Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Robbil’alamin, puji syukur senantiasa kami panjatkan


kehadirat Allah SWT.yang senantiasa mencurahkan lipatan kasih sayang dalam
debaran nadi hingga Yaumus Sa’ah.

Sholatullah ma’a Salamuhu semoga senantiasa mengalir ke haribaan


Habibullah Nabi Muhammad SAW. dan menetes pula pada umatnya yang
mengharapkan beliau sebagai Sidjul Qolbi fi Dunya ila Yaumil Qiyamah.

Selanjutnya karya tulis sederhana ini mengharap agar karya sederhana ini
dapat bermanfaat khususnya untuk diri sendiri dan umumnya untuk orang lain.
Dengan terselesaikannya tugas makalah yang berjudul Menguasai Ilmu I’jaz Al -
Qur’an yang merupakan Tugas dari Mata Kuliah’ Study Al-Qur’an’’.
Dengan terselesainya makalah ini kami berterimakasih kepada :
1. Bpk. KH. Abdulloh Kafabihi Mahrus, Selaku rektor IAI TRIBAKTI
2. Bpk. Makhfud, M.Pd. selaku dosen pengampu
3. Semua pihak yang ikut andil dalam penyusunan karya ini
Semoga Maghfiroh Allah SWT. senantiasa memeluk mereka dimanapun
berada. Amin.
Sebagai manusia biasa tentunya masih banyak kekurangan dan kesalahan
pada penyusunan karya ini, maka penyusun mengharap kritik dan saran yang
bersifat membangun dari berbagai pihak demi tersempurnakanya karya ini.

Kediri, 10 September 2019

Penyusun
Kelompok 13

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................ i

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

A. Latar Belakang............................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah.......................................................................................1

C. Tujuan Penulisan ........................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 2

A. pengertian I’jazul quran...............................................................................2


B. segi-segi kemukjizatan al-quran ................................................................. 4
C. Macam-macam kemukjizatan Al – Qur’an..................................................7
D. pendapat ulama tentang I’jazul quran ......................................................... 9

BAB III PENUTUP ........................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………..12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Allah telah menganugerahkan kepada manusia berbagai keistimewaan dan
kelebihan, serta memberinya kekuatan pikiran cemerlang, yang dapat menembus
segala medan untuk menundukkan unsur-unsur kekuatan alam tersebut dan
menjadikannya sebagai pelayan bagi kepentingan kemanusiaan.
Allah sama sekali tidak menelantarkan manusia, tanpa memberi
kepadanya sebersit wahyu dari waktu ke waktu, yang membimbingnya ke jalan
petunjuk, sehingga mereka dapat menempuh liku-liku hidup dan kehidupan ini
atas dasar keterangan dan pengetahuan. Namun mengingat akal manusia pada
awal fase perkembangannya tidak melihat sesuatu yang lebih dapat menarik hati
selain mukjizat-mukjizat alamiah yang hissi (indrawi), karena akal mereka
belum mencapai puncak ketinggian dalam bidang pengetahuan dan pemikiran.
Allah telah menentukan keabadian mukjizat Islam, sehingga kemampuan
manusia menjadi tak berdaya menandinginya, pembicaraan tentang
kemukjizatan al-Qur’an juga merupakan satu macam mukjizat tersendiri, dengan
demikian marilah kita belajar mengenai i’jazul Qur’an berikut ini.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tentang pengertian I’jazul quran?
2. Bagaimana segi-segi kemukjizatan al-quran?
3. Macam-macam kemukjizatan Al – Qur’an?
4. Bagaimana pendapat ulama tentang I’jazul quran?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tentang pengertian I’jazul quran.
2. Untuk mengetahui segi-segi kemukjizatan al-quran.
3. Untuk memahami Kemukjizatan Al – Qur’an.
4. Untuk mengetahui pendapat ulama tentang I’jazul quran.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian I’jazul Quran


I’jaz (kemukjizatan) menurut bahas adalah masdar dari kata ‘ajz artinya
lemah. Sedangkan menurut istilah adalah ketidakmampuan mengerjakan
sesuatu, lawan dari kemampuan. Apabila kemukjizatan telah terbukti, maka
nampaklah kemampuan mu’jiz (sesuatu yang melemahkan), yang dimaksud
dengan i’jaz ialah menampakkan kebenaran Nabi dalam pengakuannya sebagai
seorang Rasul dengan menampakkan kelemahan orang Arab untuk menghadapi
mukjizatnya yang abadi, yaitu al-Qur’an, dan kelemahan generasi-generasi
sesudah mereka. Rasulullah telah meminta orang Arab menandingi Qur’an
dalam tiga tahapan:
1. Menantang mereka dengan seluruh Qur’an dalam uslub umum yang meliputi
orang Arab sendiri dan orang lain, jin dan manusia.
2. Menantang mereka dengan sepuluh surah saja dari Qur’an.
3. Menantang mereka dengan satu surah saja dari Qur’an.

Atau patutkah mereka mengatakan "Muhammad membuat-buatnya."


Katakanlah: "(kalau benar yang kamu katakan itu), maka cobalah datangkan
sebuah surat seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kamu panggil
(untuk membuatnya) selain Allah, jika kamu orang yang benar." (QS.10, Yunus
: 38).

Kelemahan orang Arab untuk menandingi Qur’an padahal mereka


memiliki faktor-faktor dan potensi untuk itu, merupakan bukti tersendiri bagi
kelemahan bahasa Arab di masa bahasa ini berada pada puncak keremajaan dan
kejayaannya.

Kemukjizatan Qur’an bagi bangsa-bangsa lain tetap berlaku di sepanjang


zaman dan akan selalu ada dalam posisi tantangan yang tegar. Misteri-misteri
alam yang disingkap oleh ilmu pengetahuan modern hanyalah sebagian dari

2
fenomena hakikat-hakikat tinggi yang terkandung dalam misteri alam wujud
yang merupakan bukti bagi eksistensi pencipta dan perencanaannya.1

Dalam menjelaskan macam-macam I’jazil Qur’an para ulama berbeda


pendapat. Hal ini disebabkan karena perbedaan tinjauan masing-masing, di
antaranya yaitu :

1. Dr. Abd. Rozzaq Naufal, dalam kitab Al-I’jazu al-Adadi Lil Qur’anil
Karim menerangkan bahwa i’jazil Qur’an itu ada 4 macam, adalah sebagai
berikut :
Al-I’jazul Balaghi yaitu kemukjizatan segi sastra balaghahnya, yang
muncul ada pada masa peningkatan mutu sastra Arab.
Al-I’jazut Tasyri’i yaitu kemukjizatan segi pensyariatan hukum-hukum
ajarannya yang muncul pada masa penetapan hukum-hukum syari’at Islam.
Al-I’jazul Ilmu yaitu kemukjizatan segi ilmu pengetahuan, yang muncul
pada masa kebangkitan ilmu dan sains di kalangan umat Islam.
Al-I’jazul Adadi, yaitu kemukjizatan segi quantity / matematis, statistik
yang muncul pada abad ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang.
2. Imam al-Khotthoby (wafat 388 H) dalam buku al-Bayan fi I’jazil Qur’an
mengatakan bahwa kemukjizatan al-Qur’an itu terfokus pada bidang
kebalaghahan saja
3. Imam al-Jahidh (w. 255 H) di dalam kitab Nudzumul Qur’an dan Hujajun
Nabawiyah serta al-Bayan wa at-Tabyin menegaskan bahwa kemukjizatan
al-Qur’an itu terfokus pada bidang susunan lafal-lafalnya saja, maksudnya,
i’jazul Qur’an itu hanya satu macam saja, yaitu kemukjizatan susunannya
dengan semboyan :
4. Ismail Ibrahim dalam buku yang berjudul Al-Qur’an wa I’jazihi al-Ilmi
mengatakan, orang yang mengamati al-Qur’an dengan cermat, mereka akan

1
Al-Khattan, Manna Khalil, Studi Ulumul Qur’an, (Bogor: PT. Pustaka Litera Antar Nusa, 2001),
h. 35.

3
mengetahui bahwa kitab itu merupakan gudang berbagai disiplin ilmu dan
pengetahuan, baik ilmu-ilmu lama maupun ilmu-ilmu baru.

B. Segi-segi Kemukjizatan Al-quran


1. Gaya Bahasa

Gaya bahasa Al-Qur’an membuat orang Arab pada saat itu kagum dan
terpesona. Kehalusan ungkapan bahasanya membuat banyak diantara mereka
masuk islam. Bahkan, Umar bin Abu Thalib pun yang mulanya dikenal
sebagai seorang yang paling memusuhi Nabi Muhammad SAW dan bahkan
berusaha untuk membunuhnya, memutuskan untuk masuk islam dan beriman
pada kerasulan Muhammad hanya karena membaca petikan ayat-ayat Al-
Qur’an. Susunan Al-Qur’an tidak dapat disamakan oleh karya sebaik apapun.

2. Susunan Kalimat

Kendati pun Al-Qur’an, hadis qudsi, dan hadis nabawi sama-sama


keluar dari mulut nabi, tetapi uslub atau susunan bahasanya sangat jauh
berbeda. Uslub bahasa Al-Qur’an jauh lebih tinggi kualitasnya bila di
bandingkan dengan lainnya. Al-Qur’an muncul dengan uslub yang begitu
indah.di dalam uslub tersebut terkandung nilai-nilai istimewa yang tidak akan
pernah ada ucapan manusia.2

3. Hukum Ilahi yang sempurna

Al-Qur’an menjelaskan pokok-pokok akidah, norma-norma


keutamaan, sopan santun, undang-undang ekonomi, politik, social dan
kemasyarakatan,serta hokum-hukum ibadah. Apabila memperhatikan pokok-
pokok ibadah, kita akan memperoleh kenyataan bahwa islam telah
memperluasnya dan menganekaragamkan serta meramunya menjadi ibadah
amaliyah, seperti zakat dan sedekah. Ada juga berupa ibadah amaliyah
sekaligus ibadah badaniyah, seperti berjuang di jalan Allah.

2
Djalal, Abdul, Ulumul Qur’an, Surabaya : Dunia Ilmu, cet. 2, 2000.

4
4. Ketelitian Redaksinya

Ketelitian redaksi bergantung pada hal berikut :

a. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dan antonimnya,


beberapa contoh diantaranya :

1) Al-Hayah (hidup0 dan Al-Maut (mati), masing-masing serbanyak


145 kali.
2) Al-Hayah (hidup0 dan Al-Maut (mati), masing-masing serbanyak
145 kali.
3) An-Naf (manfaat) dan Al-Madharah (mudarat), masing-masing
sebanyak 50 kali.
4) Al-Har (panas) dan Al-Bard (dingin) sebanyak 4 kali.
5) As-Shalihat (kebajikan) dan As-Syyiat (keburukan) sebanyak
masing-masing 167 kali.
6) Ath-thuma’ninah (kelapangan) dan Adh-dhiq (kesempitan)
sebanyak masing-msing 13 kali.

b. Keseimbangan jumlah bilangan kata dengan sinonimnya atau makna


yang dikandungnya:

1) Al-harts dan Az-zira’ah (bertani) masing-masing 14 kali.


2) Al-‘ushb dan Adh-dhurur (angkuh) masing-masing 27 kali.
3) Adh-dhaulun dan Al-mawta (orang sesat/mati jiwanya) masing-
masing 17 kali.

c. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan jumlah kata yang


menunjukan akibatnya :

1) Al-infaq (infaq) dengan Ar-ridha (kerelaan) masing-masing 73


kali.

5
2) Al-bukhl (kekikiran) dengan Al-hasarah (penyesalan) masing-
masing 12 kali.
3) Al-kafirun(orang-orang kafir) dengan An-nar (neraka) masing-
masing 154 kali.

d. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan kata


penyebabnya :

1) Al-israf (pemborosan) dengan As-sur’ah (ketergesaan) masing-


masing 23 kali.
2) Al-maw’izhah (nasihat) dengan Al-lisan (lidah) masing-masing
25 kali.
3) Al-asra (tawanan) dengan Al-harb (perang) masing-masing 6
kali.

e. Di samping keseimbangan-keseimbangan tersebut, di temukan juga


keseimbangan khusus:

1) Kata yawm (hari) dalam bentuk tunggal sejumlah 365 kali,


sebanyak hari-hari dalam setahun, sedangkan kata hari dalam
bentuk plural (ayyam) atau dua (yawmayni), berjumlah tiga
puluh, sama dengan jumlah hari dalam sebulan. Disisi lain, kata
yang berarti bulan (syahr) hanya terdapat dua belas kali sama
dengan jumlah bulan dalam setahun.
2) Al-Qur’an menjelaskan bahwa langit itu ada tujuh macam.
Penjelasan ini diulangi sebanyak tujuh kali pula, yakni dalam
surat Al-Baqarah ayat 29, surat Al-Isra ayat 44, surat Al-
Mu’minun ayat 86, surat Fushilat ayat 12, surat Ath-thalaq 12,
surat Al- Mulk ayat 3, surat Nuh ayat 15, selain itu, penjelasan
tentang terciptanta langit dan bumi dalam enam hari dinyatakan
pula dalam tujuh ayat.

5. Berita tentang hal-hal yang gaib

6
Sebagaian ulama mengatakan bahwa sebagian mukjizat Al-Qur’an itu
adalah berita-berita gaib. Pada Al-qur’an sudah ditegaskan bahwa badan
firaun tersebut akan diselamatkan Tuhan untuk menjadi pelajaran bagi
generasi berikutnya. Tidak seorang pun mengetahui hal tersebut karena telah
terjadi sekitar 1.200 tahun SM. Pada awal abad ke-19 tepatnya.

6. Isyarat-Isyarat Ilmiah

Banyak sekali isyarat ilmiah yang di temukan dalam Al-Qur’an,


misalnya:

 Cahaya matahari bersumber dari dirinya dan cahaya bulan merupakan


pantulan.
 Kurangnya oksigen pada ketinggian dapat menyesakkan napas.
 Perbedaan sidik jari manusia.
 Masa penyusunan yang tepat dan masa kehamilan minimal.
 Adanya nurani dan bawah sadar manusia.
 Yang merasakan nyeri adalah kulit.
 Aroma atau bau manusia berbeda-beda.3

C. Macam-macam Kemukjizatan Al-quran


Secara garis besar mukjizat dapat dibagi dalam dua bagian pokok,
yaitu pertama mukjizat yang bersifat material indrawi lagi tidak kekal,
dan kedua mukjizat imaterial, logis, lagi dapat dibuktikan sepanjang masa.
Mukjizat nabi-nabi terdahulu kesemuanya merupakan jenis pertama. Mukjizat
mereka bersifat material dan indrawi dalam arti keluarbiasaan tersebut dapat
disaksikan atau dijangkau langsung lewat indra oleh masyarakat tempat Nabi
tersebut menyampaikan risalahnya.4
Perahu Nabi Nuh a.s yang dibuat atas petunjuk Allah sehingga mampu
bertahan dalam situasi ombak dan gelombang dahsyat; tidak terbakarnya Nabi

3
Ash-Shiddieqy, Muhammad Habsyi, Teungku, Ilmu-Ilmu Al Qur’an, Semarang : PT.
Pustaka Rizki Putra,2002.
4
M. Quraish Shihab, Mukjizat Al- Qur’an, (Bandung : Mizan,1997), h :35

7
Ibrahim a.s dalam kobaran api yang sangat besar; tongkat Nabi Musa a.s yang
beralih wujud menjadi ular; penyembuhan yang dilakukan oleh Nabi Isa a.s atas
izin Allah; dan lain-lain. Kesemuanya bersifat material indrawi, sekaligus
terbatas pada lokasi tempat nabi tersebut berada. Ini berbeda dengan mukjizat
Nabi Muhammad Saw, yang sifatnya bukan indrawi atau material, namun dapat
dipahami oleh akal. Karena sifatnya yang demikian, maka ia tidak dibatasi oleh
suatu tempat atau masa tertentu. Mukjizat Al- Qur’an dapat dijangkau oleh setiap
orang yang menggunakan akalnya dimana dan kapanpun.5[5]
Al-Qur’an mengemukakan, alasan mengapa bukti mukjizat Nabi
Muhammad Saw adalah Al-Qur’an? Karna sesungguhnya umat terdahulu jikalau
di tunjukkan mukjizat para Nabi Allah SWT, mereka berdusta. Sebagaimana
firman Allah:
“Dan sekali-kali tidak ada yang menghalangi kami untuk mengirimkan tanda-
tanda (mukjizat) yang bersifat indrawi (melalui Engkau Nabi Muhammad)
melainkan karena tanda-tanda (semacam )itu telah (kami kirimkan
sebelum ini, namun) didustakan oleh umat terdahulu” (QS Al-Isra : 59)

Penolakan terhadap Al- Qur’an sebagai wahyu Allah, sudah terjadi pada
waktu turunnya. Mereka menganggap bahwa Al- Qur’an merupakan buah karya
Nabi Muhammad Saw, padahal beliau sendiri seorang yang ummy (tidak bisa
menulis dan membaca). Untuk menjawab penolakan orang Quraisy terhadap Al-
Qur’an sebagai wahyu Allah, Al- Qur’an menantang dengan tahapan-tahapan
sebagai berikut :
1. Mendatangkan semisal Al- Qur’an
Disini Allah memerintahkan Manusia dan Jin berkumpul untuk
membuat semacam Al- Qur’an. Sebagaimana Firman allah SWT. Yang
berbunyi :

5
M. Quraish Shihab, Mukjizat Al- Qur’an, (Bandung : Mizan,1997), h :36

8
“katakanlah : sesungguhnya jika berkumpul manusia dan jin untuk
mendatangkan yang seperti Al- Qur’an ini, pastilah mereka tidak dapat
mendatangkan yang sepertinya, walaupun sebagian mereka menjadi
penolong bagi sebagian yang lain” (QS. Al- Isra’ : 88)
2. Mendatangkan sepuluh surat yang menyamai surat-surat yang ada dalam Al-
Qur’an.
“Bahkan mereka mengatakan : Muhammad telah membuat-buat Al-Qur’an
itu. Katakanlah, (kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat
yang dibuat-buat untuk menyamainya, dan panggilah orang-orang
yang kamu anggap sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu
memang orang-orang yang benar” (QS. Hud : 13)
Meskipun lebih ringan dibanding tantangan yang pertama, namun tak seorang
pun yang berhasil menjawab tantangan tersebut.
3. Mendatangkan satu surat
“Atau (patutkah) mereka mengatakan, “Muhammad membuat-buatnya”.
Katakanlah, “(kalau benar yang kamu lakukan itu), maka cobalah
datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggilah siapa-siapa yang
dapat kamu panggil (untuk membuat-membuatnya) selain Allah, jika
kamu orang-orang yang benar ”. (QS. Yunus : 38)
Dan Allah mengulangi firman-Nya kembali :
“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang kami
wahyukan kepada hamba kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja)
yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain
Allah, jika kamu orang-orang yang benar.”(QS. Al-Baqarah : 23)6[6]

D. Pendapat Ulama
Dalam ilmu kalam, terjadi perbedaan pandangan para ulama tentang
apakah al-Qur’an itu merupakan makhluk atau bukan. Hal itu juga mendasari

6
Minaul Kholil Al-Qutthon, Mabahits fi ulumil Quran, h : 259

9
perbedaan pendapat mengenai mukjizat al-Qur’an. Pendapat mereka terbagi
menjadi beberapa ragam, antara lain:
1. Abu Ishaq Ibrahim al-Nizam dan pengikutnya dari kaum Syiah berpendapat
bahwa kemukjizatan al-Qur’an adalah dengan cara shirfah. Maksudnya ialah
bahwa Allah memalingkah orang-orang arab yang menentang al-Qur’an,
padahal sebenarnya mereka mampu untuk menghadapinya. Pendapat ini
merupakan pendapat yang salah.
2. Satu golongan ulama berpendapat bahwa al-Qurr’an itu bermukjizat dengan
balaghahnya yang mencapai tingkat tinggi dan tidak ada bandingannya dan
ini adalah pendapat ahli bahasa.
3. Sebagian yang lain berpendapat bahwa segi kemukjizatan al-Qur’an adalah
karena mengandung badi’ yang sangat unik dan berbeda dengan apa yang
dikenal dalam perkataan orang arab pada umumnya.
4. Golongan yang lain berpendapat bahwa al-Qur’an itu kemukjizatannya
terletak pada pemberitaannya tentang hal-hal yang ghaib, yang telah lalu dan
yang akan datang yang tidak ada seorang pun yang tahu.
5. Satu golongan berpendapat bahwa mukjizat al-Qur’an itu terjadi karena ia
mengandung berbagai macam ilmu hikmah yang dalam.7[7]
Demikian berbagai pandangan ulama mengenai kemukjizatan al-Qur’an.
Sebenarnya peninjauan hal itu hanya berdasarkan keilmuan yang mereka miliki.
Perbedaan itu disebabkan oleh keilmuan yang mereka miliki berbeda-beda
antara satu ulama dengan ulama yang lain.

7
Shihab, Quraish, Mu’jizat al-Qur’an: Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah dan
Pemberitaan Ghaib, Bandung: Mizan, 2007.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pengertian I’jaz Al- Qur’an
I’jaz (kemukjizatan) menurut bahas adalah masdar dari kata ‘ajz artinya
lemah. Sedangkan menurut istilah adalah ketidakmampuan mengerjakan
sesuatu, lawan dari kemampuan. Apabila kemukjizatan telah terbukti, maka
nampaklah kemampuan mu’jiz (sesuatu yang melemahkan), yang dimaksud
dengan i’jaz ialah menampakkan kebenaran Nabi dalam pengakuannya
sebagai seorang Rasul dengan menampakkan kelemahan orang Arab untuk
menghadapi mukjizatnya yang abadi, yaitu al-Qur’an, dan kelemahan
generasi-generasi sesudah mereka.
2. Segi-segi kemukjizatan al-quran adalah :
a. Gaya bahasa
b. Susunan kalimat
c. Hukum ilahi yang sempurna
d. Ketelitian redaksinya
e. Berita tentang hal-hal ghaib
f. Isyarat-isyarat ilmiah
3. Macam-macam kemukjizat al – qur’an adalah :

a. bersifat material indrawi dan tidak kekal.

b. Bersifat imaterial, logis dan dapat dibuktikan sepanjang masa.

4. Pandangan ulama

Pandangan ulama mengenai kemukjizatan al-Qur’an. Sebenarnya


peninjauan hal itu hanya berdasarkan keilmuan yang mereka miliki.
Perbedaan itu disebabkan oleh keilmuan yang mereka miliki berbeda-beda
antara satu ulama dengan ulama yang lain.

11
DAFTAR PUSTAKA

Al-Khattan, Manna Khalil. Studi Ulumul Qur’an, Bogor : PT. Pustaka Litera Antar
Nusa, 2001.
Djalal, Abdul, Ulumul Qur’an, Surabaya : Dunia Ilmu, cet. 2, 2000.
Ash-Shiddieqy, Muhammad Habsyi, Teungku, Ilmu-Ilmu Al Qur’an,
Semarang : PT. Pustaka Rizki Putra,2002.
M. Quraish Shihab, Mukjizat Al- Qur’an, (Bandung : Mizan,1997)
Minaul Kholil Al-Qutthon, Mabahits fi ulumil Quran,
Shihab, Quraish, Mu’jizat al-Qur’an: Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat
Ilmiah dan Pemberitaan Ghaib, Bandung: Mizan, 2007.

12

Anda mungkin juga menyukai