Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
UNIT HEMODIALISA
PERSADA HOSPITAL
2015
GAGAL GINJAL KRONIS PADA PASIEN HEMODIALISA
A. Konsep Dasar
1. Definisi
Gagal Ginjal Kronik atau penyakit renal tahap akhir merupakan gangguan fungsi renal
yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea
dan sampah nitrogen lain dalam darah). (Brunner dan Suddarth, 2001; 1448)
2. Etiologi
a. Infeksi, contoh Infeksi Saluran Kemih (ISK), Pielonefritis kronik, Glomerulonefritis
b. Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis hipertensi, nefrosklerosis
maligna/benigna, stenosis arteria renalis.
c. Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati timbal.
d. Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus sistemik, poliarteritis
nodosa,sklerosis sistemik progresif
e. Gout
f. Diabetes Mellitus
g. Hiperparatiroidisme
h. Amiloidosis
i. Batu saluran kencing yang menyebabkan hidrolityasis
3. PATOFISIOLOGI
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan
tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang
utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi
walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan
ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut
menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri
dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul
disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih
jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang
80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun
sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu. ( Barbara C Long, 1996, 368)
5. Manifestasi Klinis
a. Sistem Gastrointestinal
1) Anoreksia, nausea, vomitus yang berhubungan dengan gangguan metabolism
protein.
2) Foter uremik disebabkan oleh ureum yang berlebihan pada air liur diubah oleh
bakteri di mulut menjadi ammonia sehingga nafas berbau ammonia.
b. Kulit
1) Kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning-kuningan akibat penimbunan
urokrom. Gatal-gatal dengan ekskoriasi akibat toksik uremik dan pengendapan
kalsium di pori-pori kulit.
2) Ekomosis akibat gangguan hematologis.
3) Urea frost akibat kristalisasi urea yang ada pada keringat.
c. Sistem Hematologi
1) Berkurangnya produksi eritropoitin, sehingga rangsangan eritropoisis pada
sumsum tulang menurun.
2) Hemolisis akibat berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana uremia toksik.
3) Defisiensi besi, asam folat akibat nafsu makan yang kurang.
4) Perdarahan pada saluran cerna dan kulit.
5) Fibrosis sumsum tulang akibat heiperparatiroidisme sekunder.
6) Gangguan fungsi trombosit dan trombositopenia akibat agregasi dan adhesi
trombosit yang berkurang serta menurunnya factor trombosit III dan adenosis
difosfat.
d. Sistem Saraf dan Otot
1) Rees ties leg syndrome: pasien merasa pegal pada kakinya sehingga selalu
digerakkan.
2) Burning feet syndrome: rasa kesemutan dan seperti terbakar terutama ditelapak
kaki.
3) Ensefalopati metabolic: lemah tidak bisa tidur, gangguan konsentrasi tremor,
miokionus dan kejang.
4) Miopati: kelemahan dan hipotropi otot-otot terutama otot-otot ekstrimitas
proksimal.
e. Sistem Kardiovaskular
1) Hipertensi akibat penimbunan cairan dan garam atau peningkatan aktifitas sistem
rennin-angiotensin-aldosteron.
2) Nyeri dada dan sesak nafas akibat perikarditis, efusi pericardial, penyakit jantung
koroner akibat arterosklerosis dan gagal jantung akibat penimbunan cairan dan
hipertensi.
f. Sistem Endokrin
1) Gangguan seksual: libido, fertilitas dan ereksi menurun akibat penurunan sekresi
testosterone dan spermatogenesis
2) Gangguan metabolisme glukosa, resistensi insulin dan sekresi insulin
3) Gangguan metabolisme
4) Gangguan metabolisme vitamin D
g. Gangguan sistem lain
1) Tulang: osteodistrofi renal yaitu osteomalasia, osteofibrosa, osteoskerosis dan
kalsifikasi metastasis.
2) Asidosis metabolic akibat penimbunan asam organic sebagai hasil metabolisme
3) Elektrolit: hiperfosfatemia, hiperkalsemia, hipokalsemia
6. Komplikasi
a. Jantung: edema paru, aritmia, efusi pericardium, tamponade jantung
b. Gangguan elektrolit: hiponatremia, asidosis, hiperkalemia (akibat penurunan ekskresi,
asidosis mertabolik, katabolisme dan masukan diet yang berubah)
c. Neurology: iritabilitas, neuromuscular, flap, tremor, koma, gangguan kesadarn, kejang
d. Gastrointestinal: nausea, muntah, gastritis, ulkus peptikum, perdarahan
gastrointestinal
e. Hematologi: anemia (akibat penurunan eritropeitin penurunan tentang usia sel darah
merah, perdarahan gastrom testinal akibat iritasi diet toxin, dan kehilangan darah
selama hemodialisis), diathesis, hemoragik.
f. Infeksi: pneumonia, septicemia, infeksi nosokomial
g. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi system rennin-
angiotensin-aldosteron
h. Penyakit tulang serta kalsifikasi metastatic akibat refensi fosfat, kadar kalsium
peningkatan kadar alumunium
\
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
> Urine (urine rutin, urin khusus : benda keton, analisa kristal bat)
> Darah
Hematologi
Hb, Ht, Eritrosit, Lekosit, Trombosit
RFT ( renal fungsi test )
ureum dan kreatinin
LFT (liver fungsi test )
Elektrolit
Klorida, kalium, kalsium
Koagulasi studi
PTT, PTTK
BGA.
b. Pemeriksaan EKG
c. Ultrasonografi (USG)
d. Foto polos Abdomen
e. Pemeriksaan Pielografi Retrograd
f. Pemeriksaan foto dada
g. Pemeriksaan radiologi tulang
h. Pielografi Intra-Vena (PIV)
i. Renogram
j. CT Scan
ASUHAN KEPERAWATAN HEMODIALISIS
Pengkajian meliputi :
Identitas Pasien
Riwayat Keperawatan
Pengkajian Fisik
Diagnosa Keperawatan pada klien dengan Gagal Ginjal Kronik menurut Doenges
(1999) dan Lynda Juall (2000):
Intervensi Keperawatan
Tujuan: Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan dengan kriteria
hasil: tidak ada edema, keseimbangan antara input dan output
Intervensi:
Kaji status cairan dengan menimbang BB perhari, keseimbangan masukan dan haluaran,
turgor kulit tanda-tanda vital
Batasi masukan cairan
R: Pembatasan cairan akn menentukan BB ideal, haluaran urin, dan respon terhadap terapi
Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang pembatasan cairan
R: Pemahaman meningkatkan kerjasama pasien dan keluarga dalam pembatasan cairan
Anjurkan pasien / ajari pasien untuk mencatat penggunaan cairan terutama pemasukan
dan haluaran
R: Untuk mengetahui keseimbangan input dan output
Tujuan: Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat dengan kriteria hasil: menunjukan
BB stabil
Intervensi:
Awasi konsumsi makanan / cairan
R: Mengidentifikasi kekurangan nutrisi
Perhatikan adanya mual dan muntah
R: Gejala yang menyertai akumulasi toksin endogen yang dapat mengubah atau menurunkan
pemasukan dan memerlukan intervensi
Beikan makanan sedikit tapi sering
R: Porsi lebih kecil dapat meningkatkan masukan makanan
Tingkatkan kunjungan oleh orang terdekat selama makan
R: Memberikan pengalihan dan meningkatkan aspek sosial
Berikan perawatan mulut sering
R: Menurunkan ketidaknyamanan stomatitis oral dan rasa tak disukai dalam mulut yang
dapat mempengaruhi masukan makanan
g. Anjurkan pasien menggunakan kompres lembab dan dingin untuk memberikan tekanan
pada area pruritis
R: Menghilangkan ketidaknyamanan dan menurunkan risiko cedera
h. Anjurkan memakai pakaian katun longgar
R: Mencegah iritasi dermal langsung dan meningkatkan evaporasi lembab pada kulit
Pengkajian Predialysis :
Tujuannya agar pasien mendapat pengobatan dan tindakan secara optimal
Management keperawatan meliputi :
Keadaan Umum
Tingkat Kesadaran
Vital Sign (Suhu, Nadi, Tekanan Darah)
Kaji status volume (BB, Auskultasi Paru, peninggian vena jugularis, ada/tidak edema,
CVP, bunyi nafas, intake dan output, membrane mukosa)
Kaji Vaskular Akses (patensinya dan tanda infeksi)
Hasil Laboratorium
Obat-obatan
Sistem Pengantaran
Integritas Sirkuit darah
Monitor pressure
Keefektifan hantaran anti koagulan
Flow aliran darah
Kondisi dan limit alarm
Terminasi Dialisis HD
Tujuan : pasien tidak akan mengalami komplikasi selama terminasi. (emboli)
Management keperawatan
intervensi (k/u kesadaran, vital sign, sesuaikan dgn SOP Unit)
darah diekstra corporea dikembalikan ketubuh
ambil contoh darah untuk pemeriksaan laboratorium k/p
memberikan obat sesuai order
memberikan perawatan akses vascular post HD
Pengkajian Post Dialysis
Tujuan : kaji pasien apa yang dirasakan setelah selesai HD
Manajement keperawatan :
pengkajian pasien
kaji dialiser dan sirkuit dalam pengembalian darah ke tubuh
semua hasil dicatat dan didokumentasikan di list pasien
permasalahan dan perubahan signifikan yang terjadi dari dugaan profesi lain
Etiologi
Penyakit glomerulus primer : penyakit glomerulus akut termasuk glomerulus progresif
cepat. Penyebab terbanyak adalah glomerulonefritis kronik
Penyakit tubulus primer : hiperkalemia primer, hipokalemia kronik, keracunan logam
berat seperti tembaga dan cadmium
Penyakit vascular : iskemia ginjal akibat stenosis arteri ginjal, hipertensi maligna atau
hipertensi akselerasi
Infeksi : pielonefritis kronik, tuberculosis
Obstruksi : batu ginjal, pembesaran prostat, struktur uretra dan tumor
Penyakit otoimun :lupus eritematosus sistemik, poliartritis nodosa, scleroderma,
granulomatosa wagener
Penyakit ginjal metabolic : DM, amiloidosis, nefropati analgeesik, gout,
hiperparatiroidisme primer
Kelainan congenital : ginjal hipoplastik, ginjal polikistik
Diagnosis
Anamesis : riwayat batu ginjal, DM, hipertensi, ISK berulang, serum minum obat/jamu,
riwayat keluarga. Adanay sindroma uremi baerupa mual, muntah, kulit kering dan gatal,
tekanan darah tinggi, sesak, pucat bahkan samapai kesadaran menurun
Pemeriksaan Fisik : tekanan darah tinggi, anemi, bekas garukan, adanya ronkhi, sembab
pada muka, perut dan kaki
Laboratorium : urine lengkap : berat jenis urin encer, albuminuria, lekosituria, silinder.
Anemia normokrom-normositik, peningkatan BUN, kreatinin dan asam urat,
hipokalsemia, hiperfosfatemia
Radiologi : BNO, IVP, USG, renogram, scanning
UNIT HEMODIALISA
PERSADA HOSPITAL MALANG
2015
GANGGUAN FUNGSI GINJAL AKUT (ACUTE KIDNEY INJURY)
Adalah suatu keadaan dimana fungsi ginjal menurun secara cepat dan progresif, sehingga
terjadi penumpukan produk-produk nitrogen dan sisa metabolism di dalam tubuh. Penurunan fungsi
ginjal akut ini dapat terjadi pada ginjal yang sebelumnya memang sudah mengalami gangguan fungsi
kemudian mengalami eksaserbasi akut (keadaan akut pada PGK). Seperti diketahui fungsi ginjal
antara lain ekskresi dan homeostatis, mengatur keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa. AKI
mengakibatkan kadar ureum dan kreatinin darah meningkat dan gangguan keseimbangan cairan,
elelktrolit dan asam basa.
Batasan AKI sangat beragam. Antara lain ada yang menggunakan criteria peningkatan kadar
kreatinin plasma minimal 0,5 mg/dl bila kadar dasar (baseline level) ≤ 3,0 mg/dl, atau minimal 1,0
mg/dl bila kadar dasar > 3 mg/dl dalam waktu pendek. Meski kenaikan ini tampak kecil, tetapi hal ini
sudah merupakan refleksi penurunan GFR yang cukup besar.kernaikan kadar kretinin dari 0,8 mg/dl
menjadi 1,6 mg/dl, berarti penurunan GFR dari 120 ml/menit menjadi 60 ml/menit atau kurang.
Penting untuk membedakan AKI dan penyakit ginjal kronik (PGK), karena :
• Etiopatogenesis AKI
Penyebab AKI adalah multifaktorial. Dari sudut pandang prognosis, penyebab AKI secara klasik
dibagi kedalam 3 katagori: prerenal, reanal dan postrenal. Pendekatan ini penting karena penyebab
AKI renal dan postrenal seringkali dapat secara cepat dikoreksi dan jika terkorteksi kerusakan ginjal
lebih lanjut sering kali dapat dihindari. Harus segera dicari faktir-faktor atau proses yang mungkin
menyebabkan kerusakan ginjal akut, seperti nekrosis tubular akut. Pada setiap penderita AKI
sebaiknya dipikirkan terlebih dahulu kemungkinan AKI prerenal dan postrenal sebelum didiagnosa
AKI renal.
C. Klasifikasi
1. GGA Pra Renal
2. GGA Post Renal
3. GGA Renal
F. GGA Renal
Akibat penyakit ginjal primer
Etiologi:
Glomerulonefritis
Nefrosklerosis
Penyakit kolagen
Angitis hipersensitif
Nefritis interstitialis
Nefrosis tubular akut (NTA)
Terjadi karena iskemia ginjal (kelanjutan GGA)
G. Pemeriksaan Laboratorium:
1. Darah : ureum, kreatinin, elektrolit
2. Urin: ureum, kreatinin, elektrolit, plasma, osmolaritas
3. Gangguan asam basa (asidodis metabolic)
4. Gangguan keseimbangan elektrolit: hiper,/hiponatremia, hipokalsemia, hiperfosfatemia
5. Volume urine kurang dari 400 ml/24 jam
6. Warna urine : kotor, hb, mioglobin
7. PH Urine lebih dari 7 terutama pada ISK
8. Protein: poteinemia
9. Natrium urine: penurunan lebih dari 40meq/L bila ginjal tidak mampu absosrbsi natrium
H. Pengkajian:
1. Aktivitas dan istirahat
Gejala: keletihan kelemahan malaise
Tanda: kelemahan otot, dan kehilangan Tonus
2. Sirkulasi
Tanda: hipo/hipertensi, disaritmia jantung, nadi lemah(hipotensi,hipovolemia), edema
jaringan perlobital), pucat, kecenderunagn perdarahan
3. Eliminasi
Gejala: perubahan pola berkemih (poli/oliguria), disuria, retensi (inflamasi/obstruksi,
infeksi)
Abdomen kembung, diare, konstipasi
Riwayat batu/kalkuli
Tanda: perubahan warna urine (kuning pekat, merah, coklat), oliguria,poliuria
4. Makanan/cairan:
Gejala: peningkatan berat badan (edema), penurunan berat badan (dehidrasi)
Mual, muntah, anoreksia, nyeri ulu hati, penggunaan diuretic
Tanda: perubahan turgor kulit/kelembapan, edema
5. Neurosensori
Gejala: sakit kepala penglihatan kabur
Kram otot/kejang, syndrome “kaki gajah”
Tanda: gangguan status mental contoh ketidak mampuan berkonsentrasi, penurunan
tingkat kesadaran
6. Nyeri/kenyamanan
Gejala: nyeri tubuh, sakit kepala
Tanda :perilaku berhati-hati atau distraksi, gelisah
7. Pernafasan
Gejala: nafas pendek
Tanda: takipnoe, dispnoe,peningkatan frekuensi
8. Keamanan
Gejala: adanya reaksi tranfusi
Tanda: demam, sepsis (dehidrasi), ptekie
J. Penatalaksanaan AKI
- fase oliguri : cairan < 500 cc/h monitor elektrolit : kalium, asupan kalori, dialysis.
- Fase Diuretik : Keseimbangan cairan dan elektrolit.
- Post diuretic : Cairan/electrolit
- Prognosis : tergantung penyebab usia,comorbid,infeksi, multi organ.
ASUHAN KEPERAWATAN HEMODIALISIS
Pengkajian meliputi :
Identitas Pasien
Riwayat Keperawatan
Pengkajian Fisik
Diagnosa Keperawatan pada klien dengan Gagal Ginjal Akut menurut Doenges (1999)
dan Lynda Juall (2000):
Intervensi Keperawatan
Tujuan: Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan dengan kriteria
hasil: tidak ada edema, keseimbangan antara input dan output
Intervensi:
Kaji status cairan dengan menimbang BB perhari, keseimbangan masukan dan haluaran,
turgor kulit tanda-tanda vital
Batasi masukan cairan
R: Pembatasan cairan akn menentukan BB ideal, haluaran urin, dan respon terhadap terapi
Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang pembatasan cairan
R: Pemahaman meningkatkan kerjasama pasien dan keluarga dalam pembatasan cairan
Anjurkan pasien / ajari pasien untuk mencatat penggunaan cairan terutama pemasukan
dan haluaran
R: Untuk mengetahui keseimbangan input dan output
Tujuan: Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat dengan kriteria hasil: menunjukan
BB stabil
Intervensi:
Awasi konsumsi makanan / cairan
R: Mengidentifikasi kekurangan nutrisi
Perhatikan adanya mual dan muntah
R: Gejala yang menyertai akumulasi toksin endogen yang dapat mengubah atau menurunkan
pemasukan dan memerlukan intervensi
Beikan makanan sedikit tapi sering
R: Porsi lebih kecil dapat meningkatkan masukan makanan
Tingkatkan kunjungan oleh orang terdekat selama makan
R: Memberikan pengalihan dan meningkatkan aspek sosial
Berikan perawatan mulut sering
R: Menurunkan ketidaknyamanan stomatitis oral dan rasa tak disukai dalam mulut yang
dapat mempengaruhi masukan makanan
Pengkajian Predialysis :
Tujuannya agar pasien mendapat pengobatan dan tindakan secara optimal
Management keperawatan meliputi :
Keadaan Umum
Tingkat Kesadaran
Vital Sign (Suhu, Nadi, Tekanan Darah)
Kaji status volume (BB, Auskultasi Paru, peninggian vena jugularis, ada/tidak edema,
CVP, bunyi nafas, intake dan output, membrane mukosa)
Kaji Vaskular Akses (patensinya dan tanda infeksi)
Hasil Laboratorium
Obat-obatan
Sistem Pengantaran
Integritas Sirkuit darah
Monitor pressure
Keefektifan hantaran anti koagulan
Flow aliran darah
Kondisi dan limit alarm
Terminasi Dialisis HD
Tujuan : pasien tidak akan mengalami komplikasi selama terminasi. (emboli)
Management keperawatan
intervensi (k/u kesadaran, vital sign, sesuaikan dgn SOP Unit)
darah diekstra corporea dikembalikan ketubuh
ambil contoh darah untuk pemeriksaan laboratorium k/p
memberikan obat sesuai order
memberikan perawatan akses vascular post HD
Etiologi
Penyakit glomerulus primer : penyakit glomerulus akut termasuk glomerulus progresif
cepat. Penyebab terbanyak adalah glomerulonefritis kronik
Penyakit tubulus primer : hiperkalemia primer, hipokalemia kronik, keracunan logam
berat seperti tembaga dan cadmium
Penyakit vascular : iskemia ginjal akibat stenosis arteri ginjal, hipertensi maligna atau
hipertensi akselerasi
Infeksi : pielonefritis kronik, tuberculosis
Obstruksi : batu ginjal, pembesaran prostat, struktur uretra dan tumor
Penyakit otoimun :lupus eritematosus sistemik, poliartritis nodosa, scleroderma,
granulomatosa wagener
Penyakit ginjal metabolic : DM, amiloidosis, nefropati analgeesik, gout,
hiperparatiroidisme primer
Kelainan congenital : ginjal hipoplastik, ginjal polikistik
Diagnosis
Anamesis : riwayat batu ginjal, DM, hipertensi, ISK berulang, serum minum obat/jamu,
riwayat keluarga. Adanay sindroma uremi baerupa mual, muntah, kulit kering dan gatal,
tekanan darah tinggi, sesak, pucat bahkan samapai kesadaran menurun
Pemeriksaan Fisik : tekanan darah tinggi, anemi, bekas garukan, adanya ronkhi, sembab
pada muka, perut dan kaki
Laboratorium : urine lengkap : berat jenis urin encer, albuminuria, lekosituria, silinder.
Anemia normokrom-normositik, peningkatan BUN, kreatinin dan asam urat,
hipokalsemia, hiperfosfatemia
Radiologi : BNO, IVP, USG, renogram, scanning