Anda di halaman 1dari 4

Pembangunan dan keadilan : siapa yang diuntungkan?

Berdalih tanggung jawab atas kemiskinan yang dialami Negara berkembang


akibat eksploitasi terutama atas Sumber Daya Alam (SDA) yang dilakukan,
Barat menerapkan program bantuan ekonomi pembangunan bagi Negara
berkembang, diantaranya berupa pengucuran pinjaman jangka panjang. Hanya
saja usaha tersebut tidak berbanding tegak lurus, faktanya Negara
berkembang tetap saja miskin.

Mitos Pertumbuhan

Kehidupan manusia memang membutuhkan mitos, memerlukan ideologi, oleh


Budiman (2006:24). Selama ada manusia pasti akan ada mitos dan ideology
sehingga yang terpenting adalah menjaga agar dalam masyarakat tidak hanya
ada satu mitos atau ideology saja. Harus ada mitos dan ideology lain dalam
masyarakat sehingga biasa menjadi pembanding.

Berger (2004:37) dalam diskusi Barat selalu muncul tiga masalah yang
dipertimbangkan saat ini yakni pembangunan, modernisasi, dan pertumbuhan.
Pertumbuhan merupakan indikator pertama dalam menentukan gagal
berhasilnya sebuah pembangunan.

Modernitas konsepnya adalah kemajuan (Rahardjo, 1986:281). Dari sini


kemudian muncul mitos baru dalam bentuk pertumbuhan, yaitu proses
transformasi besar sejarah Barat modern menuju kepada masyarakat utopia,
masyarakat yang penuh kesejahteraan dan kebahagiaan. Mitos ini telah
menelan korban manusia yang luar biasa besarnya dalam sejarah manusia.
Mitos-mitos yang bias mengakibatkan kita buta terhadap pengorbanan dan
menutup mata terhadap fakta-fakta harus ditolak.

Korban-korban Pembangunan

Dalam ideology pembangunan telah lama dipertahankan bahwa semua


manfaat pada akhirnya akan meluas kesemua sector dalam masyarakat
(Berger, 2004:54). Mitos ‘pengaruh yang menetas kebawah’ (trickle-down
effect) atau yang lebih optimis ‘pengaruh yang menyebar ‘ (spreed effect),
sangat kuat diterapkan pada Orde Baru bahkan hingga Era Reformasi sekarang
ini.

Dampak pembangunan berorientasi pertumbuhan membuat kondisi


masyarakat kelas bawah semakin menderita karena :

1. Efek menetas kebawah yang diharapkan sama sekali tidak terjadi.


2. Keserakahan kelas kapitalis
3. Terbatasnya penarikan investasi

Sugito dan Ezaki ( 1989:385), terjadi peningkatan pendapatan rumah tangga


pada priode pembangunan 1978-1982, dengan indikatornya ketimpangan
pendapatan dalam batas sedang dan rendah.

Keadilan Sosial dalam Pembangunan

Rawls, 2006:3
- Keadilan adalah kebajikan utama dalam institusi social, sebagaimana
kebenaran dalam system pemikiran.
- Subjek utama keadilan adalah masyarakat atau lebih tepatnya cara
lembaga-lembaga social untuk mendistribusikan hak dan kewajiban
fundamental serta menentukan pembagian keuntungan dari kerjasama
social.
- Ada dua prinsip keadilan :
1. Setiap orang mempunyai hak yang sama atas kebebasan dasar yang
paling luas, seluas kebebasan yang sama bagi semua orang.
2. Ketimpangan social dan ekonomi mesti diatur sedemikian rupa
sehingga (a) dapat diharapkan memberikan keuntungan semua orang;
dan (b) semua posisi dan jabatan terbuka bagi semua orang.

Pembangunan sebagai sebuah proyek kolosal melibatkan berbagai struktur


dalam system politik – ekonomi. Bahkan, melalui pembangunan, perubahan
struktur dimungkinkan dan diharapkan, yang kemudian disebut modernisasi.
Pembangunan juga menempatkan orang dalam posisi yang berbeda, dan
situasi semacam ini persoalan keadilan akan selalu muncul. Siapa yang
diuntungkan dan siapa yang dirugikan dalam proyek pembangunan adalah
cerminan atas nilai-nilai keadilan.

Mungkinkah Memperluas Kesempatan?

Indicator keberhasilan pembangunan hendaknya juga dilihat dari : kualitas


hidup, yang mengukur tingkat kehidupan, angka kematian bayi, jumlah energy
yang dikonsumsi, tingkat pendidikan, melek huruf dan sebagainya (Petras dan
Veltmeyer, 2002:226).
Pembangunan juga harus direalisasikan dari ‘bawah’ dan dari ‘dalam’.
Pembangunan dari bawah mengindikasikan dilaukan oleh actor-aktor pewaris
utamanya yakni produsen langsung dan tidak pada pemilik produksi.
Sementara pembangunan dari dalam mengimplikasikan adanya pergeseran
dan kepemilikan, produksi, perdagangan dan kredit yang signifikanuntuk
mengembangkan prodksi bagi makanan bagi orang-orang miskin. (Petras dan
Veltmeyer, 2002:228).

Rawls (2006: 352) system social haruslah didesain sedemikian rupa sehingga
distribusi yang dihasilkan adalah adil, apa pun yang terjadi. Berikutnya, Rawls
(2006: 353) dalam rangka menegakkan institusi-institusi dasar, pemerintah
bisa dibagi ke dalam empat cabang;

1. Cabang alokasi
2. Cabang stabilisasi
3. Cabang transfer
4. Cabang distribusi
--------------------------- ooOoo ---------------------------

Anda mungkin juga menyukai