Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KELOMPOK

PSIKOANALISIS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa


Dosen Pengampu: Ns. Tuti Anggarawati ,M.Kep

Disusun Oleh :

1. Ahmad Syaiful Anwar (17.002)


2. Alba Yudha Bintara (17.004)
3. Anggi Septa Lestari (17.007)
4. Anik Cahyani (17.008)
5. Anita Herawati (17.010)
6. Yusuf Ariadi (17.099)

AKPER KESDAM IV/DIPONEGORO


SEMARANG
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Robbil‘Alamin segala puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat


Allah Subhanahu wa ta’ala, karena berkat rahmat dan karunia-Nya, saya dapat
menyelesaikan makalah “Psikoanalisa” ini dengan baik.

Adapun tujuan saya menulis makalah ini yaitu untuk memenuhi salah satu tugas
kuliah saya didalam mata kuliah keperawatan jiwa dan juga agar kita mengerti dan
memahami salah satu aliran dalam Psikologi yaitu Psikoanalisis serta mengenal siapa saja
tokoh aliran Psikoanalisis beserta teori-teori dari setiap tokoh.

Saya menyadari masih terdapat banyak sekali kesalahan yang tanpa sengaja saya
buat, baik dari segi kata maupun tata bahasa didalam makalah ini. Untuk itu saya
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah saya
selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Semarang , 9 september 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Dalam psikologi ada lima alirasan fundamental yang wajib diketahui, salah satunya
ialah Psikoanlisa. Psikoanalisa dipelopori oleh Sigmund Freud, yang lahir pada tahun
1856. Meski orang menilai bahwa teori psikoanalisa merupakan teori yang kontroversial
dan psikoseksual, karena hanya membicarakan tentang dorongan-dorongan atau insting
hewani yang ada didalam diri manusia namun tidak bisa dipungkiri bahwa aliran
psikoanalisa-lah yang menjadi tombak bagi alat ukur para ahli psikolog diluar sana untuk
mengukur sejauh mana mereka berusaha untuk menggali dan memuaskan rasa ingin tahu
mereka tentang ilmu jiwa ini. Mereka berlomba untuk mengkritasi teori psikoanalisa
Freud yang dianggap sebagai teori yang tidak empiris, yang tidak bisa diukur dan tidak
bisa dipertanggung jawabkan. Oleh karena itu, makalah ini dibuat bermaksud untuk
memberi pengetahuan dasar tentang psikoanalisa dan berharap dapat menambah wawasan
tentang aliran ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Psikoanalisa?
2. Bagaimana struktur kepribadian manusia dari sudut pandang para tokoh
psikoanalisa?
3. Bagaimana teori perkembangan dari setiap tokoh psikoanalisa?

1.3 Penyelesaian Masalah


1. Memberi penjelasan mengenai teori Psikoanalisa dari berbagai tokoh.
2. Menjelaskan struktur kepribadian manusia dari sudut pandang tokoh
Psikoanalisa.
3. Menjelaskan teori perkembangan dari berbagai sudut pandang tokoh.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Psikoanalisa Menurut Sigmund Freud


Sigmund Freud (1856-1939): Freud adalah seorang Jerman keturunan Yahudi,
dilahirkan pada tanggal 6 Mei 1856 di Freiberg, dan pada masa bangkitnya Hitler, ia
harus melarikan diri ke Inggris dan meninggal di London pada tanggal 23 September
1939. Tokoh pendiri Psikoanalisa atau disebut aliran Psikologi Dalam (depth psychology)
ini secara skematis menggambarkan jiwa sebagai sebuah gunung es. Bagian yang muncul
dipermukaan air adalah bagian yang terkecil, yaitu puncak dari gunung es itu. Yang
dalam hal kejiwaan adalah bagian kesadaran (consciousness). Agak di bawah permukaan
air adalah bagian yang disebutnya prakesadaran (subconsciousness atau
preconsciousness). Isi dari prakesadaran ini adalah hal-hal yang sewaktu-waktu dapat
muncul ke kesadaran. Bagian terbesar dari gunung es itu berada dibawah permukaan air
sama sekali dan hal jiwa merupakan alam ketidaksadaran (unconsciousness).
Ketidaksadaran ini berisi dorongan-dorongan yang ingin muncul ke permukaan atau ke
kesadaran. Dorongan-dorongan ini mendesak terus ke atas, sedangkan tempat di atas
sangat terbatas sekali. Tinggalah “ego” (aku) yang memang menjadi pusat dari kesadaran
yang harus mengatur dorongan-dorongan mana yang harus tetap tinggal di
ketidaksadaran. Sebagian besar dari dorongan-dorongan yang berasal dari ketidaksadaran
itu harus tetap tinggal di ketidaksadaran, tetapi mereka ini tidak tinggal diam, melainkan
mendesak terus dan kalau “ego” tidak cukup kuat menahan desakan ini akan terjadilah
kelainan-kelainan kejiwaan seperti psikoneurose atau psikose.

Dorongan-dorongan yang terdapat dalam ketidaksadaran sebagian adalah


dorongan-dorongan yang sudah ada sejak manusia lahir, yaitu dorongan seksual dan
dorongan agresi, sebagian lagi berasal dari dorongan masa lalu yang pernah terjadi pada
tingkat kesadaran dan pengalaman itu bersifat traumatis (menggoncangkan jiwa),
sehingga perlu ditekan dan dimasukkan dalam ketidaksadaran. Segala tingkah laku
manusia menurut Freud, bersumber pada dorongan-dorongan yang terletak jauh di dalam
ketidaksadaran, karena itu Psikologi Freud disebut juga Psikologi Dalam (depth
psychology). Selain itu teori Freud disebut juga sebagai teori psikodinamik (dynamic
psychology), karena ia menekankan kepada dinamika atau gerak mendorong dari
dorongan-dorongan dalam ketidaksadaran itu ke kesadaran. Perbedaan psikodinamika
dari Freud dan psikodinamika dari Lewin adalah bahwa Freud lebih mementingkan
gerakan dorongan-dorongan dalam diri, sedangkan Lewin lebih menekankan kekuatan-
kekuatan di luar diri (obyek-obyek di lingkungan) yang saling tarik-menarik karena
masing-masing mempunyai nilai positif atau negatif terhadap individu sekalipun
sebenarnya Lewin mengakui pula adanya dinamika dalam diri individu yang disebabkan
oleh kekuatan-kekuatan dari unsur-unsur yang ada dalam diri individu tersebut (misalnya
motivasi).

Teori psikoanalisa dari Freud dapat berfungsi sebagai tiga macam teori, yaitu:

1. Sebagai teori kepribadian


2. Sebagai teknik analisa kepribadian
3. Sebagai metode terapi (penyembuhan)1

Bagi Sigmund Freud kehidupan mental dibagi menjadi tiga tingkat alam tidak
sadar, alam bawah sadar dan kesadaran.

Alam tidak sadar


Alam tidak sadar menjadi tempat segala dorongan, desakan, maupun insting yang
tak disadari tetapi ternyata mendorong perkataan, perasaan dan tindakan kita. Sekalipun
kita sadar akan perilaku kita yang nyata, sering kali kita menyadari proses mental yang
ada dibalik perilaku tersebut.

Freud meyakini bahwa keberadaan alam tidak sadar ini hanya bisa dibuktikan
secara tidak langsung. Baginya alam tidak sadar merupakan penjelasan dari makna yang
ada dibalik mimpi, kesalahan ucap, dan berbagai jenis lupa yang dikenal sebagai represi.
Mimpi merupakan sebuah materi yang begitu kaya di dalam alam bawah sadar.
Contohnya, freud meyakini bahwa pengalaman masa anak-anak bisa muncul dalam
mimpi orang dewasa meskipun yang bermimpi boleh jadi tidak ingat secara sadar akan
pengalam-pengalaman tersebut.

1
Sarwono, W. Sarlito, Berkenalan Dengan Aliran-Aliran Dan Ttokoh-Tokoh Psikologi (Jakarta: PT
Bulan Bintang,2013), hlm. 97.
Akan tetapi, tidak semua proses tidak sadar tersebut muncul dari represi
pengalaman masa kanak-kanak. Freud meyakini bahwa sebagian alam tidak sadar kita
berasal dari pengalaman-pengalaman nenek moyang kita yang diwariskan dari generasi
ke generasi lewat proses pengulangan. Penjelasan freud diatas sama hal dengan teori Carl
Jung ketidaksadaran kolektif.

Dorongan-dorongan tidak sadar ini berupaya agar disadari, namun kebanyakan


berhasil masuk kealam sadar meskipun bukan dalam bentuk asli. Contohnya, amarah
seorang anak terhadap sang ayah dapat digambarkan dalam bentuk kasih sayang yang
berlebih.

Alam bawah sadar


Alam bawah sadar, ini memuat semua elemen yang tidak disadari, tetapi bisa
muncul dalam kesadaran dengan cepat. Isi alam bawah sadar ini datang dari dua sumber,
yang pertama adalah persepsi sadar. Apa yang dipersepsikan orang secara sadar dalam
waktu singkat, akan segera masuk kedalam alam bawah sadar selagi fokus perhatian
beralih kepemikiran lain. Sumber kedua adalah gambaran-gambaran bawah sadar adalah
alam tidak sadar. Freud yakin bahwa pikiran bisa menyelinap dari sensor yang ketat dan
masuk kealam bawah sadar dalam bentuk yang tersembunyi.

Alam Sadar
Elemen-elemen yang setiap saat berada dalam kesadaran. Ini adalah satu-satunya
tingkat kehidupan mental yang dapat kita raih. Ada dua pintu yang dapat dilalui agar
dapat masuk ke dalam alam sadar. Pintu pertama adalah melalui sistem kesadaran
perseptual, yaitu terbuka pada dunia luar dan berfungsi sebagai perantara bagi persepsi
kita tentang stimulus dari luar. Dengan kata lain, hal-hal yang kita rasakan melalui indera
dan tidak sanggup mengancam, masuk ke dalam alam sadar.2

Struktur Kepribadian
Sumber kedua, yaitu gagasan gagasan yang datang dari elemen alam bawah sadar,
terselubung rapih masuk kea lam sadar. Sehingga berbuah wujud dalam perilaku defensif
atau dalam bentuk mimpi. Sebagai teori kepribadian, psikoanalisa juga mengatakan
bahwa jiwa terdiri dari tiga sistem yaitu: id (es), superego (uber ich) dan ego (ich).

2
Feist, Jess. dan Feist, J. Gregory, Teori Kepribadian (Jakarta: McGraw-Hill Education,2010),
hlm.27-30.
Id
Id memiliki prinsip untuk memperoleh kesenangan, sehingga id biasa disebut
prinsip kesenangan. Bayi baru lahir merupakan perwujudan dari id yang bebas dari
hambatan ego maupun superego. Bayi mencari sebuah kepuasan tanpa memikirkan
apakah hal itu baik atau tidak bagi dirinya (terkait ego) atau hal itu tepat atau tidak untuk
dilakukan (terkait superego). Bahkan, bayi akan tetap mengisap ada atau tidaknya putting
susu, untuk memperoleh sebuah kepuasan bagi dirinya.

Oleh karena itu, id yang tidak realistis, tidak logis dan hanya mencari sebuah
kesenangan. Id selalu mengirim dorongan-dorongan agar segera terpuaskan atau pikiran-
pikiran yang saling bertentangan satu sama lainnya, contoh seorang anak yang
menunjukan kasih sayang yang berlebih terhadap ibunya padahal secara tidak sadar sang
anak menginginkan sang ibu untuk segera pergi dari rumah. Id bukanlah sesuatu yang
tidak bermoral tetapi id ditujukan untuk satu tujuan, yaitu mencari sebuah kesenangan.

Superego
Superego mewakili aspek-aspek moral dan ideal dari kepribadian serta
dikendalikan oleh prinsip-prinsip moralitas dan idealis. Dorongan dorongan seksual dan
agresif melalui proses represi. Superego memang tidak bisa memproduksi represi sendri
namun superego dapat memperintahkan ep untuk melakukan hal tersebut, superego
mengawasi ego dengan ketat serta menilai tindakan tersebut dan nilai tersebut dari ego.
Rasa bersalah akan muncul pada saat ego bertindak atau berniat untuk bertindak jika
bertentangan dengan standar moral superego.3

Ego
Ego adalah satu-satunya yang memiliki kontak dengan realita. Ego merupakan
sebuah jembatan atau penengah antara id dan superego. Ego menjadi sumber seseorang
berkomunikasi dengan dunia luar. Ego dikendalikan oleh prinsip kenyataan. Pada saat
menjalankan fungsi kognitif dan intelekual ego harus menimbang-nimbang antara
sederetan tuntutan id yang tidak masuk akan dan saling bertentangan dengan superego.
Jadi, ego terus menerus berupaya untuk mengendalikan tuntutan buta dan irasional dari id
serta superego dan berlawanan satu dengan lainnya, maka egopun memunculkan reaksi

3
Feist, Jess. dan Feist, J. Gregory, Teori Kepribadian (Jakarta: McGraw-Hill Education,2010),
hlm.32-34.
cemas. Oleh karena itu, ego menggunakan represi dan mekanisme pertahanan dan lainnya
untuk melindungi diri dari kecemasan tersebut.

Freud mengatakan bahwa untuk meyalurkan dorongan-dorongan primitif yang


tidak bisa dibenarkan oleh superego, ego mempunyai cara cara tertentu yang disebut
dengan mekanisme pertahanan diri. Sembilan mekanisme pertahanan diri yang
dikemukakan oleh Freud, adalah

1. Represi adalah suatu hal yang pernah dialami dan menimbulkan ancaman bagi
ego atau ketidaknyamanan ketika sedang mengalami sesutu hal yang tidak sesuai
dengan keinginan individu.
2. Pembentukan Reaksi, seseorang bereaksi justru sebaliknya dari yang
dikehdendakinya demi tidak melanggar dari superego. Misalnya seorang ibu
membenci anaknya, karena anak ini hampir merenggut jiwanya saat proses
persalinan, tetapi superego tidak membenarkan perbuatan itu. Karena itu, ibu
bertindak sebaliknya, yaitu dengan menyayangi sang anak secara berlebih-
lebihan
3. Proyeksi , karena superego seseorang melarang ia mempunyai suatu perasaan
atau sikap tertentu terhadap orang lian, maka ia berbuat seolah-olah orang lain,
itulah yang mempunyai sikap atau perasaan tertentu terhadap dirinya.
4. Penempatan yang keliru, kalau seseorang tidak dapat melampiaskan perasaan
tertentu terhadap orang, maka ia akan melampiaskannya kepada pihak ke tiga.
5. Rasionalisasi, dorongan-dorongan yang sebenarnya dilarang oleh superego
namun dicarikan penalaran sedimikian rapat. Sehingga seolah-olah dapat
dibenarkan.
6. Supresi berbeda dengan represi, maka hal yang ditekankan dalam supresi adalah
hal-hal yang datang dari ketidaksadaran sendri dan belum pernah muncul dalam
kesadaran
7. Sublimasi adalah dorongan-dorongan yang tidak dibenarkan oleh superego tetapi
dilakukan juga dalam bentuk yang lebih sesuai dengan tuntutan masyarakat.
8. Kompensasi usaha untuk menutupi kelemahan disalah satu bidang atau organ
dengan membuat prestasi yang tinggi diorgan lain atau bidang lain. Dengan
demikian, maka ego terhindar dari ejekan atau rasa rendah diri.
9. Regresi untuk menghindari kegagalan-kegagalan atau ancaman terhadap ego,
individu mundur kembali ketaraf yang lebih rendah, misalnya ia menjadi
kekanak-kanakan.

Tahap Perkembangan
Menurut Freud, individu mengalami fase perkembangan yang berbeda-beda pada
tiap tingkatannya, dorongan-dorongan yang akan terus berkembang menjadi dorongan
seksual pada orang dewasa, hal hal itu melalui beberapa tingkatan perkembangan, yaitu;

1. Fase Oral, pada fase ini kepuasan seksual terutama terdapat disekitar mulut.
Perbuatan bayi menyusu pada ibunya atau memasukan benda-benda kedalam
mulutnya.
2. Fase Anal, pada usia kira kira 2 tahun, daerah kepuasan seksual anak berpindah
ke anus dan anak mendapat kepuasan dengan menikmati duduk dipispot sampai
lama.
3. Fase Phalic terdapat pada anak usia 6-7 tahun, dimana anak memiliki
kenikmatan seksnya pada alat kelamin, namun berbeda dengan orang dewasa
yang tujuan pengembangan keturunan.
4. Fase Latent, di mulai pada usia 7-8 tahun sampai ia mneginjak awal masa
remaja, seolah-olah tidak ada aktiivitas seksual. Oleh karena itu, masa ini disebut
masa latent (tersembunyi).
5. Fase Genital dimulai pada saat masa remaja, segala kepuasan seks terutama
berpusat pada alat-alat kelamin.4

4
Sarwono, W. Sarlito, Berkenalan Dengan Aliran-Aliran Dan Ttokoh-Tokoh Psikologi (Jakarta: PT
Bulan Bintang,2013), hlm. 99-101.
2.2 Karen Horney
Ia berpendapat bahwa psikoanalisa sebaiknya menyoroti lebih dari sekedar teori
insting dan menitikberatkan pentingnya pengaruh kultur dan membentuk kepribadian.

Pengaruh kultur
Horney tidak menghilangkan adanya pengaruh gen dalam meembentuk suatu
kepribadian manusia, namun horney berkali-kali menitik beratkan adanya pengaruh
kultur sebagai dasar perkembangan kepribadian antar individu. “Setiap orang adalah
seorang pesaing yang nyata atau pesaing yang potensial bagi orang lain.”5 daya saing dan
rasa permusuhan yang ditimbulkan oleh kultur modern menyebabkan perasaan terpisah.
Perasaan sendirian didunia inilah yang membuat meningkatnya rasa kebutuhan akan
kasih sayang sehingga membuat individu menilai cinta terlalu berlebihan. Akibatnya,
banyak orang didunia ini menilai bahwa cinta dan kasih sayang merupakan akibat atas
permasalahan yang mereka hadapi. Horney mengakui bahwa adanya cinta dan kasih
sayang yang cukup membuat perkembangan yang baik bagi individu, namun jika berlebih
akan membuat berkembangnya neurosis.

Pentingnya pengalaman masa kanak-kanak


Horney percaya bahwa, konflik neurotic dapat muncul dari hampir semua
tahapan perkembangan, tetapi setelah masa kanak-kanak adalah masa dimana sebagian
besar masalah timbul. Peristiwa peristiwa traumatis muncul, seperti pelecehan seksual,
pemukulan, penolakan, atau pengabaian dapat mempengaruhi perkembangan anak dimasa
depan. Horney berpendapat bahwa keseluruhan hubungan yang terjalin dimasa awal
membentuk perkembangan kepribadian seseorang. Meskipun pengalaman dewasa ikut
berperan penting dalam pengalaman pada masa dewasa, namun masa kanak-kanak lah
yang mempunyai peranan utama dalam perkembangan kepribadian.

Mendekati orang lain


Konsep mendekati orang lain yang dimaksud disini adalah kebutuhan neurotic
untuk melindungi diri dari perasaan ketidakberdayaan. Orang-orang ini mendekati orang
lain dengan melibatkan serangkaian strategi. Kecendrungan ini merupakan sebuah cara
berpikir, merasakan, bertingkah laku semata-mata itu semua merupakan sebuah cara
untuk bertahan hidup,

5
Feist, Jess. dan Feist, J. Gregory. Teori Kepribadian. (Jakarta: McGraw-Hill Education, 2010), hlm.
284.
Melawan orang lain
Jika orang-orang penurut menganggap semua orang dimuka bumi ini adalah
orang baik, maka orang-orang agresif menggangap semua orag tidak ramah. Sebagai
akibatnya, mereka mengadopsi strategi melawan orang lain. Mereka termotivasi oleh
keinginan kuat untuk memeras orang lain dan memanfaatkan orang tersebut untuk
kepentingan diri mereka sendiri. Ada beberapa kebutuhan untuk melawan orang lain,
diantaranya adalah kebutuhan akan kekuasaan, memangaatkan orang lain, memperoleh
penghargaan dan gengsi, dikagumi dan mencapai sesuatu.

Menjauhi orang lain


Supaya dapat mengatasi konflik terisolasi, beberapa orang memisahkan diri dari
orang lain dan mengadopsi sebuah kecendrungan neurotik, yaitu menjauhi orang lain.
Strategi ini merupakan ekspresi dari kebutuhan akan kesendirian, kebebasan, dan
kemandirian. Seperti halnya, individu yang memiliki tekanan berat untuk menjalin sebuah
kerja sama dengan orang lain, sehingga membutuhkan kemnadirian dan kebebasan maka
strategi dan cara ini ampuh untuk memisahkan individu tersebut dengan orang yang ingin
dijauhi.

Bagi Horney, perbedaan psikis antara pria dan wanita bukanlah hasil dari
perbedaan anatomi, melainkan hasil dari perbedaan kultur dan harapan sosial dari
masing-masing mereka. Dan horney setuju dengan pemikiran Adler bahwa ada banyak
wanita yang memiliki masculine protest, yaitu merela yang memiliki kepercayaan tidak
masuk akal bahwa mereka tidak lebih baik dari pria. Persepsi in ditemukan karena
mereka ingin menjadi pria. Akan tetapi, keinginan ini bukanlah ungkapan penis envi,
melainkan keinginan kita untuk memiliki keuntungan-keuntungan yang diterima oleh
seorang pria. Terapi yang dilakukan horney menggunakan teknik yang sama dengan
Freud yaitu menggunakan teknik asosiasi bebas dan interpretasi mimpi.

2.3 Carl Gustav Jung


Seperti Freud, Jung juga mendasarkan teori kepribadiaanya pada asumsi bahwa
pikiran atau psike mempunyai level kesadaran dan ketidaksadaran. Namun tidak seperti
Freud, Jung sangat menekankan bahwa bagian yang paling penting dari ketidaksadaran
seseorang bukan berasal dari pengalaman personal, melainkan keberadaan manusia di
masa lalu. Konsep ini disebut Jung sebagai ketidaksadaran olektif.
Kesadaran
Menurut Jung kesadaran merupakan elemen yang dapat dirasakan oleh ego.
Menurut Jung, ego merupakan pusatnya kesadaran, tetapi bukan inti dari kesadaran itu
sendiri. Ego bukanlah keseluruhan dan kepribadian yang harus dipenuhi dengan diri
(Self).

Ketidaksadaran personal
Ketidaksadaran ini merupakan tempat berkumpulnya seluruh pengalaman yang
terlupakan, ditekan dan dipersepsikan secara subliminal pada seseorang. Ketidaksadaran
tersebut mengandung ingatan dan impuls pada masa silam, kejadian yang terlupakan,
serta berbagai pengalaman yang disimpan dalam alam bawah sadar.

Ketikdaksadaran Kolektif
Ketidaksadaran kolektif sudah mengakar dari masa lalu dan sudah turun temurun
dari nenek moyang ke generasi satu ke generasi lainnya. Ketidaksadaran kolektif tidak
diam saja dan tidak berkembang, tetapi ia aktif mempengaruhi pikiran, emosi dan
tindakan seseorang.ketidaksadaran ini merujuk pada ide yang diturunkan, tetapi lebih
kepada kecendruangan kuat manusia dalam bereaksi dengan cara tertentu pada saat
pengalaman mereka menstimulasikan kecendrungan turunan secara biologis. Contoh,jika
ada individu takut terhadap ular padahal individu tersebut belum pernah melihat ular, atau
seorang ibu muda yang langsung jatuh cinta terhadap anaknya yang baru lahir walaupun
awalnya ia merasakan perasaan negative atau biasa saja terhap bayi ketika si bayi masih
didalam kandungan. Kecenduruangan hal ini lah yang telah diturunkan.

Arketipe
Arketipe adalah bayangan-bayangan leluhur yang datang dari kesadaran kolektif.
Arketipe sama dengan kompleks karena mereka merupakan kumpulan bayangan-
bayangan yang diasosiakan dan diwarnai dnegan sangat kuat oleh perasaan. Arketipe
mempunyai dasar biologis, tetapi asalnya terbentuk melalui pengulangan pengalaman dari
para leluhur manusia.

Pesona
Sisi kepribadian yang ditunjukan kepada dunia. Jung percaya bahwa setiap
manusia terlibat dalam peranan tertentu yang dituntut oleh sosial. Misalnya, seorang
politikus diharapkan menampilkan wajah penuh keyakinan untuk memenangkan
kepercayaan dan suara masyarakat, serta seorang actor yang diharapkan memamerkan
gaya hidupnya sesuai dnegan keinginan publik.

Jung mengatakan bahwa hendaknya individu tidak terlalu berlebihan terhadap


pesona karena tentu akan menyebabkan individu kehilangan sentuhan inner self dan
cenderung untuk memenuhi harapan sosial. Alangkah baiknya, individu memiliki
keseimbangan antara harapan sosial dan kepribadian kita sesungguhnya.

Bayangan
Bayangan merupakan arketipe dari kegelapan dan represi yang menampilkan
kualitas-kualitas yang tidak kita akui keberadaanya dan berusaha untuk disembunyikan
dari diri sendiri dan oranglain. Bayangan mengandung kecendrungan keberatan moral
dengan sejumlah konstruktif dan krativ yang tidak ingin kita hadapi.

Anima dan Animus


Seperti Freud, jung juga percaya bahwa manusia secara psikologis bersifat
biseksual dan memiliki sisi maskulin dan feminism. Bebrapa pria dapat mengenali sisi
animanya. Sedangkan Animus adalah arketipe maskulin pada wanita. Bila anima
mempresentasikan mood dan perasaannya yang irasional, maka animus merupakan
symbol dari proses berpikir dan bernalar.

Great Mother dan The Wise Old Man


Dua arketipe yang diturunkan anima dan animus. Setiap orang, baik pria
memmiliki arketipe Great Mother. Konsep yang sudah ada mengenai ibu ini selalu
dikaitkan dengan perasaan positif dan negatif.

Pahlawan
Arketipe pahlawan direpresentasikan dalam mitologi dan lagenda sebagai
seseorang yang kuat. Pencapaian kesadaran merupakan satu daris ekian asal usul
pencapaian yang besar dan arketipe mengenai seorang oahlawan yang memenangi
pertempuran mempresentasikan kemenangan dalam mengatasi kegelapan atau masalah.

Untuk mencapai realisasi diri, orang harus mengadaptasi tidak hanya lingkungan
luar mereka tetapoi juga dalam diri mereka. Adaptasi terhdap dunia luar meliputi aliran
keluar dari energy psikis yang disebut Progresi. Sedangkan adaptasi kedalam bergantung
pada energy yang berlawanan arahnya yang disebut Regresi.
Tipe Psikologis
 Introversi, adalah aliran energi psikis kearah dalam yang memiliki orientasi
subjektif. Introver memiliki pemahaman yang baik terhadap dunia dalam diri
merekam dengan semua bias, fantasi, mimpi dan persepsi yang bersifat individu.
Orang-orang ini akan menerima dunia luar dengan sangat selektif dan dengan
pandangan subjektif mereka.
 Ekstraversi adalah kebalikannya dari introversi. Sikap ekstraversi ini lebih mudah
dipengaruhi oleh sekelilingnya dibanding oleh dirinya sendiri. Mereka cenderung
untuk bersikap objektif dan menekan sisi subjektifnya.

Perkembangan kepribadian menurut Jung


 Masa Kanak-Kanak, masa ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu, anarkis,
monarkism dan dualistis. Anarkis dikarakteristikan dengan banyaknya kesadaran
yang kacau dan sporadic. Fase monarkis ditandai dengan perkembangan ego dan
mulainya fase berpikir secara logis dan verbal. Sedangkan fase dualistis pada saat
ego terbagi menjadi objektif dan subjektif. Pada saat ini, anak anak mulai
menyadari dirinya sendri sebagai orang pertama dan mulai sadar akan
eksistensinya sebagai individu yang terpisah.
 Masa Muda, masa yang ditandai dengan adanya pubertas. Anak muda mencoba
bertahan untuk mencapai kebebasan fisik dan psikis dari orang tuanya, dengan
mendapatkan pasangan, membangun keluarga dan mencari tempat didunia ini,
 Masa Pertengahan, Jung percaya bahwa di masa ini jika ada individu yang
berpegang teguh terhadap nilai dan moral pada masa kecilnya, mereka daoat
menjadi kokoh dan fanatic dalam menjaga ketertarikan fisik dan kemampuanya
dalam menemukan idealism, mereka akan berjuang kersa dalam menjaga
penampilan dan gaya hidup masa mudanya.
 Masa Tua, masa ini adalah masa dimana individu mulai mengalami penurunan
dalam kesadarannya. Dimasa ini, masa dimana orang-orang mengalami tingkat
kecemasan yang tinggi karena masa ini adalah masa dimana mereka akan
menghadapi masa kematian. Jung melakukan perawatan lewat interpretasi
mimpin dan mencoba membangun pengertian individu tentang apa arti kematian
sebenernya untuk menstabilkan kembali tingkat kecemasan mereka.
 Realisasi diri adalah proses untuk menjadi seseorang atau seseorang yang utuh.
Realisasi diri adalah suatu hal yang amat langka, karena hanya bisa dicapai oleh
mereka yang telah dengan baik mengasimilasi kesadaran mereka dnegan
keseluruhan kepribadian mereka.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Psikoanalisa menggambarkan perkembangan sebagai sesuatu yang biasa tidak
disadari (diluar kesadaran) dan diwarnai oleh emosi. Pendiri teori ini adalah Sigmund
Freud. Freud membagi tiga elemen dasar dalam pembentukan mental yaitu alam bawah
sadar, tidak sadar, dan kesadaran. Freud juga menggambarkannya sebagai id, ego, dan
superego. Id yang hanya mengandalkan atau mencari sebuah kesenangan, ego yang
berusaha untuk menyeimbangkan antara id dan superego, sedangkan superego adalah
semua hal yang berkaitan dengan nilai dan moral. Freud membagi tahap perkembanagan
pada manusia menjadi lima tahap perkembanagan, yaitu: Tahap Oral, Tahap Anal, Tahap
Phallic, Tahap Latency dan Tahap Genital.
Lalu diikuti dengan adanya teori dari Karen Horney yang menekankan adanya
pengaruh kultur dalam kepribadian manusia sehingga manusia/individu bisa menjauhi
orang lain, mendekati orang lain atau menolak orang lain.
Selain Karen Horney ada juga teori Carl Gustav Jung yang terkenal dengan teori
kesadaran kolektifnya. Sebagian besar teorinya hampir sama dengan Freud, hanya saja ia
menekankan adanya kesadaran kolektif dalam diri manusia yang sudah diturunkan dari
satu generasi kegenerasi lainnya dari nenek moyang
DAFTAR PUSTAKA

Sarwono, W. Sarlito. 2013. Berkenalan Dengan Aliran-Aliran Dan Ttokoh-Tokoh


Psikologi. Jakarta: PT Bulan Bintang

Feist, Jess. dan Feist, J. Gregory. 2010. Teori Kepribadian. Jakarta: McGraw-Hill
Educatio

Anda mungkin juga menyukai