Anda di halaman 1dari 3

Pertemuan Keempat ASEAN Commission on the

Promotion and Protection of the Rights of Women


and Children (ACWC) di Vientiane, Laos

Vientiane (19/02) -- Pertemuan Keempat ASEAN Commission on the Promotion and Protection of the Rights of Women and
Children (ACWC)telah diselenggarakan di Vientiane, Laos pada tanggal 16-18 Februari 2012. Pertemuan di Laos
merupakan kelanjutan pertemuan ACWC Ketiga yang telah diselenggarakan pada tanggal 16 – 17 Januari 2012 di Manila,
Filipina, namun lebih menitikberatkan pada pembahasan workplan ACWC periode lima tahun ke depan serta pembahasan
mekanisme pendanaan implementasi program-program yang telah dibahas.
Hadir pada pertemuan di Laos para wakil ACWC semua negara anggota ASEAN, ASEAN Secretariat, USAID, dan
Indonesia diwakili Taufan Damanik (anggota ACWC dari Indonesia untuk hak anak) dan juga selaku Wakil Ketua Pertemuan
ACWC di Laos, dan Rita Serena Kolibonso (anggota ACWC untuk hak perempuan), dari Kemenko Kesra hadir 3 delegasi
yaitu Eka Yulianti (Asisten Deputi Urusan Perlindungan Perempuan dan Anak), Wagiran (Kabid Penanggulangan Masalah
Sosial), dan Wahyuni Tri Indarty (Kabid non Fisik), sedangkan dari Kementerian Luar Negeri hadir 2 delegasi yaitu
Nindarsari Utomo (Kasubdit SDM dan Yayasan ASEAN Direktorat Kerjasama Fungsional ASEAN) dan Dicky Yunus (Staf).

Pertemuan ke-4 ACWC di Laos secara resmi dibuka oleh Dr. Amphayvanh Kamshaeng Sivilay, Vice-President of Lao
Women Union. Dalam kata sambutannya menyampaikan bahwa pertemuan kali ini memiliki peran penting sebagai wadah
bertukar pengalaman dalam pemajuan dan perlindungan hak kaum perempuan dan anak di kawasan ASEAN. Laos sendiri
saat ini telah memiliki sejumlah kebijakan di bidang gender equality di bidang politik, ekonomi, sosial, budaza, dan
pembangunan. Sementara itu, Ketua ACWC, Mrs. Kanda Pajrabhaya dalam kata sambutannya menyatakan bahwa
pertemuan di Laos merupakan momentum yang sangat tepat bagi ACWC untuk merumuskan program kerjanya untuk lima
tahun ke depan, khususnya tujuan yang ingin dicapai dari program pemajuan dan perlindungan anak. Di sisi lain, Wakil
Ketua Pertemuan ACWC ke-4, Taufan Damanik juga menyampaikan harapannya untuk pertemuan kali ini dapat
melanjutkan rencana program yang telah dimulai sejak pertemuan tahun 2011.
Pertemuan ACWC ke-4 kali ini secara spesifik telah membahas matriks rencana kerja (workplan) untuk periode lima tahun
ke depan melalui working group untuk perlindungan hak perempuan dan hak anak. Setiap working group mengembangkan
berbagai kegiatan yang mendukung empat belas tema utama mengenai perlindungan dan pemajuan hak perempuan dan
anak untuk periode 2012-2016, selain telah menyetujui Rules of Procedure ACWC. Untuk lebih menajamkan sasaran yang
ingin dicapai, ACWC juga akan melibatkan berbagai organisasi internasional sepertiUNICEF, UNODC, ILO,
UNESCAP, organisasi internasional lainnya (seperti Save the Children, Plan International Asia ACT, CRC Asia, Women
Caucus), dan beberapa NGO nasional, mau pun regional lainnya, serta Dialogue Partners.
Pertemuan juga telah membahas rencana kunjungan ke Amerika Serikat (Washington dan New York) atas undangan
Pemerintah AS yang direncanakan pada tanggal 16-26 April 2012. Kunjungan ditujukan untuk mempererat kerjasama
Amerika Serikat dengan ASEAN, terutama dalam isu pemajuan dan perlindungan hak perempuan dan anak, hak berpolitik,
hak ekonomi dan politik, serta perkembangan kawasan. Wakil dari USAID dan ASEAN-US Technical and Training
Facility telah memaparkan persiapan-persiapan rencana kunjungan ACWC yang telah dilakukan Pemerintah AS. Namun
demikian, Pemerintah AS tidak menanggung biaya transportasi dan akomodasi untuk partisipasi Wakil ACWC dari Brunei
Darussalam dan Singapura. Pertimbangan Pemerintah AS adalah tingkat pembangunan ekonomi kedua negara tersebut
yang dipandang belum layak untuk mendapat bantuan transportasi dan akomodasi untuk berpartisipasi pada kunjungan ke
AS. Selama kunjungan, para Wakil ACWC akan terlibat aktif dalam rangkaian pertemuan dan forum dengan berbagai pihak
di AS seperti wakil senior pemerintah, parlemen, lembaga hukum, think tanks dan NGO, termasuk pejabat PBB, pakar hak
perempuan dan anak, serta pihak swasta.
Para Wakil ACWC telah menyampaikan berbagai pandangan dan masukan atas penolakan pihak Amerika Serikat untuk
menanggung biaya transportasi dan akomodasi bagi Wakil ACWC Brunei dan Singapura. Wakil ACWC Indonesia yang
diwakili Rita Serena Kolibonso menyampaikan apresiasi undangan AS kepada mekanisme baru dalam tubuh ASEAN
seperti ACWC untuk berkolaborasi dalam isu hak perempuan dan anak. Secara konsensus, Indonesia dan seluruh Wakil
ACWC sepakat agar kunjungan ke AS dapat mengikutsertakan semua wakil dari negara anggota ASEAN serta sepakat
untuk menyampaikan kepada Pemerintah AS mengenai penundaan pelaksanaan kunjungan ke AS hingga diperoleh
pendanaan bagi semua Wakil ACWC.

Dalam rangka memberdayakan para korban pelanggaran hak perempuan dan anak, sejak pertemuan ACWC ketiga di Solo
bulan September 2011, pertemuan keempat ACWC di Laos juga telah membahas usulan Singapura dalam bentukconcept
paper on Formation of ACWC Network of Social Services Agencies (NOSSA). Salah satu bentuk kegiatan yang diusulkan
adalah penggalangan dana (fund-raising) melalui philanthropist, foundations, individual, dan corporate social responsibilities
(CSR) dalam rangka mendukung pendanaan program kerja ACWC sebagai alternatif pendanaan periodik yang berasal dari
sumbangan tiap negara anggota ASEAN.
NOSSA yang diusulkan Singapura adalah menyusun Pan-ASEAN platform untuk pertukaran best-practices, exchange of
experts, bantuan teknis, pelatihan, magang bagi para relawan dan professional, pemberian microfinancing bagi korban
pelanggaran, memfasilitasi pengiriman kembali para korban ke negaranya, public awareness, dan penganugerahan kepada
badan-badan pelayanan sosial. Sementara untuk fund-raising sebagai sumber pendanaan ACWC ke depan, Singapura
menyatakan kesiapan untuk menyelenggarakan fund-raising dinner event. Untuk itu, Singapura meminta agar tiap negara
anggota ASEAN mencari 2 (dua) philantropist, foundations, individual atau corporate social responsibilitiesguna
menghadiri fund-raising event, serta mengharapkan tiap negara anggota mengalokasikan dana sebesar USD 500.000 untuk
dana operasional kegiatan ACWC pada masa yang akan datang.
Terhadap concept paper Singapura, wakil-wakil ACWC menyampaikan berbagai pandangan yang pada umumnya
meragukan outcome usulan tersebut, baik dari segi perbedaan mekanisme finansial negara anggota, kriteria para korban
yang akan menerima bantuan serta manajemen dana yang diterima. Forum sepakat untuk kembali membahas usulan
pendanaan kegiatan ACWC pada Pertemuan ACWC Kelima yang akan diselenggarakan pada tanggal 3-5 Juli 2012 di
Jakarta.
Pertemuan juga menghasilkan penajaman atas hasil pertemuan Jakarta mengenai thematic areas, pertemuan Solo
September 2011 yang menghasilkan draft rencana kerja lima tahunan dan rencana kegiatan, ke dalam projek-projek 2012-
2014 yang akan ditangani antara lain: untuk hak anak: Penyiapan Sistem Perlindungan Anak berupa
penyusunanperformance standard untuk sistem perlindungan anak yang integratif dan dialog antar agama dan budaya
dalam kaitan dengan praktek-praktek sosial yang mempengaruhi hak anak dimana keduanya akan dipimpin oleh Indonesia.
Selain itu, disepakati pula projek-projek lain seperti studi tentang kebijakan, perundang-undangan, serta mekanisme yang
mencegah dan melindungi anak dari kekerasan, kompilasi best practices masing-masing negara (pemerintah mau pun
NGO) tentang pencegahan kekerasan terhadap anak, penyusunan petunjuk pendekatan non-kekerasan terhadap anak
semua bidang, hak anak untuk berpartsipasi, projek pencegahan trafiking anak, pendidikan usia dini dan inklusif, serta
beberapa projek lain dimana Indonesia bertindak sebagai supporting countries. Untuk hak perempuan: Indonesia akan
memimpin projek hak perempuan di dalam ekonomi, tanah, dan hak kepemilikan, serta berbagai projek lain sebagai
supporting country, yakni kajian tentang kekerasan terhadap perempuan, penguatan hak politik perempuan, mainstreaming
gender equality, serta perubahan kurikulum pendidikan mengenai issu hak perempuan dan keadilan jender, kampanye
penghentian kekerasan terhadap perempuan dan projek lain. Pertemuan juga menyepekati faund raising dan
mengintesifkan dialog dengan stakeholder di semua sektor dan semua level.
Pertemuan di Laos juga telah membahas perkembangan kerjasama ASEAN-EU di bidang politik-keamanan, ekonomi dan
sosial-budaya yang tertuang dalam ASEAN-EU Multi-Annual Indicative Programme (MIP) 2011-2013. Sebagai tindak lanjut
Pertemuan ke-18 ASEAN-EU Joint Cooperation Committee (JCC) tanggal 30 November 2010 dan berkaitan dengan lingkup
kerja ACWC, EU telah mengalokasikan dana sebesar € 4,5 juta untuk isu tematik Hak Azasi Manusia. Sebagaimana
diketahui, saat ini terdapat tiga badan utama di ASEAN yang mendukung pengembangan hak azasi manusia, yaitu AICHR,
ACWC, dan ACMW.
Pada bagian akhir pertemuan, para Wakil ACWC juga menyelenggarakan kunjungan ke Counseling and Protection Centre
for Women and Children di Vientiane. Shelter yang berada di bawah pengawasan Lao Women’s Union tersebut
merupakan shelter pertama di Laos yang memberikan pelayanan komprehensif bagi korban kekerasan dalam rumah
tangga, perdagangan manusia, maupun eksploitasi seksual. Shelter tersebut mendapat dukungan dari berbagai jaringan
lembaga sejenis yang tersebar di seluruh desa dan distrik di Laos. Kunjungan tersebut merupakan kunjungan pertama dari
serangkaian kunjungan ACWC yang bertujuan untuk mengembangkan kepedulian para wakil ACWC terhadap para korban
serta dukungan bagi penyembuhan, kesehatan, dan proses integrasi kembali ke masyarakat.
Pertemuan keempat ACWC di Laos telah berlangsung dengan efektif yang ditandai dengan dialog interaktif semua wakil
anggota ASEAN dalam tiap sesi paripurna maupun working group. Matrik program kerja ACWC lima tahun ke depan yang
telah disempurnakan akan menjadi acuan dalam perlindungan dan pemajuan hak perempuan dan anak di kawasan.
Program utama ACWC yang akan dilaksanakan di antaranya: menerbitkan kompilasi berbagai good practicespada tingkat
nasional, strategi yang lebih nyata serta berbagai pengalaman dalam penanganan kekerasan terhadap perempuan dan
anak, termasuk pembentukan ACWC Network yang melibatkan berbagai badan layanan sosial.
Penundaan kunjungan ACWC ke Amerika Serikat kiranya makin mengokohkan kohesi antar negara anggota ASEAN
bahwa kunjungan yang dilakukan tidak akan memiliki manfaat yang signifikan apabila terdapat Wakil ACWC negara
anggota ASEAN yang tidak berpartisipasi secara utuh. Usulan untuk memperoleh dukungan pendanaan dari sumber-
sumber lain kiranya dapat terus didukung oleh pemerintah masing-masing.

Tugas-tugas yang akan dilakukan oleh Wakil-wakil ACWC untuk lima tahun ke depan memiliki dampak yang cukup penting
dalam memperjuangkan hak-hak kaum perempuan dan anak di kawasan, sehingga dibutuhkan dukungan politik yang
berkesinambungan. Untuk itu, guna meningkatkan bobot ACWC dalam implementasi program-programnya, direncanakan
wakil-wakil ACWC dapat beraudiensi dengan Presiden RI dalam rangkaian Pertemuan Kelima ACWC yang akan
diselenggarakan di ASEAN Secretariat di Jakarta pada tanggal 3-5 Juli 2012. (EWW)

Anda mungkin juga menyukai