Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam memahami pengertian wudhu, diperlukan pemahaman terhadap beberapa
elemen internal wudhu itu sendiri dimulai dari yang terkecil yaitu kosa kata yang digunakan
sampai dengan tata cara wudhu itu sendiri.
Oleh karena itu makalah ini kami susun berdasarkan beberapa aspek penilaian
disebabkan karena banyaknya pendapat para ulama tentang tata cara berwudhu.
Sebelum melaksanakan ibadah, setiap manusia diwajibkan untuk berwudhu agar
mereka suci dan bersih dari hadats kecil.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun beberapa rumusan masalah yang akan dijawab dalam makalah ini adalah:
1. Apakah pengertian wudhu?
2. Apa ayat dan hadist tentang wudhu?
3. Apa saja rukun wudhu?
4. Apa saja yang membatalkan wudhu?
5. Apa saja syarat sah wudhu?

1.3. Tujuan penulisan :


1. Untuk mengetahui tata cara berwudhu yang baik dan benar sesuai dengan ajaran dan
hukum islam yang berlaku agar ibadah shalat kita menjadi sah.
2. Memenuhi tugas makalah fiqih ibadah.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Wudhu’


Menurut bahasa wudhu’ berarti bersih dan indah.Sedangkan menurut syara’, wudhu
berarti membersihkan anggota tubuh tertentu (muka, kedua tangan, kepala dan kedua kaki)
dari najis dan mensucikan diri dari hadats kecil sebelum melaksanakan ibadah kepada Allah
SWT.Wudhu’ adalah suatu syarat untuk sahnya shalat yang dikerjakan sebelum orang
mengerjakan shalat.
Kata wudhu merupakan kata serapan dari Bahas Arab yang sudah lazim diucapkan
dengan fasih oleh kaum muslim Indonesia. Adapun artinya, dalam kamus bahasa Indonesia
tertulis : menyucikan diri (sebelum sembahyang) dengan membasuh muka, tangan, kepala,
dan kaki. Sedangkan dalam bahasa Arab kata wudhu’ merupakan turunan dari kata kerja
(fi;il) wadhu’ayadha’u yang artinya: bersih. Kemudian, ketika kata ini menjadi istilah dalam
fikih (hukum islam), arti kata wudhu’ adalah: perbuatan mengambil wudhu, yaitu
menggunakan air yang suci lagi menyucikan untuk meratakannya pada anggota-anggota
tubuh tettentu sebagaimana yang di jelaskan dan di syari’atkan (ditetapkan) oleh Allah s.w.t
serta diajarkan oleh Rasulullah s.a.w [1].

2.2. Ayat dan Hadist tentang Wudhu


a. Ayat Al-Qur’an tentang melakukan wudhu adalah sebagai berikut :
‫س ُحوا بِ ُر ُءو ِس ُك ْم َوأ َ ْر ُجلَ ُك ْم إِلَى ْال َك ْعبَي ِْن‬ ِ ِ‫صالةِ فَا ْغ ِسلُوا ُو ُجو َه ُك ْم َوأ َ ْي ِديَ ُك ْم إِلَى ا ْل َم َراف‬
َ ‫ق َوا ْم‬ َّ ‫ياأَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا إِذَا قُ ْمت ُ ْم إِلَى ال‬
Artinya : "Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan shalat[2],
maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh)
kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki". (Al-Maidah :6)

b. Hadist tentang melakukan wudhu’ adalah sebagai berikut :


Hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda,:
َ َ‫ص َالة ُ أ َ َح ِد ُك ْم إِذَا أَ ْحد‬
‫ث َحتَّى يَت ََوضَّأ‬ َ ‫َل ت ُ ْقبَ ُل‬
“Tidak akan diterima shalat seorang diantara kalian jika ia berhadats hingga dia berwudhu”
[Muttafaqun alaihi, Bukhari (135), Muslim (225)]
Hadits dari Abdullah Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma dia berkata bahwa Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam bersabda,
ِ ‫ِإنَّ َما أ ُ ِم ْرتُ ِب ْال ُوض‬
َّ ‫ُوء ِإذَا قُ ْمتُ ِإلَى ال‬
‫ص َالة‬
“Hanyasanya aku diperintah untuk berwudhu apabila hendak melakukan shalat” [HR. Abu
Dawud (3760), Tirmidzi (1848)]
Ini juga hadis yang menunjukkan bahwa bersuci adalah syarat diterimanya shalat. Sehingga
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam diperintahkan untuk berwudhu ketika hendak
melaksanakan sholat. Karena shalat tanpa berwudhu, maka akan sia-sia dan tidak diterima
Dari Abu Sa’id radhiyallahu Anhu Dia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi
Wasallam bersabda،
‫ص َالةِ ِم ْفتَا ُح‬
َّ ‫ور ال‬ ُّ ‫ير َوتَحْ ِري ُم َها ال‬
ُ ‫ط ُه‬ ُ ‫التَّ ْس ِليم َوتَحْ ِليلُ َها التَّ ْك ِب‬

2
“Kunci shalat adalah bersuci, pengharamannya adalah takbir, penutupnya adalah salam” [HR.
Abu Dawud (60), Tirmidzi (3), Ibnu Majah (275), dan yang lainnya. Syeikh Albani
menshahihkan hadits ini dalam Shahihul Jami’ (5761)]

c. Adapun keistimewaan wudhu’ yaitu :


Terdapat hadis yang panjang, Rasulullah saw. bersabda, yang artinya sebagai berikut :
“Bila seorang hamba berwudhu lalu berkumur-kumur, maka keluarlah dosa-dosa dari
mulutnya ; jika ia membersihkan hidung, maka dosa-dosanya akan keluar dari hidungnya,
begitu juga tatkala ia membasuh muka, maka dosa-dosanya akan keluar dari mukanya
sampai-sampai dari bawah pinggir kelopak matanya. Jika ia membasuh kedua tangan, maka
dosa-dosanya akan keluar dari kedua tangan ia sampai-sampai dari bawah kukunya, demikian
pula halnya dengan ia menyapu kepala, maka dosa-dosanya akan keluar dari kepala bahkan
dari kedua telinganya. Begitupun tatkala ia membasuh kedua kaki, maka keluarlah dosa-dosa
tersebut dari dalamnya, sampai-sampai bawah kuku jari-jari kakinya. Kemudian tinggallah
perjalanannya ke masjid dan shalatnya menjadi pahala yang bersih baginya “(HR. Malik,
Nasa’i, Ibnu Majah dan Hakim).[2].

2.3. Fardu (Rukun) Wudhu


Tidaklah sah apabila seseorang yang meninggalkan salah satu rukun (fardunya)
wudhu. Adapun rukun-rukun wudhu itu adalah :
a. Niat Untuk mengerjakan wudhu. Niat itu letaknya di dalam hati. Adapun niatnya
yaitu :
ِ َ‫ن ََويْتُ ْال ُوض ُْو َء ِل َر ْفعِ ْال َحد‬
ْ َ‫ث اْل‬
‫صغ َِر فَ ْرضًا ِ هّلِلِ تَ َعالَى‬
“Aku niat berwudhu untuk menghilangkan hadats kecil, fardu karena Allah Ta’ala”
b. Membasuh seluruh muka, yakni antara tempat tumbuh rambut kepala yang wajar
hingga ke bawah janggut dan secara melintang antara kedua belah daun telinga[3].
c. Membasuh kedua tangan sampai siku-siku.
d. Membasuh kepala.
e. Membasuh kedua kaki sampai mata kaki.
f. Tertib (berurutan) artinya mendahulukan anggota wudhu yang seharusnya
didahulukan dan mengakhiri yang seharusnya diakhiri.

2.4. Syarat Sah Wudhu[4]


a. Islam; orang yang tidak beragama islam tidak sah melaksanakan wudhu.
b. Tamyiz, yakni dapat membedakan baik buruknya sesuatu pekerjaan
c. Tidak berhadats besar
d. Dengan air suci, lagi mensucikan (air mutlak)
e. Tidak ada sesuatu yang menghalangi air, sampai ke anggota wudhu, misalnya getah,
cat dan sebagainya
f. Tidak ada najis pada tubuh, sehingga merubah salah satu sifat air yang suci lagi
mensucikan.

3
2.4.1. Dan ada beberapa Syarat – Syarat Wudu’ diantaranya yaitu :
a. Air yang digunakan untuk berwudu’ harus air yang mutlaq / suci.
b. Air yang halal, bukan hasil ghasab (hasil curian)
c. Suci anggota wudu’ dari najis
d. Untuk sah nya wudu’, disyaratkan adanya waktu yang cukup untuk wudu’
dan salat, dalam arti bahwa setelah berwudu’ yang bersangkutan masih
memungkinkan untuk melaksanakan shalat yang dimaksud pada waktunya
yang telah ditentukan. Sedangkan jika waktunya sempit, dimana jika ia
berwudu’ maka keseluruhan salatnya atau sebahagian salatnya berada diluar
waktu salat yang telah ditentukan, sementara jika ia tayammum maka
keseluruhan salatnya masih bias ia laksanakan, maka dalam hal ini ia wajib
tayammum, maka apabila ia berwudu’, maka batallah wudu’nya.
e. Melaksanakan wudu sendiri, tidak boleh diwakilkan oleh orang lain
f. Diwajibkan adanya urutan di antara anggota – anggota wudu’.
g. Wajib bersifat segera. Artinya, tidak ada tenggang waktu yang panjang
dalam membasuh nggota wudu yang satu dengan yang lain, sebelum kering.
Kecuali airnya kering karena terkena sinar matahari, ataupun panas badan

2.5. yang membatalkan Wudhu menurut beberapa madzhab


1. Pendapat Madzhab Syafi’i
Imam Syafi’i membagi penyebab batalnya wudhu seseorang menjadi 4
perkara.Empat perkara tersebut adalah sebagai berikut.
a. Keluarnya sesuatu melewati satu dari dua jalan
Segala sesuatu yang keluar melalui salah satu jalan keluarnya najis (qubul dan
dubur) merupakan penyebab batalnya wudhu seseorang. Akan tetapi, menurut
Imam Syafi’i, air mani yang keluar dari tubuhnya sendiri (bukan air mani yang
menempel) bukan penyebab batalnya wudhu. Ini karena jika seseorang
mengeluarkan air mani maka dia wajib mandi. Air mani adalah air yang
memancar keluar dari kemaluan, biasanya pada saat berhubungan intim.
b. Hilang akal
Hilang akal merupakan salah satu penyebab wudhu seseorang batal.Hilang
akal di sini dapat disebabkan oleh pingsan, gila, atau tidur.Namun, tidur yang
dilakukan dalam posisi duduk tidak membatalkan wudhu.
c. Bertemunya dua kemaluan antara laki-laki dan perempuan
Penyebab lain batalnya wudhu seseorang adalah bertemunya dua kemaluan
laki-laki dan perempuan. Baik yang terjadi secara disengaja ataupun tidak.
d. Menyentuh kemaluan
Hal terakhir yang membatalkan wudhu adalah menyentuh kemaluan dengan
telapak tangan.
2. Pendapat Madzhab Hambali[5]
a. Semua yang keluar dari qubul dan dubur
Madzhab Hambali berpendapat bahwa semua yang keluar dari dua jalan, yaitu
qubul dan dubur adalah penyebab batalnya wudhu. Hal ini dikecualikan bagi

4
orang yang sedang berhadats.Dengan demikian, wudhu orang tersebut tidak
batal.Hal tersebut merupakan keringanan baginya atas kesulitan yang dihadapi.
b. Sesuatu yang keluar selain dari qubul dan dubur
Najis yang keluar dari badan (selain dari qubul dan dubur) tidak membatalkan
wudhu, kecuali jika keluar dalam jumlah yang banyak.
c. Hilang akal
Imam Ahmad berpendapat, hilang akal yang disebabkan oleh pingsan, gila,
mabuk (ringan ataupun berat), serta tidur ringan dalam posisi rukuk, sujud,
ataupun berbaring adalah hal yang dapat membatalkan wudhu.
d. Menyentuh kemaluan atau dubur
Menyentuh kemaluan atau dubur dengan menggunakan telapak tangan dalam
ataupun luar dan tanpa alas dapat membatalkan wudhu.Baik itu disengaja
ataupun tidak disengaja.
e. Menyentuh kemaluan
Menyentuh kemaluan laki-laki atau perempuan dengan syahwat merupakan
hal yang membatalkan wudhu. Kecuali, menyentuh kemaluan anak kecil di
bawah usia 7 tahun tanpa adanya syahwat.
f. Memandikan jenazah
Maksud memandikan jenazah di sini adalah orang yang turut serta memegang
jenazah secara langsung. Bukan yang menyiramkan air ke tubuh jenazah.Hal
tersebut dapat membatalkan wudhu karena orang yang memegang tubuh
jenazah pada umumnya akan menyentuh bagian kemaluan si jenazah.
g. Wajib wudhu dalam hal yang diwajibkan mandi
Menurut Imam Ahmad, hal-hal yang menyebabkan seseorang wajib mandi
otomatis menyebabkan orang tersebut wajib berwudhu pula. Di
antaranya:Berhubungan badan,Keluar mani,Islamnya orang kafir,Orang murtad
yang kembali memeluk Islam[6].

3. Pendapat Madzhab Maliki


Imam Malik membagi penyebab batalnya wudhu menjadi 3 garis besar. Tiga
garis besar tersebut adalah ahdats, asbaab, dan ar- riddah wa asy-syak. Berikut ini
penjelasannya.
a. Al- Ahdats
Ahdats yaitu apapun yang dapat keluar dari dubur (lubang bagian belakang)
dan qubul (kemaluan) adalah najis. Misalnya:Kotoran,Air seni,Angin (baik yang
disertai dengan suara ataupun tidak),Wadi (air putih kental yang keluar ketika
buang air kecil),Madzi (air yang keluar dari kemaluan karena syahwat),Mani
(air yang memancar keluar dari kemaluan, biasanya pada saat berhubungan
intim),Hadi (air yang keluar dari kemaluan seorang wanita pada saat
melahirkan),Darah istihadhoh (darah yang keluar secara terus-menerus di luar
darah haid, atau biasa disebut darah karena penyakit)
Apakah jika yang keluar dari dubur dan qubul merupakan sesuatu yang tidak
umum dapat membatalkan wudhu juga?Imam Malik berpendapat, jika dari

5
kedua lubang tersebut keluar sesuatu yang tidak umum – seperti cacing, kerikil,
darah dan nanah – ini tidak membatalkan wudhu karena bukan merupakan najis.
b. Al- Asbab
Dalam pandangan Madzhab Maliki, Al-Asbaab adalah batalnya wudhu
seseorang yang disebabkan oleh faktor di luar badan.Al-Asbaab ini dibagi
menjadi 3 golongan, di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Hilang akal
Hilang akal di sini, dapat disebabkan oleh pingsan, gila, ataupun
mabuk yang disebabkan mengkonsumsi minuman keras.
2. Menyentuh kemaluan
Menyentuh kemaluan dengan menggunakan telapak tangan atau ibu
jari yang disertai dengan syahwat dan tanpa menggunakan alas
menyebabkan wudhu seseorang batal.
3. Berciuman
Berciuman baik yang disertai dengan syahwat atau pun tidak akan
membatalkan wudhu.

4. Ar-Riddah wa Asy-Syak
Imam Malik berpendapat bahwa Ar-Riddah dan Asy-Syak merupakan perkara
yang membatalkan wudhu seseorang.Apa yang dimaksud dengan Ar-Riddah dan
Asy-Syak?
Ar-Riddah adalah orang yang keluar dari Islam (murtad).
Asy-Syak adalah munculnya perasaan ragu-ragu pada seseorang apakah ia sedang
dalam keadaan berwudhu atau sedang hadats. Jadi, jika Anda merasa ragu-ragu
mengenai thaharoh badan Anda, menurut Madzhab Maliki ini diwajibkan untuk
wudhu kembali.Hingga Anda merasa yakin.[7]

6
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Berwudhu adalah tindakan yang harus dilakukan seorang Muslim sebelum
melaksanakan shalat, karena wudhu sendiri merupakan salah satu syarat sah
shalat.Pengertian wudhu sendiri menurut syara’ adalah, membersihkan anggota
wudhu untuk menghilangkan hadats kecil.

a. Fardhu Wudu’ ada 6 yakni :


1. Niat: hendaknya berniat menghilangkan hadast kecil, dan cara
melakukannya tepat pada waktu membasuh muka, sesuai dengan
pengertian niat itu sendiri.
2. Membasuh seluruh muka (mulai dari tumbuhnya rambut kepala
hingga bawah dagu, dan dari telinga kanan hingga telinga kiri)
3. Membasuh kedua tangan sampai siku-siku
4. Mengusap sebagian rambut kepala
5. Membasuh kedua belah kaki sampai mata kaki
6. Tertib (berturut-turut), artinya mendahulukan mana yang harus
didahulukan, dan mengakhirkan mana yang harus diakhirkan.

b. Syarat-syarat wudhu
1. Beragama IslamMumayiz
2. Tidak sedang berhadast besar
3. Menggunakan air yang suci dan mensucikan
4. Tidak ada yang menghalangi sampainya air ke kulit

c. Hal Yang Membatalkan Wudhu:


Keluarnya sesuatu dari dua jalan, yaitu dari qubul dan dubur.seperti buang air
besar, keluar angin (kentut) dan lain lain.
1. Hilang akal
2. Bersentuhannya kulit laki-laki dan perempuan yang bukan
muhrimnya tanpa memakai tutup atau penghalang.
3. Menyentuh kemaluan (qubur/dubur) meskipun kemaluannya sendiri
tanpa memakai tutup.
4. Tidur nyenyak, kecuali tidur sambil duduk dengan tetap
kedudukannya.

3.2. Saran
Jika kita hendak melaksanakan sholat,maka berwudhu lah dengan syarat sah yang
telah dianjurkan oleh nabi,karena syarat sah sholat adalah suci dari hadas besar dan
kecil.makalah ini belum sempurna maka kami sangat meminta kritik dan saran agar
pembuatan makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi.

7
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Azzam, Abdul Aziz.2010.Fiqih Ibadah.Jakarta : Amzah.


http://zulkhulafair.blogspot.co.id/2013/03/v-behaviorurldefaultvmlo.html?m=1
http://maqollah.blogspot.co.id/2013/10/makalah-wudhu.html?m=1
Drs. H. Moh. Rifa’I, Ilmu Fiqih Islam Lengkap. (Semarang : PT. Karya Toha Putra, 1978).
http://surat-alquran.blogspot.co.id/2012/09/wudhu.html?m=1
Mz.Labib.2000.Rangkuman Shalat Lengkap.Surabaya: Bintang Usaha Jaya.
http://fikihumatislam.blogspot.co.id/2015/09/pengertian-wudhu.html?m=1
https://almanhaj.or.id/754-wudhu.html
Maftuhin,Anis .2006.Rahasia-Rahasia Besar Di Balik Perintah Wudhu.Bekasi:Rabhita Press
http://www.fiqihmuslim.com/2014/09/hal-hal-yang-membatalkan-wudhu.html?m=1
http://www.fiqihmuslim.com/2014/09/rukun-wudhu.html?m=1

[1] http://www.fauzulmustaqim.com/2015/12/makalah-wudhu.html?m=1 Blogger.com


[2] Maftuhin,Anis .2006.Rahasia-Rahasia Besar Di Balik Perintah Wudhu.Bekasi:Rabhita
Press
[3] Abdul Aziz Muhammad Azzam. Ilmu Fiqih.(Jakarta.2010). hlm. 36.
[4] http://maqollah.blogspot.co.id/2013/10/makalah-wudhu.html?m=1
[5] http://www.fiqihmuslim.com/2014/09/hal-hal-yang-membatalkan-wudhu.html?m=1
[6] https://almanhaj.or.id/754-wudhu.html
[7] https://almanhaj.or.id/754-wudhu.html

Anda mungkin juga menyukai