SIKLUS HIDROLOGI
SIA-205
Disusun Oleh
KELOMPOK 5
FIRLY RAUDYA AFIFAH 22-2018-203
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Siklus hidrologi – Bumi ialah salah satu planet yang terdapat dalam susunan tata surya galaksi
bima sakti. Planet bumi memiliki permukaan yang berbentuk daratan dan perairan. Jika dilihat dari
luar angkasa bumi terlihat bulat dan memiliki banyak warna biru yang menandakan wilayah perairan.
Warna putih adalah pesisir, ombak-ombak pantai, dan kawasan salju, hijau menandakan
wilayah hutan rindang dan coklat adalah daratan yang digunakan sebagai tempat tinggal manusia.
Apabila dilihat dari kejauhan tersebut bumi akan tampak memiliki wilayah perairan lebih besar
daripada daratan. Hal itu menandakan bahwa bumi ini kaya akan sumber daya alam berbentuk
perairan baik lautan, danau, sungai maupun rawa-rawa.
Air adalah jenis sumber daya alam yang sangat penting di bumi. Bukan hanya bagi manusia,
namun juga bagi semua makhluk hidup Ketersediaan air di daratan bumi dapat tetap terjaga karena
adanya hujan. Hujan dapat tercipta karena adanya suatu mekanisme alam yang berlangsung secara
siklus dan terus menerus.
Dalam pengaturan penyebaran air di daratan bumi, mekanisme alam yang dimaksud tersebut
dikenal dengan istilah siklus hidrologi. Siklus hidrologi memegang peran penting bagi kelangsungan
hidup organisme yang ada di bumi..
Siklus hidrologi merupakan siklus atau sirkulasi air yang berasal dari Bumi kemudian menuju
ke atmosfer dan kembali lagi ke bumi yang berlangsung secara terus menerus. Melalui siklus ini,
ketersediaan air di daratan bumi dapat tetap terjaga, proses siklus hidrologi juga berdampak pada
teraturnya suhu lingkungan, cuaca, hujan dan keseimbangan ekosistem bumi. Siklus air atau siklus
hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfer ke bumi dan kembali ke
atmosfer melalui tahap kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi
b.) Transpirasi
Penguapan air ini bukan hanya terjadi di badan air dan tanah. Penguapan air juga dapat
berlangsung di jaringan makhluk hidup, seperti hewan dan tumbuhan. Penguapan semacam ini
dikenal dengan istilah transpirasi. selain itu, transpirasi juga mengubah air yang berwujud cair dalam
jaringan makhluk hidup menjadi uap air dan membawanya naik ke atas menuju atmosfer.
Akan tetapi, jumlah air yang menjadi uap melalui proses transpirasi umumnya jauh lebih
sedikit dan lebih kecil dibandingkan dengan jumlah uap air yang dihasilkan melalui proses evaporasi.
c.) Evapotranspirasi
Evapotranspirasi ini merupakan gabungan dari evapotasi dan juga transpirasi. Sehingga dapat
dikatakan bahwa evapotranspirasi ini merupakan total penguapan air atau penguapan air secara
keseluruhan, baik yang ada di permukaan Bumi atau tanah maupun di jaringan makhluk hidup. Dalam
siklus hidrologi, evapotranspirasi ini sangatlah mempengaruhi jumlah uap air yang ternagkut ke atas
atau ke atmosfer Bumi
Gambar 3. Proses Evapotranspirasi
d.) Kondensasi
Kondensasi merupakan proses berubahnya uap air menjadi partikel- partikel es. Ketika
uap air dari proses evaporasi, transpirasi, evapotranspirasi, dan sublimasi sudah mencapai ketinggian
tertentu, uap air tersebut akan berubah menjadi partikel-partikel es yang berukuran sangat kecil
melalui proses kondensasi.
Perubahan wujud ini terjadi karena pengaruh suhu udara yang sangat rendah saat berada
di ketinggian tersebut. Partikel- partikel es yang terbentuk tersebut akan saling mendekati satu sama
lain dan bersatu hingga membentuk sebuah awan.
Semakin banyak partikel es yang bersatu, maka akan semakin tebal dan juga hitam awan
yang terbentuk.
Gambar 4. Kondensasi
e.) Sublimasi
Tahapan yang lainnya adalah sublimasi yaitu proses naiknya uap air ke atas atmosfer bumi.
Sumblimasi merupakan proses perubahan es di kutub atau di puncak gunung menjadi uap air, tanpa
harus melalui proses pencairan. Sublimasi ini juga tidak sebanyak penguapan (evaporasi maupun
transpirasi), namun meski sedikit tetap saja sublimasi ini tetap berkontribusi erat terhadap jumlah uap
air yang naik ke atmosfer, namun jumlah air yang di hasilkan menjadi lebih sedikit.
Dibandingkan dengan evaporasi maupun transpirasi, proses sublimasi ini berjalan lebih
lambat dari pada keduanya. Sublimasi ini terjadi pada tahap siklus hidrologi panjang.
f.) Adveksi
Adveksi merupakan perpidahan awan dari satu titik ke titik lainnya namun masih dalam satu
horizontal. Jadi setelah partikel- partikel es membentuk sebuah awan yang hitam dan gelap, awan
tersebut dapat berpindah dari satu titik ke titik yang lain dalam satu horizontal.
Proses adveksi ini terjadi karena adanya angin maupun perbedaan tekanan udara sehingga
mengakibatkan awan tersebut berpindah. Adveksi adalah proses perpindahan awan dari satu titik ke
titik lain dalam satu horizontal akibat arus angin atau perbedaan tekanan udara.
Proses adveksi ini memungkinkan awan yang terbentuk dari proses kondensasi akan
menyebar dan berpindah dari atmosfer yang berada di lautan menuju atmosfer yang ada di daratan.
Namun perlu diketahui bahwa tahapan adveksi ini tidak selalu terjadi dalam proses hidrologi, tahapan
ini tidak terjadi dalam siklus hidrologi pendek.
Gambar 6. Proses Adveksi
g.) Presipitasi
Awan yang telah mengalami proses adveksi tersebut selanjutnya akan mengalami presipitasi.
Presipitasi merupakan proses mencairnya awan hitam akibat adanya pengaruh suhu udara yang tinggi.
Pada tahapan inilah terjadinya hujan. Sehingga awan hitam yang tebentuk dari partikel es tersebut
mencair dan air tersebut jatuh ke Bumi manjadi sebuah hujan. Namun, tidak semua presipitasi
menghasilkan air.
Apabila presipitasi terjadi di daerah yang mempunyai suhu terlalu rendah, yakni sekitar
kurang dari 0ᵒ Celcius, maka prepitisasi akan menghasilkan hujan salju. Awan yang banyak
mengandung air tersebut akan turun ke litosfer dalam bentuk butiran- butiran salju tipis. Hal ini dapat
kita temui di daerah yang mempunyai iklim sub tropis, dimana suhu yang dimiliki tidak terlalu panas
seperti di daerah yang mempunyai iklim tropis.
Gambar 7. Presipitasi Air Hujan
Proses terjadinya siklus hidrologi selanjutnya ialah tahap run off. Tahapan run off ini
terjadi ketika sudah di permukaan Bumi. Run off (limpasan) ialah suatu proses pergerakan air dari
tempat yang tinggi menuju tempat rendah di permukaan bumi.
Proses pergerakan air ini berlangsung melalui saluran-saluran air contohnya danau, got,
muara, sungai, laut hingga samudra. Dalam proses inilah air yang mengalami siklus hidrologi akan
kembali ke lapisan hidrosfer.
Proses selanjutnya adalah proses infiltrasi. Air yang sudah berada di bumi akibat proses
presipitasi, tidak semuanya mengalir di permukaan bumi dan mengalami run off. Sebagian kecil dari
air tersebut akan bergerak menuju ke pori- pori tanah, merembes, dan menumpuk menjadi air tanah.
Proses pergerakan air ke dalam pori- pori tanah ini disebut sebagai proses infiltrasi. Proses
infiltrasi akan secara lambat membawa air tanah untuk menuju kembali ke laut.
Setelah melalui proses run off dan infiltrasi, kemudian air yang telah mengalami siklus hidrologi akan
kembali berkumpul ke lautan. Dalam waktu yang berangsur- angsur, air tersebut akan kembali
mengalami siklus hidrologi yang baru, dimana diawali dengan evaporasi. Dan itulah beberapa dari
tahapan siklus hidrologi
j.) Perkolasi
Perkolasi adalah proses mengalirnya air ke bawah secara gravitasi dari suatu lapisan tanah ke
lapisan di bawahnya, sehingga mencapai permukaan air tanah pada lapisan jenuh air.
Gambar 10. Perkolasi di dalam Tanah
Siklus hidrologi pendek merupakan siklus hidrologi yang tidak mengalami proses adveksi. Uap
air yang terbentuk melalui siklus hidrologi akan diturunkan melalui hujan yang terjadi di daerah
sekitar laut tersebut. Pada siklus ini, uap air akan diturunkan menuju sekitar laut melalui hujan.
Berikut adalah penjelasan mengenai siklus hidrologi pendek:
1. Air laut mengalami proses penguapan dan berubah menjadi uap air akibat adanya
panas matahari.
2. Uap air akan mengalami kondensasi dan membentuk awan.
3. Awan yang terbentuk akan menjadi hujan di permukaan laut.
Gambar 11. Siklus Hidrologi Pendek, yang meliputi penguapan, kondensasi, dan hujan yang
berada di sekitar laut
Siklus hidrologi sedang adalah siklus hidrologi yang umum terjadi di Indonesia. Siklus ini terjadi
saat air yang berada pada badan air (danau, rawa, laut, sungai) menguap, terkondensasi menjadi awan,
kemudian awan tersebut bergerak ke tempat lain karena terdorong oleh angin atau karena perbedaan
tekanan dan menurunkan hujan di permukaan tanah.
Siklus hidrologi ini menghasilkan hujan di daratan karena proses adveksi membawa awan yang
terbentuk ke atas daratan Siklus ini terjadi di wilayah daratan yang di dekatnya terdapat laut atau di
wilayah tropis.
Berikut penjelasan singkat mengenai siklus hidrologi sedang ini:
1. Air laut mengalami proses evaporasi dan berubah menjadi uap air akibat adanya panas
matahari.
2. Uap air mengalami adveksi karena angin sehingga bergerak menuju daratan.
3. Di atmosfer daratan, uap air membentuk awan dan berubah menjadi hujan.
4. Air hujan di permukaan daratan akan mengalami run off menuju sungai dan kembali ke laut.
Gambar 12. Siklus Hidrologi Sedang yang meliputi penguapan, kondesasi, dan hujan, yang terjadi di
laut dan darat
Siklus hidrologi panjang adalah siklus hidrologi yang umumnya terjadi di daerah beriklim
subtropis atau daerah pegunungan. Siklus hidrologi panjang sebenarnya sama peristiwanya dengan
siklus hidrologi sedang. Yang membedakannya adalah siklus ini memiliki daerah yang sangat luas
sehingga perubahannya terjadi menjadi hujan salju dan mengalir melalui sungai dan akan kembali
menuju laut.
Dalam siklus hidrologi ini, awan tidak langsung diubah wujud menjadi air, melainkan terlebih
dahulu turun sebagai salju dan membentuk gletser. Berikut penjelasan singkat tentang siklus hidrologi
panjang ini:
Penjelasan mengenai siklus hidrologi panjang ini adalah sebagai berikut:
1. Air laut yang terkena pemanasan sinar matahari akan mengalami penguapan dan menjadi uap
air.
2. Uap air yang telah terbentuk akan mengalami proses sublimasi.
3. Kemudian awan terbentuk dengan mengandung kristal-kristal es.
4. Awan mengalami proses adveksi dan kemudian bergerak ke daratan.
5. Awan akan mengalami presipitasi dan kemudian akan turun sebagai salju.
6. Salju akan terakumulasi menjadi gletser.
7. Gletser tersebut akan mencair karena adanya pengaruh suhu udara dan membentuk aliran
sungai.
8. Air yang berasal dari gletser akan mengalir di sungai tersebut kemudian akan kembali ke laut.
3.1 Kesimpulan
Jumlah air di bumi memang selalu tetap, hanya terjadi perubahan bentuk. Suatu saat air laut
berubah menjadi menguap, menjadi awan, kemudian menjadi hujan, masuk ke sungai dan mengalir
kembali ke laut.
Siklus hidrologi di bumi ini tidak akan pernah berhenti, namun karena beberapa hal siklus
siklus hidrologi menjadi terhambat, misalnya akibat pemakaian air tanah secara besar besaran, lahan
atau hutan gundul. Yang kemudian megakibatkan tidak turunnya hujan., ataupun kekurangan air
bersih
Daftar Pustaka
https://moondoggiesmusic.com/siklus-hidrologi/
https://id.wikipedia.org/wiki/Siklus_air
http://www.ebiologi.net/2016/03/siklus-hidrologi-pengertian-proses.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Penguapan
https://id.wikipedia.org/wiki/Transpirasi
https://id.wikipedia.org/wiki/Kondensasi
http://yudhacivilizer.blogspot.com/2012/01/perkolasi.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Infiltrasi