Pada kira-kira 5 persen spesies mamalia, pasangan heteroseksual membentuk
ikatan monogamy yang bertahan lama. Pada manusia, ikatan semacam itupun juga dapat terbentuk di antara homoseksual. Pada banyak spesies hewan, termasuk manusia, individu terkadang berselingkuh dari pasangannya. Ebagai tambahan, sejmlah orang menunjukkan monogamy berseri- hubunganintens yang bertahan untuk waktu tertentu, teapi kemudia digantikan oleh hubungan intens serupa dengan pasangan-pasangan baru. (Neil R. Carlson, 2015)
Beberapa laboratorium telah manyelidiki pembentukan ikatan pasangan pada
sejumlah peies tikus ladanga yang berkerabat dekat. Tiku ladang prairi bersifat monogamu, jantan dan betian membentuk ikatan pasangan etelah kawin, dan induk jantan membantu membesarkan anak-anak mereka. Tikus ladang bunga stelah kawin, jantan akan pergi dan induk betina mengurus sendiri anak-anak mereka. (Neil R. Carlson, 2015)
Bebrapa penelitian telah mengungkapkan hubungan antara monogamy dan
kadar dua jenis peptide di otak; vasopressin dan oksitosin. Kedia senyawa ini sama- sama dilepaskan sebagai hormone oleh kelenjar pituitary posterior dan sebagai neurotransmitter oleh neuron-neuron di otak. Pada jantan vasopressin tampaknya memainkan peran yang lebih penting. Tikus ladang monogamus memiliki kadar reseptor vasopressin yang lebih tinggi di otak depan ventral daripada tikus ladang poligamus. Pada tikus ladang betina, oksitosin tampaknnya memainakn peran besar dalam pembentukan ikatan pasangan,. Kawin menstimulasi pelepasan oksitosin(Neil R. Carlson, 2015)