Oleh:
Kelompok 6
Universitas Jember
Tahun 2019/2020
DAFTAR ISI
Judul ......................................................................................................... 1
Daftar Isi ................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 4
2.1 Pengertian Manajemen Produksi ……………………………………. 6
2.2 Perkembangan Manajemen Produksi………………………………… 7
2.3 Fungsi Manajemen Produksi………………………………………… 7
2.4 Tujuan Manajemen Produksi………………………………………… 8
2.5 Ruang Lingkup Manajemen Produksi……………………………….. 9
2.6 Aspek-aspek Manajemen Produksi………………………………….. 10
BAB III PENUTUP……………………………………………………… 14
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………... 14
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………… 15
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Intinya adalah bahwa ada berbagai tingkat eksistensi alam dan tingkat eksistensi
kesadaran. Oleh karena itu, untuk menemukan hakikat kebenaran tidak cukup hanya
dengan mengandalkan pendekatan ilmiah atau rasional.
Eksistensi alam semesta memiliki jenjang terbagi kedalam empat tingkat, yaitu:
1. Tingkat pertama adalah benda mati, yang hanya memiliki unsur P (substandi,
materi).
2. Tingkat kedua dalah tumbuh-tumbuhan, yang mempunyai unsur P dan unsur X
(kehidupan)
3. Tingkat ketiga adalah golongan hewan, yang memiliki unsur P, X, dan Y
(kesadaran)
4. Tingkat keempat adalah golongan manusia, yang memiliki unsur P, X, Y, dan Z
(unsur kesadaran diri atau unsur kesadaran transendenta/spiritual)
Dapat disimpulkan bahwa hakikat keberadaan alam semesta tidak hanya terbatas
pada pada sesuatu yang bersifat fisik, tetapi hal-hal yang tidak tampak oleh
pancaindra juga merupakan bagian dari tak terpisahkan dari hakikat kebenaran
seperti pikiran, perasaan, dan sedaran murni (bisa juga disebut potensi tak terbatas,
kesadaran murni, roh, spirit, Tuhan, atau sebutan lainnya).
Steiner (1999), membagi hakikat manusia berdasarkan lapisan lapisan energi yang
melekat pada tubuh manusia sebagai satu kesatuan, yaitu:
Menurut Agustian (2001) dan Kustara (2005), Manusia terbagi kedalam tiga
lapisan, yaitu:
a) Fisik
b) Mental (jiwa, mind)
c) Spiritual (roh, soul)
M. Rukky Santoso (2001) mengatakan bahwa otak memiliki neuron yaitu sel saraf
yang terdiri tiga puluh miliar sel dan bagian-bagian sel ini membentuk kerja sama yang
rumt dengan bagian-bagian kecil lainnya. Dilihat dari neuroscience, otak manusia
diibaratkan komputer, dimana cara kerjanya yaitu menerima masukan melalui
pancaindra lalu disalurkan melalui sistem jaringan saraf ke otak untuk diolah dan
disimpan, dan nantinya hasil olahan tersebut disalurkan lagi melalui sistem jaringan
saraf ke seluruh organ tubuh (Semiawan, 1999).
Toger Wolkott Sperry merupakan ilmuwan yang pertama kali meneliti tentang
belahan otak kiri (left hemisphere) dan belahan otak kanan (right hemisphere). Otak
kiri menjalankan fungsi berpikir secara kognitif dan rasional dengan karateristik yang
bersifat logis, matematis, analitis, realitis, vertical, kuantitaif, intelektual, objektif, dan
mengontrol sistem motorik bagian tubuh kanan. Sementara itu, otak kanan memiliki
fungsi berpikir secara afektif dan relasional; memiliki karateristik kualitatif, impulsif,
spiritual, holistik, emosional, artistik, kreatif, subjektif, simbolis, imajinatif, simultan,
intuitif; dan mengontrol gerak tubuh sebeah kiri.
Gelombang otak dapat diukur dengan mesin EEG. Humpery (2000) membedakan
kerja otak berdasarkan gelombang elektro, yaitu:
1) Gelombang delta terjadi pada frekuensi yang paling rendah sekitar 0,5 – 4 Hz
putaran per detik, biasanya terjadi ketika seseorang tidur lelap atau sedang
melakukan meditasi mendalam.
2) Gelombang theta terjadi pada frekuensi 4 – 7 Hz, muncul pada saat tidur
disertai mimpi ringan, atau meditasi pada tingkat yang belum mendalam.
3) Gelombang beta timbul pada frekuensi 13 – 30 Hz, terjadi pada saat terjaga
dan perhatian terpusat secara aktif, misalnya pada saat memecahkan suatu
masalah.
4) Gelombang delta terjadi pada frekuensi 8 – 13 Hz, muncul pada saat
memenjamkan mata, mendengarkan musik, meditasi pada tahap awal, dan
dalam keadaan santai.
1) Fungsi berpikir (kognitif), merupakan fungsi otak kanan dan otak kiri
(neocortex)
2) Fungsi afektif, mengelola emosi dan perasaan dari fungsi sistem limbik
3) Fungsi fisik, meliputi gerakan penglihatan, pendengaran, penciuman,
pencecapan, dan peradaban.
4) Fungsi intuisi/firasat, secara menyeluruh dan sebagian merupakan hasil
sintesis tingkat tinggi dari semua fungsi otak.
Zohar dan Marshall (2002) melihat fungsi otak dari tiga cara berpikir atau tiga
ragam kecerdasan, yaitu:
Istilah kecerdasan emosinal (EQ) pertama kali dicetuskan oleh Peter Salovey,
psikolog dari Harvard University dan John Mayer dari University of New Hamshire
pada tahun 2000 (dalam Shapiro, 2001), untuk menggambarkan kualitas-kualitas
emosional. Kualitas-kualitas tersebut antara lain: empati, kemampuan mengungkapkan
dan memahami perasaan pengendalian amarah, kemandirian, kemampuan
menyesuaikan diri dan sebagainya. Kecerdasan emosi berhubungan dengan
kemampuan mengontrol impuls. Dengan kata lain, fokus dari kecerdasan emosi
adalah pengendalian diri yang berkaitan dengan kemampuan memahami diri sendiri
sehingga tidak kehilangan kendali diri, sedangkan empati berkaitan dengan
kemampuan memahami orang lain (Patton, 2002). Jadi, kecerdasan emosional
mencakup keterampilan mengendalikan diri (intrapersonal) dan keterampilan
berhubungan dengan orang lain (interpersonal).
Istilah kecerdasan spiritual (SQ) pertama kali diperkenalkan oleh Danar Zohar dan
Ian Marshall pada tahun 2000 dalam bukunya yang berjudul SQ: Spiritual
Intelligence—The Unlimited Intelligence. Zohar dan Marshall beum bisa
mendefinisikan arti SQ, namun hanya memberikan tanda-tanda SQ, yaitu kemampuan
bersikap fleksibel, tingkat kesadaran tinggi, kemampuan untuk menghadapi dan
memanfaatkan penderitaan, kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa
sakit, dan sebagainya. Lama Surya Das (2002) juga mengungkapkan kehidupan
spiritualitas sebagai hal-hal yang berhubungan dengan kehadiran Ilahi, Tuhan, roh,
jiwa, kebenaran, pengetahuan diri, pengalaman mistis, kedamaian batin, dan
pencerahan.
Pikiran menentukan siapa dan apa diri seseorang sebagai individu. Pikiran akan
menentukan apakah umat manusia akan menuju sakit atau sehat, emosi yang
bergejolak atau stabil, sikap dan perilaku negatif atau positif, watak yang baik atau
buruk, serta menuju ke kesadaran yang lebih tinggi atau menuju ke kesadaran yang
lebih rendah. Hart melukiskan beberapa pengaruh penting dari pikiran sebagaimana
terlihat di bawah ini.
Membentu
k Spiritual
Menerima
Sikap dan Membentu
Watak k Pikiran
Pikiran
Menentukan
Mempengaruhi
Sistem
Perilaku
kekebalan
Sistem
Erbe Sentanu (2007) mengatakan bahwa pikiran rasional bukanlah kemampuan
tertinggi yang dimiliki umat manusia. Di atas pikiran nasional masih ada kesadaran
murni (kesadaran transcendental). Sebagaiman dikatakan oleh Walters, kesadaran
dalam keadaannya yang murni bersifat mutlak, lebih mutlak dari kecepatan cahaya
yang melambat ketika memasuki medium fisik seperti atsmosfir bumi, serta lebih
mutlak dari keberadaan benda. Dalam kaitannya dengan kesadaran, Sigmund Freud
(dalam Hjelle dan Ziegler, 1992) membedakan tiga lapisan kesadaran, yaitu:
1) Lapisan sadar (conscious level), berhubungan dengan dunia luar dalam wujud
sensasi dan berbagai pengalaman yang disadari setiap saat.
2) Lapisan prasadar (preconscious level), menyangkut pengalaman-pengalaman
yang tidak disadari pada saat pengalaman tersebut terjadi, serta dapat muncul
kembali menjadi kesadaran secara spontan.
3) Lapisan tidak sadar (unconscious level), menyimpan semua dorongan insting
primitif serta emosi dan memori yang mengancam pikiran sadar yang telah
sedemikian ditekan.
Krishna (1999) membagi kesadaran manusia ke dalam lima tingkat kesadaran atau
lapisan utama. Kelima lapisan tersebut, antara lain.
Empat evolusi kesadaran yang dikemukakan Sutrisna, Ibnu Arabi (dalam Frager,
1999) berdasarkan pengalaman dan pemahaman akan hakikat kehidupan sebagai
berikut:
1. Jalan syari’ah yaitu tahap dimana seseorang secara taat asas mengikuti hukum
moral (hukum keagamaan) dalam kehidupan sehari-hari.
2. Jalan thariqah yaitu tahap dimana seseorang mencoba mencari kebenaran
melalui jalan tanpa rambu (upaya menggali kebenaran melalui pengalaman
langsung, melampaui hokum moral keagamaan).
3. Jalan haqiqah yaitu tahap dimana seseorang telah memahami makna terdalam
dari praktik syariah dan thariqah.
4. Jalan ma'rifah yaitu tahap dimana seseorang telah mempunyai kearifan dan
pengetahuan terdalam tentang kebenaran spiritual.
a. Mempunyai komponen-komponen
b. Ada batas suatu sistem
c. Ada lingkungan luar sistem
d. Ada penghubung
e. Ada masukan, proses, dan keluaran
f. Ada sasaran atau tujuan
Inti dari pemahaman konsep sistem adalah setiap elemen saling bekerja sama,
saling mendukung, saling memerlukan, dan saling memengaruhi satu sama lain dalam
rangka mencapai tujuan sistem secara keseluruhan. Apabila ada gangguan pada
salah satu elemen maka akan berpengaruh pada pencapaian tujuan sistem secara
keseluruhan sebagai satu kesatuan. Manusia dan alam merupakan satu kesatuan
sistem yang tidak dapat dipisahkan. Perilaku umat manusia akan sangat menentukan
nasib keberadaan bumi, alam semesta, dan seluruh isinya.
2.9 Kasus
Berikut beberapa kasus yang ada di Indonesia, yaitu:
3. Bagaimana Anda menilai tindakan PT. Lapindo Brantas yang tidak memasang
casing dalam proses pengeboran sumur eksplorasi tersebut bila dilihat dari
hakikat manusia secara utuh?
Tindakan yang dilakukan oleh PT Lapindo Brantas menunjukan bahwa
manusia adalah makhluk yang tidak sempurna, walaupun pengeboran sumur
eksplorasi ini telah memakai tenaga ahli yang berpengalaman dibidangnya,
tindakan PT Lapindo Brantas yang tidak memasang casing sesuai dengan
spesifikasi standar tehnik pengeboran memperlihatkan bahwa didalam diri
manusia juga terdapat sifat sombong dan tamak. Meminimalkan keselamatan
dan mencari keuntungan sebesar-besarnya tanpa melihat dampak buruk yang
akan terjadi.
B. LEDAKAN SUMUR PT LAPINDO BRANTAS
1. Bagaimana anda menilai seorang Hery dalam mengelola bisnis tanaman
hias wisata situ diatas bila dilihat dari tingkat kesadaran sebagai manusia,
makna, dan tujuan hidup?
Bila dilihat dari tingkat kesadaran, Hery berada dalam lapisan
kesadaran Intelegensia. Henry membeli tanah dan memanfaatkan sumber
dana yang ada dengan tujuan untuk membuka lapangan pekerjaan untuk
warga sekitar. Bisnis Hery sangat bermanfaat dalam pelestarian
lingkungan dan penghijuan juga membudidayakan ikan hias yang ada di
taman tersebut. Hal itu menunjukan bahwa Hery adalah orang yang
berpikir positif, dermawan, dan bekerja secara tulus dan tanpa pamrih.
Makna dan tujuan hidup Hery terdapat keseimbangan antara kenikmatan
duniawi dan rohani dengan tingkat ego sedang. Kenikmatan duniawi yang
didapat oleh Hery adalah dia mendapat keuntungan material dan dia
memiliki pekerjaan. Sedangkan kenikmatan rohaninya adalah dia bangga
karena dapat menciptakan lapangan kerja untuk warga dan mampu
menciptakan nilai kehidupan lahan.
BAB III
KESIMPULAN
Pada hakikatnya manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurana. Manusia
mempunyai hakikat seperti otak dan kecerdasan, pikiran dan kesadaran, kebenaran, dan
eksistensi. Hakikat tersebut saling keterkaitan antara satu dengan yang lain. Dalam
kesadaran manusia, tujuan makna hidup manusia adalah keseimbangan antara
kenikmatan duniawi dan rohani. Manusia dan alam merupakan satu kesatuan sistem yang
tidak dapat dipisahkan. Perilaku umat manusia akan sangat menentukan nasib
keberadaan bumi, alam semesta, dan seluruh isinya.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno dan I Cenik Ardana. 2009. Etika Bisnis dan Profesi: Tantangan
Membangun Manusia Seutuhnya. Jakarta: Salemba Empat.