651 Nasional
Seminar Erman I.Hukum
Rahim, Universitas
I.G. Ayu Ketut Rahmi,
Negeri Agus Riwanto
Semarang Law
Volume 4 Nomor 3 Tahun 2018, 651-666
*Surel: erman@ung.ac.id
ISSN (Cetak) 2614-3216 ISSN (Online) 2614-3569
© 2018 Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
http://fh.unnes.ac.id
© 2018. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
Seminar Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang 652
Pendahuluan
1
J. Asshiddqie., Konsolidasi Naskah UUD 1945 Setelah Perubahan keempat, Pusat
Studi Hukum Tata Negara UI,2002, hlm. 22
2
Thimothy D. Sisk, Democracy at the Local Level The International IDEA Handbook
on Participation, Representation, Conflict Managemen, and Governance,
2001.Sweden: Interntional IDEA, hlm.23.
3
Mustofa Lutfi, Hukum Sengketa Pemilukada di Indonesia, Jogyakata, UII Press, 2010,
hlm.115
4
Lihat pendapat Ramlan Surbakti yang menyatakan: Demokratisasi diberbagai belahan
dunia, yang antara lain ditandai oleh penyelenggaraan pemilihan umum yang diikuti oleh
sejumlah partai politik yang lama (baik menggunakan baju/nama baru maupun
menggunakan nama lama) maupun partai politik yang baru, ternyata tidaklah berjalan
dengan liniear (lurus) karena menghadapi berbagai kendala sesuai dengan sejarah dan
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2018. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
653 Erman I. Rahim, I.G. Ayu Ketut Rahmi, Agus Riwanto
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2018. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
Seminar Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang 654
6
Pasal 35 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2015
7
Ibid., Pasal 136
8
Ibid, Pasal 138
9
Ibid., Pasal 142 dan Pasal 143
10
Ibid., Pasal 145 dan Pasal 146
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2018. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
655 Erman I. Rahim, I.G. Ayu Ketut Rahmi, Agus Riwanto
11
Pasal 153 ayat (1) , Pasal 154 ayat (1) dan ayat (2) Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 10 tahun 2016 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, Dan Walikota
Menjadi Undang-Undang
12
Ibid., Pasal 156 ayat (1) dan Pasal 157 ayat (3)
13
Fadli Ramadhanil, Evaluasi Pilkada Serentak 2015, yayasan Perluden, Jakarta, 2015,
hlm. 67-68
14
Ivan Mawardi, Dinamika Sengketa “Hukum Administrasi di Pemilukada, Rangkang
Education, Yogyakarta, 2014, hlm. 113-121
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2018. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
Seminar Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang 656
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2018. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
657 Erman I. Rahim, I.G. Ayu Ketut Rahmi, Agus Riwanto
16
Ibid, hlm. 261
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2018. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
Seminar Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang 658
Tabel 2
Permohonan Penyelesaian Sengketa Sebelum Penentapan Pasangan Calon
pada Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota tahun 2017
KABUPATEN/
NO PROV PUTUSAN PANWAS
KOTA
Mengabulkan Permohonan Pemohon
Kab. Simeulue
untuk sebagian
Kab. Aceh Utara Menolak Permohonan Pemohon
Kota Banda
Menolak Permohonan Pemohon
Aceh
1 Provinsi Aceh Mengabulkan permohonan untuk
Kab. Bireun
sebagian
Mengabulkan permohonan untuk
Kab. Aceh Utara
sebagian
Kab. Aceh Mengabulkan Permohonan pemohon
Tamiang seluruhnya
Provinsi
Kab. Buton Menolak Permohonan Pemohon
2 Sulawesi
Tengah Untuk Seluruhnya;
Tenggara
Kabupaten
Kepulauan Mengabulkan permohonan pemohon
Yapen
Kabupaten
Kepulauan Permohonan dinyatakan gugur
Yapen
Kabupaten
3 Provinsi Kepulauan Mengabulkan permohonan pemohon
Papua Yapen
Kabupaten Mengabulkan permohonan pemohon
Sarmi untuk sebagian
Kota Jayapura Menolak Permohonan Pemohon
Kota Jayapura Menolak Permohonan Pemohon
Kabupaten Mengabulkan Permohonan Pemohon
Dogiyai untuk sebagian
Provinsi
4 Kota Sorong Menolak Permohonan Pemohon
Papua Barat
Provinsi
Kab. Tapanuli Mengabulkan Permohonan Pemohon
5 Sumatera
Tengah untuk sebagian
Utara
Provinsi Kab. Maluku
6 Menolak Permohonan Pemohon
Maluku Tengah
Provinsi Mengabulkan Permohonan Untuk
Kabupaten Buol
7 Sulawesi Seluruhnya
Tengah Kabupaten Buol Menolak Permohonan Pemohon
Sumber: Bawaslu, 2017
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2018. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
659 Erman I. Rahim, I.G. Ayu Ketut Rahmi, Agus Riwanto
17
Pasal 142 Undang-Undang nomor 8 tahun 2015
18
Fadli Ramadhanil, op.cit hlm.88
19
Pasal 154 Undang-Undang nomor 1 tahun 2015
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2018. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
Seminar Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang 660
dipilih melalui proses yang free and fair. Sedangkan bagi Komisi
Pemilihan Umum proses sengketa pencalonan menjadi penting karena akan
menguji kewibawaan dan integritas sebagai penyelenggara Pemilu. Komisi
Pemilihan Umum harus mempertanggungjawabkan segala tindakan dan
keputusan yang merupakan produk hukum sebagai bagian yang tidak bisa
terpisahkan dari tindakan hukum atas nama Negara.20 Sedangkan bagi
Badan pengawas pemilihan dan Panitia pengawas pemilihan sebagai bagian
dari penyelenggara memiliki kewenangan menyelesaikan sengketa
pemilihan melalui proses dengan mempertemukan para pihak, agar
diperoleh kesepakan melalui musyawarah.21
Terdapat tiga jenis penanganan dan mekanisme penyelesaian
sengketa pemilihan yaitu;22 Pertama, mekanisme formal atau korektif
seperti mengajukan dan memproses gugatan pemilu. Mekanisme ini
menghasilkan keputusan untuk membatalkan, mengubah, atau mengakui
adanya penyimpangan dalam proses pemilu. Kedua, mekanisme punitive,
seperti kasus pelanggaran pidana. Mekanisme ini menghasilkan sanksi
badan maupun individu yang bertanggung jawab atas penyimpangan
tersebut, termasuk tanggung jawab pidana atau administrasi pemilihan.
Ketiga, mekanisme informal atau alternative, yaitu mekanisme yang dapat
dipilih pihak-pihak yang bersengketa.
Berdasarkan ketentuan pasal 53 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10
tahun 2016 menyatakan bahwa Sengketa Tata Usaha Negara Pemilihan
merupakan sengketa yang timbul dalam bidang Tata Usaha Negara
Pemilihan antara Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur, Calon Bupati
dan Calon Wakil Bupati, serta Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota
dengan KPU Provinsi dan/atau KPU Kabupaten/Kota sebagai akibat
dikeluarkannya Keputusan KPU Provinsi dan/atau KPU Kabupaten/Kota.23
Kemudian pada 53 ayat (2) Undang-Undang Nomor 10 tahun 2016
menyatakan Peradilan Tata Usaha Negara dalam menerima, memeriksa,
mengadili, dan memutus sengketa Tata Usaha Negara Pemilihan
menggunakan Hukum Acara Tata Usaha Negara. Oleh karena itu sengketa
pencalonan dikategorikan sebagai sengketa tata usaha Negara, karena
20
Fadli Ramadhanil, op.cit hlm.85
21
Op.cit Pasal 143 Undang-Undang nomor 1 tahun 2015
22
Debora Blandira Sinambela, dkk Catatan Proses Pencalonan Pilkada 2015 yang
Berlarut-Larut, Jurnal Pemilu & Demokrasi, Evaluasi Pilkada Serentak 2015#8 April
2016, Yayasan Perluden, Jakarta. hlm.100-101
23
Op.cit Pasal 153 Undang-Undang nomor 1 tahun 2015
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2018. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
661 Erman I. Rahim, I.G. Ayu Ketut Rahmi, Agus Riwanto
24
Op.cit Debora Blandira Sinambela, dkk,
25
Fadli Ramadhanil, op.cit hlm.90-91
26
Fadli Ramadhanil, Ibid
27
Hans Kelsen, General Theory of Law and State,New York, Russel, 1973, hlm.123
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2018. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
Seminar Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang 662
28
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Bandung, Citra Aditya Bakti, 2006, hlm.20
29
Bernard L. Tanya dkk, Teori Hukum:Strategi Tertib Manusia Lintas Ruang dan
Generasi, Yogyakarta, Genta Publising, 2013, hlm.117
30
Lon L. Fuller, The Morality of Law,New Haven, Yale University, 1971, hlm. 39-91.
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2018. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
663 Erman I. Rahim, I.G. Ayu Ketut Rahmi, Agus Riwanto
Kesimpulan
Sejak diselanggarakannya pemilihan kepala Daerah atau pemilihan
Gubernur, Bupati dan Walikota, yang dimulai sejak tahun 2005 dengan
menggunakan Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah dan sampai saat ini telah menerapkan Undang-Undang nomor 10
tahun 2016 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun
2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, Dan Walikota
menjadi Undang-Undang, secara subtansi belum mengatur secara
komprehensif dan rinci terkait dengan pengertian sengketa adminsitrasi dan
pelanggaran administrasi, obyek dan subyek yang dapat dikategorikan
sebagai sengketa administrasi serta mekanisme dan waktu penyelesaiannya.
Sehingga menyebabkan penyeselesaian sengketa administrasi pancalonan
yang dikategorikan sebagai sengketa Tata Usaha Negara belum tersistem
dengan jelas dan tegas dalam sebuah penegakkan hukum Pemilu yang
integratif.
Saran
Upaya untuk memeperoleh penyelesaian sengketa Tata Usaha
Negara Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota untuk mewujudkan
keadilan dalam pemilihan umum yaitu; adanya penyelesaian yang cepat,
akuntabilitas dan memiliki kekuatan hukum yang pasti dengan melakukan
penyempurnaan terhadap ketentuan yang mengatur mekanisme, prosedur
dan waktu penyelesaian sengketa Tata Usaha Negara pemilihan atau
31
Lihat Ivan Mawardi, 2014, Dinamika Sengketa “Hukum Administrasi di Pemilukada,
Rangkang Education, Yogyakarta hlm.xiv
32
Ibid
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2018. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
Seminar Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang 664
Daftar Pustaka
Bernard L. Tanya dkk. (2013). Teori Hukum:Strategi Tertib Manusia Lintas
Ruang dan Generasi. Yogyakarta: Genta Publising.
Debora Blandira Sinambela, dkk. (2016). Catatan Proses Pencalonan
Pilkada 2015 yang Berlarut-Larut, Jurnal Pemilu & Demokrasi,
Evaluasi Pilkada Serentak 2015#8 April, Jakarta: Yayasan Perludem.
Fadli Ramadhanil. (2016). Evaluasi Pilkada Serentak 2015, Jakarta:
Yayasan Perludem.
Hans Kelsen. (1973). General Theory of Law and State. New York: Russel.
Ivan Mawardi. (2014). Dinamika Sengketa “Hukum Administrasi di
Pemilukada. Yogyakarta: Rangkang Education.
Jimly Asshiddqie. (2002). Konsolidasi Naskah UUD 1945 Setelah
Perubahan keempat. Jakarta: Pusat Studi Hukum Tata Negara UI.
Lon L. Fuller. (1971). The Morality of Law. New Haven: Yale University.
Mustofa Lutfi. (2010). Hukum Sengketa Pemilukada di Indonesia.
Yogyakarta: UII Press.
Rambe Kamarul Zaman. (2016). Perjalanan Panjang Pilkada Serentak.
Jakarta: PT Mizan Publika.
Ramlan Surbakti. (2008). Perekayasaan Sistem Pemilu untuk Membangun
Tata Politik Demokratis. Jakarta: Kemitraan.
Satjipto Rahardjo. (2006). Ilmu Hukum. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Suharizal. (2012). PEMILUKADA, Regulasi, Dinamika dan Konsep Yang
akan Datang. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Thimothy D. Sisk. (2001). Democracy at the Local Level The International
IDEA Handbook on Participation, Representation, Conflict
Managemen, and Governance. Sweden: Interntional IDEA.
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2018. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
665 Erman I. Rahim, I.G. Ayu Ketut Rahmi, Agus Riwanto
Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Dasar 1945
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara,
sebagaimana telah dilakukan perubahan kedua dengan Undang-
undang No. 9 Tahun 2004 serta sebagaimana telah diubah terkahir
dengan Undang-undang No. 51 Tahun 2009
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan
Umum
Undang-Undang Nomor 1 tahun 2015
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2015
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2016
Mahkamah Agung nomor 115/Tuaka.TUN/V/2015
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2018. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
Seminar Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang 666
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2018. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang