SYIFA memasok barang sekitar dua minggu sekali dengan

pasokan rata-rata sepuluh kemasan per jenis.

 Strategi Promosi

Segmen pasar yang dibidik untuk produk serbuk minuman instan adalah

segmen menengah ke atas dengan tingkat usia empat puluh tahun keatas. Oleh

karena itu, promosi dilakukan dengan mengedukasi konsumen. Selama ini,

strategi promosi yang dilakukan TAMAN SYIFA adalah dengan menggunakan

pamflet, leaflet, dan brosur yang didalamnya terdapat materi edukasi mengenai
67

manfaat tiap-tiap serbuk minuman instan. Selain itu, TAMAN SYIFA juga

melakukan promosi dengan mengadakan pameran-pameran dan pelatihan-

pelatihan produk herbal di berbagai tempat.

6.1.6 Hasil Analisis Aspek Pasar

Berdasarkan penjabaran diatas, dapat dikatakan bahwa TAMAN SYIFA layak

dilihat dari aspek pasar. Hal ini dikarenakan TAMAN SYIFA memiliki pasar

yang cukup berpotensial, baik dilihat dari struktur pasarnya, pangsa pasar, potensi,

dan persaingan pasar. Selain itu, TAMAN SYIFA telah melakukan strategi

pemasaran, yang dirangkum dalam bauran pemasaran, meskipun secara

sederhana dan belum diketahu secara pasti keefektivannya. Namun TAMAN

SYIFA perlu untuk tetap meningkatkan promosi dan memperluas distribusinya.

Selain itu, TAMAN SYIFA perlu untuk memelihara kestabilan produk dan atribut

pemasarannya di pasar atau di mata konsumen.

6.2 Aspek Teknis

Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses

pembangunan proyek secara teknis dan pengoperasiannya setelah proyek tersebut

selesai dibangun. Aspek teknis dianalisa untuk melihat apakah dari segi

pembangunan proyek dan segi implementasi rutin bisnis secara teknis dapat

dilaksanakan, begitu pula dengan teknologi yang dipakai (Umar, 2005).

Pada penelitian ini, aspek teknis yang akan dikaji meliputi lokasi

perusahaan, spesifikasi bahan baku, ketersediaan bahan baku, kapasitas produksi,

teknologi proses, dan layout perusahaan.


68

6.2.1 Lokasi Perusahaan

Untuk jenis perusahaan industri, lokasi pabrik umumnya dipengaruhi oleh

faktor-faktor ekonomi. Faktor-faktor ekonomi tersebut meliputi dekat dengan

bahan baku, dekat dengan pasar, kedekatan dengan pemasok tenaga kerja,

kemudahan transportasi, dan tersedianta utilitas seperti air dan listrik (Umar,

2005).

Lokasi usaha TAMAN SYIFA terletak di KKP IPB Baranang Siang IV,

Jalan Prambanan blok B no. 69, Tanah Baru, Bogor. Pada awalnya, pemilik

membeli lahan dan bangunan tersebut bukan atas pertimbangan usaha melainkan

karena pertimbangan pribadi; sebagai aset tempat tinggal. Namun, jika dikaji lebih

dalam, lokasi tersebut memiliki beberapa keuntungan maupun kerugian untuk

usaha yang sekarang dijalankan. Keuntungan berlokasi di tempat tersebut dapat

dirasakan dalam sisi kedekatan dengan sisi bahan baku, kedekatan dengan pasar,

dan ketersediaan fasilitas. Sedangkan kelemahannya dapat dilihat dari segi

kemudahan transportasi.

Lokasi yang telah ada menguntungkan dari sisi bahan baku karena letak

perusahaan relatif dekat dengan pasar tempat perolehan bahan baku. Selain itu,

propinsi Jawa Barat tempat lokasi berada merupakan sentra produksi tanaman

obat terutama sebagai sentra produksi jahe nasional.


69

Tabel 8 Produksi Jahe Menurut Provinsi di Indonesia (kg) pada Tahun 1999-
2003
Tahun
No Provinsi
1999 2000 2001 2002 2003
1 Sumut 11.401.950 20.780.195 37.405.640 5.810.297 9.940.433
2 Riau 367.737 336.192 423.635 397.969 391.927
3 Jambi 472.524 672.519 366.419 792.940 486.296
4 DKI 11.534 15.136 5.985 5.375 4.554
Jakarta
5 Jawa 47.231.130 40.413.572 36.058.569 35.195.177 79.819.066
Barat
6 Jawa 24.242.595 24.540.058 22.930.349 38.136.819 16.081.527
Tengah
7 DIY 740.503 1.276.753 780.470 1.093.488 1.357.871
8 Jawa 34.273.792 24.598.552 22.137.296 34.016.558 13.693.460
Timur
9 Banten - - 4.759.144 801.993 507.673
10 Bali 479.431 227.434 381.776 514.830 770.154
11 Kalbar 399.095 214.165 72.922 76.223 665.295
12 Kaltim 650.272 365.586 1.638.316 76.728 513.673
13 Sulut 15.303 878.461 219.414 369.569 722.895
14 Sulsel 564.871 773.152 1.213.872 1.123.140 338.332
15 Gorontalo - - 42.749 75.275 43.324
Indonesia 120.850.747 115.091.775 128.436.556 118.496.381 125.386.480
Sumber : Deptan (2004)

Dari sisi kedekatan dengan pasar, lokasi TAMAN SYIFA tidak jauh

dengan pusat kota. Selain itu, mengingat bahwa Bogor tempat SYIFA berdiri

berdekatan dengan kota-kota besar seperti Jakarta dan Bandung. Hal ini membuat

produk SYIFA lebih banyak terjual pada hari Sabtu dan Minggu. Turis domestik

membelinya sebagai buah tangan.

Sedangkan dari segi fasilitas, lokasi TAMAN SYIFA sudah tersedia

sumber air dan instalasi listrik yang baik. Hal ini membuat pemilik SYIFA tidak

perlu mengeluarkan biaya untuk pemasangan instalasi air dan listrik.

Namun, dari sisi transportasi, letak lokasi TAMAN SYIFA agak sulit

dicapai. Meskipun jalan yang melaluinya baik dan sudah ada angkutan umum

yang menjangkau, hanya saja TAMAN SYIFA berada di dalam komplek

prumahan sehingga perlu jalan kaki terlebih dahulu untuk mencapai tempat
70

tersebut setelah naik angkutan umum. Sedangkan jika naik kendaraan pribadi,

lokasi SYIFA relatif sulit diingat. Kekurangan ini tidak terlalu menjadi masalah

bagi perusahaan karena penjualan yang dilakukan SYIFA lebih banyak dilakukan

di luar perusahaan. Penjualan lebih banyak dari hasil konsiyiasi dengan distributor

bukan penjualan langsung dari perusahaan ke konsumen akhir.

6.2.2 Bahan Baku

Bahan baku selama ini diperoleh perusahaan dengan membeli di pasar

setempat. Selama ini, ketersediaan bahan baku tidak pernah mengalami masalah

karena selalu dipenuhi oleh pasar tradisional setempat. Sedangkan untuk

spesifikasi dan standar untuk bahan baku, perusahaan belum menetapkannya

secara khusus.

6.2.3 Kapasitas Produksi

Luas produksi atau kapasitas produksi adalah jumlah atau volume produk

yang seharusnya dibuat oleh perusahaan (Sumarni dan Soeprihanto dalam Rauf,

2006). Untuk tahun pertama dan kedua usaha, TAMAN SYIFA memiliki

kapasitas produksi 75 persen dari kapasitas optimal perusahaan. Tabel 9 akan

memaparkan kapasitas produksi dilihat dari tingkat penjualan syifa pada tahun

2007. Data lengkapnya terlampir pada Lampiran 11.

6.2.4 Teknologi Proses

Proses produksi serbuk minuman instan berbasis tanaman obat yang

dilakukan TAMAN SYIFA dimulai dengan mencuci bahan baku yang akan
71

digunakan. Setalah itu, bahan baku dikupas dan dipotong menjadi bentuk yang

lebih kecil. Potongan-potongan tersebut lalu dimasukkan ke dalam juicer untuk

diambil sarinya. Setelah itu, sari bahan baku tersebut ditambahkan gula dengan

perbandingan 1 : 1, dan dimasak hingga kering. Hasilnya kemudian dimasukkan

ke dalam mesin penggiling dan selanjutnya dikemas dalam bungkusan kecil

masing-masing 40 gram. Satu kemasan terdiri dari dua bungkusan kecil tersebut.

Perusahaan tidak memiliki gudang temapt bahan baku, karena bahan baku

yang dibeli langsung habis diproduksi. Namun perusahaan memiliki etalase untuk

display produk dan stok sisa diletakkan pada rak-rak di gudang.

Tabel 9 Kapasitas Produksi TAMAN SYIFA Dilihat Dari Tingkat Penjualan


Pada Tahun 2007
PRODUK KAPASITAS PRODUKSI (kemasan)
Serbuk Minuman Instan Jahe 1633
Serbuk Minuman Instan Kunyit 756
Serbuk Minuman Instan Kencur 673
Serbuk Minuman Instan Temulawak 663
Serbuk Minuman Instan Temuputih 389
Serbuk Minuman Instan Secang Wangi 415
Sumber : TAMAN SYIFA

6.2.5 Layout Perusahaan

Perusahaan tidak memiliki layout yang sesuai dengan alur produksi.

Namun sejauh ini, hal itu tidak menggangu proses produksi. Gambar 4 berikut

adalah Layout perusahaan. TAMAN SYIFA memiliki luas lahan dan bangunan 75
2 2
m . Namun, 24 m tidak digunakan sama sekali untuk unit usaha serbuk minuman
2 2
instan, sehingga yang terpakai hanya 51 m . Luas bangunan 51 m tersebut pun

masih digunakan bersama-sama menjalankan unit usaha yang lain sehingga nilai

tersebut harus dikonversikan menjadi 40 persen sesuai dengan proporsi


72

penerimaan unit usaha serbuk minuman instan terhadap total penerimaan

perusahaan.

2
Aquarium (15 m )
Ruang
Operasi
onal
Ruang
Operasional
W 2
C 24 m
Gudang
2
(12 m )

Dapur
Kantor
Sauna
2
(9m )

R.tamu Teras
2
(12 m )

Gambar 3. Layout TAMAN SYIFA

6.2.6 Hasil Analisis Aspek Teknis

Dilihat dari penjabaran sebelumnya, TAMAN SYIFA dapat dikatakan

layak dilihat dari aspek teknis. Hal ini didasari bahwa : 1) lokasi tempat TAMAN

SYIFA berdiri menunjang keberlangsungan usaha dilihat dari kedekatan dengan

bahan baku, kedekatan dengan pasar, dan utilitas. Sedangkan lokasi SYIFA yang

sulit dijangkau dengan transportasi tidak terlalu signifikan karena selama ini
73

pemasaran serbuk minuman instan tidak banyak menjual langsung di lokasi

SYIFA berdiri. 2) Bahan baku selama ini selalu terpenuhi dari pasar tradisonal

setempat meskipun belum ada standar khusus untuk spesifikasi bahan baku. 3)

Meskipun layout perusahaan tidak langsung mendukung alur teknologi produksi,

namun tata letak yang ada tidak mengganggu berlangsungnya usaha.

6.3 Aspek Manajemen

Aspek manajemen dianalisa untuk dapat melihat apakah pembangunan dan

implementasi bisnis dapat direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan sehingga

rencana bisnis dapat dikatakan layak atau tidak layak (Umar, 2005). Pengkajian

aspek manajemen pada dasarnya menilai para pengelola proyek dan struktur

organisasi yang ada. Proyek yang dijalankan akan berhasil apabila dijalankan oleh

orang-orang yang profesional mulai dari yang merencanakan, melaksanakannya,

hingga mengendalikannya agar tidak terjadi penyimpangan. Demikian dengan

struktur organisasi yang diperoleh harus sesuai dengan bentuk dan tujuan

proyek., serta kebutuhan tenaga kerja harus terinci dengan baik.

Aspek manajemen dan organisasi terdiri dari manajemen proyek dan

manajemen operasi. Manajemen proyek meliputi pengelolaan kegiatan yang

berkaitan dengan mewujudkan gagasan sampai menjadi hasil proyek yang

berbentuk fisik, sedangkan manajemen operasi meliputi hal-hal yang berkaitan

dengan penanganan kegiatan operasional dan produksi menggunakan fasilitas

fisik yang dihasilkan proyek.

Manajemen operasi mencakup : (1) identifikasi jenis dan lingkup kegiatan

operasi, (2) menyusun organisasi pengelola, (3) membuat deskripsi pekerjaan


74

posisi kunci, (4) merekrut dan melatih personel, (5) menjalankan operasi

(Soeharto dalam Rauf, 2006).

6.3.1 Struktur Organisasi

TAMAN SYIFA memiliki struktur organisasi yang sederhana. Gambar 4

adalah gambar struktur organisasi TAMAN SYIFA. TAMAN SYIFA memiliki

delapan pekerja, enam pekerja dari luar keluarga, dan dua orang dari dalam

keluarga. Lima pekeja dari luar keluarga memegang posisi pada manajer umum,

administrasi umum, petugas lapangan, asisten manajer bidang produksi, sopir, dan

bagian pengemasan. Sedangkan pekerja dari rumah tangga menduduki posisi

sekretaris dan manajer riset dan pengembangan. Jam kerja mereka adalah tiap hari

(Senin-Sabtu) dari jam 08.00 sampai jam 15.00 WIB dan mereka dapat memilih

satu hari pilihan untuk libur per minggunya. Tabel 10 akan memaparkan deskripsi

dan spesifikasi pekerjaan tenaga kerja TAMAN SYIFA.

6.3.3 Hasil Analisis Aspek Manajemen

Berdasarkan penjabaran diatas dapat dikatakan bahwa TAMAN SYIFA

tidak layak dilihat dari aspek manajemen. Meskipun struktur organisasi

perusahaan sudah jelas dan sudah adanya deskripsi dan spesifikasi jabatan untuk

posisi yang dibutuhkan, namun dinilai TAMAN SYIFA tidak terlalu memerlukan

tenaga kerja sebanyak itu.


75

Tabel 10 Deskripsi dan Spesifikasi Pekerjaan Tenaga Kerja TAMAN SYIFA


JABATAN DESKRIPSI SPESIFIKASI GAJI/bulan
Direktur Mengelola Pemilik Keuntungan Usaha
Perusahaan secara
umum
Sekretaris Direktur Membantu direktur (Suami Keuntungan Usaha
dalam pengelolaan Pemilik)
Manajer Umum Bertanggung jawab S1 Pertanian, Rp 900.000
atas laporan menguasai
keuangan pengetahuan
adiministrasi, mengenai
Pengembangan herbal, jujur,
produk knowkedge tekun.
, Perencanaan
pemasaran dan
pameran
Manajer Riset dan Merancang inovasi (Suami Keuntungan Usaha
Pengembangan produk Pemilik)
Administrasi Menulis SMA Rp 400.000
Umum pembukuan harian Akuntansi,
jujur.
Pemasaran Melakukan Ulet, kreatif Komisi tergantung
penjualan produk hasil penjualan
Produksi Memproduksi Ulet, jujur Rp 450.000
barang
Asisten Inovasi Membantu manajer (Anak pemilik) Keuntungan usaha
Produk riset dan -Kreatif
pengembangan
Lapangan Membersihkan Ulet Rp 500.000
kebun koleksi
Transportasi Sopir Mempunyai Rp 400.000
SIM A/C
Pengemasan Membantu bagian Ulet, jujur Rp 250.000
produksi dalam
pengemasan
76

Direktur

Sekretaris Direktur

Manajer Umum Manajer Riset dan Pengembangan

Adiministrasi
Umum
/Penjualan
Ass. Manajer bid. Ass Manajer bid. Ass. Manajer bid.
Pemasaran/HUMAS Produksi Inovasi Produk

Lapangan

Gambar 4. Struktur Organisasi TAMAN SYIFA

6.4 Aspek Sosial dan Lingkungan

Manusia tidak hidup sendiri tanpa adanya tumbuhan dan binatang di

sekitarnya. Komponen yang mendampingi disekitar manusia yang sekaligus

sebagai sumber mutlak kehidupannya merupakan lingkungan hidup bagi manusia.

Lingkungan hidup boleh dikatakan merupakan bagian mutlak dari kehidupan

manusia. Lingkungan ini sudah ada sejak manusia berada di bumi, hal ini
77

menunjukkan bahwa keberadaan manusia sangat tergantung dari apa yang

terdapat disekitarnya.

Manusia secara ekologis adalah bagian dari lingkungan, dimana

kelangsungan hidup manusia sangat tergantung dari keutuhan lingkungannya.

Manusia terbentuk dari lingkungannya dan sebaliknya lingkungan dibentuk oleh

manusia sendiri, oleh karena itu, lingkungan hidup tidak semata-mata dipandang

sebagai sumberdaya yang harus dieksploitasi, melainkan sebagai tempat hidup

yang mensyartkan adanya keserasian antara manusia dengan lingkungan

hidupnya.

Pembangunan suatu usaha atau perusahaan hendaknya memperhatikan

kepentingan lingkungan sekitarnya, baik lingkungan alam, maupun lingkungan

sosial ekonomi. Pembangunan usaha yang baik adalah pembangunan yang

berwawasan lingkungan. Pembangunan tersebut dapat terwujud apabila semua

komponen dalam perusahaan mengerti pentingnya menjaga keseimbangan

lingkungan dalam setiap tahapan proses produksinya.

TAMAN SYIFA dikatakan layak dilihat dari analisis aspek sosial dan

lingkungan. TAMAN SYIFA memang belum memiliki Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL), meskipun diketahui bahwa keseimbangan

lingkungan tersebut dapat dijaga dan diatur apabila industri telah memiliki

AMDAL dan perundangan yang berlaku mengkhendaki demikian. Namun hal ini

dapat ditolerir dengan pertimbangan bahwa TAMAN SYIFA tidak menghasilkan

limbah dalam jumlah besar dan dapat dianggap membahayakan masyarakat.

Selain itu, diketahui bahwa TAMAN SYIFA merupakan perusahaan yang

ramah lingkungan karena memproduksi bahan-bahan alami. Terlebih lagi, limbah


78

yang dihasilkan oleh TAMAN SYIFA tidak berdampak negatif terhadap

lingkungan alam sekitarnya, bahkan memiliki dampak positif. Limbah hasil

produksi apabila dikeringkan mampu berfungsi sebagai pupuk untuk tanaman,

bahkan tanaman obat itu sendiri.

Untuk lingkungan sosial, TAMAN SYIFA memiliki respon yang positif

dari masyarakat sekitar. Adanya TAMAN SYIFA membuat masyarakat sekitar

dapat melihat dan memanfaatkan tanaman obat yang sebelumnya tidak diketahui

secara umum. Selain itu, TAMAN SYIFA juga turut berkontribusi terhadap

edukasi pada masyarakat mengenai fungsi tanaman obat melalui seminar,

pelatihan, dan pameran yang diadakannya.

Secara institusional, TAMAN SYIFA juga melakukan beberapa

pendekatan. Selain dalam rangka pengurusan perizinan, TAMAN SYIFA juga

melakukan laporan atas pameran yang telah dilakukan kepada Departemen

Perindustrian dan Perdagangan secara institusional.

6.5 Aspek Hukum

Pendirian dan beroperasinya suatu perusahaan akan lebih diketahui serta

diakui keberadaannya oleh pemerintah jika berbentuk badan usaha atau memiliki

perizinan usaha. Suatu perusahaan yang layak, perlu memenuhi persyaratan

legalitas agar mempermudah hubungan ke luar perusahaan, memiliki kekuatan

hukum, diakui serta terikat kebijakan hukum yang berlaku.


79

6.5.1 Badan Usaha

Terdapat beberapa bentuk badan usaha yang diakui di Indonesia. Bentuk

badan usaha tersebut antara lain Perseroan terbatas (PT), Persekutuan Komanditer

(CV), Koperasi, Firma, yayasan, dan bentuk perusahaan perorangan. TAMAN

SYIFA dirintis sejak tahun 2005 memiliki bentuk badan usaha sebagai perusahaan

perseorangan.

6.5.2 Perizinan

TAMAN SYIFA belum memiliki lisensi sebagai bentuk usaha. Satu-

satunya yang TAMAN SYIFA punya hanya lisensi institusional, karena

pemiliknya adalah dosen IPB. Selain itu, TAMAN SYIFA baru memiliki izin dari

Dinas kesehatan Kota Bogor dengan No. PIRT 2.04.271.4.0554. Namun saat ini,

TAMAN SYIFA sedang mengurus perizinan lainnya di Dinas Perindustrian dan

Perdagangan (Kehakiman). Sedangkan untuk sertifikasi halal, TAMAN SYIFA

juga sedang mengurusnya di Majelis Ulama Indonesia (MUI).

6.5.3 Perpajakan

Meskipun TAMAN SYIFA merupakan perusahaan perorangan, namun

tetap merupakan subjek pajak penghasilan. Pajak penghasilan yang digunakan

adalah pajak progesif berdasarkan UU No. 17 tahun 2000 Tentang Tarif Umum

PPh Wajib Pajak Badan Dalam Negeri dan bentuk Usaha Tetap, yaitu:

 Jika pendapatan < 50.000.000 maka 10% x pendapatan

 Jika 50.000.000 < pendapatan < 100.000.000 maka (10% x 50.000.000) + {

15% x (pendapatan – 50.000.000)}


80

 Jika pendapatan > 100.000.000 maka (10% x 50.000.000) + (15% x

50.000.000) + {30% x (pendapatan – 100.000.000)}

 Pendapatan TAMAN SYIFA per tahunnya kurang dari Rp 50.000.000,

sehingga pajak yang wajib dibayar adalah sepuluh persen dari pendapatan.

Pajak belum dibayarkan oleh TAMAN SYIFA karena TAMAN SYIFA

belum mencapai titik penghasilan wajib pajak karena nilai Earning before interest

and tax bernilai negatif.

6.5.4 Hasil Analisis Aspek Hukum

Berdasarkan penjabaran diatas, dapat dikatakan bahwa TAMAN SYIFA

layak dilihat dari aspek hukum karena memiliki perizinan-perizinan yang cukup.

Adapun perizinan-perizinan yang belum dipunyai TAMAN SYIFA seperti

sertifikasi halal akan segera direalisasikan guna kestabilan TAMAN SYIFA

sendiri dalam menjalankan usahanya.


BAB VII

ANALISIS ASPEK FINANSIAL

Analisis aspek finansial digunakan untuk menganalisis kelayakan suatu

proyek atau usaha dari segi keuangan. Analisis finansial dilakukan dengan

menggunakan kriteria-kriteria penilaian investasi, yaitu net present value (NPV),

Intrenal rate of return (IRR), Net benefit cost-ratio (Net B/C) dan Payback period

(PBP). Dalam melakukan analisis dengan empat kriteria tersebut digunakan arus

kas untuk mengetahi besarnya manfaat yang diterima dan biaya yang dikeluarkan

selama periode tertentu.

7.1 Analisa Inflow

Penerimaan SYIFA diterima dari hasil penjualan dan sisa nilai investasi

yang telah dilakukan. Pendapatan didapat dari mengkalikan total penjualan

dengan harga jual. Hasil produksi SYIFA tiap tahunnya berbeda-beda. Untuk

tahun pertama dan tahun kedua, produksi belum mencapai produksi optimalnya,

yaitu 75 persen, sedangkan untuk tahun selanjutnya mencapai seratus persen.

Kapasitas produksi TAMAN SYIFA per tahun adalah sebagai berikut; Serbuk

Minuman Instan Jahe 1633 kemasan, Serbuk Minuman Instan Kunyit 756

kemasan, Serbuk Minuman Instan Kencur 673 kemasan, Serbuk Minuman Instan

Temulawak 663 kemasan, Serbuk Minuman Instan Temuputih 389 kemasan, dan

Serbuk Minuman Instan Secang Wangi 415 kemasan. Rinciannya terlampir pada

Lampiran 11. Sedangkan harga jual yang ada adalah sebesar Rp 3.000/kemasan

untuk semua komoditi kecuali kemasan secang wangi yaitu Rp 6.000/kemasan.


82

Tabel 11 Perkiraan Pendapatan Penjualan SYIFA


Tahun Jenis Produk Produksi Harga Pendapatan
(kemasan)
1 Serbuk Minuman Instan Jahe 1633 3000 4899000
Serbuk Minuman Instan Kunyit 756 3000 2268000
Serbuk Minuman Instan Kencur 673 3000 2019000
Serbuk Minuman Instan 663 3000 1989000
Temulawak
Serbuk Minuman Instan 389 3000 1167000
Temuputih
Serbuk Minuman Instan Secang 415 6000 2490000
Wangi
2 Serbuk Minuman Instan Jahe 1633 3000 4899000
Serbuk Minuman Instan Kunyit 756 3000 2268000
Serbuk Minuman Instan Kencur 673 3000 2019000
Serbuk Minuman Instan 663 3000 1989000
Temulawak
Serbuk Minuman Instan 389 3000 1167000
Temuputih
Serbuk Minuman Instan Secang 415 6000 2490000
Wangi
3 - 10 Serbuk Minuman Instan Jahe 2178 3000 6534000
Serbuk Minuman Instan Kunyit 1008 3000 3024000
Serbuk Minuman Instan Kencur 899 3000 2697000
Serbuk Minuman Instan 884 3000 2652000
Temulawak
Serbuk Minuman Instan 519 3000 1557000
Temuputih
Serbuk Minuman Instan Secang 553 6000 3318000
Wangi
Sumber : TAMAN SYIFA (diolah)

Penerimaan lain didapat dari nilai sisa atau salvage value. Nilai sisa

merupakan nilai sisa dari barang modal yang tidak habis terpakai selama umur

proyek berlangsung dan dinilai pada saat umur proyek berakhir. Barang-barang

modal yang mempunyai nilai sisa adalah tanah dan bangunan.

TAMAN SYIFA lahan dan bangunan tempat berdirinya kantor TAMAN

2
SYIFA. Lahan memiliki nilai Rp 750.000/m sedangkan nilai bangunannya Rp
2 2
250.000/m . TAMAN SYIFA memiliki luas lahan dan bangunan 75 m . Namun,
83

2
24 m tidak digunakan sama sekali untuk unit usaha serbuk minuman instan,
2 2
sehingga yang terpakai hanya 51 m . Luas bangunan 51 m tersebut pun masih

digunakan bersama-sama menjalankan unit usaha yang lain sehingga nilai tersebut

harus dikonversikan menjadi 40 persen sesuai dengan proporsi penerimaan unit

usaha serbuk minuman instan terhadap total penerimaan perusahaan. Sehingga

nilai lahan dan bangunan yang ada adalah senilai Rp 20.400.000 rupiah. Lahan

tidak mengalami penyusutan, sehingga nilainya pada akhir proyek adalah sama

dengan nilai awalnya yaitu Rp 15.300.000 rupiah. Bangunan memiliki nilai Rp

5.100.000 rupiah dan memiliki umur ekonomis lima belas tahun. Penyusutan

bangunan per tahun adalah Rp 340.000 rupiah, sehingga pada akhir proyek, nilai

sisanya adalah Rp 1.700.000 rupiah.

7.2 Analisa Outflow

Arus pengeluaran dalam usaha ini dikelompokkan menjadi dua; biaya

investasi dan biaya operasional. Biaya investasi merupakan biaya yang

dikeluarkan pada saat awal proyek. Namun, jika terdapat aset yang umur

ekonomisnya kurang dari umur proyek, biaya investasi juga dikeluarkan selama

proyek berlangsung yang disebut biaya reinvestasi. Untuk investasi mesin

penggiling, nilai aslinya adalah Rp 2.500.000 rupiah. Namun, mesin penggiling

dan timbangan digunakan untuk usaha kapsul herbal dan serbuk minuman instan.

Untuk itu, diasumsikan bahwa nilai modal tersebut pada sub unit ini adalah 50

persen dari nilai aslinya, yaitu sebesar Rp 1.250.000 rupiah untuk mesin

penggiling dan Rp 80.000 rupiah untuk timbangan. Sedangkan untuk inventaris

kantor dan perizinan, nilai yang tertera adalah 40 persen dari nilai sesunguhnya.
84

Hal ini didasari karena inventaris kantor tersebut digunakan bersama untuk

seluruh usaha unit TAMAN SYIFA. Sedangkan proporsi penerimaan serbuk

minuman instan adalah sebesar 40 persen dari total penerimaan TAMAN SYIFA.

Tabel 12 akan memaparkan biaya investasi dari TAMAN SYIFA.

Tabel 10. Biaya Investasi TAMAN SYIFA


Jumlah Umur
Investasi Harga /satuan Nilai Ekonomis
2
51 m x -
Lahan 40% 750.000 15.300.000
51 m2 x 15
Bangunan 40% 250.000 5.100.000
Perizinan 40 % 375.000 150.000 -
Tekhnologi Produksi
Mesin Penggiling 1 unit 1.250.000 625.000 10
Juicer 3 unit 60.000 180.000 5
Pisau 3 unit 10.000 30.000 5
Kompor 3 unit 125.000 375.000 5
Panci 3 unit 70.000 210.000 2
Pengaduk 3 unit 10.000 30.000 5
Baskom 3 unit 15.000 45.000 2
Timbangan 1 unit 80.000 40.000 10
Lemari 2 unit 100.000 200.000 10
Inventaris Kantor
Rak 2 unit 200.000 160.000 10
Laptop 1 unit 4.000.000 1.600.000 5
Sofa 1 unit 1.500.000 600.000 10
Kulkas 4 unit 2.000.000 3.200.000 10
Etalase 2 unit 500.000 400.000 10
Meja Kursi 5 unit 100.000 200.000 5
TOTAL 26.845.000
Sumber : TAMAN SYIFA (diolah)

Selain biaya investasi, pengeluaran SYIFA dilihat dari biaya operasional.

Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan secara berkala selama proyek

berjalan. Biaya operasional terdiri dari dua macam; biaya tetap dan biaya variabel.

Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produk
85

yang dihasilkan dan nilainya sama setiap tahun. Biaya tetap TAMAN SYIFA

terdiri dari biaya transportasi, PBB, Biaya Listrik dan Air, dan Biaya

kesekretariatan. Nilai yang tertera di tabel berikut adalah nilai yang telah

dikonversikan menjadi 40 persen. Hal ini didasari bahwa biaya tetap ini

merupakan biaya bersama usaha TAMAN SYIFA secara keseluruhan. Rincian

biaya tetap TAMAN SYIFA terdapat pada Tabel 13.

Tabel 13 Rincian Biaya Tetap TAMAN SYIFA per Tahun (Rupiah)


Biaya Tetap Harga Jumlah/tahun
Transportasi/bulan 40.000 480.000
PBB/tahun 30.000 30.000
Listrik dan Air/tahun 50.000 600.000
Kesekretariatan/bulan 40.000 480.000
TOTAL 1.590.000
Sumber:TAMAN SYIFA (diolah)

Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang besarnya dipengaruhi oleh

jumlah produk yang dihasilkan dalam proses produksi. Biaya variabel pada

TAMAN SYIFA terdiri dari minyak tanah, kunyit, temulawak, temuputih, jahe,

secang wangi, kencur, gula, kemasan, dan biaya tenaga kerja. Minyak tanah dan

gula tiap hari dibutuhkan dengan harga Rp 3.000/liter untuk minyak dan

Rp6.000/kg untuk gula. Untuk komoditas jahe, kencur, kunyit, temulawak, dan

temuputih, tiap satu kali proses produksi memerlukan bahan baku dasar sebanyak

satu kilogram. Harga bahan baku tersebut; harga jahe Rp 8.000/kg, harga kencur

Rp4.500/kilogram, harga kunyit Rp 2.500/kilogram; harga temulawak Rp

5.000/kilogram; harga temuputih Rp 5.000/kilogram. Tiap satu kali proses

produksi tersebut menghasilkan 22 kemasan. Sedangkan untuk biaya tenaga kerja,


86

nilai yang ada adalah nilai hasil konversi menjadi 40 persen. Hal ini didasari oleh

proporsi serbuk minuman instan terhadap usaha TAMAN SYIFA secara

keseluruhan. Rincian biaya variabel TAMAN syifa terdapat pada Tabel 14.

Tabel 14. Rincian Biaya Variabel TAMAN SYIFA


Jumlah Jumlah
/tahun /tahun
Biaya Variabel Harga Kuantitas (1-2) (3-10)
Minyak 3.000/hari 300 hari 900.000 1.200.000
2.500/22 756
Kunyit kemasan kemasan 85.909 114.545
5.000/22 663
Temulawak kemasan kemasan 150.682 200.909
5.000/22 389
Temuputih kemasan kemasan 88.409 117.879
8.000/22 1633
Jahe kemasan kemasan 593.818 791.758
11.425/22 415
Secang Wangi kemasan kemasan 215.517 287.356
4.500/22 673
Kencur kemasan kemasan 137.659 183.545
Gula 6.000/hari 300 hari 1.800.000 2.400.000
5.000/22 4529
Kemasan kemasan kemasan 1.029.318 1.372.424
Biaya Tenaga 1.160.000/bul
Kerja an 12 bulan 13.920.000 18.560.000
TOTAL 18.921.313 25.228.417
Sumber:TAMAN SYIFA (diolah)

Sedangkan untuk komoditas secang wangi membutuhkan komposisi

seperti yang ada pada Tabel 14. Ketentuan lain seperti jumlah gula dan minyak

tanah sama seperti produksi serbuk minuman instan yang lain.


87

Tabel 14. Komposisi Serbuk Minuman Instan Secang Wangi


Bahan Jumlah Total Harga
Secang 100 gram 2.000
Jahe 800 gram 6.400
Kencur 450 gram 2.025
Cengkeh 50 gram 1.000
TOTAL 11.425
Sumber:TAMAN SYIFA (diolah)

7.3 Analisis Finansial

Kelayakan finansial usaha serbuk minuman instan dapat dilihat dari

beberapa kriteria yaitu NPV, Net B/C, IRR, dan Payback Periode. Hasil cashflow

pada usaha ini menunjukkan hasil seperti yang tertera pada Tabel 15. Rincian

lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 1.

Tabel 15 Hasil Analisis Finansial TAMAN SYIFA


Kriteria Hasil
Net Present Value (NPV) Rp -50.89.149
Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C) 0.00

Berdasarkan analisis finansial di atas dapat dilihat bahwa usaha serbuk

minuman instan berbasis tanaman obat pada TAMAN SYIFA memperoleh NPV <

0 yaitu sebesar Rp -50.89.149 yang artinya bahwa usaha serbuk minuman instan

berbasis tanaman obat pada TAMAN SYIFA ini dinilai tidak layak. Nilai NPV

tersebut juga menunjukkan bahwa tidak ada manfaat bersih yang akan diterima

jika perusahaan tetap melaksanakan usaha tersebut selama kurun wakru umur

proyek.

Kriteria lain yang dianalisis adalah Net B/C. Pada usaha serbuk minuman

instan berbasis tanaman obat pada TAMAN SYIFA ini diperoleh nilai Net B/C =
88

0 yang menyatakan bahwa usaha serbuk minuman instan berbasis tanaman obat

pada TAMAN SYIFA dinilai tidak layak.

IRR dan PBP yang diperoleh dari analisis finansial penelitian ini tidak

terdefinisi. Hal ini tentunya mendukung keputusan bahwa keputusan investasi

untuk usaha ini pada awalnya adalah keputusan yang salah. Lebih baik

menginvestasikan dana di bank daripada untuk pengembangan usaha ini Dengan

kriteria analisis ini, mengindikasikan bahwa modal yang diinvestasikan tidak ada

periode pengembalian investasinya karena tidak menghasilkan keuntungan.

7.4 Analisis sensitivitas

Analisis sensitivitas dilakukan dengan menggunakan nilai pengganti

(switching value) sampai memperoleh nilai NPV yang mendekati nol. Hasil

switching value pada usaha ini tergambar dari tabel 16. Rincian lebih lengkap

dapat merujuk pada Lampiran 2 hingga Lampiran 10.

Tabel 16 Hasil Analisis Switching Value Usaha Serbuk Minuman Instan


TAMAN SYIFA
Perubahan (%) NPV Net B/C
(Rp)
Peningkatan Produksi Jahe 370 368.420 1
Peningkatan Produksi Kunyit 800 418.481 1
Peningkatan Produksi Kencur 900 494.845 1

Peningkatan Produksi 910 293.753 1


Temulawak
Peningkatan Produksi 1550 261.510 1
Temuputih
Peningkatan Produksi Secang 730 511.815 1

Peningkatan Produksi serentak 130 3.635.952 1


untuk semua komoditas
Penurunan Biaya Tenaga Kerja 45 807.228 1
89

Dari hasil ananlisis switching value yang ada, diketahui bahwa usaha

serbuk minuman instan di TAMAN SYIFA dapat menjadi layak untuk dijalankan

bila TAMAN SYIFA mampu menaikkan total nilai penjualan 56 persen. Total

penjualan itu dapat dinaikkan jika TAMAN SYIFA memproduksi produk lebih

banyak atau meningkatkan harga per kemasan yang dijual.

Berdasarkan hasil pemikiran, peningkatan harga akan dirasakan tidak

masuk akal karena dianggap terlalu tinggi untuk daya beli masyarakat. Oleh sebab

itu, peningkatan penjualan bisa dilakukan dngan peningkatan jumlah produksi.

Asumsi cateris paribus, maka TAMAN SYIFA harus meningkatkan produksi

serbuk minuman instan jahe menjadi 370 persen; atau serbuk minuman instan

kunyit 800 persen; atau serbuk minuman instan kencur 900 persen; atau serbuk

minuman instan temuputih 1550 persen; atau serbuk minuman instan secang

wangi 730 persen; atau meningkatkan produksi serbuk minuman instan seluruh

komoditas serempak sebesar 130 persen.

Berdasarkan lampiran 1 diketahui bahwa usaha ini memiliki nilai negatif

(tidak layak) karena besarnya biaya, terutama biaya tenaga kerja, tidak mampu

tertutupi dengan kecilnya penjualan yang terjadi. Oleh sebab itu, saran yang dapat

diberikan adalah harus ada peningkatan penjualan yang dilakukan oleh

perusahaan. Perusahaan harus meningkatkan penjualan agar paling tidak titik

impas diperoleh. Peningkatan penjualan yang harus dilakukan perusahaan dapat

dilihat dari tabel 17.


90

Tabel 17 Peningkatan Penjualan yang Diperlukan untuk Mencapai Titik


Impas Dibandingkan dengan Kondisi Saat Ini
Jenis Produk Penjualan kini/hari Penjualan Impas/hari
Serbuk Minuman Instan
5 20
Jahe
Serbuk Minuman Instan
3 20
Kunyit
Serbuk Minuman Instan
2 20
Kencur
Serbuk Minuman Instan
2 20
Temulawak
Serbuk Minuman Instan
1 20
Temuputih
Serbuk Minuman Instan
1 10
Secang Wangi

Selain itu, usaha serbuk minuman instan di TAMAN SYIFA dapat

menjadi layak untuk dijalankan bila TAMAN SYIFA mampu menurunkan biaya

produksi. TAMAN SYIFA tidak mampu menurunkan biaya bahan baku dasar

(tanaman obat segar) di pasar. Namun, TAMAN SYIFA dapat menurunkan biaya

tenaga kerja. TAMAN SYIFA dinilai memiliki kelebihan tenaga kerja. Ada

karyawan yang dirasakan tidak perlu ada apabila mengingat usaha TAMAN SYIFA

yang masih dikategorikan berskala kecil. Oleh sebab itu, usaha serbuk minuman

instan di TAMAN SYIFA dapat menjadi layak untuk dijalankan bila TAMAN

SYIFA mampu menurunkan biaya tenaga kerja sebesar 45 persen.

Nilai tidak layak pada kriteria investasi biasanya diikuti oleh rekomendasi

untuk menutup usaha. Namun, selama total penerimaan (TR) lebih besar dari

biaya variabel (TVC), usaha dapat terus dilaksanakan.


91

Tabel 18 Perbandingan TR dan TVC pada TAMAN SYIFA


TAHUN TR (Rp) TVC (Rp) Selisih (Rp)
I. Dengan Tenaga Kerja Saat Ini
a. Tahun 1-2 14.832.000 18.921,313 -4.089.313
b. Tahun 3-10 19.776.000 25.228.417 -5.452.417
II. Dengan Biaya Tenaga Kerja
Dikurangi 45% 14.832.000 12.657.313 2.174.688
a. Tahun 1-2 19.776.000 16.876.417 2.899.583
b. Tahun 3-10
III. Apabila Tenaga Kerja Tidak
Diperhitungkan
Sebagai Biaya Variabel 14.832.000 5.001.313 9.830.688
a. Tahun 1-2 19.776.000 6.668.417 13.107.583
b. Tahun 3-10

Melihat Tabel 18 di atas, dapat dilihat bahwa nilai total penerimaan (TR)

serbuk minuman instan berbasis tanaman obat yang dijalankan TAMAN SYIFA

pada saat ini lebih kecil dari nilai total biaya variabelnya. Kondisi ini memberikan

isyarat pada TAMAN SYIFA untuk menutup usahanya. Ketidaklayakan usaha ini

dinilai karena besarnya biaya tenaga kerja. Sedangkan seperti pada pembahasan

aspek manajemen, TAMAN SYIFA mengalami kelebihan tenaga kerja. Terlebih

lagi, tenaga kerja tersebut tidak terlalu dibutuhkan. Namun, apabila perusahaan

mampu mengurangi biaya tenaga kerja sebesar 45 persen, maka TAMAN SYIFA

dapat terus membuka usahanya. TAMAN SYIFA juga dapat terus membuka

usahanya apabila biaya tenaga kerja tidak diperhitungkan sebagai biaya variabel.
BAB XII

KESIMPULAN DAN SARAN

12.1 Kesimpulan

1. Usaha serbuk minuman instan berbasis tanaman obat adalah usaha yang

menjanjikan. Dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek sosial, aspek

lingkungan, dan aspek hukum, usaha serbuk minuman instan berbasis tanaman

obat yang dijalankan TAMAN SYIFA dinilai layak. Namun, dilihat dari

aspek manajemen yang terjadi di internal TAMAN SYIFA sendiri membuat

usaha ini tidak layak.

2. Secara finansial, usaha serbuk minuman instan berbasis tanaman obat yang

dijalankan oleh TAMAN SYIFA dinilai tidak layak. Proses usaha yang akan

terjadi selama kurun umur proyek akan menghasilkan kerugian. Oleh sebab

itu, perlu adanya perbaikan usaha.

3. Berdasarkan hasil analisis switching value, TAMAN SYIFA harus

meningkatkan penjualan dengan meningkatkan jumlah produksi atau dengan

membatasi jumlah karyawan agar usahanya dapat dinilai layak untuk terus

dilanjutkan.

12.2 Saran

1. Untuk pemilik TAMAN SYIFA, diharapkan mampu meningkatkan omzet

dengan meningkatkan penjualan. Selain itu, perusahaan juga dapat

mengurangi biaya tenaga kerja dengan membatasi jumlah karyawan. Hal ini
93

adalah cara perbaikan usaha agar usaha dapat dinilai layak untuk terus

dijalankan.

2. Untuk masyarakat yang hendak menjalankan usaha ini harus memperhatikan

betul biaya yang dikeluarkan; baik biaya investasi ataupun biaya operasional.

Penerimaan harus lebih besar dari pengeluaran. Dan sebelum usaha

dijalankan, lebih baik dibuat analisis kelayakan usahanya terlebih dahulu,

sehingga diperoleh masukan yang matang tentang perencanaan usaha.


DAFTAR PUSTAKA

Alim, Achmad Syaiful. 2001. Kajian Proses dan Analisis Finansial Produksi
Bubuk Jahe Pada Industri Skala Rumah Tangga. Skripsi. Fakultas
Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Apriani, Widia. 2007. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Minuman Instan


Berbahan Baku Biofarmaka Pada Home Industry Lisna Agung, Kabupaten
Bogor. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Arbianto, Diki. 2006. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Tanaman


Anggrek Perusahaan Rama Orchid di Taman Anggrek Ragunan. Skripsi.
Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Clive, Gray. 1992. Pengantar Evaluasi Proyek. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Ermin, Faisal. 2007. Analisis Kelayakan Investasi Pengusahaan Lobster Air tawar
CV. Vizan Farm Dan CV Sejahtera Lobster Farm. Skripsi. Jurusan Sosial
Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Gittinger. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. UI-Press. Jakarta

Gurusinga, Jagatnata. 2003. Kajian Agribisnis Dan Studi Kelayakan Usaha Udang
Windu Kasus Di Kec. Cimalaya, Kab Karawang. Skripsi. Jurusan Sosial
Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Husnan, Suad dan Suwarsono. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Unit.Penerbit dan
Pencetak AMP YKPN. Yogyakarta.

Kadariah. 2001. Evaluasi Proyek Analisis Ekonomi. Fakultas Ekonomi


Universitas Indonesia. Jakarta.

Keown, et all. 2001. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Salemba Empat. Jakarta.

Kotler, Philip. 2004. Manajemen Pemasaran. Indeks. Jakarta.

Nasution, Roshayani. 2002. Kajian Pengembangan Bisnis Pengusahaan Udang


Vanname Pada PT. Indonusa Yudha Prawita, Kab. Indramayu. Skripsi.
Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian
Bogor.

Pertiwi, Shi Astuti. 2003. Kajian Pengembangan Bisnis Pembenihan Lobster Air
Tawar Pada Distributor Of Live Fishes Fresh water Bogor. Skripsi. Jurusan
Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Prasetiawan, Eko. 2004. Strategi Pengembangan Usaha Minuman Instan


Berbahan Baku Biofarmaka (Studi Kasus pada Sub Divisi Produk Pusat
Studi Biofarmaka IPB). Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian
95

Bogor.

Purnamawati, Dyah Anisa. 2007. Analisis Kelayakan Investasi Usaha Tepung


Talas Safira (Safira Powder) Pada PT. Bogor Agro Lestari. Skripsi.
Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Rauf, Adrin Ramdhana. 2006. Studi Kelayakan Pembangunan Pabrik Tablet


Effervescent Jahe di Kawasan PG Jatitujuh-Majalengkan. Skripsi. Fakulas
Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Indriastuti, Suci. 1998. Kajian Proses dan Finansial Produksi Minuman Bubuk
Coklat Jahe Pada Industri Rumah Tangga. Skripsi. Fakultas Teknologi
Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Syukur, Cheppy dan Hernani. 2001. Budi Daya Tanaman Obat Komersial.
Jakarta:Penebar Swadaya.

Umar, Husein. 2002. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Wasono, Rudy. 2001. Kajia Proses Pembuatan Bubuk Kunyit (Curcuma


domestica Val). Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian
Bogor.

www.pdpersi.co.id [ akses tanggal 2 Mei 2008]


LAMPIRAN
96
Lampiran 1 Cashflow Usaha Serbuk Minuman Instan TAMAN SYIFA

URAIAN TAHUN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A. Inflow
1. Penjualan 14,832,000 14,832,000 19,776,000 19,776,000 19,776,000 19,776,000 19,776,000 19,776,000 19,776,000 19,776,000
2. Nilai Sisa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 17,000,000
TOTAL INFLOW 14,832,000 14,832,000 19,776,000 19,776,000 19,776,000 19,776,000 19,776,000 19,776,000 19,776,000 36,776,000
B. Outflow
1. Biaya Investasi
Lahan 15,300,000
Bangunan 5,100,000
Perizinan 150,000
Mesin Penggiling 625,000
Juicer 180,000 180,000
Pisau 30,000 30,000
Kompor 375,000 375,000
Panci 210,000 210,000 210,000 210,000 210,000
Pengaduk 30,000 30,000
Baskom 45,000 45,000 45,000 45,000 45,000
Timbangan 40,000
Lemari 200,000
Rak 160,000
Laptop 1,600,000 1,600,000
Sofa 600,000
Kulkas 3,200,000
Etalase 400,000
Meja Kursi 200,000 200,000
2. Biaya Tetap
Transportasi 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000
PBB 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000
Listrik dan Air 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000
Kesekretariatan 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000
3. Biaya Variabel
Minyak 900,000 900,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000
Kunyit 85,909 85,909 114,545 114,545 114,545 114,545 114,545 114,545 114,545 114,545
Temulawak 150,682 150,682 200,909 200,909 200,909 200,909 200,909 200,909 200,909 200,909
97
Temuputih 88,409 88,409 117,879 117,879 117,879 117,879 117,879 117,879 117,879 117,879
Jahe 593,818 593,818 791,758 791,758 791,758 791,758 791,758 791,758 791,758 791,758
Secang Wangi 215,517 215,517 287,356 287,356 287,356 287,356 287,356 287,356 287,356 287,356
Kencur 137,659 137,659 183,545 183,545 183,545 183,545 183,545 183,545 183,545 183,545
Gula 1,800,000 1,800,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000
Kemasan 1,029,318 1,029,318 1,372,424 1,372,424 1,372,424 1,372,424 1,372,424 1,372,424 1,372,424 1,372,424
Biaya Tenaga Kerja 13,920,000 13,920,000 18,560,000 18,560,000 18,560,000 18,560,000 18,560,000 18,560,000 18,560,000 18,560,000
TOTAL OUTFLOW 33,656,313 20,511,313 27,073,417 26,818,417 27,073,417 29,233,417 27,073,417 26,818,417 27,073,417 26,818,417
Net Benefit -18,824,313 -5,679,313 -7,297,417 -7,042,417 -7,297,417 -9,457,417 -7,297,417 -7,042,417 -7,297,417 9,957,583
DF 8,25% 0.9238 0.8534 0.7883 0.7283 0.6728 0.6215 0.5741 0.5304 0.4899 0.452
PV DF - -4846631.002 -5752881.511 -5128733.072 -4909413.575 -5877668.565 -4189612.041 -3735067.686 -3575345.362 6
4506868.63
8,25% NPV 17389665.13 3
Net - 0.00
B/C #NUM!
IRR
Payback Period -5.00

pv positif 0
pv negatif -50,898,149
98
Lampiran 2. Cashflow Usaha Serbuk Minuman Instan TAMAN SYIFA (Produksi Instan Jahe Naik 370% )

URAIAN TAHUN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A. Inflow
1. Penjualan
Produk Produksi Harga
Serbuk 7,675 3,000 23,025,300
Minuman
Instan
Jahe
23,025,300 30,700,400 6,532,000 6,532,000 6,532,000 6,532,000 6,532,000 6,532,000 6,532,000
Serbuk 756 3,000 2,268,000
Minuman
Instan
Kunyit
2,268,000 3,024,000 3,024,000 3,024,000 3,024,000 3,024,000 3,024,000 3,024,000 3,024,000
Serbuk 673 3,000 2,019,000
Minuman
Instan
Kencur
2,019,000 2,692,000 2,692,000 2,692,000 2,692,000 2,692,000 2,692,000 2,692,000 2,692,000
Serbuk 663 3,000 1,989,000
Minuman
Instan
Temulawak
1,989,000 2,652,000 2,652,000 2,652,000 2,652,000 2,652,000 2,652,000 2,652,000 2,652,000
Serbuk 389 3,000 1,167,000
Minuman
Instan
Temuputih
1,167,000 1,556,000 1,556,000 1,556,000 1,556,000 1,556,000 1,556,000 1,556,000 1,556,000
Serbuk 415 6,000 2,490,000
Minuman
Instan
Secang
Wangi
2,490,000 3,320,000 3,320,000 3,320,000 3,320,000 3,320,000 3,320,000 3,320,000 3,320,000
2. Nilai Sisa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 17,000,000

TOTAL INFLOW 32,958,300 32,958,300 43,944,400 19,776,000 19,776,000 19,776,000 19,776,000 19,776,000 19,776,000 36,776,000
99
B. Outflow
1. Biaya Investasi
Lahan 15,300,000
Bangunan 5,100,000
Perizinan 150,000
Mesin Penggiling 625,000
Juicer 180,000 180,000
Pisau 30,000 30,000
Kompor 375,000 375,000
Panci 210,000 210,000 210,000 210,000 210,000
Pengaduk 30,000 30,000
Baskom 45,000 45,000 45,000 45,000 45,000
Timbangan 40,000
Lemari 200,000
Rak 160,000
Laptop 1,600,000 1,600,000
Sofa 600,000
Kulkas 3,200,000
Etalase 400,000
Meja Kursi 200,000 200,000
2. Biaya Tetap
Transportasi 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000
PBB 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000
Listrik dan Air 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000
Kesekretariatan 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000
3. Biaya Variabel
Minyak 900,000 900,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000
Kunyit 85,909 85,909 114,545 114,545 114,545 114,545 114,545 114,545 114,545 114,545
Temulawak 150,682 150,682 200,909 200,909 200,909 200,909 200,909 200,909 200,909 200,909
Temuputih 88,409 88,409 117,879 117,879 117,879 117,879 117,879 117,879 117,879 117,879
Jahe 593,818 593,818 791,758 791,758 791,758 791,758 791,758 791,758 791,758 791,758
Secang Wangi 215,517 215,517 287,356 287,356 287,356 287,356 287,356 287,356 287,356 287,356
Kencur 137,659 137,659 183,545 183,545 183,545 183,545 183,545 183,545 183,545 183,545
Gula 1,800,000 1,800,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000
Kemasan 1,029,318 1,029,318 1,372,424 1,372,424 1,372,424 1,372,424 1,372,424 1,372,424 1,372,424 1,372,424
Biaya Tenaga Kerja 13,920,000 13,920,000 18,560,000 18,560,000 18,560,000 18,560,000 18,560,000 18,560,000 18,560,000 18,560,000
TOTAL OUTFLOW 33,656,313 20,511,313 27,073,417 26,818,417 27,073,417 29,233,417 27,073,417 26,818,417 27,073,417 26,818,417
100
Net Benefit -698,013 12,446,988 16,870,983 -7,042,417 -7,297,417 -9,457,417 -7,297,417 -7,042,417 -7,297,417 9,957,583
DF 8,25% 0.9238 0.8534 0.7883 0.7283 0.6728 0.6215 0.5741 0.5304 0.4899 0.4526
PV DF -644,815 10,622,052 13,300,154 -5,128,733 -4,909,414 -5,877,669 -4,189,612 -3,735,068 -3,575,345 4,506,869
8,25% NPV 368,420
Net B/C 1
IRR 0
Payback Period -49

pv positif 28,429,075
pv negatif -28,060,656
101
Lampiran 3. Cashflow Usaha Serbuk Minuman Instan TAMAN SYIFA (Produksi Instan Kunyit Naik 800% )
URAIAN TAHUN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A. Inflow
1. Penjualan
Produk Produksi Harga
Serbuk 1,633 3,000 4,899,000
Minuman
Instan
Jahe 4,899,000 6,532,000 6,532,000 6,532,000 6,532,000 6,532,000 6,532,000 6,532,000 6,532,000
Serbuk 6,804 3,000 20,412,000
Minuman
Instan
Kunyit
20,412,000 27,216,000 3,024,000 3,024,000 3,024,000 3,024,000 3,024,000 3,024,000 3,024,000
Serbuk 673 3,000 2,019,000
Minuman
Instan
Kencur
2,019,000 2,692,000 2,692,000 2,692,000 2,692,000 2,692,000 2,692,000 2,692,000 2,692,000
Serbuk 663 3,000 1,989,000
Minuman
Instan
Temulawak
1,989,000 2,652,000 2,652,000 2,652,000 2,652,000 2,652,000 2,652,000 2,652,000 2,652,000
Serbuk 389 3,000 1,167,000
Minuman
Instan
Temuputih
1,167,000 1,556,000 1,556,000 1,556,000 1,556,000 1,556,000 1,556,000 1,556,000 1,556,000
Serbuk 415 6,000 2,490,000
Minuman
Instan
Secang
Wangi
2. Nilai 2,490,000 3,320,000 3,320,000 3,320,000 3,320,000 3,320,000 3,320,000 3,320,000 3,320,000
Sisa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 17,000,000

TOTAL INFLOW 32,976,000 32,976,000 43,968,000 19,776,000 19,776,000 19,776,000 19,776,000 19,776,000 19,776,000 36,776,000
B. Outflow
1. Biaya Investasi
Lahan 15,300,000
102
Bangunan 5,100,000
Perizinan 150,000
Mesin Penggiling 625,000
Juicer 180,000 180,000
Pisau 30,000 30,000
Kompor 375,000 375,000
Panci 210,000 210,000 210,000 210,000 210,000
Pengaduk 30,000 30,000
Baskom 45,000 45,000 45,000 45,000 45,000
Timbangan 40,000
Lemari 200,000
Rak 160,000
Laptop 1,600,000 1,600,000
Sofa 600,000
Kulkas 3,200,000
Etalase 400,000
Meja Kursi 200,000 200,000
2. Biaya Tetap
Transportasi 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000
PBB 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000
Listrik dan Air 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000
Kesekretariatan 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000
3. Biaya Variabel
Minyak 900,000 900,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000
Kunyit 85,909 85,909 114,545 114,545 114,545 114,545 114,545 114,545 114,545 114,545
Temulawak 150,682 150,682 200,909 200,909 200,909 200,909 200,909 200,909 200,909 200,909
Temuputih 88,409 88,409 117,879 117,879 117,879 117,879 117,879 117,879 117,879 117,879
Jahe 593,818 593,818 791,758 791,758 791,758 791,758 791,758 791,758 791,758 791,758
Secang Wangi 215,517 215,517 287,356 287,356 287,356 287,356 287,356 287,356 287,356 287,356
Kencur 137,659 137,659 183,545 183,545 183,545 183,545 183,545 183,545 183,545 183,545
Gula 1,800,000 1,800,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000
Kemasan 1,029,318 1,029,318 1,372,424 1,372,424 1,372,424 1,372,424 1,372,424 1,372,424 1,372,424 1,372,424
Biaya Tenaga Kerja 13,920,000 13,920,000 18,560,000 18,560,000 18,560,000 18,560,000 18,560,000 18,560,000 18,560,000 18,560,000
TOTAL OUTFLOW 33,656,313 20,511,313 27,073,417 26,818,417 27,073,417 29,233,417 27,073,417 26,818,417 27,073,417 26,818,417
Net Benefit -680,313 12,464,688 16,894,583 -7,042,417 -7,297,417 -9,457,417 -7,297,417 -7,042,417 -7,297,417 9,957,583
DF 8,25% 0.9238 0.8534 0.7883 0.7283 0.6728 0.6215 0.5741 0.5304 0.4899 0.452
PV DF 8,25% -628,464 10,637,157 13,318,759 -5,128,733 -4,909,414 -5,877,669 -4,189,612 -3,735,068 -3,575,345 6
4,506,86
9
103
NPV 418,481
Net B/C 1
IRR 0
Payback Period -50

pv positif 28,462,785
pv negatif -28,044,305
104

Lampiran 4. Cashflow Usaha Serbuk Minuman Instan TAMAN SYIFA (Produksi Instan Kencur Naik 900% )
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A. Inflow
1. Penjualan
Produk Produksi Harga
Serbuk 1,633 3,000 4,899,000
Minuman
Instan
Jahe 4,899,000 6,532,000 6,532,000 6,532,000 6,532,000 6,532,000 6,532,000 6,532,000 6,532,000
Serbuk 756 3,000 2,268,000
Minuman
Instan
Kunyit
2,268,000 3,024,000 3,024,000 3,024,000 3,024,000 3,024,000 3,024,000 3,024,000 3,024,000
Serbuk 6,730 3,000 20,190,000
Minuman
Instan
Kencur
20,190,000 26,920,000 2,692,000 2,692,000 2,692,000 2,692,000 2,692,000 2,692,000 2,692,000
Serbuk 663 3,000 1,989,000
Minuman
Instan
Temulawak
1,989,000 2,652,000 2,652,000 2,652,000 2,652,000 2,652,000 2,652,000 2,652,000 2,652,000
Serbuk 389 3,000 1,167,000
Minuman
Instan
Temuputih
1,167,000 1,556,000 1,556,000 1,556,000 1,556,000 1,556,000 1,556,000 1,556,000 1,556,000
Serbuk 415 6,000 2,490,000
Minuman
Instan
Secang
Wangi
2. Nilai 2,490,000 3,320,000 3,320,000 3,320,000 3,320,000 3,320,000 3,320,000 3,320,000 3,320,000
Sisa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 17,000,000

TOTAL INFLOW 33,003,000 33,003,000 44,004,000 19,776,000 19,776,000 19,776,000 19,776,000 19,776,000 19,776,000 36,776,000
B. Outflow
1. Biaya Investasi
Lahan 15,300,000
Bangunan 5,100,000
105
Perizinan 150,000
Mesin Penggiling 625,000
Juicer 180,000 180,000
Pisau 30,000 30,000
Kompor 375,000 375,000
Panci 210,000 210,000 210,000 210,000 210,000
Pengaduk 30,000 30,000
Baskom 45,000 45,000 45,000 45,000 45,000
Timbangan 40,000
Lemari 200,000
Rak 160,000
Laptop 1,600,000 1,600,000
Sofa 600,000
Kulkas 3,200,000
Etalase 400,000
Meja Kursi 200,000 200,000
2. Biaya Tetap
Transportasi 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000
PBB 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000
Listrik dan Air 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000
Kesekretariatan 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000
3. Biaya Variabel
Minyak 900,000 900,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000
Kunyit 85,909 85,909 114,545 114,545 114,545 114,545 114,545 114,545 114,545 114,545
Temulawak 150,682 150,682 200,909 200,909 200,909 200,909 200,909 200,909 200,909 200,909
Temuputih 88,409 88,409 117,879 117,879 117,879 117,879 117,879 117,879 117,879 117,879
Jahe 593,818 593,818 791,758 791,758 791,758 791,758 791,758 791,758 791,758 791,758
Secang Wangi 215,517 215,517 287,356 287,356 287,356 287,356 287,356 287,356 287,356 287,356
Kencur 137,659 137,659 183,545 183,545 183,545 183,545 183,545 183,545 183,545 183,545
Gula 1,800,000 1,800,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000
Kemasan 1,029,318 1,029,318 1,372,424 1,372,424 1,372,424 1,372,424 1,372,424 1,372,424 1,372,424 1,372,424
Biaya Tenaga Kerja 13,920,000 13,920,000 18,560,000 18,560,000 18,560,000 18,560,000 18,560,000 18,560,000 18,560,000 18,560,000
TOTAL OUTFLOW 33,656,313 20,511,313 27,073,417 26,818,417 27,073,417 29,233,417 27,073,417 26,818,417 27,073,417 26,818,417
Net Benefit -653,313 12,491,688 16,930,583 -7,042,417 -7,297,417 -9,457,417 -7,297,417 -7,042,417 -7,297,417 9,957,583
DF 8,25% 0.9238 0.8534 0.7883 0.7283 0.6728 0.6215 0.5741 0.5304 0.4899 0.452
PV DF 8,25% -603,522 10,660,199 13,347,140 -5,128,733 -4,909,414 -5,877,669 -4,189,612 -3,735,068 -3,575,345 6
4,506,86
NPV 494,845 9
106
Net B/C 1
IRR 0
Payback Period -50

pv positif 28,514,207
pv negatif -28,019,362
107
Lampiran 5. Cashflow Usaha Serbuk Minuman Instan TAMAN SYIFA (Produksi Instan Temulawak Naik 910% )
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A. Inflow
1. Penjualan
Produk Produksi Harga
Serbuk 1,633 3,000 4,899,000
Minuman
Instan
Jahe 4,899,000 6,532,000 6,532,000 6,532,000 6,532,000 6,532,000 6,532,000 6,532,000 6,532,000
Serbuk 756 3,000 2,268,000
Minuman
Instan
Kunyit
2,268,000 3,024,000 3,024,000 3,024,000 3,024,000 3,024,000 3,024,000 3,024,000 3,024,000
Serbuk 673 3,000 2,019,000
Minuman
Instan
Kencur
2,019,000 2,692,000 2,692,000 2,692,000 2,692,000 2,692,000 2,692,000 2,692,000 2,692,000
Serbuk 6,696 3,000 20,088,900
Minuman
Instan
Temulawak
20,088,900 26,785,200 2,652,000 2,652,000 2,652,000 2,652,000 2,652,000 2,652,000 2,652,000
Serbuk 389 3,000 1,167,000
Minuman
Instan
Temuputih
1,167,000 1,556,000 1,556,000 1,556,000 1,556,000 1,556,000 1,556,000 1,556,000 1,556,000
Serbuk 415 6,000 2,490,000
Minuman
Instan
Secang
Wangi

2. Nilai 2,490,000 3,320,000 3,320,000 3,320,000 3,320,000 3,320,000 3,320,000 3,320,000 3,320,000
Sisa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 17,000,000

TOTAL INFLOW 32,931,900 32,931,900 43,909,200 19,776,000 19,776,000 19,776,000 19,776,000 19,776,000 19,776,000 36,776,000
B. Outflow
1. Biaya Investasi
Lahan 15,300,000
Bangunan 5,100,000
108
Perizinan 150,000
Mesin Penggiling 625,000
Juicer 180,000 180,000
Pisau 30,000 30,000
Kompor 375,000 375,000
Panci 210,000 210,000 210,000 210,000 210,000
Pengaduk 30,000 30,000
Baskom 45,000 45,000 45,000 45,000 45,000
Timbangan 40,000
Lemari 200,000
Rak 160,000
Laptop 1,600,000 1,600,000
Sofa 600,000
Kulkas 3,200,000
Etalase 400,000
Meja Kursi 200,000 200,000
2. Biaya Tetap
Transportasi 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000
PBB 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000
Listrik dan Air 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000
Kesekretariatan 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000
3. Biaya Variabel
Minyak 900,000 900,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000
Kunyit 85,909 85,909 114,545 114,545 114,545 114,545 114,545 114,545 114,545 114,545
Temulawak 150,682 150,682 200,909 200,909 200,909 200,909 200,909 200,909 200,909 200,909
Temuputih 88,409 88,409 117,879 117,879 117,879 117,879 117,879 117,879 117,879 117,879
Jahe 593,818 593,818 791,758 791,758 791,758 791,758 791,758 791,758 791,758 791,758
Secang Wangi 215,517 215,517 287,356 287,356 287,356 287,356 287,356 287,356 287,356 287,356
Kencur 137,659 137,659 183,545 183,545 183,545 183,545 183,545 183,545 183,545 183,545
Gula 1,800,000 1,800,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000
Kemasan 1,029,318 1,029,318 1,372,424 1,372,424 1,372,424 1,372,424 1,372,424 1,372,424 1,372,424 1,372,424
Biaya Tenaga Kerja 13,920,000 13,920,000 18,560,000 18,560,000 18,560,000 18,560,000 18,560,000 18,560,000 18,560,000 18,560,000
TOTAL OUTFLOW 33,656,313 20,511,313 27,073,417 26,818,417 27,073,417 29,233,417 27,073,417 26,818,417 27,073,417 26,818,417
Net Benefit -724,413 12,420,588 16,835,783 -7,042,417 -7,297,417 -9,457,417 -7,297,417 -7,042,417 -7,297,417 9,957,583
DF 8,25% 0.9238 0.8534 0.7883 0.7283 0.6728 0.6215 0.5741 0.5304 0.4899 0.452
6
109
PV DF 8,25% -669,203 10,599,523 13,272,405 -5,128,733 -4,909,414 -5,877,669 -4,189,612 -3,735,068 -3,575,345 4,506,869
NPV 293,753
Net B/C 1
IRR 0
Payback Period -49

pv positif 28,378,796
pv negatif -28,085,044
110
Lampiran 6. Cashflow Usaha Serbuk Minuman Instan TAMAN SYIFA (Produksi Instan Temuputih Naik
1550% )
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A. Inflow
1. Penjualan
Produk Produksi Harga
Serbuk 1,633 3,000 4,899,000
Minuman
Instan
Jahe 4,899,000 6,532,000 6,532,000 6,532,000 6,532,000 6,532,000 6,532,000 6,532,000 6,532,000
Serbuk 756 3,000 2,268,000
Minuman
Instan
Kunyit
2,268,000 3,024,000 3,024,000 3,024,000 3,024,000 3,024,000 3,024,000 3,024,000 3,024,000
Serbuk 673 3,000 2,019,000
Minuman
Instan
Kencur
2,019,000 2,692,000 2,692,000 2,692,000 2,692,000 2,692,000 2,692,000 2,692,000 2,692,000
Serbuk 663 3,000 1,989,000
Minuman
Instan
Temulawak
1,989,000 2,652,000 2,652,000 2,652,000 2,652,000 2,652,000 2,652,000 2,652,000 2,652,000
Serbuk 6,419 3,000 19,255,500
Minuman
Instan
Temuputih
19,255,500 25,674,000 1,556,000 1,556,000 1,556,000 1,556,000 1,556,000 1,556,000 1,556,000
Serbuk 415 6,000 2,490,000
Minuman
Instan
Secang
Wangi

2. Nilai 2,490,000 3,320,000 3,320,000 3,320,000 3,320,000 3,320,000 3,320,000 3,320,000 3,320,000
Sisa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 17,000,000

TOTAL INFLOW 32,920,500 32,920,500 43,894,000 19,776,000 19,776,000 19,776,000 19,776,000 19,776,000 19,776,000 36,776,000
B. Outflow
1. Biaya Investasi
Lahan 15,300,000
Bangunan 5,100,000
111
Perizinan 150,000
Mesin Penggiling 625,000
Juicer 180,000 180,000
Pisau 30,000 30,000
Kompor 375,000 375,000
Panci 210,000 210,000 210,000 210,000 210,000
Pengaduk 30,000 30,000
Baskom 45,000 45,000 45,000 45,000 45,000
Timbangan 40,000
Lemari 200,000
Rak 160,000
Laptop 1,600,000 1,600,000
Sofa 600,000
Kulkas 3,200,000
Etalase 400,000
Meja Kursi 200,000 200,000
2. Biaya Tetap
Transportasi 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000
PBB 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000
Listrik dan Air 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000
Kesekretariatan 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000
3. Biaya Variabel
Minyak 900,000 900,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000
Kunyit 85,909 85,909 114,545 114,545 114,545 114,545 114,545 114,545 114,545 114,545
Temulawak 150,682 150,682 200,909 200,909 200,909 200,909 200,909 200,909 200,909 200,909
Temuputih 88,409 88,409 117,879 117,879 117,879 117,879 117,879 117,879 117,879 117,879
Jahe 593,818 593,818 791,758 791,758 791,758 791,758 791,758 791,758 791,758 791,758
Secang Wangi 215,517 215,517 287,356 287,356 287,356 287,356 287,356 287,356 287,356 287,356
Kencur 137,659 137,659 183,545 183,545 183,545 183,545 183,545 183,545 183,545 183,545
Gula 1,800,000 1,800,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000
Kemasan 1,029,318 1,029,318 1,372,424 1,372,424 1,372,424 1,372,424 1,372,424 1,372,424 1,372,424 1,372,424
Biaya Tenaga Kerja 13,920,000 13,920,000 18,560,000 18,560,000 18,560,000 18,560,000 18,560,000 18,560,000 18,560,000 18,560,000
TOTAL OUTFLOW 33,656,313 20,511,313 27,073,417 26,818,417 27,073,417 29,233,417 27,073,417 26,818,417 27,073,417 26,818,417
Net Benefit -735,813 12,409,188 16,820,583 -7,042,417 -7,297,417 -9,457,417 -7,297,417 -7,042,417 -7,297,417 9,957,583
DF 8,25% 0.9238 0.8534 0.7883 0.7283 0.6728 0.6215 0.5741 0.5304 0.4899 0.452
6
112
PV DF 8,25% -679,734 10,589,795 13,260,422 -5,128,733 -4,909,414 -5,877,669 -4,189,612 -3,735,068 -3,575,345 4,506,869
NPV 261,510
Net B/C 1
IRR 0
Payback Period -48

pv positif 28,357,085
pv negatif -28,095,575
113
Lampiran 7. Cashflow Usaha Serbuk Minuman Instan TAMAN SYIFA (Pro duksi Instan Secang Naik
730% )
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A. Inflow
1. Penjualan
Produk Produksi Harga
Serbuk 1,633 3,000 4,899,000
Minuman
Instan Jahe 4,899,000 6,532,000 6,532,000 6,532,000 6,532,000 6,532,000 6,532,000 6,532,000 6,532,000
Serbuk 756 3,000 2,268,000
Minuman
Instan Kunyit
2,268,000 3,024,000 3,024,000 3,024,000 3,024,000 3,024,000 3,024,000 3,024,000 3,024,000
Serbuk 673 3,000 2,019,000
Minuman
Instan
Kencur
2,019,000 2,692,000 2,692,000 2,692,000 2,692,000 2,692,000 2,692,000 2,692,000 2,692,000
Serbuk 663 3,000 1,989,000
Minuman
Instan
Temulawak
1,989,000 2,652,000 2,652,000 2,652,000 2,652,000 2,652,000 2,652,000 2,652,000 2,652,000
Serbuk 389 3,000 1,167,000
Minuman
Instan
Temuputih
1,167,000 1,556,000 1,556,000 1,556,000 1,556,000 1,556,000 1,556,000 1,556,000 1,556,000
Serbuk 3,445 6,000 20,667,000
Minuman
Instan
Secang
Wangi
20,667,000 27,556,000 3,320,000 3,320,000 3,320,000 3,320,000 3,320,000 3,320,000 3,320,000
2. Nilai Sisa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 17,000,000
TOTAL INFLOW 33,009,000 33,009,000 44,012,000 19,776,000 19,776,000 19,776,000 19,776,000 19,776,000 19,776,000 36,776,000
B. Outflow
1. Biaya Investasi
Lahan 15,300,000
Bangunan 5,100,000
Perizinan 150,000
Mesin Penggiling 625,000
114
Juicer 180,000 180,000
Pisau 30,000 30,000
Kompor 375,000 375,000
Panci 210,000 210,000 210,000 210,000 210,000
Pengaduk 30,000 30,000
Baskom 45,000 45,000 45,000 45,000 45,000
Timbangan 40,000
Lemari 200,000
Rak 160,000
Laptop 1,600,000 1,600,000
Sofa 600,000
Kulkas 3,200,000
Etalase 400,000
Meja Kursi 200,000 200,000
2. Biaya Tetap
Transportasi 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000
PBB 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000
Listrik dan Air 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000
Kesekretariatan 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000
3. Biaya Variabel
Minyak 900,000 900,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000
Kunyit 85,909 85,909 114,545 114,545 114,545 114,545 114,545 114,545 114,545 114,545
Temulawak 150,682 150,682 200,909 200,909 200,909 200,909 200,909 200,909 200,909 200,909
Temuputih 88,409 88,409 117,879 117,879 117,879 117,879 117,879 117,879 117,879 117,879
Jahe 593,818 593,818 791,758 791,758 791,758 791,758 791,758 791,758 791,758 791,758
Secang Wangi 215,517 215,517 287,356 287,356 287,356 287,356 287,356 287,356 287,356 287,356
Kencur 137,659 137,659 183,545 183,545 183,545 183,545 183,545 183,545 183,545 183,545
Gula 1,800,000 1,800,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000
Kemasan 1,029,318 1,029,318 1,372,424 1,372,424 1,372,424 1,372,424 1,372,424 1,372,424 1,372,424 1,372,424
Biaya Tenaga Kerja 13,920,000 13,920,000 18,560,000 18,560,000 18,560,000 18,560,000 18,560,000 18,560,000 18,560,000 18,560,000
TOTAL OUTFLOW 33,656,313 20,511,313 27,073,417 26,818,417 27,073,417 29,233,417 27,073,417 26,818,417 27,073,417 26,818,417
Net Benefit -647,313 12,497,688 16,938,583 -7,042,417 -7,297,417 -9,457,417 -7,297,417 -7,042,417 -7,297,417 9,957,583
DF 8,25% 0.9238 0.8534 0.7883 0.7283 0.6728 0.6215 0.5741 0.5304 0.4899 0.452
PV DF 8,25% -597,979 10,665,319 13,353,446 -5,128,733 -4,909,414 -5,877,669 -4,189,612 -3,735,068 -3,575,345 6
4,506,86
NPV 511,815 9
Net B/C 1
IRR 0
115
Payback Period -50 pv positif 28,525,634
pv negatif -28,013,820
116
Lampir an 8. Cashflow Usaha Serbuk Minuman Instan TAMAN SYIFA (Peningkatan Penjualan
56%) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A. Inflow
1. Penjualan 23,137,920 23,137,920 30,850,560 30,850,560 30,850,560 30,850,560 30,850,560 30,850,560 30,850,560 30,850,560
2. Nilai Sisa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 17,000,000
TOTAL 23,137,920 23,137,920 30,850,560 30,850,560 30,850,560 30,850,560 30,850,560 30,850,560 30,850,560 47,850,560
INFLOW B.
Outflow
Lahan 15,300,000
Bangunan 5,100,000
Perizinan 150,000
Mesin Penggiling 625,000
Juicer 180,000 180,000
Pisau 30,000 30,000
Kompor 375,000 375,000
Panci 210,000 210,000 210,000 210,000 210,000
Pengaduk 30,000 30,000
Baskom 45,000 45,000 45,000 45,000 45,000
Timbangan 40,000
Lemari 200,000
Rak 160,000
Laptop 1,600,000 1,600,000
Sofa 600,000
Kulkas 3,200,000
Etalase 400,000
Meja Kursi 200,000 200,000
2. Biaya Tetap
Transportasi 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000
PBB 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000
Listrik dan Air 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000
Kesekretariatan 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000
3. Biaya Variabel
Minyak 900,000 900,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000
Kunyit 85,909 85,909 114,545 114,545 114,545 114,545 114,545 114,545 114,545 114,545
Temulawak 150,682 150,682 200,909 200,909 200,909 200,909 200,909 200,909 200,909 200,909
Temuputih 88,409 88,409 117,879 117,879 117,879 117,879 117,879 117,879 117,879 117,879
Jahe 593,818 593,818 791,758 791,758 791,758 791,758 791,758 791,758 791,758 791,758
117
Secang Wangi 215,517 215,517 287,356 287,356 287,356 287,356 287,356 287,356 287,356 287,356
Kencur 137,659 137,659 183,545 183,545 183,545 183,545 183,545 183,545 183,545 183,545
Gula 1,800,000 1,800,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000
Kemasan 1,029,318 1,029,318 1,372,424 1,372,424 1,372,424 1,372,424 1,372,424 1,372,424 1,372,424 1,372,424
Biaya Tenaga Kerja 13,920,000 13,920,000 18,560,000 18,560,000 18,560,000 18,560,000 18,560,000 18,560,000 18,560,000 18,560,000
TOTAL OUTFLOW 48,956,313 20,511,313 27,073,417 26,818,417 27,073,417 29,233,417 27,073,417 26,818,417 27,073,417 26,818,417
Net Benefit -25,818,393 2,626,608 3,777,143 4,032,143 3,777,143 1,617,143 3,777,143 4,032,143 3,777,143 21,032,143
DF 8,25% 0.924 0.853 0.788 0.728 0.673 0.621 0.574 0.530 0.490 0.453
PV DF - 2,241,503 2,977,692 2,936,462 2,541,113 1,005,035 2,168,543 2,138,517 1,850,599 9,519,28
8,25% NPV 23,850,709 8
Net B/C 3,528,041
IRR 0
Payback Period 22

pv positif 27,378,752
pv negatif -23,850,709
118
Lampiran 9. Cashflow Usaha Serbuk Minuman Instan TAMAN SYIFA (Penurunan Tenaga Kerja
45%) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A. Inflow
1. Penjualan 14,832,000 14,832,000 19,776,000 19,776,000 19,776,000 19,776,000 19,776,000 19,776,000 19,776,000 19,776,000
2. Nilai Sisa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 17,000,000
TOTAL INFLOW 14,832,000 14,832,000 19,776,000 19,776,000 19,776,000 19,776,000 19,776,000 19,776,000 19,776,000 36,776,000
B. Outflow
1. Biaya Investasi
Lahan 15,300,000
Bangunan 5,100,000
Perizinan 150,000
Mesin Penggiling 625,000
Juicer 180,000 180,000
Pisau 30,000 30,000
Kompor 375,000 375,000
Panci 210,000 210,000 210,000 210,000 210,000
Pengaduk 30,000 30,000
Baskom 45,000 45,000 45,000 45,000 45,000
Timbangan 40,000
Lemari 200,000
Rak 160,000
Laptop 1,600,000 1,600,000
Sofa 600,000
Kulkas 3,200,000
Etalase 400,000
Meja Kursi 200,000 200,000
2. Biaya Tetap
Transportasi 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000
PBB 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000
Listrik dan Air 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000
Kesekretariatan 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000
3. Biaya Variabel
Minyak 900,000 900,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000
Kunyit 85,909 85,909 114,545 114,545 114,545 114,545 114,545 114,545 114,545 114,545
Temulawak 150,682 150,682 200,909 200,909 200,909 200,909 200,909 200,909 200,909 200,909
119
Temuputih 88,409 88,409 117,879 117,879 117,879 117,879 117,879 117,879 117,879 117,879
Jahe 593,818 593,818 791,758 791,758 791,758 791,758 791,758 791,758 791,758 791,758
Secang Wangi 215,517 215,517 287,356 287,356 287,356 287,356 287,356 287,356 287,356 287,356
Kencur 137,659 137,659 183,545 183,545 183,545 183,545 183,545 183,545 183,545 183,545
Gula 1,800,000 1,800,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000
Kemasan 1,029,318 1,029,318 1,372,424 1,372,424 1,372,424 1,372,424 1,372,424 1,372,424 1,372,424 1,372,424
Biaya Tenaga Kerja 7,656,000 7,656,000 10,208,000 10,208,000 10,208,000 10,208,000 10,208,000 10,208,000 10,208,000 10,208,000
TOTAL OUTFLOW 27,392,313 14,247,313 18,721,417 18,466,417 18,721,417 20,881,417 18,721,417 18,466,417 18,721,417 18,466,417
Net Benefit -12,560,313 584,688 1,054,583 1,309,583 1,054,583 -1,105,417 1,054,583 1,309,583 1,054,583 18,309,583
DF 8,25% 0.9238 0.8534 0.7883 0.7283 0.6728 0.6215 0.5741 0.5304 0.4899 0.452
PV DF -11,603,060 498,963 831,375 953,721 709,482 -687,003 605,460 694,560 516,690 6
8,287,04
8,25% NPV 807,228 0
Net B/C 1
IRR 0
Payback Period 23

pv positif 12,410,288
pv negatif -11,603,060
120
Lampiran 10. Cashflow Usaha Serbuk Minuman Instan TAMAN SYIFA (Peningkatan Produksi
130%)
URAIAN TAHUN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A. Inflow
1. Penjualan
Produk Produksi Harga
Serbuk 3,756 3,000 11,267,700
Minuman
Instan
Jahe 11,267,700 15,023,600 6,532,000 6,532,000 6,532,000 6,532,000 6,532,000 6,532,000 6,532,000
Serbuk 1,739 3,000 5,216,400
Minuman
Instan
Kunyit
5,216,400 6,955,200 3,024,000 3,024,000 3,024,000 3,024,000 3,024,000 3,024,000 3,024,000
Serbuk 1,548 3,000 4,643,700
Minuman
Instan
Kencur
4,643,700 6,191,600 2,692,000 2,692,000 2,692,000 2,692,000 2,692,000 2,692,000 2,692,000
Serbuk 1,525 3,000 4,574,700
Minuman
Instan
Temulawak
4,574,700 6,099,600 2,652,000 2,652,000 2,652,000 2,652,000 2,652,000 2,652,000 2,652,000
Serbuk 895 3,000 2,684,100
Minuman
Instan
Temuputih
2,684,100 3,578,800 1,556,000 1,556,000 1,556,000 1,556,000 1,556,000 1,556,000 1,556,000
Serbuk 955 6,000 5,727,000
Minuman
Instan
Secang
Wangi
5,727,000 7,636,000 3,320,000 3,320,000 3,320,000 3,320,000 3,320,000 3,320,000 3,320,000
2. Nilai Sisa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 17,000,000
TOTAL INFLOW 34,113,600 34,113,600 45,484,800 19,776,000 19,776,000 19,776,000 19,776,000 19,776,000 19,776,000 36,776,000
B. Outflow
1. Biaya Investasi
121
Lahan 15,300,000
Bangunan 5,100,000
Perizinan 150,000
Mesin Penggiling 625,000
Juicer 180,000 180,000
Pisau 30,000 30,000
Kompor 375,000 375,000
Panci 210,000 210,000 210,000 210,000 210,000
Pengaduk 30,000 30,000
Baskom 45,000 45,000 45,000 45,000 45,000
Timbangan 40,000
Lemari 200,000
Rak 160,000
Laptop 1,600,000 1,600,000
Sofa 600,000
Kulkas 3,200,000
Etalase 400,000
Meja Kursi 200,000 200,000
2. Biaya Tetap
Transportasi 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000
PBB 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000
Listrik dan Air 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000
Kesekretariatan 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000
3. Biaya Variabel
Minyak 900,000 900,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000
Kunyit 85,909 85,909 114,545 114,545 114,545 114,545 114,545 114,545 114,545 114,545
Temulawak 150,682 150,682 200,909 200,909 200,909 200,909 200,909 200,909 200,909 200,909
Temuputih 88,409 88,409 117,879 117,879 117,879 117,879 117,879 117,879 117,879 117,879
Jahe 593,818 593,818 791,758 791,758 791,758 791,758 791,758 791,758 791,758 791,758
Secang Wangi 215,517 215,517 287,356 287,356 287,356 287,356 287,356 287,356 287,356 287,356
Kencur 137,659 137,659 183,545 183,545 183,545 183,545 183,545 183,545 183,545 183,545
Gula 1,800,000 1,800,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000
Kemasan 1,029,318 1,029,318 1,372,424 1,372,424 1,372,424 1,372,424 1,372,424 1,372,424 1,372,424 1,372,424
Biaya Tenaga Kerja 13,920,000 13,920,000 18,560,000 18,560,000 18,560,000 18,560,000 18,560,000 18,560,000 18,560,000 18,560,000
TOTAL OUTFLOW 33,656,313 20,511,313 27,073,417 26,818,417 27,073,417 29,233,417 27,073,417 26,818,417 27,073,417 26,818,417
122
Net Benefit 457,288 13,602,288 18,411,383 -7,042,417 -7,297,417 -9,457,417 -7,297,417 -7,042,417 -7,297,417 9,957,583
DF 8,25% 0.9238 0.8534 0.7883 0.7283 0.6728 0.6215 0.5741 0.5304 0.4899 0.452
PV DF 8,25% 422,436 11,607,966 14,514,521 -5,128,733 -4,909,414 -5,877,669 -4,189,612 -3,735,068 -3,575,345 6
4,506,86
NPV 3,635,952 9
Net B/C 1
IRR 0
Payback Period -87

pv positif 30,629,356
pv negatif -26,993,404
123
Lampiran 11 Rincian Penjualan TAMAN SYIFA tiap-tiap Bulan pada Awal Proyek
Penjualan
Produk 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 TOTAL
Serbuk Minuman Instan Jahe 1633

204 247 178 244 236 98 101 98 19 39 84 85


Serbuk Minuman Instan Kunyit 756

75 74 92 87 97 85 55 64 19 39 34 35
Serbuk Minuman Instan Kencur 673

78 62 76 85 83 99 42 35 9 41 31 32
Serbuk Minuman Instan 663
Temulawak
87 70 72 67 137 35 48 44 11 31 30 31
Serbuk Minuman Instan 389
Temuputih
55 18 54 37 51 64 23 9 21 19 19 19
Serbuk Minuman Instan Secang 415
Wangi
34 43 23 53 74 50 33 23 6 38 19 19

Anda mungkin juga menyukai