Anda di halaman 1dari 79

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) sebagai tanaman penghasil


minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) dan inti sawit (palm kernel/PK)
merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang menjadi sumber
penghasil devisia nonmigas bagi Indonesia.Cerahnya prospek komoditas
minyak kelapa sawit dan produk turunannya di dunia telah mendorong
pemerintah Indonesia untuk meningkatkan produktifitasnya. (Maruli
Pardamean, 2017).

Produktifitas menjadi kata kunci dalam meningkatkan produksi kelapa


sawit nasional. Terlebih lagi produktifitas bias mengerek pendapatan
perkebunan utamananya milik petani. Produktifitas sawit secara umum masih
rendah dibanding negara-negara lain atau dibanding potensi sebenarnya.
Sampai 2014, luas lahan sawit nasional sekitar 10,2 juta ha. Sementara itu, rata-
rata produktifitas TBS nasional sekitar 22 ton per ha dan rendemen 20%. Total
produksi CPO nasional berjumlah 30 juta ton. Ini masih jauh dari visi
pemerintah yang mempunyai program pencapaian 35-26, yakni produktifitas
TBS mencapai 35 ton /ha/tahun dan rendemen minyak 26%. Itu ekuivalen
dengan produktifitas CPO 9 ton/ha/tahun. (Maruli Perdamean,2017)

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) memiliki arti yang


sangat penting dalam pembangunan perkebunan di Indonesia dalam
menciptakan lapangan pekerjaan dan sebagai sumber devisa bagi negara. Luas
areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia terus bertambah dengan pesat yaitu
pada tahun 2012 sekitar 10,1 juta ha dimana 40,06% diusahakan oleh rakyat.
Produksi kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2012 mencapai 26.015.500 ton
dimana 18.845.000 ton diekspor dengan nilai ekspor yang mencapai US$
17.602.2 juta (Badan Pusat Statistik, 2014).

1
Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman perkebunan di Indonesia
yang memiliki masa depan cukup cerah. Perkebunan kelapa sawit semula
berkembang di daerah Sumatera Utara dan Aceh Darussalam. Namun, sekarang
telah berkembang ke berbagai daera, seperti Riau, Jambi, Sumatera Barat,
Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Kalimantan Barat,
Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi, Maluku, dan Papua
(Sunarko, 2007).

Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah iklim tropis basah
dengan ketinggian 0 - 500 m dpl. Curah hujan yang diperlukan agar kelapa
sawit dapat tumbuh dengan optimal adalah 2.000 – 2.500 mm/tahun dengan
distribusi merata sepanjang tahun tanpa bulan kering yang berkepanjangan
(Suwarto, 2012)

Dalam budidaya tanaman kelapa sawit hal yang dilakukan pertama kali
adalah melakukan land clearing atau yang sering disebut dengan istilah LC
yang berarti pembukaan lahan. Pembukaan lahan merupakan pekerjaan
mempersiapkan areal agar siap untuk ditanami dan memudahkan dalam
pengelolaan kebun pada saatnya nanti (Maruli Pardamean, 2017)

Dalam budidaya tanaman kelapa sawit perawatan tanaman mutlak


diperlukan untuk mendapatkan hasil yang optimal. Oleh karena itu, setelah
selesai penanaman kelapa sawit, dimulailah masa pemeliharaan tanaman
belum menghasilkan (TBM). Masa TBM ini berlangsung selama 3 tahun (36
bulan), yaitu mulai dari penanaman sampai tanaman mulai menghasilkan.
(Maruli Pardamean, 2017)

Kegitan pemeliharaan tanaman pada perkebunan kelapa sawit pada


stadia tanaman belum menghasilkan (TBM-1) meliputi kegiatan
konsolidasi/sensus, selektif wedding, spraying/penyemprotan, pemupukan,
serta pengendalian hama dan penyakit. (SOP PT. Raja Palma, 2015)

2
Proses pemanenan kelapa sawit meliputi perkerjaan memotong tandan
buah matang, pengutipan brondolan, pemotongan pelepah, dan pengangkutan
buah ke tempat pengumpulan hasil (TPH) serta pengiriman ke PKS. Panen
merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam pengelolaan tanaman
kelapa sawit menghasikan.Selain bahan tanaman dan pemeliharaan tanaman,
panen juga salah satu faktor yang penting dalam pencapaian produktifitas
tanaman kelapa sawit. Pengolaan tanaman yang sudah baku (standar), tidak ada
artinya jika panen tidak dilaksanakan secaran optimal. (Maruli Perdamean,
2017)

B. Tujuan Praktek Kerja Lapangan

Praktik kerja lapangan ini bertujuan untuk mengetahui, mempelajari


dan mendapatkan wawasan serta pengalaman lapangan dalam kegiatan
Budidaya Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Sistematika Kelapa Sawit

Menurut Sastrosayona (2003), tanaman kelapa sawit termasuk tanaman

monokotil dalam sistematika (taksonomi) dapat diklasifikasikan sabagai

berikut:

Regnum : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Palmales

Famili :Palmaceae

Genus : Elaeis

Spesies : Elaeis guineensis Jacq.

B. Morfologi Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu


bagian vegetatif dan bagian generatif. Bagian vegetatif kelapa sawit meliputi
akar, batang, dan daun; sedangkan bagian generatif yang merupakan alat
perkembangbiakan terdiri dari bunga dan buah (Yan Fauzi, 2014)
1. Bagian Vegetatif
a) Akar
Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur
hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Selain itu, akar tanaman
kelapa sawit juga berfungsi sebagai penyangga berdirinya tanaman
sehingga mampu menyokong tegaknya tanaman pada ketinggian yang

4
mencapai puluhan meter ketika tanaman sudah berumur 25 tahun Akar
tanaman kelapa sawit tidak berbuku, ujungnya runcing, dan berwarna
putih atau kekuningan.
Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat
kuat karena tumbuh ke bawah dan ke samping membentuk akar primer
sekunder, tersier, dan kuarter Akar primer keluar dari pangkal batang
dan menyebar secara horizontal serta menghujam tumbuh ke dalam
tanah dengan sudut yang beragam, sampai batas permukaan air tanah.
Akar primer (diameter 6-10 mm) bercabang membentuk akar sekunder
(diameter 2-4 mm), akar sekunder membentuk akar tersier (diameter
0,7-1,2 mm), dan akar tersier membentuk akar kuarterner (diameter
0,1-0,3 mm). Akar sekunder, tersier, dan kuarter tumbuh sejajar
dengan permukaan air tanah. Bahkan, akar tersier dan kuarter menuju
ke lapisan atas atau ke tempat yang banyak mengandung zat hara. Di
samping itu, tumbuh pula akar nafas yang muncul di atas permukaan
atau di dalam air tanah. Penyebaran akar terkonsentrasi pada tanah
lapisan atas. Dengan perakaran kuat tersebut, jarang ditemukan pohon
kelapa sawit yang tumbang.

Gambar 1. Akar tanaman kelapa sawit


Akar tersier dan kuarter merupakan bagian perakaran paling
dekat dengan permukaan tanah. Kedua jenis akar ini banyak ditumbuhi
bulu-bulu halus yang dilindungi oleh tudung akar (kaliptra). Bulu-bulu

5
tersebut paling efektif dalam menyerap air udara, dan unsur hara A
dari dalam tanah Kedua akar ini paling banyak ditemukan 2-2,5 m dari
pangkal batang dan sebagian besar berada di luar piringan. Pada
bagian ini tanahnya akan lebih remah dan lembap sehingga merupakan
lokasi yang paling sesuai untuk penyebaran pupuk.
Akar tersier dan kuarter juga banyak ditemukan sampai dengan
1 m di di dalam tanah. Bahkan, ada yang mampu tumbuh sampai
dengan kedalaman 5 m. Namun, sistem perakaran yang paling banyak
ditemukan adalah pada kedalaman 0 - 20 cm, yaitu pada lapisan olah
tanah (top soil). Oleh karena itu, jika menemukan sistem perakaran
yang dangkal, perlu menjaga ketersediaan unsur hara dan permukaan
air tanah yang lebih mendekati permukaan akar tanaman, terutama
pada lahan gambut dan lahan kritis.
Pertumbuhan dan percabangan akar terangsang bila konsentrasi
hara cukup besar (terutama unsur nitrogen dan fosfor). Kerapatan akar
yang tinggi terjadi di daerah gawangan, yaitu tempat daun-daun hasil
tunasan ditumpuk dan terdekomposisi. Meskipun demikian, pemberian
pupuk di piringan dapat dibenarkan untuk memudahkan pelaksanaan
pemupukan dan pengontrolan dosis pupuk.

b) Batang
Tanaman kelapa sawit umumnya memiliki batang yang tidak
bercabang. Batang kelapa sawit tegak keatas berbentuk silindris
dengan diameter 40-60 cm dengan pangkal membesar. Pada ujung
batang terdapat titik tumbuh yang membentuk daun-daun dan
memenjangkan batang pada tahun-tahun pertama membentuk pelepah
sehingga membentuk batang. Secara umum pertambahan tinggi kelapa
sawit sekitar 20-40 cm pertahun tergantung faktor iklim, pemeliharaan,
kerapatan tanaman, dan umur.
Sebagai tanaman monokotil batangnya tidak berkambium yang
tumbuh lurus keatas dan berbentuk silinder berdiameter 20-75 cm.

6
Secara ilmiah ketinggian batang mampu mencapai 30 meter, namun
dalam usaha budidaya tanaman kelapa sawit skala perusahaan
perkebunan ketinggian tersebut jarang mencapai atau hanya mencapai
15 meter (Setyamidjaja, 1992).

Gambar 2. Batang kelapa sawit

c) Daun

Daun kelapa sawit mirip kelapa, yaitu membentuk susunan


daun majemuk, bersirip genap, dan bertulang sejajar Daun-daun
membentuk satu pelepah yang panjangnya mencapai lebih dari 7,5-9 m
Jumlah anak daun di setiap pelepah berkisar 250 - 400 helai. Daun
muda yang masih kuncup berwarna kuning pucat. Pada tanah yang
subur, daun cepat membuka sehingga makin efektif melakukan
fungsinya sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis dan sebagai alat
respirasi. Semakin lama proses fotosintesis berlangsung maka semakin
banyak bahan makanan yang dibentuk sehingga produksi akan
cenderung meningkat. Produksi daun tergantung iklim setempat. di
Sumatera Utara misalnya produksi daun mencapai 20 - 24 helai/tahun
umur daun mulai terbentuk sampai tua sekitar 6 -7 tahun. Daun kelapa
sawit yang sehat dan segar berwarna hijau teratur(Yan Fauzi, 2014).

7
Daun kelapa sawit diberi nomor dengan urutan yang Daun
termuda yang sudah terbuka sempurna dinamakan daun nomor satu
sedangkan daun di atasnya yang masih terbungkus seludang duamakan
daun nomor nol. Keuntungan sistem penomoran daun ini di antaranya
untuk mempermudah menentukan daun yang perlu dambil analisis
unsur menduga daun yang akan berbunga.
Jumlah pelepah, panjang pelepah, dan jumlah anak daun
tergantung pada umur tanaman. Pelepah yang berumur tua pelepah dan
anak daunnya lebih banyak. Begitu pula pelepahya akan lebih panjang
dibadingkan dengan tanaman yang masih muda. Berat kering satu
pelepah dapat mencapai 4,5 kg. Pada tanaman dewasa ditemukan
sekitar 40-50 pelepah. Saat tanaman berumur sekitar 10-13 tahun dapat
ditemukan daun yang luas permukaannya mencapai 10-15 m2. Luas
permukaan daun akan berinteraksi dengan tingkat produktivitas
tanaman. Semakin luas permukaan atau semakin banyak jumlah daun
maka produksi akan meningkat karena proses fotosintesis akan
berialan dengan baik. Proses fotosintesis akan optimal jika luas
permukaan daun mencapai 11 m2.

Gambar 3. Daun kelapa sawit


Jumlah kedudukan pelepah daun pada batang kelapa sawit
disebut juga filotaksis yang dapat ditentukan berdasarkan perhitungan
susunan duduk daun yaitu dengan menggunakan rumus duduk daun
1/8. Artinya, setiap satu kali berputar melingkari batang, terdapat

8
duduk daun (pelepah) sebanyak delapan helai. Pertumbuhan melingkar
duduk daun mengarah ke kanan atau ke kiri menyerupai spiral. Pada
tanaman yang normal, dapat dilihat dua set spiral berselang 8 daun
yang mengarah ke kanan dan berselang 13 daun mengarah ke kiri(Yan
Fauzi, 2014).

2. Bagian Generatif
a. Bunga

Kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu (monoecious),


artinya bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam satu tanaman serta
masing-masing terangkai dalam satu tandan.Rangkaian bunga jantan
terpisah dengan bunga betina.Setiap rangkaian bunga muncul dari pangkal
pelepah daun ketiak caun hanya menghasilkan satu infloresen (bunga
majemuk). Perkembangan inforesen dari proses inisiasi awal sampai
membentuk infloresen lengkap yang siap diserbukkan memerlukan waktu
2,5 - 3 tahun. Bunga yang siap diserbuki biasanya terjadi pada infloresen
di ketiak daun nomor 20 pada tanaman (2-4 tahun) dan daun nomor 15
pada tanaman tua muda masih 12 tahun). Sebelum bunga mekar dan
dengan bunga seluda dapat dibedakan b jantan jantan betina, ang, melihat
bentuknya.bentuknya yaitu lonjong dengan memanjang dengan ujung
Bunga kelopak agak meruncing dan garis tengah bunga lebih kecil,
sedangkan bunga betina bentuknya agak bulat dengan ujung kelopak agak
rata dan garis tengah lebih besar.
Rangkaian bunga jantan dihasilkan dengan siklus yang bergantian
dengan rangkaian bunga betina sehingga pembungaan secara bersamaan
sangat jarang terjadi.Pada umumnya, di alam hanya berlangsung
penyerbukan silang, sedangkan penyerbukan sendiri secara buatan dapat
dilakukan dengan menggunakan serbuk sari yang diambil dari bunga
jantan dan ditaburkan pada bunga betina.
Rangkaian bunga terdiri dari batang poros dan cabang-cabang
meruncing yang disebut spikelet jumlah spikelet dalam rangkaian dapat

9
mencapai 200 buah. Batang poros bunga jantan lebih panjang
dibandingkan dengan bunga betina, tetapi jumlah spikeletnya hampir
samajumlah bunga tiap spikelet pada bunga jantan lebih banyak yaitu 700-
1200 buah. Kadang-kadang pada tanaman kelapa sawit terbentuk
rangkaian bunga yang hermaprodit (andromorphous) terutama pada
tanaman yang masih muda.Hal ini dapat terjadi pada masa transisi antara
siklus bunga jantan dan betina.Rangkaian bunga terbentuk secara
bervariasi mulai dari bunga betina dengan beberapa cabang bunga jantan
atau sebaliknya bunga betina tumbuh pada spikelet jantan.

Gambar 4.bunga jantan (kiri) dan bunga betina (kanan)


Tingkat perkembangan bunga betina dapat dilihat dari perbedaan
warnanya. Pada hari pertama sesudah bunga mekar akan berwarna putih,
sedangkan pada hari kedua berubah menjadi kuning gading. Pada hari
ketiga warna bunga berubah menjadi agak kemerahan (jingga) dan pada
hari keempat menjadi merah kehitam-hitaman. Pada hari keempat tersebut
bunga betina mengeluarkan bau harum dan lendir yang menarik serangga
sehingga proses penyerbukan dapat terjadi. Selain oleh serangga,
penyerbukan dapat juga dibantu oleh angin.Waktu penyerbukan terbaik
yaitu pada hari pertama sampai hari kedua sesudah bunga mekar.Meskipun
demikian, penyerbukan masih dapat dilakukan hingga hari keempat.

10
Masa reseptif masa subur bunga betina adalah 36-48jam tetapi
tidak semua bunga terbuka pada waktu yang sama. Terdapat tenggang
waktu sampai dua mingguantara terbukanya bunga beta pertama dengan
bunga terakhir dalam satu rangkaian bunga Pada satu rangkaian bunga
betina yang normal pembukaan pada hari kedua merupakan saat yang tepat
untuk melakukan penyerbukan karena pada waktu itu rata-rata 82 % bunga
betina sudah terbuka.
Bunga jantan pun mengalami ngkat perkembangan mulai dari
terbentuknya kelopak bunga hingga siap diserbukkan, Pada hari pertama
ketelah kelopak terbuka, serbuk sari keluar dari bagian ujung andan bunga,
lalu pada hari kedua dibagian tengah, sedangkan pada hari ketiga di bagian
tandan bawah, Padahal ketika keluarnya serbuk sari bunga jantan juga
akan mengeluarkan bau yang khas Hal itu menandakan bunga jantan
sedang aktif dan tepungsari dapat diambil untuk penyerbukan buatan,
Kecuali pada kondisi cuaca yang sering turun hujan, bunga lantan baru
akan mekar semua setelah empat hari Umumnya tepung sari yang
dihasilkan dapat bertahan 2-3 hari setelah bunga mekar dan akan habis
setelah lima hari dengan viabilitas yang sudah sangat rendah, Dari sebuah
rangkaian bungajantan dapat diperoleh 25 3009 tepung saritergantung
umurtanaman dan varietas.
Produksi tandan bunga jantan per pokok pada tanaman muda lebih
sedikit dibandingkan dengan produksi bunga betina. Angka perbandingan
akan menjadi stabil sesuai dengan bertambahnya umur tanaman. Pada
tanaman muda, tandan bunga jantan yang dihasilkan sekitar 4-6 tandan
bunga/tahun dan pada tanaman dewasa dapat mencapai 6-10 tandan
bunga/tahun.Untuk bunga betina, pada tanaman muda dihasilkan sebanyak
15-25 tandan bunga/tahun dan pada tanaman dewasa sebanyak 9-15
tandan bunga/tahun. Bunga- bunga tersebut akan muncul pada akhir
musim hujan. Perbandingan antara tandan bunga jantan, betina, dan bunga
hermaprodit disebut sex ratio yang dinyatakan dalam persen.

11
b. Buah
Buah disebut juga fructus. Pada umumnya tanaman kelapa sawit
yang tumbuh baik dan subur sudah dapat menghasilkan buah serta siap
dipanen pertama kali pada umur sekitar 3,5 tahun sejak penanaman biji
kecambah di pembibitan. Dengan kata lain, tanaman siap dipanen pada
umur 2,5 tahun sejak penanaman di lapangan. Buah terbentuk setelah
terjadi penyerbukan dan pembuahan. Waktu yang diperlukan mulai dari
penyerbukan sampai buah matang dan siap panen adalah 5-6 bulan. Warna
buah tergantung varietas dan umurnya.
Buah kelapa sawit terdiri dari beberapa bagian penting yaitu

sebagai berikut:

Gambar 5.bagian buah kelapa sawit

1. Mesocarp (daging buah)

Daging buah adalah bagian yang mengandung minyak dan

serat pada buah masak berwarna orange, sedangkan pada waktu

mentah berwarna putih kelabu.

2. Endocarp (cangkang)

Cangkang berwarna hitam dan keras mengelilingi inti,

cangkang disebut juga tempurung.

12
3. Kernel (inti)

Terletak disebelah dalam endocarp, berwarna putih dan

mengandung minyak dengan kwalitas yang lebih tinggi dari

mesocarp.

4. Embryo (benih)

Bakal tanaman yang terletak didalam kernel dekat lubang

cangkang berwarna putih.

C. Ekologi Kelapa Sawit

Menurut Yan fauzi (2014).Pertumbuhan dan produksi kelapa sawit


dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor dari luar maupun dari tanaman kelapa
sawit itu sendiri.Faktor-faktor tersebut pada dasarnya dapat dibedakan menjadi
faktor lingkungan, genetis, dan faktor teknis agronomis. Dalam pertumbuhan dan
proses produksi kelapa sawit, faktor menunjang tersebut saling terkait dan
mempengaruhi satu sama lain. Untuk mencapai produksi kelapa sawit yang
maksimal, diharapkan ketiga tersebut selalu dalam keadaan optimal. Dalam sub
bab ini akan dibahas faktor lingkungan yang meliputi iklim dan tanah.

1. Iklim

Faktor iklim sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi


tandan kelapa sawit.Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah
tropika basah di antara 120 LU - 120 LS pada ketinggian 0 - 500 m dpl.Di
daerah sekitar garis khatulistiwa, tanaman kelapa sawit liar masih dapat
menghasilkan buah pada ketinggian 1.300 m dpl.Beberapa unsur iklim yang
penting dan saling mempengaruhi adalah curah hujan, sinar matahari, suhu,
kelembapan udara, dan angin.

13
a) Curah hujan
Curah hujan optimum rata-rata yang diperlukan tanaman kelapa
sawit adalah 2.000-2.500 mm/tahun dengan distribusi merata sepanjang
tahun tanpa bulan kering (defisit air) yang berkepanjangan curah hujan
yang merata dapat menurunkan penguapan dari tanah dan tanaman kelapa
sawit. Namun, yang terpenting adalah tidak terjadi defisit air di atas 250
mm. Bila tanah dalam keadaan kering, akar tanaman sulit menyerap
mineral dari dalam tanah. oleh sebab itu musim kemarau yang
berkepanjangan cenderung akan menurunkan produksia daerah di
Indonesia yang sering mengalami kekeringan adalah Lampung dan Jawa
Barat, sedangkan Kalimantan Timur dan beberapa lokasi lainnya hampir
setiap 5-6 tahun sekali.
Umumnya daerah dengan curah hujan yang tinggi kadang menjadi
masalah terutama jalan untuk transpor, pembakaran, pemeliharaan,
pemupukan, dan pencegahan erosi. Daerah di Indonesia seperti ini
kebanyakan berada pada ketinggian di atas 500 m dpl, kecuali di beberapa
lokasi pantai barat Sumatera. Sebagian besar perkebunan kelapa sawit
komersial dibangun pada daerah yang mempunyai neraca air positif
selama enam bulan atau lebih. Neraca air positif adalah kondisi jumlah
curah hujan lebih besar dari daripada evapotranspirasi di perkebunan.

b) Sinar matahari
Tanaman kelapa sawit memerlukan intensitas cahaya yang tinggi
untuk berfotosintesis, kecuali saat kondisi tanaman masih juvenile di pre
nursery. Sinar matahari diperlukan untuk memproduksi karbohidrat dan
memacu pembentukan bunga dan buah. Untuk itu, intensitas, kualitas, dan
lama penyinaran amat berpengaruh. Lama penyinaran optimum yang
diperlukan tanaman kelapa sawit antara 5-12 jam/ hari. Beberapa daerah
seperti Riau, Jambi, dan Sumatera Selatan sering terjadi penyinaran
matahari kurang dari 5 jam pada bulan-bulan tertentu. Penyinaran yang

14
kurang dapat menyebabkan berkurangnya asimilasi dan gangguan
penyakit.

c) Suhu
Suhu optimum yang dibutuhkan agar tanaman kelapa sawit dapat
tumbuh dengan baik adalah 24-280 C. Sementara itu, untuk produksi TBS
yang tinggi diperlukan suhu rata-rata tahunan berkisar 25-27 Meskipun
demikian, tanaman masih bisa tumbuh pada suhu erendah 18 dan tertinggi
32 C.Pada suhu 15 C, pertumbuhan tanaman kelapa sawit sudah mulai
terhambat. Beberapa faktor yang mempengaruhi tinggi rendah suhu adalah
lama penyinaran dan ketinggian tempat. Makin lama penyinaran atau
makin rendah suatu tempat maka makin tinggi suhunya. Suhu berpengaruh
terhadap masa pembungaan dan kematangan buah. Tanaman kelapa sawit
yang ditanam pada ketingginan di atas 500 m dpl akan berbunga lebih
lambat satu tahun dibandingkan dengan yang ditanam di dataran rendah

d) Kelembapan udara dan angin


Kelembapan udara dan angin adalah faktor penting yang
menunjang pertumbuhan kelapa sawit. Kelembapan optimum bagi
pertumbuhan kelapa sawit adalah 80%. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kelembapan adalah suhu, sinar matahari, lama penyinaran, curah hujan dan
evapotranspirasi. Kecepatan angin 5-6 km/am sangat baik untuk
membantu proses penyerbukan bunga kelapa sawit anemophyli. Angin
yang kering menyebabkan penguapan lebih besar mengurangi
kelembapan, dan dalam waktu lama mengakibatkan tanaman layu.
Sementara itu, angin yang terlalu kencang dapat menjadikan tanaman baru
miring

2. Tanah
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, di
antara Namun, latosol hidromorfik kelabu, alluvial, dan regosol. Namun,

15
kemampuan produksi kelapa sawit pada masing-masing jenis tanah
tersebut tidak sama. Ada dua sifat utama tanah sebagai media tumbuh,
yaitu sifat fisik dan sifat kimia tanah.

a) Sifak fisik tanah


Beberapa hal yang menentukan sifat fisik tanah adalah tekstur,
struktur, konsistensi, kemiringan tanah, permeabilitas, kelapa lapisan
tanah, dan kedalaman permukaan air tanah. Tanaman tumbuh baik pada
tanah gembur, subur, berdrainase baik permeabilitas sedang, dan
mempunyai solum yang tebal sekitar 80 cm tanpa lapisan tanah yang keras
(padas). Tekstur tanah ringan dengan kandungan pasir 20-60%, debu 10-
40%, dan liat 20-50%. Tanah yang kurang cocok adalah tanah berpasir dan
tanah gambut pantai yang terlalu tebal. banyak mengandung Lahan
gambut adalah lahan yang pelapukan bahan organik akibat penumpukan
bahan organik dari yang tidak sempurna berbagai jenis tumbuhan air
pesisir pantai berlangsung hingga puluhan, bahkan ratusan tahun lamanya.
Lahan gambut biasanya terdapat pada kawasan rawa seperti di
sepanjang pantai timur Sumatera, pantai selatan dan barat kalimantan,
serta di sepanjang pantai selatan Papua Barat. Untuk membuka
perkebunan kelapa sawit di lahan gambut, harus memperhatikan beberapa
hal berikut.
 Tinggi rendahnya air dari permukaan lahan gambut karena lahan akan
mudah dikelola jika letaknya lebih tinggi dari permukaan air sungai
atau laut.
 Tidaknya timbunan tanah merah (mineral dalam jumlah yang banyak
di sekitar lokasi lahan) karena dapat menekan biaya operasional dan
investasi untuk pembangunan kantor kebun dan Sarana lainnya.
 Kondisi bahan asal pembentukan gambut, apakah masih muda (belum
melapuk ataukah sudah tua (sudah melapuk).Lahan gambut tua lebih
baik digunakan karena dapat menghemat pemberian pupuk dan
meningkatkan produktivitas

16
Keadaan topografi pada areal perkebunan kelapa sawit
berhubungan dengan kemudahan perawatan tanaman dan panen Topografi
yang dianggap cukup baik untuk tanaman kelapa sawit adalah areal
dengan kemiringan 0-15. Hal ini akan memudahkan pengangkutan buah
dari pohon ke tempat pemungutan hasil atau dari perkebunan ke pabrik
pengolahan. Areal dengan kemiringan lereng lebih dari 15° masih
memungkinkan ditanami, tetapi perlu dibuat teras Areal seperti ini akan
menyulitkan panen serta pengangkutan hasil.

b) Sifat kimia tanah


Sifat kimia tanah dapat dilihat dari tingkat keasaman dan
komposisi mineralnya. kimia tanah mempunyai arti penting dalam
menentukan dosis pemupukan dan kelas kesuburan tanah Tanaman kelapa
sawit tidak memerlukan tanah dengan sifat kimia yang istimewa.
Kekurangan suatu unsur hara pada areal penanaman kelapa sawit dapat
diatasi dengan pemupukan. Walaupun demikian tanah yang mengandung
unsur hara dalam jumlah besar sangat baik untuk pertumbuhan vegetatif
dan generatif tanaman.
Keasaman tanah menentukan ketersediaan dan keseimbangan
unsur-unsur hara dalam tanah. Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH tanah
4,0 - 6,5; sedangkan pH optimumnya adalah 5 - 5,5. Tanah yang memiliki
pH rendah dapat dinaikkan dengan pengapuran, tetapi membutuhkan biaya
yang tinggi. Tanah dengan pH rendah biasanya dijumpai pada daerah
pasang surut, terutama tanah gambut.
Tanaman kelapa sawit tumbuh baik pada tanah yang memiliki
kandungan unsur hara yang tinggi, dengan C/N mendekati 10 (C 1% dan
N 0,1%). Daya tukar Mg dan K berada pada batas normal, yaitu untuk Mig
0,4-1,0 me/100 g, sedangkan K 0,15 - 1,20 me/100 g. Namun, faktor
pengelolaan budi daya atau teknik agronomis dan sifat genetik induk
tanaman kelapa sawit juga sangat menentukan produksi kelapa sawit.

17
BAB III
KONDISI UMUM

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Praktek kerja lapangan ini telah dilaksanakan mulaitanggal 10 Agustus – 20
September 2018, bertempat di PT. Perkebunan Nusantara 7 Unit Sungai
Lengi, Kecamatan Gunung Megang, Kabupaten Muara Enim, Provinsi
Sumatera Selatan.

Gambar 6. Peta Arah Lokasi PT.P N7

B. Sejarah Singkat PT. Perkebunan Nusantara 7


PTPN VII (Persero) dahulu merupakan perkebunan pada masa
penjajahan Belanda yang bertujuan mengeksploitasi kekayaan sumber daya
alam Indonesia. Hal tersebut dilakukan dengan membangun kebun tanaman
industri yang berada di sepanjang Pulau Sumatera.
Pada tahun 1942 Belanda mengakui kedaulatan bangsa Indonesia dan
meninggalkan Indonesia. Namun pengambilalihan kekuasaan eks perkebunan
Belanda baru dapat diwujudkan secara hukum pada tanggal 10 November
1957. Untuk memperkuat legalitas pengambilalihan tersebut, pemerintah
Indonesia mengeluarkan UU Nasionalisasi No. 86 Tahun 1958 Jo. PP No. 14

18
Tahun 1959 dilanjutkan dengan PP No. 141-175 yang menjadikan seluruh
perkebunan tersebut dibagi dan dibentuk unit-unit usaha. Pada tahun 1963
diadakan pembagian wilayah berdasarkan komoditas. Wilayah Lampung dan
Sumatera Selatan banyak mempunyai komoditas karet, sehingga perkebunan
pada kedua daerah tersebut digabung dalam Perusahaan Negara Perkebunan
IX (PNP) yang berkantor pusat di Lampung.
Pada tahun 1980 perubahan status dilakukan dari Perusahaan Negara
(PN) menjadi Perseroan Terbatas (PT). Perubahan status tersebut dilakukan
berdasarkan pada akte notaris GHS Lumban Tobing, S.H No. 53 tanggal 30
Juni 1980 dengan nama PT Perkebunan X Persero (PTP X Persero).
Perubahan status dilakukan dengan tujuan agar perusahaan dapat mandiri baik
dari sisi manajemen maupun produksi.
Selain PT Perkebunan X (Persero) di wilayah Lampung dan Sumatera
Selatan juga didirikan PT Perkebunan XXXI (Persero). Pengelolaan
komoditas yang berbeda. PT Perkebunan XXXI (Persero) mengelola
budidaya tebu dan mendirikan pabrik gula Bunga Mayang di Lampung Utara
dan pabrik gula Cinta Manis di Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan.
Pendirian PT Perkebunan XXXI (Persero) diatur dengan PP RI No. 15 Tahun
1989 yang ditetapkan di Jakarta pada tanggal 20 Oktober 1980 sedangkan
badan hukumnya ditetapkan berdasarkan akte notaris Imas Fatimah, S.H No.
17 tanggal 1 Agustus 1990.
Pada tahun 1994 Menteri Pertanian RI menetapkan konsolidasi
seluruh BUMN sektor pertanian dengan titik fokus perkebunan. Pada tahun
1996 berdasarkan konsolidasi tersebut, PT Perkebunan XXXI (Persero) yang
berkedudukan di Bandar Lampung dan PT Perkebunan XXXI (Persero) yang
berkedudukan di Palembang dilebur menjadi 1 (satu) yaitu PT Perkebunan
Group Lampung. Selanjutnya perusahaan diberikan mandat untuk mengelola
proyek pengembangan PT Perkebunan XI (Persero) di Lahat, Sumatera
Selatan, dan proyek pengembangan PT Perkebunan XIII (Persero) di
Bengkulu yang kemudian seluruh pengelolaannya dibawah satu kesatuan

19
manajemen dengan nama PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) yang
berkantor pusat di Bandar Lampung.

C. Organisasi
Wilayah kerja PTPN VII (Persero) tersebar di tiga provinsi yang
terdiri atas 5 Distrik dengan 29 Unit Usaha. Masing-masing distrik dikepalai
Manajer Distrik dan masing masing Unit Usaha dikepalai Manajer Unit
Usaha. Secara struktural Direksi membawahi Manajer Distrik dan Manajer
Unit Usaha. Organisasi di kantor pusat terdiri atas 15 bagian yang masing-
masing dikepalai seorang Kepala Bagian.

20
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kegiatan Pruning Tanaman Kelapa Sawit (ElaeisguineensisJacq.)


(Oleh : Rodal)
1. Hasil
Pruning/pemangkasan adalah kegiatan pembuangan daun daun tua/kering
yang tidak produktif pada tanaman kelapa sawit. Pemangkasan dapat
dilakukan bersamaan dengan kegitatan panen (potong) buah atau pada
waktu lain secara periodik. Pemanen melakukan pemangkasan terhadap
pelepah yang menjepit buah guna memudahkan proses pemanenan,
terutama pada pokok yang buah sudah tinggi (dengan alat panen egrek).
Panen tanpa pemangkasan umumnya dapat dilakukan pada tanaman yang
buahnya masih rendah (dengan alat panen dodos).
1. Tujuan pemangkasan
a. Membantu memudahkan pelaksanaan pemotongan tandan
buah/pemanenan
b. Membantu penilaian kematangan buah
c. Mengurangi penghalang pembesar buah/tandan
d. Mengurangi kehilangan brondolan buah yang terjepit pada pelepah
daun
e. Mengurangi kelembaban ephipyt sehingga mecegahtimbulya
penyakit marasmius.
2. Manajemen Kanopi
Manajemen Kanopi adalah mempertahankan jumlah pelepah yang
normal sesuai umur tanaman.
a. TM 1 -3 = > 56 Pelepah
b. TM 4 – 8 = 48 – 56 Pelepah
TM > 8 = 40 -48 Pelepah
3. Rotasi pemangkasan

21
Rotasi pemangkasan adalah interval waktu pemangkasan dalam luas
areal tertentu yaitu 8 bulan sekali
4. Alat pemangkasan
Adapun peralatan yang digunakan dalam pemangkasan adalah sebagai
berikut:
- Egrek/Chisel (Dodos)
- Kampak
- Batuasahan

Gambar 7.Alat Penunasan

Alat egrek/dodos yang digunakan dalam pemangkasan berbeda


sesuai dengan umur tanaman kelapa sawit. Alat egrek/dodos ini pun
disesuaikan dengan tinggi tanaman danu kuran kelapa sawit.

Tabel 1. Penggolongan alat kerja berdasarkan pertambahan umur


tanaman
NAMA KETINGGIAN
NO. PENGGUNAAN/PEMAKAIAN
ALAT BATANG
1. Dodos Tunas pada tanaman berumur Dibawah 90cm
kecil dibawah 4 tahun
2. Dodos Tunas pada tanaman berumur 4-8 90cm-2,5m
besar tahun
3. Pisau Tunas pada tanaman berumur Diatas 2,5m
gerek diatas 8tahun

22
5. Cara Pemangkasan
Pada tanaman muda dan remaja( sampaiumur 8 tahun ), jumlah daun
yang aktif dipertahankan 48 – 56 cabang atau dengan istilah songgo 3.
Sedangkan untuk tanaman yang lebih tua di tinggal 40 - 48 cabang
dengan istilah songgo 2.

Gambar 8.songgo 3 dansonggo 2

- Cabang dipotong rapat ke batang dengan bidang tebasan


berbentuk tapak kuda tujuan untuk menghindari tersangkutnya
berondolan di ketiak pelepah

Gambar9.Tapak Kuda Pada Tunasan

- Pelepah yang diturunkandipotong 3 dandisusundigawanganmati.

23
Gambar 10.pemotongan dan penyusunan pelepah

- setiap 50 meter agar dibuat “pintu” untuk jalan melintas antar


gawangan.

Gambar 11.Pintu Antar Gawangan

- Susunan pelepah di gawangan mati, barisan pelepah jangan


samapai memasuki piringan.

24
A B

Gambar 12. A=Jalan Pikul dan B = Gawangan Mati

Keuntungan Cara Penyusunan pelepah di atas adalah :


- Piringan tidak bertambah sempit oleh ujung-ujung cabang
karena telah disusun jauh di tengah gawangan mati.
- Menekan pertumbuhan gulma ditengahgawangan.
- Sebagai bahan pupuk organik yang selanjutnya menambah hara
tanah, menjaga struktur tanah dan kelembaban, sehingga
merangsang pertumbuhan akar sawit di daerah gawangan mati.
- Mempermudah aktifitas pekerjaan lainnya seperti penaburan
pupuk, semprot piringan, pengambilan buah dan kutip bondol.

2. PEMBAHASAN
Pruning/pemangkasan adalah kegiatan persiapan panen dengan tujuan
agar tidak mengganggu proses pemanenan. Pemangkasan pelepah pada
tanaman kelapa sawit harus dilakukan, karena tidak mudah rontok, meskipun
sudah tua atau kering, terkadang baru rontok setelah beberapa tahun
kemudian.Tujuan dari pemangkasan pada tanaman kelapa sawit yaitu
menentukan bilangan pelepah yang perlu ditinggalkan di atas pokok supaya

25
mencukupi untuk memberi keluasan daun yang optimum. Kerana daun pada
umumnya memainkan peranan penting untuk fotosintat melalui proses
fotosintesis ke bagian tanaman.
Kendala yang dihadapi dalam penunasan/pruning di PT.P N 7
khususnya wilayah dua yaitu ketinggian batangyang rata-rata sudahlebih
dari10 meter. Dalam penunasan sangat mebutukan tenaga yang kuat untuk
mengangkat egrek dan keseimbangan, karena egrekyang di pakai panjangnya
bisa mecapailebih dari 11 metersehingga dalam penunasan cukup susah.
Pemangkasan daun pada kelapa sawit bertujuan untuk memperoleh
pohon yang bersih dengan jumlah daun yang optimal dalam satu pohon serta
memudahkan pamanenan. Memangkas daun dilaksanakan sesuai dengan
umur/tingkat pertumbuhan tanaman. Pemangkasan perlu dilakukan untuk
menjaga jumlah pelepah yang optimal yang berguna untuk tempat
munculnya bunga dan pemasakan buah.

26
B. Pengendalian Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq.).
(Oleh : Regita Mandala)
1. Hasil
Hama adalah setiap makhluk hidup bergerak yang merusak tanaman,
Penyakit adalah setiap mikroorganisme ( jamur, bakteri,virus ) yang
merussak tanaman, serangan hama dan penyakit ini dapat menyebabkan
produksi kelapa sawit menurun, juga dapat menyebabkan kematian bagi
tanaman. Guna menghindari resiko yang berat, perlu upaya pengelolaan
hama/penyakit secara efektif dan efisien.

Gambar 13. Pengamatan Hama


Ulat

Sensus hama dan penyakit adalah salah satu bagian dari kegiatan
pendataan yang dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai
keadaan tingkat keberadaan maupun serangan hama maupun penyakit
yang menyerang tanaman atau Early Warning System (EWS).
Tujuan dari diadakannya sensus hama penyakit antara lain
sebagai berikut:
 Mengetahui secara dini adanya hama/penyakit pada tanaman
kelapa sawit
 Menentukan jenis hama/penyakit yang menyerang tanaman
 Mengetahui keberadaan musuh alami hama.
Pengamatan sensus hama dan penyakit di bagi menjadi 3 yaitu :
1. Pengamatan Hama Dan Penyakit Dengan Sensus Global :
 adalah pohon sebagai pusat sensus 2/3 pohon/ha

27
 baris sensus global di mulai dari baris ke 3 kemudian di lanjutin
baris ke 16,29,42 kelipatan 13 dan Pohon ke 5,10 kelipatan 5
dalam barisan.

Cara pelaksanaan sensus global:


 Datangilah pohon sampel sesuai dengan jadwal pengamatan
 Lihatlah apakah di piringan ada atau tidak kotoran ulat
 Lihat daun apakah ada atau tidak bekas serangan ulat
 Cari pelepah yang terkena serangan ulat
 Hitunglah ulat yang di temukan pada daun tersebut
 Amatilah tanah di bagian pangkal batang dan bibir piringan,
kalau di temukan kepompong.
 Lihat lah kalau ada pokok yang tandanya ada kerusakan baru
dari tikus
 Lihatlah kalau ada serangan hama dan penyakit lain
 Catatlah semua hasil sensus dalam blanko khusus untuk
pengamatan hama dan penyakit.
 Kirim hasil laporan kepada pengurus unit.

Gamabar 14. Cara pengamatan sensus gelobal


2. Pengamatan Hama Dan Penyakit Dengan Sensus Efektif
Sensus efektif dilakukan jika tingkat serangan score 2 keatas. untuk
sensus efektif di mulai dari baris ke 4 kemudian di lanjutin baris ke
8,12,16 kelipatan 4 dan pohon ke 3,6 kelipatan 3 dalam barisan.
Cara pelaksanaan sebagai berikut :

28
 Dilakukan apa bila dari sensus global popuslasi sudah berada
pada ambang bahaya
 Lakukan pengamatan dengan cara yang sama dengan sensus
global akan tetapi dengan ulangan yang berbeda.
 Kirim hasil pengamatan kepada pengurus unit.

Gambar 15. Cara pengamatan sensus efektif

3. Sensus Ulangan
Sensus ulangan dilakukan untuk memastikan kondisi serangan
setelah dilakukan pengendalian hama. untuk sensus ulangan di mulai
dari baris ke 4 kemudian di lanjutin baris ke 8,12,16 kelipatan 4 dan
pohon ke 3,6 kelipatan 3 dalam barisan.
Cara pelaksanaan sebagai berikut:
 Sensus ulangan dilakukan untuk memastikan kondisi serangan
dilakukan setelah pengendalian hama
 Lakukan pengamatan dengan cara yang sama dengan sensus
efektif dan ulangan yang sama juga.
 Kirim hasil pengamatan kepada pengurus unit.

Gambar 16. Cara pengamatan susulan

29
Adapun Alat yang di gunakan dalam kegiatan sensus serta hal-hal
yang harus diperhatikan sebelum pelaksanaan sensus.
 Alat yang digunakan berupa blanko, peta kelompok, galah dan
egrek
 Rotasi sensus yaitu satu minggu sekali
 Petugas yang dibutuhkan
- Sensus : petugas khusus sensus
- Rekapitulasi data : petugas pengamatan hama/penyakit.
 Penentuan tingkat serangan
- Mengambil satu pelepah dalam 1 pohon sensus
- Menghitung jumlah ulat dalam 1 pelepah
- Penentuan scor berdasarkan Jumlah ulat dalam tabel.

Tabel 2.Kelas serangan ulat pada tanaman kelapa sawit dapat di lihat pada.
Skor Klasifikasi serangan Jumlah(ulat api ) Keterangan
rata-rata per frod
0 Tidak ada serangan 0-1 *) untuk menjadi
1 Serangan ringan 2-4* perhatian, segera
2 Serangan sedang 5-9** lakukan pemeriksaan
3 Serangan agak berat 10-19 efektif.
4 Serangan berat 20-39 **) pemberantasan
5 Serangan berat sekali >40 dimulai angka berbahaya)

Tabel 3. Cara pengambilan(sampele) pemeriksaan sensus (ULANGAN)


Untuk menentukan tingkat serangan ulat api :
Jumlah ulat hasil
sensus
Jumlah pohon
sensus
a. Hama
Berikut ini adalah beberapa jenis hama yang menyerang tanaman
pokok kelapa sawit ( Elaeis guineesis jacq.) pada kebun Afdeling 5 PT.

30
Perkebunan PTP N7 sungai lengi. Adapun macam-macam hama yang
terdapat pada tanaman kelapa sawit di sana yaitu:
1. Ulat api ( Setora nitens )
Ulat yang masuk golongan ini biasanya di tandai dengan bulu-bulu
dengan warna kontras ( menyolok ), kakinya tidak sempurna tetapi
merupakan kaki hisap sehingga gerakannya tidak selincah ulat
biasa.

A B C D

Gambar
Dampak 17.serangan
dari A.kepompong,B.pengutipan
ulat api : kepompong,C.ulat api,D.dampak serangan.

 Memakan daun
 Bila serangan berat tanaman cendrung membentuk bunga
jantan hingga produksi turun
 Bila tanaman kehilangan daun >90% (melidi) produksi turun
sampai 70% di tahun pertama sesudah serangan dan 30% di
tahun ke 2
 Bila tanaman kehilangan daun 25% produksi dapat turun
sampai 20%
Pengendalian ulat api ( Setora nitens ) :
Pengendalian secara manual
 Pengutipan ulat, (larva) Hanya dapat dilakukan pada tanaman
yang berumur satu sampai lima tahun, yang luas serangannya
kecil atau kurang 25 ha, dan populasi kira-kira 4 ulat per
pelepah.
 Pengutipan kepompong, Dilakukan dengan mengutip
kepompong yang di temui di pinggiran, gawangan dan di

31
sekitar bongkoran, kumpul semua kepompong lalu kita
basmikan dengan cara di (bakar).
Pengendalian secara biologi.
 Memperbanyak cosmoletes sp (kepik) yang merupakan
predator bagi ulat api.
 Mengurangi kemungkinan terjadinya kematian predator
dengan penggunaan bahan kimia secara bijaksana
 Menanam /memelihara tanaman penutup tanah dan bunga jam
delapan untuk memperbaiki lingkungan hidup predator.
 Bila harus dilakukan penyemprotan, pakai larutan virus
predator ulat.
Pengendalian secara kimia
Pengendalian secara kimia di lakukan dengan cara penyemprotan
(pogging). Adapun beberapa hal yang harus di perhatikan dalam
penyemprotan yaitu:
 pogging: sebaiknya tidak dilakukan apabila tidak sangat
mendesak, karena dapat merusak lingkungan hidup predator.
 Sebelum memulai penyemprotan dilakukan ( brieping terlebih
dahulu, pengecekan alat dan bahan ).
 Pogging di lakukan mengikuti baris hasil sensus yang terserang
hama (ulat api).
 Pogging dilakukan pada pukul 19.00 sampai dengan selesai.
 Pogging di lakukan di malam hari karena angin tidak terlalu
kencang, sehingga asap hasil penyemprotan bertahan cukup
lama.

2. Tikus ( Rattus sp.)


Tikus merupakan hama pada pembibitan,TBM dan TM.
Penyerangannya tidak terbatas pada umur tanaman, pada TM tikus
menyerang bunga dan buah.

32
A B C
Gambar 18. A dan B Dampak dari serangan tikus ( Rattus sp.). C. sisa tikus mati

Dampak dari serangan tikus yaitu :


 Memakan buah
 Pada serangan berat (>10 buah yang di gigit pertandan) dan
dengan kerapatan populasi 300 ekor tikur/ha, dapat
menghilangkan produksi minyak kelapa sawit.
Pengendalian hama tikus :
Kimia (dengan umpan racun)
 Dilakukan apabila lebih dari 5% pohon yang di serang
 Racun yang di berikan berbentuk berbahan aktif (Rodentisida)
 Racun atau umpan di letakan pada pangkal pokok
 Setelah 3 hari umpan di berikan harus diobservasi lagi
 Apabila racun di makan lebih dari 20% maka umpan perlu di
tambah
 Apabila umpan racun yang di makan kurang dari 20% maka
umpan tidak perlu di tambah
 Setelah satu bulan dari pemberian umpan perlu di lakukan
observasi lagi.
 Apa bila di temukan serangan berat perlu di lakukan
pemberian umpan lagi.
Biologis (Musuh alami). Musuh alami yang di gunakan adalah:
 Pembiakan burung hantu (Tito Alba SP)
 Tidak membunuh ular
 Pembiakan kucing di areal (kebun)

33
b. Penyakit
Berikut ini adalah jenis penyakit yang menyerang tanaman pokok
kelapa sawit ( Elaeis guineesis jacq.) pada kebun Afdeling 5 PT.
Perkebunan PTP N7 sungai lengi. Adapun penyakit yang terdapat pada
tanaman kelapa sawit di sana yaitu:
1. Penyakit busuk tandan buah ( Marasmius-bunch rot )
Kerusakan, Serangan penyakit ini dapat menyebabkan
kerugian secara langsung terhadap produksi baik dalam hal
kuantitas maupun kualitasnya. Tandan buah yang terserang
mengalami hambatan proses pemasakan buah atau menjadi bususk
dan bila diolah akan meningkatkan kadar asam lemak bebas.
Gejala awal dari infeksi penyakit terlihat adanya benang-
benang jamur yang berwarna putih mengkilat yang meluas di
permukaan tandan buah. Pada tingkatan ini jamur belum
menimbulkan kerugian pada tandan. Pada tingkatan yang lebih
lanjut cendawan tersebut mengadakan penetrasi kedalam daging
buah ( mesocarp ) yang menyebabkan busuk basah. Selanjutnya
buah berubah warna menjadi coklat muda, berbeda jelas dengan
warna buah sehat . apabila buah yang sakit tidak dipanen miselim
dapat meluas dalam tajuk tanaman sehingga semua tandan yang
berkembang akan terserang.

Gambar 19. Penyakit Busuk Tandan Buah- Maramius

34
Penyakit busuk tandan buah disebabkan oleh cendawan Marasmius
palmivorus yakni suatu jamur saprofit yang umum hidup pada
bermacam-macam bahan mati, namun apabila terdapat bekal
makanan yang cukup banyak, jamur marasmius mengadakan
infeksi pada jaringan hidup dan dapat berubah menjadi parasit.
Pengendalian
 Secara kultur
- Membuang semua bunga dan buah yang busuk
- Tandan yang lewat masak jangan dibiarkan tetap berada di
pokok,
- Mengurangi kelembaban pokok antara lain menanam
dengan jarak tanam yang sesua dengan kelas lahan,
- serta melakukan penunasan sebelum dan sesudah panen
secara teratur.
Tandan-tandan yang belum mencapai ukuran tertentu dipotong dengan
teratur meskipun pabrik belum siap.

2. Pembahasan
Kondisi hama dan penyakit di PTP N7 pada saat kami
melaksanakan magang di sana tidak melewati ambang batas bahaya,
untuk mengetahui skor kelas serangan hama kami lakukan sensus global
di afdiling 5 blok 506 luas lahan 10/ha. Dan hasil yang kami dapatkan
ternyata tidak di temukan ulat api tetapi berhasil mendapatkan beberapa
telur ulat api ( Setora nitens ).
Untuk jenis-jenis hama dan penyakit yang terdapat di PTP N7
yaitu jenis-jenis hama ( tikus dan ulat api ) dan jenis penyakitnya ( busuk
tandan ) dan untuk pengendalian hama harus berdasarkan hasil sensus (
sensus global dan sensus efektif ) dan apa bila hasil sensusnya sudah
melewati ambang bahaya maka pihak dari PTP N7 melaksanakan
pengendalian, dan apa bila hasil sensus belum melewati ambang batas

35
bahaya maka belum di kendalikan di karnakan masih ada musuh alami
hama tersebut ( predator).
Adapun menurut pengalaman para mandor perawatan di PTP N7
pengendalian hama ulat api ( Setora nitens ), di bagi menjadi 3 yaitu :
1. Pengendalian secara manual
2. Pengendalian secara biologi dan
3. Pengendalian secara kimia.
Selanjutnya adapun cara pengendalian hama tikus di PTP N7
menurut pengalaman mandor perawatan di bagi menjadi 3 yaitu :
1. Pengendalian secara biologi dan
2. Pengendalian secara kimia.
Penyakit kelapa sawit di PTP N7 disebabkan oleh organisme yang sangat
kecil atau mikroorganisme misalnya cendawan ( fungi ), bakteri, virus
dan nematoda. seperti halnya hama, penyakit pada tanaman kelapa sawit
pun menimbulkan kerugian bagi tanaman kelapa sawit di PTP N7.
Tindakan pengendalian penyakit di PTP N7 pada tanaman yang terkena
penyakit dilaksanakan dengan memotong bagian tanaman, membongkar
tanaman, dan membakar pohon yang sudah di potong.
Dalam pengendalian penyakit tindakan pencegahan lebih bermanfaat dan
menguntungkan misalnnya : penggunaan bibit tahan penyakit, ungul dan
sebagainnya. Perlu diingat bahwa faktor iklim dan tanah sering
membantu penyebaran penyakit.

36
C. Kegiatan Pengendalian Gulma Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis
Jacq.)
(Oleh : Rizki Ramadhani)
1. Hasil
Gulma adalah semua jenis tumbuhan yang kehadirannya tidak
diinginkan, karena sifatnya merugikan tanaman pokok. Pengendalian
gulma bertujuan untuk mengurangi persaingan antara tanaman pokok
dengan gulma dalam kebutuhan ruang, cahaya, air, dan nutrisi (unsur
hara).
Pengendalian gulma merupakan kegaiatan pemeliharaan yang selalu
dijumpai di lahan perkebunan manapun, suatu perkebunan kelapa sawit
dan pada prinsipnya membebaskan lahan dari tumbuhan pengganggu
atau komponen lain dengan maksud untuk memberikan ruang tumbuh
kepada tanaman yang akan di budidayakan.
Beberapa jenis gulma pada lahan perkebunan sawit yaitu gulma berdaun
sempit, berdaun lebar, gulma kayu-kayuan, gulma teki-tekian, dan pakis-
pakisan. Adapun beberapa jenis gulma yang dominan ditemukan di areal
afdelling PT. Perkebunan Nusantara VII Unit Sungai Lengi adalah
sebagai berikut: harendong bulu (Clydemia hirta), akar ruas-ruas
(Asystasia intrusa), teki (Cyperus rotundus), pakis kawat (Dicranopteris
linearis), Lalang (Imperata cilyndrica).
1. Gulma berdaun lebar (broad leaves)
- Harendong bulu (Clydemia hirta)

Gambar 20. Gulma Harendong bulu (Clydemia hirta)

37
Harendong bulu (Clydemia hirta) memiliki ciri Berkayu, bulat,
berbufu rapat atau bersisik, percabangan simpodial, coklat.
Daun tunggal bulat telur, panjang 2-20 m, lebar 1-8 cm,
berhadapan, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, berbulu, hijau.
- Akar ruas-ruas (Asystasia intrusa)
Batang rapuh dengan penampang segi empat dan ditumbuhi
rambut-rambut halus yang tersebar secara acak.

Gambar 21. Akar ruas-ruas (Asystasia intrusa)

Tumbuh menjalar dengan cepat mencapai tinggi 0.5 m, dan dapat


mencapai 3 m jika ditopang oleh vegetasi lain. Cabang baru dapat
muncul pada ruas batang dan akan menjadi tanaman baru apabila
menyentuh tanah. Daun tumbuh berpasangan pada ruas-ruas batang,
berbentuk oval mendekati segitiga dengan ujung meruncing,

2. Gulma berdaun sempit (grasses)


- Rumput Malela (Brachiaria reptan)
Bagian terbawah tumbuh menjalar atau terapung, membentuk
cabang yang panjangnya 100-400 cm, bagian teratas tumbuh
tegak, merayap atau menyandar, tingginya 100-200 cm, batang
yang tua keras dan berongga, tidak barambut, ditutupi lapisan

38
lilin putih, buku-buku batang ditumbuhi rambut halus yang
panjang.

Gambar 22. Rumput Malela (Brachiaria reptan)

- Lalang (Imperata cilyndrica)


Berumur panjang (perenial), tumbuh berumpun, tinggi 30 - 180
cm. Akar rimpang, menjalar, berbuku-buku, keras dan liat,
berwarna putih. Batang berbentuk silindris, diameter 2 - 3 mm,
beruas-ruas. Daun warna hijau, bentuk pita (ligulatus), panjang
12 - 80 cm, lebar 2 - 5 cm, helaian daun tipis tegar, ujung
meruncing (acuminatus), tepi rata, pertulangan sejajar (parallel),
permukaan atas halus, permukaan bawah kasap (scaber).

Gambar 23. Lalang (Imperata cilyndrica)

39
Bunga majemuk, bentuk bulir (spica), bertangkai panjang, setiap
bulir berekor puluhan helai rambut putih sepanjang 8 - 14 mm,
mudah diterbangkan angin. Buah bentuk biji jorong, panjang +/-
1 mm, berwarna cokelat tua. Perbanyaan vegetatif (akar
rimpang).

3. Teki-tekian (sedges)
- Teki Ladang (Cyperus rotundus)
Teki ladang mempunyai akar yang serabut dan diantara akar
tersebut tumbuh umbi yang langsung berhubungan dengan
batang teki lading. Batang dari teki ladang mempunyai bentuk
segita dan tumbuh tegak, tinggi batang bisa mencapai 10-30 cm.
Teki ladang mempunyai jumlah daun antara 4-10 helai yang
terkumpul pada tangkal batang.

Gambar24. Teki Ladang (Cyperus rotundus)

Teki ladang mempunyai bunga, bunga teki ladang mampu


bercabang tiga sampai Sembilan.
- Cyperus kyllingia

40
Akar rimpang yang dimiliki oleh teki ini adalah berwarna merah
berupa akar serabut. Batang Teki udel-udelan ini berbentuk
segitika yang tajam dengan tinggi batang 0,1-0,5 m.

Gambar 25. Teki Cyperus kyllingia

Warna pada batang Teki udel-udelan ini biasanya berwarna


hijau dan tidak memiliki percabangan. Permukaan batang licin
dengan arah tumbuh yang tegak lurus dan batangnya merupakan
rumput (calmus).
Daun Teki udel-udelan ini berbentuk garis sempi. Lebar daun ini
sekitar 2-4 mm, dan juga terdapat daun pembalut yang menutupi
pelepah dan bangkol semu yang berbentuk kerucut. Tepi
daunnya beringgit dengan pangkal daun yang agak lancip dan
ujung daun agak runcing.
4. Pakis-pakisan (ferns)
- Pakis Kawat (Dicranopteris linearis)

Gambar 26. Pakis Kawat (Dicranopteris linearis)

41
- Pakis Kadal (Cyclosorus aridus)
Berbentuk rimpang, akar banyak dan halus, sebagian besar
tertanam di dalam tanah, kerapkali bersisik, berwarna coklat
sampai kehitam-hitaman.
Batang bulat, berwarna kecoklatan, pangkal batang berlekatan
dengan rimpang akar, terkadang bersisik lebat dan halus, arah
tumbuh batang mendatar, permukaan batang halus.

Gambar 27. Pakis Kadal (Cyclosorus aridus)

Daun majemuk, permukaan daun kasar, daun steril dengan


panjang daun 0,2-2 cm, ujung daun tumpul, tulang daun lateral
tidak jelas.

1. Kalibrasi Pengendalian Gulma


Kalibrasi merupakan kegiatan yang dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui kemampuan atau prestasi pekerja dalam melakukan kegiatan
pengendalian gulma. Hal-hal yang diamati dari kalibrasi yaitu waktu yang
diperlukan, kecepatan pekerja dengan teknik yang baik, jumlah atau luas
pengendalian yang di dapat.

42
2. Briefing (Pengarahan)
Kegiatan awal dari pengendalian gulma di PT. Perkebunan Nusantara VII
Unit Sungai Lengi yaitu pengarahan dari mandor pengendalian gulma kepada
pekerja di lapangan untuk mempersiapkan sebelum kegiatan berlangsung.
Adapun pengarahan yang dilakukan yaitu :
a) Absensi kehadiran pekerja
b) Penentuan lokasi yang akan dilakukan pengendalian
c) Persiapan kelengkapan keamanan pekerja (masker, sarung tangan, sepatu
boots)

3. Persiapan Alat
Alat yang digunakan dalam pengendalian gulma terbagi menjadi 2
yakni alat yang digunakan secara konvensional dan alat yang di gunakan
secara semi mekanis.

Gambar 8. Alat Semi Mekanis Penyemprotan Gulma

Gambar 28. Alat taka, larutan herbisida gulma

43
Alat tradisonal seperti cangkul, garuk, sabit dan parang, sedangkan
alat yang semi mekanis seperti dengan cara mekanik yaitu dengan
menggunakan alat knapsack sprayer.

4. Pelaksanaan
Pengendalian gulma kelapa sawit dilakukan pada piringan pasar pikul
dan gawangan mati (total). Pengendalian gulma pada prinsipnya merupakan
usaha meningkatkan daya saing tanaman pokok dan melemahkan daya saing
gulma. Keunggulan tanaman pokok harus menjadi sedemikian rupa sehingga
gulma tidak mampu mengembangkan pertumbuhannya secara berdampingan
atau pada waktu bersamaan dengan tanaman pokok.
Adapun pengendalian gulma tersebut dilakukan dengan cara :
a. Cara manual : dilakukan dengan alat konvensional seperti parang,
cengkuit, cangkul, dan lain-lain.
b. Cara Semi Mekanis (Chemis) : menggunakan herbisida (bahan aktif
Glifosat/Paraquat) dengan alat semi mekanis berupa knapsack sprayer
(pakabag).
Selain itu, adapun teknik atau cara penyemprotan yang akan kita lakukan
yaitu
a. Sebelum melaksanakan Penyemprotan perlu dilihat komposisi gulma di
areal.
b. Pengecekan alat dan kalibrasi.
c. Takar bahan sesuai dengan alat takar.
d. Untuk bahan campuran sebaiknya dicampurkan di wadah khusus.
e. Air yang digunakan sebagai pelarut dalam Pakabag menggunakan air
bersih.
f. Penyemprotan dilakukan dengan membelakangi arah asal angin.
g. Jarak alat semprot dengan gulma 30-60 cm sesuai kondisi gulma.
h. Cepat atau lambatnya langkah disesuaikan dengan kondisi ketebalan
gulma dan pemerataan penyemprotan.

44
Gambar 29. Penyemprotan pada bokoran

Pengendalian gulma dilakukan di beberapa tempat, seperti pada piringan


bertujuan untuk mengurangi persaingan penyerapan unsur hara (pupuk)
tanaman kelapa sawit dengan gulma, memudahkan kegiatan pemupukan dan
memudahkan pengutipan brondolan saat panen. Untuk pengendalian gulma
dengan semi mekanis (chemis) menggunakan bahan aktif Glifosat dengan
takaran 80 cc, air bersih 15 liter/pakabag, dan Herbisida Metsulfuron-methyl
10 gram sebagai campuran bahan aktif.

Gambar 30. Penyemprotan pada pasar pikul

Pengendalian gulma pada pasar pikul dilakukan bertujuan untuk memudahkan


pengangkutan hasil panen, memudahkan proses panen, dan memudahkan
pengawasan dalam kegiatan di lahan. Untuk
Penyiangan total dilakukan di seluruh gawangan. Bertujuan untuk
memudahkan jalur pengumpulan hasil panen ke TPH (Tempat Pengumpulan

45
Hasil), memudahkan pengawasan, dan menjaga kebersihan areal kebun. Alat
dan bahan serta pengaplikasiannya sama seperti proses penyiangan
piringan/bokoran dan pasar tikus.

2. Pembahasan
Kondisi lahan di PT. Perkebunan Nusantara VII merupakan lahan
kering yang umumnya memliki kondisi tanah yang mengandung unsur hara
dan memiliki gulma yang cukup beragam.
Dalam budidaya tanaman kelapa sawit kegiatan pengendalian gulma
merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menekan pertumbuhan tumbuhan
pengganggu tanaman pokok yang hal ini tanaman kelapa sawit dengan tujuan
meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas. Gulma dominan yang terdapat
di lahan perkebunan kelapa sawit berupa Clidemia Hirta, Akar ruas-ruas
(Asystasia intrusa), dan beberapa jenis pakis-pakisan.
Menurut Palijama et al. (2012) keragaman gulma dipengaruhi oleh
banyak faktor, beberapa di antaranya adalah kelembaban tanah dan intensitas
cahaya. Kelembaban tanah pada pertanaman tahun tanam yang lebih tua
relatif lebih lembab dibandingkan dengan pertanaman tahun tanam yang lebih
muda. Intensitas cahaya yang diteruskan ke permukaan tanah pada
pertanaman thun tanam yang lebih tua juga relatif lebih sedikit. Hal ini
disebabkan oleh penutupan tanah yang lebih luas oleh tajuk tanaman kelapa
sawit tua. Penutupan ini menjaga suhu permukaan tanah tetap sejuk,
penguapan berjalan lambat, tanah tetap lembab, sinar matahari yang sampai
kepermukaan tanah relatif sedikit, dan pertumbuhan gulma tertekan.
Gulma tidak dapat diberantas habis karena gulma dengan jenis
rerumputan juga memiliki fungsi sebagai penutup tanah dan menjaga
kelembaban tanah. Oleh karena itu, gulma hanya dapat dikendalikan dengan
beberapa cara yaitu pertama dengan cara manual menggunakan alat sederhana
berupa parang dan cangkul. Kedua menggunakan alat semi mekanis /
penyemprotan dengan knapsack sprayer.

46
Adapun kegiatan pengendalian gulma itu dilakukan pada piringan,
pasar pikul, dan secara total. Dengan dilakukan pengendalian gulma
diharapkan pertumbuhan dan produksivitas kelapa sawit.
Kendala yang di hadapi dalam kegiatan pengendalian gulma di PT.
Perkebunan Nusantara VII yaitu faktor cuaca yang tidak menentu sehingga
proses pengendalian hama dilakukan akan tertunda apabila kondisi cuaca
hujan dan areal perkebunan juga memiliki medan yang cukup sulit dilewati.
Selanjutnya kebutuhan air bersih yang masih terdapat kekurangan karena
kekeringan dalam tampungan air.

47
D. Kegiatan Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)
(Oleh : M. Rahmat Hidayat)
1. Hasil

Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau


tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman
sehingga mampu berproduksi dengan baik. Material pupuk dapat berupa
bahan organik ataupun anorganik. Prinsip dasar pemupukan adalah 4 T
(Tepat dosis,Tepat Jenis,Tepat cara dan Tepat waktu).
Tujuan pemupukan adalah mempertahankan kesuburan tanah dan
apabila mungkin meningkatkannya. Karena dengan terjaganya kesuburan
tanah berarti meningkatkan pula produktivitas kelapa sawit yang
diusahakan. Input yang berupa pupuk pada tanaman kelapa sawit hampir
mencapai 50% dari biaya pemeliharaan tanaman.
Sumber hara bagi tanaman kelapa sawit berasal dari tanah,
pelapukan dan mineralisasi bahan organic, penangkapan nitrogen udara
oleh legume dan pemupukan.
1. Jenis Pupuk
Jenis pupuk berdasarkan sumber bahannya, pupuk digolongkan
menjadi 2 jenis yaitu :
a. Pupuk anorganik
Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik dengan
kandungan dan komposisi unsure hara yang telah ditentukan.
Berdasarkan kandungan unsure haranya pupuk anorganik
digolongkan sebagai berikut :
- Pupuk Tunggal, adalah pupuk yang hanya mengandung satu macam
unsure hara. Contoh pupuk tunggal yaitu : Urea hanya hanya
memiliki kandungan Nitrogen (N) 46%, ZA memiliki kandungan (N)
21%, TSP memiliki kandungan (P) 60%, SP36 memiliki kandungan
(P) 36%, KCl memiliki kandungan (K) 60%, dan Dolomit memiliki
kandungan (Mg) 18%.

48
- Pupuk Majemuk, adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu
macam unsure hara. Contoh pupuk majemuk yaitu NPK yang
mengandung unsure N (15%), unsure P (15%), dan unsure K (6%)
b. Pupuk organic
Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk
hidup, seperti pelapukan sisa-sisa tanaman, hewan, dan manusia.
Contoh pupuk organic yaitu penghamparan tangkos di lahan kebun
sawit.
2. Persiapan Pemupukan
a. Pengambilan leaf sampling unit (LSU)
Agar kebutuhan tanaman atas unsure hara dapat tercukupi dengan
tepat maka sebelum diadakan pemupukan terlebih dahulu perlu
diadakan analisa kebutuhan unsure hara tanaman tersebut melalui
analisa daun.
Standar rekomendasi untuk 1 Unit sample ± 32 Ha yang mempunyai
keseragaman atas umur tanam, jenis tanah, perlakuan kultur teknis,
topografi areal dan drainasenya.
Untuk memperoleh satu LSU yang mempunyai keseragaman cara
kerja dan penanganan administrasinya (mengenai pemeliharaan
tanaman, panen, produksi) maka LSU tersebut dibuat dalam 1
blok/field yang sudah ada/disiapkan dari mulai pembukaan kebun.
1) Waktu Pengambilan
- Pengambilan contoh daun dilakukan pada akhir musim hujan.
- Dilaksanakan pagi hari pukul 07.00-11.00.
2) Menentukan pohon contoh
- Jumlah pohon sample dalam 1 LSU minimum 28 pohon dan
maksimum 50 pohon disesuaikan luas LSU-nya.

49
- Tabel 4.Daftar pohon sample menurut luasnya adalah sebagai berikut
:
Tabel 4. Daftar pohon sample

Luas (Ha) Metode Sample % Sample


Jumlah Sample
5 pohon dalam 10
10-14 28-39 2,00
baris
7 pohon dalam 10
15-19 30-38 1,43
baris
10 pohon dalam 10
20-34 28-48 1,00
baris
10 pohon dalam 12
35-44 41-50 0,83
baris
10 pohon dalam 15
45-54 42-50 0,67
baris
10 pohon dalam 20
55-70 39-49 0,50
baris
- Barisan pertama dimulai dari pohon ke- 3 (tidak boleh terlalu dekat
ke jalan).
- Bila pohon contoh merupakan pohon sisipan/tidak sehat dapat
digeser/diambil pohon disampingnya (pohon terdekat).
3) Memilih frond
Bila telah diperoleh pohon-pohon samplenya, selanjutnya dari pohon
sample tersebut kita pilih frond (pelepah). Frond ke 9 untuk tanaman
belum menghasilkan (TBM) dan frond (pelepah) ke 17 untuk
tanaman menghasilkan (TM).
4) Cara pengambilan contoh daun
- Temukan nomor daun yang akan diambil.
- Potong pelepahnya (bila masih terjangkau tidak perlu dipotong).
- Ambil 4 helai daun dari titik ujung permukaan datar pelepah
(terdapat jarum pada pelepah), ambil 2 kiri dan 2 kanan.

50
Gambar 31. Titik ujung permukaan datar pelepah

b. Pembentukan organisasi kerja pemupukan


Agar pelaksanaan pemupukan dapat berjalan lancar dan memperoleh
hasil yang optimal, maka didalam pelaksanaannya perlu diorganisir
sebagai berikut :
1) Tukang ecer pupuk
Tukang ecer/pengecer pupuk bertugas mengecerkan pupuk di
lapangan pada tempat-tempat penumpukan pupuk yang telah
ditentukan (sesuai peta rencana pemupukan yang sudah disiapkan).

Gambar 32. Tukang ecer pupuk


Pengeceran pupuk ini harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya
sehingga penabur pupuk tidak perlu mondar mandir dalam mencari
saat akan mengambil pupuk yang akan ditaburkan.
2) Tukang bedah kantong pupuk

51
Tenaga pembedah kantong pupuk, yang tugasnya membedah
kantong pupuk dengan pisau.

Gambar 33. Tukang bedah kantong pupuk


3) Tukang penabur pupuk
Penabur pupuk yang bertugas manaburkan pupuk sesuai dengan
dosis dan Jenis pupuk yang telah ditetapkan.

Gambar 34. Tukang penabur pupuk


4) Tukang kumpul karung pupuk
Tukang kumpul karung ditugaskan mengumpulkan karung pupuk
yang telah dibedah. Jumlah karung pupuk harus sama dengan jumlah
karung pupuk yang diecer.

Gambar 35. Tukang kumpul karung

52
c. Perlengkapan pemupukan
Perlengkapan/peralatan yang harus disiapkan untuk melaksanakan
kegiatan pemupukan adalah :
1) Ember plastic berukuran 12 Kg
Ember plastic sebagai alat untuk membawa sejumlah pupuk dari
tempat pengeceran pupuk ke pohon yang akan dipupuk. Jumlah
ember harus tersedia sesuai jumlah tenaga kerja yang ada dan ember
harus seragam.

Gambar 36. Ember untuk pemupukan


2) Mangkok plastic berukuran 500 gram
Mangkok plastic sebagai sarana takaran penaburan pupuk. Jumlah
mangkok harus tersedia sesuai jumlah tenaga kerja yang mupuk dan
mangkok harus seragam.

Gambar 37. Mangkok pelastic untuk pemupukan


3) Kain gendong
Kain gendong berguna untuk membantu tenaga kerja dalam
membawa ember pupuk.

53
Gambar 38. Kain gendong
4) Terpal
Terpal digunakan untuk mengecer pupuk, agar memudakan dalam
pengambilan pupuk.

Gambar 39. Terpal untuk mengecer


3. Pelaksanaan Pemupukan
a. Syarat pemupukan
1) Curah hujan
Di dalam menentukan waktu pelaksanaan pemupukan harus
memperhatikan curah hujan, hal ini untuk menghindari kehilangan
unsure hara pupuk yang terkandung. Curah hujan yang ideal yaitu 50
mm/decade.
Untuk mengetahui curah hujan saat ini, diukur menggunakan alat
ukur hujan yaitu, ambrometer.

54
Gambar 40. Menggunakan ambrometer
untuk mengukur curah hujan

2) Bokoran bersih
Penyiangan dilakukan dengan menyingkirkan semua jenis tumbuhan
dari permukaan tanah selebar piringan/bokoran tanaman yang telah
ditentukan, sehingga bokoran bersih.

Gambar 41. Bokoran kelapa sawit


Dengan bokoran bersih, diharapkan pupuk yang diberikan akan
terserap semua oleh tanaman kelapa sawit, tanpa ada persaingan
unsure hara dengan gulma yang ada didekat tanaman kelapa sawit.
b. Dosis pemupukan
Pemupukan pada tanaman belum menghasilkan (TBM) dimulai sejak
tanaman ditanam di lapangan (pupuk lubang dengan RP 500
gr/lubang tanam).
Dosis pupuk untuk tanaman umur 1 s/d. 24 bulan berdasarkan
rekomendasi yang sudah ada, dan mulai umur 28 bulan keatas dosis
pemupukan sesuai hasil rekomendasi Pusat Penelitian.

55
Adapun rekomendasi pemupukan TBM kelapa sawit yaitu :

Table 5. rekomendasi pemupukan TBM

Uraian Gram/Pohon
(Umur Bulan)
UREA RP MoP KIESERIT BORATE
Pupuk Lubang - 500 - - -

Bulan ke-1 150 - - - -

Bulan ke-3 250 750 150 100 -

Bulan ke-5 350 - 250 150 -

Bulan ke-8 500 750 350 250 -

Bulan ke-12 500 - 500 350 20

Bulan ke-16 500 1.000 500 500 -

Bulan ke-20 750 - 750 500 30

Bulan ke-24 750 1.000 750 500 -

Bulan ke-28* 1.000 - 1.000 750 50

c. Cara pemupukan
Ada dua cara memupuk yang umum dipakai pada tanaman kelapa
sawit yaitu system pocket (dibenam) dan system tabur langsung di
atas bokoran. Namaun yang dipakai di PT. Perkebunan Nusantara 7
Unit Suli yaitu menggunakan cara system tabur langsung.
Teknik penaburan pupuk agar sesuai dengan yang dikehendaki diatas
maka dalam pelaksanaan penaburan diatur dengan cara :
1) Pupuk ditabur kedaerah dimana perakaran rambut paling banyak,
yaitu pada daerah bokoran.
2) Pupuk yang ditabur harus gembur/remah, tidak boleh menaburkan
pupuk yang masih menggumpal.
3) Pupuk harus ditabur tipis pada permukaan tanah bokoran.

56
2. Pembahasan
Dari kegiatan magang di PT. Perkebunan Nusantara 7, kegiatan
pemupukan meliputi kegiatan persiapan pemupukan dan pelaksanaan
pemupukan. Kegiatan persiapan pemupukan terdiri dari
Pembuatan/Pengambilan Leaf Sampling Unit (LSU), Pembentukan
Organisasi Kerja Pemupukan, dan Persiapan Perlengkapan Pemupukan.
Kegiatan pemupukan di PT. Perkebukan Nusantara 7 Unit Sungai
Lengi masih menggunakan cara manual, yaitu dengan mengandalkan tenaga
manusia yang banyak, belum menggunakan mekanisasi seperti yang ada di
perkebunan sawit lainya, yang sudah menggunakan mekanisasi. Hal tersebut
berkaitan dengan keadaan lahan PT. Perkebunan Nusantara 7 Unit Sungai
Lengi yang banyak terdiri dari jurangan. Selain hal tersebut, dengan banyak
mengandalkan tenaga kerja manusia, maka dapat memperkerjakan
masyarakat yang ada di sekitar perkebunan.
Cara yang digunakan dalam pemberian pupuk yaitu dengan menabur
langsung pada bokoran tanaman kelapa sawit. Pupuk yang telah diecer oleh
pengecer pupuk akan diambil dan ditabur langsung oleh penabur pupuk
dengan menggunakan ember dan mangkok plastic yang telah disiapkan.
Adapun kendala dalam kegiatan pemupukan ini yaitu, ketika kondisi
jalan yang basah dan licin, sehingga mobil pengangkut pupuk tidak dapat
masuk ke lokasi lahan yang akan dipupuk. Dengan keadaan tersebut harus
menggunakan sepeda motor untuk mengangkut pupuk yang ada, agar bisa
sampai ke lokasi pemupukan.

57
E. Kegiatan Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeisguineensis jacq.)
(Oleh : Satria Mandala Putra)
1. HASIL
Panen merupakan titik awal dari produksi dan terkait erat dengan
kegiatan budidaya khususnya pemeliharan tanaman. Keberhasilan panen
tergantung dari hasil kegiatan budidaya. Pemeliharaan tanaman, serta
tersediah sarana dan prasarana. Kegiatan panen utama dari tanaman
kelapa sawit yaitu buah kelapa sawit atau tandan kelapa sawit. Besar
hasil panen tandan buah segar (TBS) setiap hektare tanaman produksi
tergantung tanaman, ganguan hama penyakit, dan pemeliharaan tanaman.
Menurut (Hanang Slamet Raharja 2011) Tanaman kelapa sawit mulai
berbuah setelah umur 2-3 tahun. Buah akan menjadi masak sekitar 5-6
bulan setelah penyerbuakan. Proses pemasakan dapat di lihat dari
perubahan warna kulit buahnya. Buah akan berubah merah jingga ketika
masak. Pada saat buah masak kadungan minyak dalam daging telah
maksimal. Buah kelapa sawit yang telah masak sering di sebut tandan
buah segar TBS (Hanang Slamet Raharja 2011).
Sasaran atau tujuan utama panen kelapa sawit adalah
mendapatkan minyak dan inti sebanyak – banyaknya. Kandungan minyak
maksimum setiap buah (didalam tandan) adalah periode dimana buah
tersebut sedang memberondol. Sehingga panen dengan kandung minyak
maksimum adalah memungut berondolan yang ada.
 Panen kelapa sawit adalah pemotongan tandan buah matang dari
pohon sampai dengan pengangkutan ke pabrik. Urutan kegiatan panen
adalah pemotongan tandan buah matang, pengutipan berondolan,
pemotongan pelepah, pengangkutan hasil ke TPH dan pengangkutan
hasil ke pabrik (PKS).
 Tujuan panen kelapa sawit adalah untuk mendapatkan Tandan Buah
Segar Matang dengan kandungan minyak maksimum dan inti
sebanyak – banyaknya.

58
1. KRITERIA MATANG PANEN
Buah kelapa sawit akan matang setelah berumur 5,5 – 6
bulan dari saat penyerbukan kriteria buah matang panen
ditentukan pada saat kendungan minyak maksimum dengan
kandungan ALB serendah mungkin.
Tingkat kematangan buah yaitu prosentase buah luar yang
memberondol ditunjukan pada tabel berikut :
Tabel 6. Kematangan Buah Kelapa Sawit
Jumlah berondolan Derajat Index Rendemen ALB
Fraksi
yang jatuh Kematangan sortasi Minyak (%) (%)
Tidak ada, buah Sangat mentah -5
00
berwarna hitam
Satu berondolan s/d
0 12,5% buah luar Mentah -1 16 1,6
memberondol
12,5 – 25,0% buah luar Kurang matang 1 21,4 1,7
1
memberondol
25,0 – 50,0% buah luar Matang I 1 22,1 1,8
2
memberondol
50.0 – 75,0% buah luar Matang II 1 22,2 2,1
3 memberondol

75,0 – 100% buah luar Lewat Matang I 1/3 22,2 2,6


4
memberondol (0,33)
Buah dalam ikut Lewat Matang II 1/3 21,9 3,8
5
membrondol (0,33)

Gambar 42 . kriteria panen tandan buah segar

59
 Suatu areal sudah dapat dipanen apabila :
 Tanaman sudah berumur 30 bulan dilapangan
 60% pohon telah mempunyai buah yang siap panen
 Berat TBS ≥ 3 kg
 Penyebaran panen minimal 1 : 5
 Tandan Matang
 Warna buah orange kemerahan
 Sudah ada buah yang lepas ( memberondol )
 Kriteria Fraksi ada di tabel 33.
 Kriteria jumlah berondolan :
Areal datar : 2 berondolan / kg berat tandan
Areal miring : 1 berondolan / kg berat tandan
 Tingkat kematangan yang baik adalah pada fraksi 2 dan 3 (
berondolan 1 dan 2 per kg berat tandan )
 Komposisi panen yang dikategorikan baik adalah :
Fraksi 2 + 3 + 4 = 80%
Fraksi 1 = 15%
Fraksi 5 = 5%
 NSP ( Nilai Sortasi Panen )
NSP digunakan untuk hasil panen adalah minimal ± 85% - 100%
Tabel perhitungan NSP :

Tabel 7. Perhitungan NSP

Fraksi Jumlah tandan Nilai pembagian % Nilai perkalian NSP)


(NSP)
F00 : 16 % × -5 = -125
F0 : 16 % × -1 = -6,25
F1,2,3 : 16 % × +1 = +37,5
F4 : 16 % = 25 × +0,33 = +8,25
F5 : 16 % = 6,25 × -0,33 = -2,06
TOTAL = 100
Keterangan :

NSP = (-5(F00), -1(F0), +1(F1,2,3), +0,33(F4), dan, -0,33(F5)

60
2. TAKSASI PRODUKSI / PROGNOSA PRODUKSI
Taksasi produksi merupakan kegiatan untuk memperkirakan produksi
dari hasil perhitungan jumlah sampel tandan yang ada dipohon. Kegiatan
taksasi produksi sangat penting dilaksanakan karena berpengaruh terhadap
keberhasilan pemanen dalam segi produksi, penentuan jumalah pemanen,
alat-alat panen, jumlah angkutan/transportasi yang dibutuhkan, dan jumlah
produksi yang akan dihasilkan.
Prognosa produksi adalah untuk mengetahui estimasi produksi 6
bulan kedepan dari hasil sensus yang dilakukan dengan mengamati
perkembangan Bunga sampai F0.

Gambar 43. kegiatan sensus buah


1. Perkembangan bunga sampai tandan siap panen

a. Bunga
Ditandaidenganterbukanyaseludangbunga.Dagingbuahbelumberkembang,c
angkangbuahbelumterbentuk, intidanembriojugabelumterbentuk.

b. Putik
Putik terlihat jelas setelah perkembangan bunga melewati 1 bulan sejak
seludang terbuka.Terlihat ada calon buah berukuran kecil pada tandan.Daging
buah putik terlihat tampak jelas berwarna putih kehijauan.Daging buah ini
terasa lunak dan berair,cangkang berwarna putih dan lembut serta bagian inti
masih berupa cairan dan embrio belum tampak jelas.

61
c. Cengir
Dua bulan sejak terbukanya seludang bunga, akan terbentuk cengir. Sudah
terbentuk tandan muda, daging buah berwarna putih kehijauan ,cangkang
berwarna putih dan sudah mulai mengeras ,bagian inti terasa seperti gel atau
jelly, namun embrio belum tampak jelas.

Gambar 44. cengkir berumur 2 bulan


d. Degan

Tiga bulan sejak terbukanya seludangakan terbentuk degan. Masih di sebut


sebagatan dan muda. Daging buah berwarna kuning kehijauan, cangkang
berwarna coklat muda dan terasa keras. Inti mulai terasa padat, dan embrio
tampak berupa titik putih.

Gambar 45. Degan berumur 3 bulan


e. Fraksi 00
Empat bulan sejak terbukanya sedangakan terbentuk fraksi 00, atau biasa
disebutkan dan mentah. Daging buah berwarna kuning kemerahan,
cangkang berwarna cokelat dan keras. Embrio sudah terbentuk secara jelas
dengan diameter 3,5 mm.

Gambar 46. Degan berumur 4 bulan

62
f. Fraksi 0
Perkembangan 5 bulan sejak terbukanya seludang. Sudah dapat di lihat
tanda tanda tandan matang. Daging buah berwarna merah kekuningan,
cangkang berwarna coklat tua dan keras. Inti berwarna putih dan keras,
embrio yang tumbuh normal berukuran 3,5mm.

2. Perhitungan Buah Untuk 6 Bulan


Perkiraan produksi 6 bulan mendatang. Pada setiap blok minimal setiap 16 - 50
hektar diambil minimal 30 sempel pohon secara cross diagonal.Selanjutnya
perhitungan bunga dilaksanakan pada minggu terakhir dimana pada blok
tersebut tidak dipanen lagi.Pada setiap pohon sampel semua bungnya dihitung
dimulai dari mulai bunga anthesis sampai ke tandan yang hampir masak.
Selanjutnya hasil penghitungan bunga / buah tersebut dijumlahkan sesuai
dengan keadaan masing – masing kemudian dibagi jumlah pohon sample untuk
mendapatkan bunga / buah rata – rata per – pohon.Untuk memperoleh angka
berapa produksi selama 6 bulan mendatangmaka cukup mengalihkan rata – rata
bunga / buah per – pohon denganjumlah kali rata – rata tandan pada setiap
tahun tanam.

3. Perhitungan Buah untuk 3 bulan


Cara pelaksanaannya sama dengan produksi 6 bulan, hanya yang dihitung
adalah buah yang berumur 3 – 5 bulan saja. Yaitu :

- Buah umur 3 bulan (Cengkir) tandan muda


- Buah umur 4 bulan (Degan) tandan mentah
- Buah umur 5 bulan (Fraksi 00 dan 0) hampir masak

4. Perhitungan Buah Untuk 1 Bulan


Cara pelaksanaan nya sama dengan produksi 6 bulan atau 3 bulan. Hanya yang
dihitung buah yang berumut 5 bulan ( Fraksi 00 dan Fraksi 0) saja.

63
5. Perhitungan Buah Untuk Taksasi (rencana panen besok)
Taksasi panen dilaksanakan oleh mandor panen sehari sebelum hanca tersebut
dipane, disini yang dihitung hanya buah yang matang panen.Dengan
mengetahui berapa jumlah tandan yang akan dipanen besok harinya maka
mandor tersebut sudah dapat memperhitungkan jumlah tenaga panen
(disesuaikan dengan keadaan buahnya).
Rumus Perhitungan Buah :
jumlah tandan (F1,2,3)
tandan = × jumlah pohon
hektar

6. Angka Kerapatan Panen (AKP)


Angka kerapatan panen (AKP) adalah jumlah tandan matang yang dapat
dipanen dari jumlah luasan populasi tertentu. AKP dipakai untuk estimasi
(perencanaan) produksi, kebutuhan pemanen dan kebutuhan armada
angkutang.
 Proses penetapan AKP dilaksanakan 1 (satu) hari sebelum
pelaksanaan panen.
 Perhitungan AKP :

Jumlah tandan matang panen


= × 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑜ℎ𝑜𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

 Cara penetapan AKP


- Menetapkan blok sampel yang mewakili kondisi buah yang
akan dipanen
- Menghitung jumlah tandan yang memenuhi kriteria matang
panen ( Fraksi 1,2,3 ) atau buah yang telah memberondol 5
- dengan berjalan diagonal pada blok yang akan dipanen besok.

 Tujuan dari AKP


- Untuk menentukan Haka / hektar pemanen
- Untuk menentukan kerapatan ancak panen

64
- Untuk menentukan luasan Hektar/pemanen
- Untuk mengetahui hasil tandan
- Untuk menentukan estimasi kg
- Untuk menentukan jumlah angkutan yang dibutuhkan
- Untuk menentukan jumlah Haka panen

 Kurangnya AKP
- Adanya pemanen yang tidak masuk
- Adanya buah yang tidak dipanen
- Adanya buah yang tidak terangkut baik ke TPH
Contoh :

 Realisasi produksi

Pohon F 1,2,3
2 1
3 1
24 2
Tota = 4 tandan

jumlah tandan sensus


AKP = × 100%
Jumlah pohon sensus
4
AKP = × 100%
30
AKP = 13%

 Estimasi Produksi
Nama Tahun Nama Luas Jumlah AKP Tandan
mandor tanaman blok hektar pohon
Marhen 89 943 35 3503 11,4 400

65
jumlah tandan matang
AKP = × 100%
Jumlah pohon

400
AKP = 3503 × 100%

AKP = 11,4%

3. PERSIAPAN PANEN

1. Regu Panen

 Satu regu panen terdiri dari I (satu) orang mandor panen, 1 (satu) orang
Petugas Pengumpul Hasil (PPH) dan 15 – 20 orang pemanen.
 Masing-masing pemanen terdiri dari 2 orang, 1(satu) bertugas
memanen, 2(dua) bertugas mengangkut buah ke TPH dan memungut
berondolan.
 Kebutuhan tenaga 0,08 – 0,1 pemanen / hektar.

Gambar 47. kegiatan Brifing Pagi

2. Peralatan Panen
Seorang pemanen harus dilengkapi dengan peralatan panen yang terdiri
dari antar lain :

 Chisel, gancu, kampak, dodos untuk pemanen tanaman muda sampai


dengan TM IV mengunakan alat egrek untuk tanaman dewasa / tua.
 Pikulan yang dilengkapi dengan karung. Yang mana sekarang di
beberapa perusahan sudah banyak mengunakan gerobak dorong /
angkong.

66
 Ember untuk memungut berondolan / karung bekas pemupukan untuk
menampung berondolan di TPH.

Gambar 48. peralatan panen

3. Ancak panen

 Untuk memudahkan pelaksanaan panen dan memastikan produktivitas


pemanen, maka dibentuk suatu ancak atau petak. Kemampuan seorang
pemanen untuk satu ancak pada umumnya berkisar antara 2 – 2,5 Ha.
 Penerapan ancak panen harus dilaksanakan pada pertimbangan yang tepat,
seperti topografi areal dan ketersedian tenaga kerja.
 Ada 3 sistem ancak yang ditetapkan :

a. Ancak tetap
Ancak panen ini dimana masing – masing pemanen diberikan tugas untuk
menyelesaikan panen dengan luasan tertentu yang bersifat tetap.
Contoh : seorang pemanen diberikan tugas menyelesaikan panen sejumlah
tertentu baris tanaman , secara tetap perhari sesui angka kerapatan panen
(AKP).

 Keuntungan
- Ancak terjaga kondisi pohonnya
- Ancak terjaga tetap bersih
- Buah memungkinkan terpanen tuntas
- Bila ada kesalahan dalam proses panen mudah untuk dilacak
 Kekurangan
- Biaya panen (cost/kg) tinggi

67
- Jika AKP rendah pemanen tidak bekerja harus dicari penggantinya.

b. Ancak Giring Murni


Ancak panen dimana masing - masing pemanen digiring dan diatur oleh
mandor secara berurutan dan setiap pemanen deberikan tugas untuk
menyelesaikan 1 gawangan (2 baris). Apabila ancak tersebut tembus maka
pemanen pindah ke ancak berikutnya yang belum dimasuki.

c. Ancak Giring Tetap


Ancak panen dimana masing – masing pemanen dibrikan tugas untuk
menyelesaikan 2 gawangan (4 baris) dan pindah ke ancak msing – masing
yang sudah ditentukan.

 Keuntungan
- Jumlah tenaga panen yang digunakan ditetapkan sesuai kebutuhan
- (cost kecil)
- TBS cepat diangkut ke pabrik
- Out put pemanen tinggi

 Kekurangan
- Losses (buah tinggal) tinggi
- Kondisi areal dan pohon kurang terjaga
- Kontrol harus ketat/pengawasan lebih sulit

Gambar 49. Pembagian (Ancak Giring Murni dan Ancak Giring Tetap)

4. PELAKSANAAN PANEN

1. Cara Panen

68
Pada tanaman muda, panen tahun I dan II, tandan buah masih berada sekitar
30 – 80 cm diatas permukaan tanam, dan pada umum nya disetiap pelepah
daun terdapat tandan buah.Untuk memotong tandan buah yang sudah matang
tersebut dapat dipergunakan chisel (dodos) dengan ukuran Lebar mata chisel
6 – 8 cm, dengan tanpa memotong pelepah penyangga tandan buah tersebut.
Pada tanaman TM tahun ke III dan IV pemotongan dengan menggunakan
chisel berukuran mata 12 -15 cm, dengan sekaligus memotong pelepah
penyangga tandan buah. Panen pada TM ke V adalah masa peralihan panen
dengan mempergunakan kapak bauh ukuran 15 cm.
Untuk panen menggunakan egrek. Langkah – langkah pekerjaan pemanenan
kelapa sawit adalah sebagai berikut :

 Sebelum melakukan pemotongan buah, peralatan panen harus siap dalam


keadaan tajam / baik dan sesuai dengan peralatan yang diperlukan untuk
panen TM.
 Dengan masuk areal memlalui jalan buah (pasar tikus), pemanen memilih
tandan buah yang matang panen, dalam memotong tandan buah untuk
mempermudahkan pemotongan tandan buah maka daun penyangga buah
dapat dipotong terlebih dahulu, kecuali pada pohon – pohon yang
pelepahnya kurang dari standar dalam pengambilan tandan bisa tanpa
memotong pelepah penyangga buah.
 Pemotongan buah harus mepet ke batang, (tapak kuda)
 Pelepah daun bekas potongan disusun rapih digawangan (bukan dijalan
buah) dan dipotong minimal 3 bagian supayah cepat melapuk.
 Berondolan yang masih tertinggal di ketiak pelepah agar diambil dan
dikumpulkan bersama – sama dengan berondolan yang jatuh di tanah /
bokoran.
 Pohon yang telah dipanen harus dalam keadaan bersih, terutama dari bekas
bunga yang sudah mati / kering, tandan buah yang gugur dan kotoran
lainnya.
 Tidak boleh memanen buah mentah (Fraksi 00 dan 0).

69
 Semua tandan yang matang harus dipanen, tidak boleh tertinggal pada
pohon yang diancak.
 Selesai panen dibarisan / lorong pertama, pindah ke baris / lorong
bereikutnya yang belum dipanen oleh pemanen lainnya.
 Ganggan tandan harus dipotong mepet, maksimum 2 cm dari tandan dan
potongan membentuk ‘‘V’’.

Gambar 50. Proses panen

2. Pengutipan Buah dan Berrondolan


a. Pengutipan buah

 Buah diangkut dengan karung/pikulan/kereta sorong ke TPH setelah


selesai memanen 2 jam.

Gambar 51. pengutipan buah ke TPH

 Tangkai tandan dipotong mepet atau berbentuk huruf “V”


(cangkem/mulut kodok).

Gambar 52. pemotongan bentuk “V’’

70
 Tandan disusun tiap 5 baris (tandan besar) atau tandan 5 (bila tandan

kecil).

Gambar 53. pengumpulan buah di TPH

 Nomor pemanen,nama mandor dan jumlah tandan ditulis pada tangakai


tandan.

Gambar 54. pemberian nomor pada tandan

b. Pengumpulan berondolan

 Setiap berondolan wajib dipungut,baik yang ada dibokoran, gawangan


maupun yang tercecer di jalan buah, dikumpulkan ke dalam karung.
 Usahakan berondolan tidak ditumpuk ditanah, karena dapat menyebabkan
ALB berondalan tersebut naik.

Gambar 55. pengumpulan berondolan

71
5. PEMERIKSAAN HASIL PANEN (TPH)

 Pada lini pertama dilakukan oleh mandor panen.


 Pemeriksaan dilapangan dan TPH. Kesalahan yang terjadi diberi sangsi
berupa pengurangan nilai maupun denda sesuai ketentuan yang berlaku :
- Tandan matang tidak dipanen
- Tandan di panen tidak dikumpul
- Berondolan tertinggal di piringan/gawangan pasar pikul
- Pelepah tidak disusun
 Di TPH pemeriksaan meliputi :
- Tandan afkir
- Tandan mentah
- Tangkai tandan
- Susunan dan kebersihan tandan
- Kebersihan berondolan
- Buah busuk
 Frekuensi pemeriksaan ;
- Mandor panen : 1 ×/hari
- Mandor I memeriksa I pemanen 1×/2 minggu
- Asisten memeriksa I pemanen 1×/bulan untuk menentukan mutu
kelas tanaman
- Askep memeriksa secara acak I mandor/afdeling
 Pemanen yang sering berbuat kesalahan harus dibina secara intensif.

Gambar 56. pemeriksaan hasil panen di TPH

72
5.1. PENGANGKUTAN

a. Perencanaan Angkutan
 Kebutuhan armada angkutan berdasarkan hasil prhitungan dari Angka
Kerapatan Panen (AKP).
 Kordinasikan kebutuhan angkutan dengan pihak ke – II.
 Pastikan armada angkutan produksinya beserta tenaga muat sudah siap di
ancak panen paling lambat pukul 09.00 WIB.

b. Pengangkutan TBS dan berondolan


Pengangkutan TBS adalah merupakan kegiatan pengangkutan dari
tempat pengumpulan hasil (TPH) dila[angan ke pabrik.Buah yang telah
dipanen hari itu harus diangkut secepatnya pada hari itu juga ke pabrik, hal
inibertujuan agar minyak yang dihasilkan dari TBS tersebut mempuyai mutu
yang baik.
Untuk tercapinya tujuan ini harus didukung dengan sarana jalan yang
baik dan sarana angkutan (armada) yang cukup, sehingga kemungkinan
buah menginap di kebun/areal tidak terjadi. Kebutuhan armada ini
tergantung dari jumlah TBS yang dipanen, kapasitas armada angkutan dan
jarak tempuh dari lapangan/areal sampai ke pabrik. Karena jika terjadi buah
menginap akan terjadi perubahan mutu minyak yaitu meningkatnya ALB
atau rendemen minyak nya berkurang 5%.

c. Pengangktan Produksi

 Arahan armada angkutan ke ancak panen yang sudah siap diangkut TBS
dan berondolannya.
 Pastikan buah dengan fraksi 5 terlebih dahulu dibrondolkan.
 Muat TBS dan berondolan dari setiap TPH yang ada tanpa ada yang
tersisa, hitungan dan catat jumlahnya dari setiap TPH yang diambil (TPH
dan areal sekitarnya bersih dari TBS san produksi).

73
 Pastiikan untuk angkutan yang melewati jalan raya, armada dilengkapi
dengan jaringan pengaman.
 Lakukan pengecekan kembali untuk memastikan tidak ada lagi TBS dan
berondolan yang tertinggal di TPH sebelum pengangkutan selesai
 Upayakan tidak ada buah menginap di areal

Gambar 57. pengangkutan TBS dan berondolan

2. PEMBAHASAN
Kondisi kegiatan Panen di PT. Perkebunan Nusantara VII. Unit
Sungai Lengi, sama seperti proses panen pada tanaman kelapa sawit sebelum
nya, yang mana kita ketahui Panen kelapa sawit adalah pemotongan tandan
buah matang dari pohon sampai dengan pengangkutan ke pabrik.
Tujuan panen kelapa sawit adalah untuk mendapatkan Tandan Buah
Segar Matang dengan kandungan minyak maksimum dan inti sebanyak –
banyaknya. Dengan urutan kegiatan panen mulai dari pemotongan tandan
buah matang, pengutipan berondolan, pemotongan pelepah, pengangkutan
hasilke TPH dan pengangkutan hasil kepabrik (PKS).
Adapun menurut pengalaman yang kami dapat tentang proses panen
kelapa sawit di PT. Perkebunan Nusantara VII. Unit Sungai Lengi, yang
mana proses kegiatan panen meliputi pembagian ancak panen oleh mandor
panen, memotong buah matang dengan posisi diluar piringan, memotong
tangkai buah, menyusunnn pelepah pada gawangan mati, mengeluarkan buah
yang di panen ke TPH, menyusun buah di panen ke TPH, menyusun buah di
TPH dengan susunan 5 berbanjar dan menuliskan nomor pemanen serta
jumlah janjangan panen.

74
Pada tanaman muda, panen tahun I dan II, tandan buah masih berada
sekitar 30 – 80 cm diatas permukaan tanam, dan pada umum nya disetiap
pelepah daun terdapat tandan buah.Untuk memotong tandan buah yang sudah
matang tersebut dapat dipergunakan chisel (dodos) dengan ukuran Lebar mata
chisel 6 – 8 cm, dengan tanpa memotong pelepah penyangga tandan buah
tersebut. Pada tanaman TM tahun ke III dan IV pemotongan dengan
menggunakan chisel berukuran mata 12 -15 cm, dengan sekaligus memotong
pelepah penyangga tandan buah. Panen pada TM ke V adalah masa peralihan
panen dengan mempergunakan kapak bauh ukuran 15 cm.Untuk panen pada
TM ke VI dan seterusnya menggunakan egrek.
Kemudian mandor panen harus memastikan bahwa semua ancak yang
berada dalam pengawasan telah di panen dan berondolan telah dikutip.
Dalam kegiatan panen resiko keselamatan kerja juga sangatlah penting
bagi para karyawanterutama peralatan panen yang harus dalam kondisi
lengkap dan maksimal, agar tingkat kecelakaan dalam bekerja itu bisa
terhindari. Peralatan nya seperti : Helem, sepatu, pakayan, egrek/dodos,
gancu, kapak, angkong, ember, karung untuk alas pengumpulan berondolan.
Adapun hasil dari pengalam kami di di PT. Perkebunan Nusantara
VII. Unit Sungai Lengi, disana kami ketahui untuk tingkat perlengkapan
masih sangat kurang, jadi untuk tingkat keselamatan karyawan dalam
bekerjan sangat lah beresiko.

75
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Dari hasil praktik kerja lapangan yang telah dilaksanalan di PT. Perkebunan
Nusantara 7 Unit Sungai Lengi dapat di simpulkan bahwa :
1. Pruning/pemangkasan adalah kegiatan pembuangan daun daun tua/kering
yang tidak produktif pada tanaman kelapa sawit. Pemangkasan dapat
dilakukan bersamaan dengan kegitatan panen (potong) buah atau pada
waktu lain secara periodik. Pemanen melakukan pemangkasan terhadap
pelepah yang menjepit buah guna memudahkan proses pemanenan,
terutama pada pokok yang buah sudah tinggi (dengan alat panen egrek).
Panen tanpa pemangkasan umumnya dapat dilakukan pada tanaman yang
buahnya masih rendah (dengan alat panen dodos).
2. Pengendalian Hama dan Penyakit, hama adalah setiap makhluk hidup
bergerak yang merusak tanaman, Penyakit adalah setiap mikroorganisme
( jamur, bakteri,virus ) yang merussak tanaman, serangan hama dan
penyakit ini dapat menyebabkan produksi kelapa sawit menurun, juga
dapat menyebabkan kematian bagi tanaman. Guna menghindari resiko
yang berat, perlu upaya pengelolaan hama/penyakit secara efektif dan
efisien. Hama yang terdapat di areal perkebunan PTPN 7 Unit Sungai
Lengi yaitu ulat api ( Setora nitens ) dan tikus, sedangkan untuk penyakit
telah ditemukan di lapangan penyakit maramius atau busuk buah.
3. Pengendalian gulma merupakan kegaiatan pemeliharaan yang selalu
dijumpai di lahan perkebunan manapun, suatu perkebunan kelapa sawit
dan pada prinsipnya membebaskan lahan dari tumbuhan pengganggu
atau komponen lain dengan maksud untuk memberikan ruang tumbuh
kepada tanaman yang akan di budidayakan.
Beberapa jenis gulma pada lahan perkebunan sawit yaitu gulma berdaun
sempit, berdaun lebar, gulma kayu-kayuan, gulma teki-tekian, dan pakis-
pakisan. Adapun beberapa jenis gulma yang dominan ditemukan di areal
afdelling PT. Perkebunan Nusantara VII Unit Sungai Lengi adalah

76
sebagai berikut: harendong bulu (Clydemia hirta), akar ruas-ruas
(Asystasia intrusa), teki (Cyperus rotundus), pakis kawat (Dicranopteris
linearis), Lalang (Imperata cilyndrica).
4. Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau
tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman
sehingga mampu berproduksi dengan baik. Material pupuk dapat berupa
bahan organik ataupun anorganik. Prinsip dasar pemupukan adalah 4 T
(Tepat dosis,Tepat Jenis,Tepat cara dan Tepat waktu).
Tujuan pemupukan adalah mempertahankan kesuburan tanah dan apabila
mungkin meningkatkannya. Karena dengan terjaganya kesuburan tanah
berarti meningkatkan pula produktivitas kelapa sawit yang diusahakan.
Input yang berupa pupuk pada tanaman kelapa sawit hampir mencapai
50% dari biaya pemeliharaan tanaman. Sumber hara bagi tanaman kelapa
sawit berasal dari tanah, pelapukan dan mineralisasi bahan organic,
penangkapan nitrogen udara oleh legume dan pemupukan.
5. Panen merupakan titik awal dari produksi dan terkait erat dengan
kegiatan budidaya khususnya pemeliharan tanaman. Keberhasilan panen
tergantung dari hasil kegiatan budidaya. Pemeliharaan tanaman, serta
tersediah sarana dan prasarana. Kegiatan panen utama dari tanaman
kelapa sawit yaitu buah kelapa sawit atau tandan kelapa sawit. Besar
hasil panen tandan buah segar (TBS) setiap hektare tanaman produksi
tergantung tanaman, ganguan hama penyakit, dan pemeliharaan tanaman.
Kegiatan panen di PTPN 7 Unit Sungai Lengi dilakukan sensus terlebih
dahulu untuk menentukan hasil panen yang di dapat. Sensus jug dapat
menentukan hasil panen 6 bulan ke depan atau yang lebih tepatnya
menentukan hasil setengah tahun.

B. SARAN
Adapun saran dalam hasil kegiatan praktek kerja lapangan di PT
Perkebunan Nusantara 7 Unit Sungai Lengi yaitu melakukan kegiatan
budidaya tanaman kelapa sawit (Elais guineensia Jacq) hendaknya

77
memperhatikan keselamatan pekerja dengan selalu menggunakan alat
pelindung diri baik dari kegiatan pruning, pengendalian hama dan penyakit,
pengendalian gulma, pemupukan dan panen agar terhindar atau memperkecil
resiko kecelakaan pada saat.
Untuk kegiatan di lapangan perlunya pengawasan yang lebih terhadap
kinerja pekerja dan untuk penggunaan bahan-bahan yang digunakan dalam
kegiatan budidaya tanaman kelapa sawit dilakukan pengecekkan untuk
memastikan keberhasilan dalam kegiatan tersebut.

78
DAFTAR PUSTAKA

Ade Budiargo, R. P. (2015). Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis


guineensis Jacq.) di Perkebunan Kelapa Sawit, Kalimantan Barat. Bul.
Agrohorti , 221-231.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2014. Statistik Indonesia 2014. Badan Pusat
Statistik. Jakarta.
Elgani, H. A. (2013). Manejemen Penunasan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis
Jacq.) Di Sungai Bahaur Estate Pt Windu Nabatindo Abadi, Kalimatan
Tengah. Bogor: Departemen Agronomi Dan Hortikultura Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor.
PT. Perkebunan X. (1993). Vademecum Budidaya Kelapa Sawit. Bandar
Lampung.
Tim Pengembang Materi LPP. (2000). Buku Pintar Mandor Seri Budidaya
Tanaman Kelapa Sawit. Yogyakarta: LPP Press.

79

Anda mungkin juga menyukai