Anda di halaman 1dari 17

DISTRIBUSI PENDAPATAN

Mata kuliah: Ekonomi Islam

Dosen: Elida Elfi Barus, MA

Disusun oleh:
- Nopita Sari Dewi
- Nurjanah Aprianingsih
- Rafika Dewi
- Siti Auliyah
- Zefry

STAI Syekh H Abdul Halim Hasan Al-Ishlahiyah


BINJAI
TAHUN 2015
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji syukur hanya milik Allah subhanahu wa ta’ala. Shalawat serta salam
semoga tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam,
serta umatnya yang selalu istikamah hingga yaumulakhir.

Alhamdulillah, dengan Izin-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang


berjudul “Distribusi Pendapatan”. Semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi
kita semua. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam
pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang membangun dari pembaca sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan
makalah ini.

Binjai, November 2015

Penulis

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... II


BAB I................................................................................................................................ 4
Pendahuluan .................................................................................................................. 4
A. Latar Belakang ............................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 4
C. Tujuan............................................................................................................. 4
BAB II .............................................................................................................................. 5
Isi .................................................................................................................................. 5
A. Pengertian dan Prinsip Distribusi Pendapatan ............................................... 5
B. Sektor-Sektor Distribusi Pendapatan dalam Islam ....................................... 10
C. Tujuan Distribusi Pendapatan Islam ............................................................ 11
D. Distribusi Pendapatan dalam Pandangan Islam ........................................... 12
BAB III ........................................................................................................................... 16
Penutup ....................................................................................................................... 16
Kesimpulan.............................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 17

III
BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang
Dalam era globalisasi ini banyak kita lihat kesenjangan sosial yang terjadi di dalam
masyarakat antara yang kaya dan yang miskin. Hal ini salah satunya dikarenakan
adanya ketidakmerataan dalam distribusi pendapatan ataupun tidak diaplikasikan
dengan maksimal distribusi pendapatan di dalam masyarakat.

Distribusi pendapatan adalah penyaluran pendapatan ke tiap anggota masyarakat dari


hasil pekerjaan, jasa atau niaga. Distribusi pendapatan adalah bagaimana tingkat
penyebaran pendapatan di suatu wilayah atau daerah.

B. Rumusan Masalah
- Apakah Pengertian dan Prinsip Distribusi Pendapatan
- Apa Sektor-Sektor Distribusi Pendapatan
- Apa Tujuan Distribusi Pendapatan Islam
- Bagaimana Distribusi Pendapatan dalam Pandangan Islam

C. Tujuan
- Untuk Mengetahui Pengertian Dan Prinsip Distribusi Pendapatan
- Untuk Mengetahui Sektor-Sektor Distribusi Pendapatan
- Untuk Mngetahui Lebih Detail Lagi Tujuan Distribusi Pendapatan
- Untuk Mengetahui Distribusi Pendapatan dalam Pandangan Islam

4
BAB II
Isi

A. Pengertian dan Prinsip Distribusi Pendapatan


1. Pengertian Distribusi Pendapatan
Istilah ini terdiri atas 2 kata, yaitu distribusi dan pendapatan. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), distribusi bermakna pembagian, penyaluran, dan pengiriman,
sedangkan pendapatan artinya adalah hasil kerja usaha, pencarian, dan sebagainya1.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa distribusi pendapatan adalah suatu usaha
penyaluran dan pembagian hasil kerja usaha, niaga, ataupun jasa dengan berupa harta
atau uang kepada setiap anggota masyarakat. Muhammad Anas Zarqa, dalam
makalahnya mengatakan bahwa distribusi memiliki 4 makna utama, yaitu : Pertukaran
(exchange), sumbangan sukarela (voluntary contribution), dan Kepemilikan sosial
(social authority). “Distribusi pendapatan dapat diartikan sebagai sumbangan sukarela
menurut prinsip-prinsip kebutuhan dan kewajiban-kewajiban moral tanpa menggunakan
kekuatan kekuasaan atau kepemilikan.”2 Distribusi pendapatan adalah penyaluran
pendapatan ke tiap anggota masyarakat dari hasil pekerjaan, jasa atau niaga. Distribusi
pendapatan adalah bagaimana tingkat penyebaran pendapatan di suatu wilayah atau
daerah.
Apabila dalam suatu wilayah terjadi ketimpangan kekayaan, itu artinya distribusi
pendapatan di wilayah tersebut belum berjalan dengan efektif. Ketimpangan kekayaan
yang menciptakan jurang pemisah antara yang kaya dan yang miskin tersebut bisa jadi
karena kesalahan sistem dalam distribusi pendapatan atau bisa jadi karena sistem yang
ada belum diaplikasikan secara maksimal dalam kehidupan.
a. Menurut konsep ekonomi umum

1
Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia,KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), Balai
Pustaka,Jakarta.
2
Iqbal, Munawar, Distributive Justice and Need Fullfilment in an Islamic Economy, International Institue
of Islamic Economics, Islamabad, Pakistan, 1988.

5
Distribusi adalah klasifikasi pembayaran berupa sewa, upah, bunga modal dan laba,
yang berhubungan dengan tugas-tugas yang dilaksanakan oleh tenaga kerja, modal dan
pengusaha-pengusaha. Dalam proses distribusi penentuan harga yang dipandang dari
si penerima pendapatan bukanlah dari sudut si pembayar biaya-biaya, distribusi juga
berarti sinonim untuk pemasaran. Kadang-kadang distribusi dinamakan sebagai
functional distribution.3
Pendapatan juga diartikan sebagai suatu aliran uang atau daya beli yang dihasilkan
dari penggunaan sumber daya properti manusia. Menurut Winardi pendapatan secara
teori ekonomi adalah hasil berupa uang atau hasil materi lainnya yang dicapai dari
penggunaan kekayaan atau jasa manusia bebas. Dalam pengertian pembukuan
pendapatan diartikan sebagai pendapatan sebuah perusahaan atau individu.
Sementara kekayaan diartikan oleh Winardi sebagai segala sesuatu yang berguna
dan digunakan oleh manusia. Istilah ini juga digunakan dalam arti khusus seperti
kekayaan nasional. Sedang Sloan dan Zurcher mengartikan kekayaan sebagai objek-
objek material yang ekstern bagi manusia yang bersifat: berguna, dapat dicapai dengan
angka. Kebanyakan ahli ekonomi tidak menggolongkan dalam istilah kekayaan hak
milik atas harta kekayaan, misalnya saham. Karena dokumen tersebut dianggap
sebagai bukti hak milik atas kekayaan, jadi bukan kekayaan itu sendiri. Distribusi
ditinjau dari segi kebahasaan berarti proses penyimpanan dan penyaluran produk
kepada pelanggan.4
Distribusi pendapatan dan kekayaan dalam masa sekarang ini merupakan suatu
permasalahan yang sangat penting dan rumit dilihat dari keadilannya dan
pemecahannya yang tepat bagi kesejahteraan dan kebahagiaan seluruh masyarakat.
Tidak diragukan lagi bahwa pendapatan sangat penting dan perlu, tapi yang lebih
penting lagi adalah cara distribusi. Jika para penghasil itu rajin dan mau bekerja keras,
mereka akan dapat meningkatkan kekayaan negara, akan tetapi jika distribusi
kekayaan itu tidak tepat maka sebagian besar kekayaan itu akan masuk ke dalam

3
Richard G. Lipsey dan Peter O. Steiner, Pengantar Ilmu Ekonomi, PT. Bina Aksara, Jakarta, 1985, hlm.
247.
4
Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam jilid II.

6
kantong para kapitalis, sehingga akibatnya banyak masyarakat yang menderita
kemiskinan dan kelebihan kekayaan negara tidak mereka nikmati. Oleh karena itu,
dapat dikatakan bahwa kesejahteraan dan kemakmuran rakyat itu sepenuhnya
tergantung pada hasil produksi itu sendiri, tapi juga pada distribusi pendapatan yang
tepat. Kekayaan mungkin bisa dihasilkan secara berlebihan di setiap negara, tapi
distribusi tidak berdasarkan pada prinsip-prinsip dan kebenaran keadilan, sehingga
negara tersebut belum dikatakan berhasil.5
b. Menurut konsep ekonomi Islam
Distribusi pendapatan merupakan suatu proses pembagian (sebagian hasil penjualan
produk) kepada faktor-faktor produksi yang ikut menentukan pendapatan.6Adapun
prinsip utama dalam konsep distribusi menurut pandangan Islam ialah peningkatan
dan pembagian hasil kekayaan agar sirkulasi kekayaan dapat ditingkatkan, sehingga
kekayaan yang ada dapat melimpah dengan merata dan tidak hanya beredar di antara
golongan tertentu saja. Selain itu, ada pula pendapat yang menyatakan bahwa posisi
distribusi dalam akvitas ekonomi suatu pemerintahan amatlah penting, hal ini
dikarenakan distribusi itu sendiri menjadi tujuan utama dari kebijakan fiskal dalam
suatu pemerintahan (selain fungsi alokasi). Adapun distribusi, seringkali diaplikasikan
dalam bentuk pungutan pajak (baik pajak yang bersifat individu maupun pajak
perusahaan). Akan tetapi masyarakat juga dapat melaksanakan swadaya melalui
pelembagaan ZIS, di mana dalam hal ini pemerintah tidak terlibat langsung dalam
mobilisasi pengelolaan pendapatan ZIS yang diterima. Sementara Anas Zarqa
mengemukakan bahwa definisi distribusi itu sebagai suatu transfer dari pendapatan
kekayaan antara individu dengan cara pertukaran (melalui pasar) atau dengan cara
lain, seperti warisan, sedekah, wakaf dan zakat.7
Dari definisi yang dikemukakan oleh Anas Zarqa di atas, dapat diketahui bahwa
pada dasarnya ketika kita berbicara tentang aktivitas ekonomi di bidang distribusi,

5
Ibid.
6
Saiful hadi, study hadis ekonomi, bagaimanakah konsep distribusi dalam islam. http://
shayaeconomy.blogspot.com.
7
Taqyuddin An Nabhani, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif; Presepektif Islam, Risalah Gusti,
Surabaya, 1996.

7
maka kita akan berbicara pula tentang konsep ekonomi yang ditawarkan oleh Islam.
Hal ini lebih melihat pada bagaimana Islam mengenalkan konsep pemerataan
pembagian hasil kekayaan negara melalui distribusi tersebut, yang tentunya
pendapatan negara tidak terlepas dari konsep-konsep Islam, seperti zakat, wakaf,
warisan dan lain sebagainya.
2. Prinsip Distribusi Pendapatan
Distribusi harta kekayaan merupakan masalah yang sangat urgen dalam mewujudkan
pemerataan ekonomi masyarakat. Pentingnya distribusi harta kekayaan dalam ekonomi
Islam tidak berarti tidak memperhatikan keuntungan yang diperoleh dari produksi.
Maka dalam distribusi, ada beberapa prinsip dasar, yaitu sebagai berikut:
a. Prinsip keadilan atau pemerataan
- Kekayaan tidak boleh dipusatkan pada sekelompok orang saja, tetapi harus
menyebar kepada seluruh masyarakat.
- Macam-macam faktor produksi yang bersumber dari kekayaan nasional harus
dibagi secara adil. Islam menginginkan persamaan kesempatan dalam meraih harta
kekayaan, terlepas dari tingkatan sosial, kepercayaan dan warna kulit. Islam
menjamin akan tersebarnya harta kekayaan di masyarakat dengan adanya distribusi
yang adil.
b. Prinsip persaudaraan atau kasih sayang
- Menggambarkan adanya solidaritas individu dan sosial dalam masyarakat Islam,
bentuk nyata ini tercermin pada pola hubungan sesama muslim. Rasa persaudaraan
sejati yang tidak akan terpecah-belah oleh kekuatan-kekuatan duniawi inilah yang
mempersatukan individu ke dalam masyarakat.
- Peradaban manusia mencapai tingkat universalitas yang sesungguhnya, yaitu
adanya saling bersandar, saling membutuhkan yang dihayati oleh seorang muslim
maupun masyarakat Islam yang akan memperkokoh solidaritas seluruh anggota
masyarakat dalam aspek kehidupan yang termasuk juga aspek ekonomi.
c. Prinsip jaminan sosial

8
- Prinsip pokok dalam distribusi kekayaan. Tidak hanya sebagai prinsip semata,
melainkan menggariskan dan menentukannya dalam sistem yang sempurna seperti
zakat, sedekah dan lain-lain.
- Prinsip ini memuat beberapa elemen dasar, yaitu: pertama, bahwa SDA harus
dinikmati oleh semuah makhluk Allah. Kedua, adanya perhatian terhadap fakir
miskin terutama oleh orang yang punya uang. Ketiga, kekayaan tidak boleh
dinikmati dan hanya berputar pada kalangan orang kaya saja. Keempat, perintah
untuk berbuat baik kepada orang lain. Kelima, orang Islam yang tidak punya
kekayaan harus mampu dan mau menyumbangkan tenaganya untuk kegiatan sosial.
Keenam, larangan berbuat baik karena ingin dipuji orang (riya’). Ketujuh, jaminan
sosial itu harus diberikan kepada mereka yang telah disebutkan dalam al-Qur’an
sebagai pihak yang berhak atas jaminan sosial itu.
Larangan Riba
Pelarangan riba merupakan permasalahan penting dalam ekonomi Islam, terutama
karena riba secara jelas dilarang dalam al-Qur’an. Jika dihubungkan dengan masalah
distribusi maka riba dapat mempengaruhi meningkatnya masalah distribusi, yakni:
berhubungan dengan distribusi pendapatan antara bankir dan masyarakat secara
umum, serta nasabah secara khusus dalam kaitannya dengan bunga bank.
Larangan Menumpuk Harta
Islam membenarkan hak milik pribadi, namun tidak membenarkan penumpukan
harta benda pribadi sampai batas-batas yang dapat merusak fondasi sosial Islam.
Apabila terjadi yang demikian, maka pemerintah dibenarkan dengan kekuasaannya
untuk mengambil secara paksa harta tersebut demi kepentingan masyarakat.
Jika sekarang sesuai dengan prinsip larangan menumpuk harta di atas, seharusnya
dalam masyarakat akan terjadi pengambilan harta secara paksa terhadap masyarakat
yang mampu untuk diserahkan sebagian hartanya kepada masyarakat yang
membutuhkan. Tetapi itu tidak terealisasikan.

9
B. Sektor-Sektor Distribusi Pendapatan dalam Islam
Peran institusi dalam distribusi dapat dipahami melalui beberapa sektor berikut:
1. Sektor Pemerintahan
Kesejahteraan masyarakat dapat terwujud jika pemerintah benar-benar berperan
dalam mencukupi kebutuhan masyarakat, baik dasar/primer, sekunder, mapun tersier.
Atas dasar itu, pemerintah dilarang untuk berhenti pada pemenuhan kebutuhan dan
pelayanan primer masyarakat saja, namun harus berusaha untuk mencukupi seluruh
kebutuhan komplemen lainnya selama tidak bertentangan dengan syariah sehingga
tercipta kehidupan masyarakatyang sejahtera.
Peran pemerintah dalam distribusi diperlukan terutama jika pasar tidak mampu
menciptakan distribusi secara adil dan ada faktor penghambat untuk terciptanya
mekanisme pasar yang efisien. Pemerintah memiliki otoritas untuk
menghilangkanhambatan tersebut karena ketidakmampuan atau kurang sadarnya
masyarakat.
Masalah penimbunan yang marak dilakukan pengusaha, monopoli dan oligopoli
pengusaha besar pada komoditas tertentu, asimetris informasi, terputusnya jalur
distribusi dengan menghalangi barang yang akan masuk ke pasar, maupun cara-cara lain
yang dapat menghambat mekanisme pasar.
Pemerintah bertugas menegakkan kewajiban yang harus dilaksanakan setiap individu
dan menjatuhkan sanksi terhadap pelanggaran yang dilakukan, tugas pemerintah
mengubah teori menjadi kenyataan, mengubah norma menjadi undang-undang, dan
memindahkan keindahan etika menjadi tindakan sehari-hari. Pemerintah juga berperan
sebagai penjamin terciptanya distribusi yang adil serta menjadi fasilitator pembangunan
manusia dan menciptakan kesejahteraan masyarakat.
2. Sektor Publik
Kesejahateraan ekonomi merupakan hasil dari kerja seluruh elemen yang ada di
masyarakat, baik pemerintah, keluarga maupun masyarakat. Dalam menciptakan
keadilan ekonomi, bukan hanya tanggung jawab pemerintah namun juga merupakan
kewajiban masyarakat untuk mewujudkannya. Dengan menyadari setiap individu dalam

10
masyarakat membutuhkan individu yang lainnya, maka masyarakat bekerja tidak selalu
untuk kepentingan dirinya, namun juga untuk kepentingan orang lain.
Antara muslim satu dan muslim lainnya ibarat satu tubuh yang saling melengkapai
antara satu dan lainnya. Meskipun manusia diciptakan berbeda-beda, namun dengan
perbedaan itulah setiap manusia dapat berbuat sesuatu yang bermanfaat untuk
kepentingan masyarakat secara berbeda-beda. Masyarakat dituntut untuk menyadari
akan peran pentingnya dalam menciptakan keadilan distribusi dan mempersempit
kesenjangan ekonomi dengan menunaikan kewajiban zakat, mewakafkan sebagian harta
yang dimiliki untuk kepentingan masyarakat, mengaktifkan hukum waris sebagai
jaminan terhadap keluarga, berinfak serta bersedekah sebagai penyediaan layanan
sosial.
Secara makro peran ekonomi Islam dalam menciptakan keadilan ekonomi di
Indonesia dapat diharapkan melalui aplikasi kebijakan ekonomi, optimalisasi peran
institusi distribusi seperti pemerintah dan masyarakat, sehingga melahirkan kesadaran
baik pemerintah maupun masyarakat dalam menciptakan keadilan ekonomi dengan
mengaplikasikan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan dan berpihak pada
masyarakat, bukan pada segelintir orang atau kelompok yang memiliki kepentingan,
sehingga bangsa ini semakin jauh dari kesejahteraan.

C. Tujuan Distribusi Pendapatan Islam


Distribusi sama dengan produksi dan konsumsi yang mana mempunyai tujuan, di
antara tujuan-tujuan itu adalah:
1) Menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat.
Moral yang paling penting dan efektif yang Allah perintahkan adalah untuk
menyebarkan kesejahteraan nasional melalui prinsip kekayaan yang melebihi
kebutuhan yang tersisa setelah semua kebutuhan terpenuhi. Orang Islam
diperintahkan untuk memerintahkan hartanya sampai kebutuhan fakir miskin
terpenuhi.
2) Mengurangi ketidaksamaan pendapatan dan kekayaan dalam masyarakat.

11
Apabila terjadi perbedaan ekonomi yang mencolok antara yang kaya dan miskin
akan mengakibatkan adanya sifat saling benci yang pada akhirnya melahirkan sikap
permusuhan dan perpecahan dalam masyarakat.
3) Untuk mencucikan jiwa dan harta.
Orang yang mampu mendistribusikan hartanya akan terhindar dari sifat kikir, dan
akan menguatkan tali persaudaraan antar sesama manusia.
4) Untuk membangun generasi yang unggul.
Distribusi juga bertujuan untuk membangun generasi penerus yang unggul,
khususnya dalam bidang ekonomi, karena generasi muda merupakan penerus dalam
sebuah kepemimpinan suatu bangsa.
5) Untuk mengembangkan harta.
Pengembangan ini dapat dilihat dari dua sisi. Yang pertama sisi spiritual,
berdasarkan al Qur’an dalam surat al Baqarah:276.

‫ار أَثِّ ٍيم‬


ٍ َّ‫ٱّللُ َل يُ ِّحب ُك َّل َكف‬ ِّ ِۗ َ‫صدَ ٰق‬
َّ ‫ت َو‬ ِّ ‫َي ۡم َحقُٱللَّ ُه‬
َّ ‫ٱلر َب ٰواْ َويُ ۡر ِّبي ٱل‬
“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai
setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.”

Kedua, sisi ekonomi, dengan adanya distribusi harta kekayaan maka akan
mendorong terciptanya produktivitas, daya beli dalam masyarakat akan meningkat.

D. Distribusi Pendapatan dalam Pandangan Islam


Apabila kita memperhatikan dengan cermat, sangat jelas kita temukan banyak sekali
kekurangan yang ada pada sistem distribusi pendapatan kapitalis dan sosialis dalam
mengatasi masalah ketimpangan kekayaan masyarakat. Hal ini tidaklah aneh, karena
begitulah sistem yang diciptakan oleh manusia.
Islam, bukanlah hanya sekedar agama yang mengatur masalah ritual semacam wudu,
salat, haji, atau yang semacamnya yang berkaitan dengan muamalah, lebih dari itu,
Islam adalah sebuah agama yang mengatur seluruh urusan kehidupan manusia untuk
kebaikan manusia itu sendiri.
1. Asas Distribusi Pendapatan dalam Islam

12
Distribusi dalam Islam tertumpu di atas 2 asas, yaitu asas keadilan dan kebebasan.
a. Asas Kebebasan
Asas kebebasan dalam Islam adalah percaya pada Allah dan pada manusia. Allah
adalah Tuhan sekalian alam, Pengatur dan Pemilik segala urusan. Hanya ditangan-
Nyalah penciptaan, kematian, dan pengaturan rezeki. Islam menerapkan kebebasan
karena ia menganjurkan kepada umatnya untuk percaya kepada Allah dan mengakui
eksistensi manusia di muka bumi ini. Agar manusia tetap eksis dalam menjalankan
kewajibannya sebagai khalifah di bumi ini, maka ia diberikan kebebasan untuk
memiliki harta, berlomba mendapatkannya, dan membelanjakannya.
b. Asas Keadilan
Kebebasan mutlak, sebagaimana dianut oleh paham kapitalis, bukanlah ajaran
Islam. Karena kebebasan yang diajarkan Islam adalah kebebasan yang terikat dengan
keadilan.8
2. Langkah-Langkah dalam Distribusi Pendapatan
Secara praktik, dalam melakukan distribusi pendapatan, Islam mengambil beberapa
langkah nyata. Yaitu langkah hukum dan langkah moral.
a. Langkah hukum
Beberapa hal yang termasuk langkah hukum dalam distribusi pendapatan dalam
Islam adalah penerapan hukum waris, kewajiban zakat, larangan terhadap riba,
larangan terhadap penyembunyian harta, larangan boros dalam membelanjakan, dan
larangan berdagang dengan cara yang tidak sehat.9
Dengan adanya sistem pembagian harta warisan, maka kekayaan akan dapat
berpindah kepemilikan sehingga bisa mencegah kemiskinan. Dengan diwajibkannya
zakat, orang fakir dan miskin akan mendapat bantuan dalam memenuhi kebetuhan
sehari-harinya sehingga dapat hidup dengan layak. Dalam berbagai bentuk pelarangan,
diharapkan seorang yang memiliki harta lebih dapat menguasai hawa nafsunya untuk
tidak memperkaya diri dengan cara yang curang sehingga dapat hidup berdampingan
satu sama lain tanpa ada jurang pembatas di antara manusia.

8
Al-Qordhowy, Yusuf, op.cit., hlm. 20.
9
Rahman, Afzalur, Doktrin Ekonomi Islam Jilid 2, Dana Bhakti Wakaf, Yogyakarta, 1995, hlm. 98-123.

13
Selain beberapa langkah di atas, terdapat sejumlah anjuran pada syariat Islam yang
berkaitan dengan usaha-usaha penyaluran kekayaan, di antaranya adalah:
1) Kharaj, atau pajak tanah yang diwajibkan pada pemilik tanah hasil rampasan
perang.
2) Jizyah, atau iuran wajib atas seseorang yang berstatus dzimmi.
3) `Usyr, atau pajak yang dipungut dari tanah cocok tanam.
4) Kaffarat, atau tebusan atas kesalahan yang telah dilakukan.
5) `Udhiyah, atau penyembelihan hewan kurban di Idul Adha.10
Keseluruhan harta tersebut dikumpulkan di baitul mal yang dikelola negara dan
kemudian didistribusikan kepada yang berhak menerimanya.
b. Langkah moral
Tanggung jawab moral, untuk mencapai keadilan ekonomi yang ideal sangatlah
dianjurkan dalam Islam. Hal ini diaplikasikan dalam distribusi pendapatan dengan
adanya anjuran sedekah11, Selain itu, ada beberapa macam anjuran selain sedekah
yang termuat dalam al-Qur`an, di antaranya adalah:
1) Qardh hasan, atau bentuk pemberian pinjaman bebas bunga pada orang-orang
yang membutuhkan.
2) Nudzur, atau perbuatan untuk menafkahkan kekayaan dalam jumlah tertentu
demi mendapat rida Allah jika tujuan yang diinginkan tercapai.
3) Waqf, atau pemberian secara suka rela untuk maslahat masyarakat umum.12
3. Sewa, Upah, dan Bunga dalam Distribusi Pendapatan Islam
Ketiga hal primer ini sangatlah berkaitan dengan usaha pemerataan kekayaan melalui
distribusi pendapatan. Islam juga mengatur ketiga hal tersebut.
a. Sewa
Meskipun tidak ada dalil yang menyebutkan tentang pembayaran sewa, dapatlah
dirumuskan bahwa pembayaran sewa tidak termasuk sesuatu yang dilarang dalam

10
Ahmad, Mustaq, Etika Bisnis dalam Islam, Pustaka Kautsar, Jakarta, 2001, hlm. 71.
11
Rahman, Afzalur, op.cit., hlm. 126.
12
Ahmad, Mustaq, op.cit., hlm. 80-81.

14
Islam, meskipun secara kasar ada persamaan antara pembayaran sewa dan bunga. Hal
ini dikarenakan pembayaran sewa adalah dari tanah, sedangkan bunga adalah modal.
b. Upah
Buruh yang bekerja untuk seorang majikan atau sebuah pekerjaan, telah dijamin
kesejahteraanya dalam Islam. Hal ini sebagaimana disabdakan Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam dalam haditsnya,”Berikan kepada seorang pekerja upahnya sebelum
keringatnya kering.”(HR. Ibnu Majah). Hakikatnya, dalam masyarakat Islam, upah
yang harus dibayarkan bukanlah sebuah keistimewaan, akan tetapi sebuah hak asasi
yang dijamin oleh negara.
c. Bunga
Larangan mengambil bunga dalam Islam adalah jelas, meskipun ada beberapa
kalangan yang berbeda pendapat. Di antara mereka berpendapat bahwa bunga dan riba
adalah dua hal yang berbeda. Namun, ijma` ulama menegaskan bahwa setiap bunga
atau tambahan atas modal yang dipinjamkan adalah riba.13

13
Mannan, Muhammad Abdul, Ekonomi Islam: Teori dan Praktis, A.S. Noordeen, Malaysia, 1985, hlm.
198-206.

15
BAB III
Penutup

Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, kita dapat mengambil inti sari atas apa yang telah
dirumuskan dalam perumusan masalah sebagai berikut:

1. Distribusi pendapatan adalah suatu usaha penyaluran dan pembagian hasil kerja
usaha, niaga, ataupun jasa dengan berupa harta atau uang kepada setiap anggota
masyarakat.
2. Ada beberapa sektor distribusi pendapatan, yaitu:
- Sektor pemerintahan;
- Sektor publik;
3. Distribusi pendapatan mempunyai tujuan-tujuan sebagai berikut:
- menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat;
- mengurangi ketidaksamaan pendapatan dan kekayaan dalam masyarakat;
- untuk mencucikan jiwa dan harta;
- untuk membangun generasi yang unggul;
- untuk mengembangkan harta.
4. Distribusi dalam Islam tertumpu di atas 2 asas, yaitu asas keadilan dan kebebasan.
Secara praktik, dalam melakukan distribusi pendapatan, Islam mengambil beberapa
langkah nyata. Yaitu langkah hukum dan langkah moral. Islam tidak melarang
sewa dan upah, tetapi melarang bunga.

16
DAFTAR PUSTAKA

Iqbal, Munawar. 1988. Distributive Justice and Need Fullfilment in an Islamic


Economy, International Institue of Islamic Economics. Pakistan: Islamabad.

Richard G. Lipsey dan Peter O. Steiner. 1985.Pengantar Ilmu Ekonomi. Jakarta: PT.
Bina Aksara.

Saiful hadi, study hadis ekonomi, bagaimanakah konsep distribusi dalam islam. http://
shayaeconomy.blogspot.com.

Taqyuddin An Nabhani. 1996.Membangun Sistem Ekonomi Alternatif; Presepektif


Islam. Surabaya: Risalah Gusti.

Muhammad Abdul Mannan. 1993.Ekonomi Islam: Teori dan Praktik, (terjemahan),


Yogyakarta: PT. Dana Bakti Wakaf.

Rahman, Afzalur. 1995. Doktrin Ekonomi Islam Jilid 2. Yogyakarta: Dana Bhakti
Wakaf.

Ahmad, Mustaq. 2001. Etika Bisnis dalam Islam. Jakarta: Pustaka Kautsar.

Mannan, Muhammad Abdul. 1985. Ekonomi Islam: Teori dan Praktis. Malaysia: A.S.
Noordeen.

17

Anda mungkin juga menyukai