Anda di halaman 1dari 7

KEPUTUSAN

KEPALA PUSKESMAS PASAR KEMIS


NOMOR : / /SK.UKP/IX/2019

TENTANG
PENETAPAN AREA PRIORITAS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,


KEPALA PUSKESMAS PASAR KEMIS,

Menimbang : a bahwa guna meningkatkan kualitas pelayanan di unit


. pelayanan publik di Puskesmas Pasar kemis yang
transparan dan akuntabel serta efektif dan efisien,
perlu disusun penetapan area prioritas ;
b bahwa untuk penetapan area prioritas yang
. dimaksud pada huruf a perlu ditetapkan Surat
Keputusan Kepala Puskesmas Pasar kemis Tentang
Penetapan Area Prioritas;

Mengingat : 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun


. 2004 tentang praktek kedokteran;
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2 2009 tentang Kesehatan;
. Peraturan Mentri Kesehatan RI, Nomer
269/MENKES/III/2008.
3 Tentang pelayananan kesehatan;
. Permenkes RI No 75 Tahun 2014 Tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat;
4 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 11 tahun
. 2017 Tentang Keselamatan Pasien;
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
5 Nomor 63/KEP/M.PAN/ 2003, tentang Pedoman
Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik;
5 Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
. Nomor KEP/25/25/M.PAN/2/2004. Pedoman Umum
Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit
Pelayanan Instansi Pemerintah.
6
.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS PASAR KEMIS


TENTANG PENETAPAN AREA PRIORITAS

Kesatu : Kegiatan pelayanan penetapan area prioritas


dilaksanakan sebagaimana tersebut dalam lampiran
keputusan yang merupakan bagian tak terpisahkan
Kedua : dari keputusan ini.
Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan
apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam
penetapannya, maka akan diadakan pembetulan
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : PASAR KEMIS


Pada tanggal : 2019
KEPALA PUSKESMAS PASAR KEMIS

Dr.Hj.Salwah
NIP.1973.0727.2007.01.2011
LAMPIRAN: KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS PASAR
KEMIS
NOMOR : / /SK.UKP /IX /2019
TENTANG :PENETAPAN AREA PRIORITAS

I. DEFINISI
Penetapan area prioritas atau Risk Priority Number (RPN) adalah suatu
proses yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan menggunakan
metode tertentu untuk menentukan urutan prioritas dari yang paling tinggi
resiko terjadinya suatu kesalahan sampai yang terendah. Penetapan area
prioritas dapat dilakukan dengan mengalikan Occurancy (Occ) atau
keseringan terjadinya suatu kesalahan dikali Severity (Sv) atau kegawatan
suatu kesalahan dikali Detectable (Dt) atau mudah tidaknya kesalahan itu
terjadi.
Penetapan area prioritas dilakukan oleh Tim Peningkatan Mutu dan
Keselamatan Pasien (PMKP)bersama dengan Kepala Puskesmas Pasar
Kemis dan unit klinis Puskesmas Pasar Kemis .

II. TUJUAN
Sebagai acuan dalam menetapkan area prioritas dan pelayanan prioritas
Puskesmas Pasar Kemis yang akan diperbaiki dan ditingkatkan mutu
pelayanannya.
Agar Puskesmas Pasar Kemis memiliki fokus area dan pelayanan yang
akan dilakukan evaluasi dan kegiatan peningkatan mutu dan keselamatan
pasien.

III. PROSEDUR
1) Identifikasi unit kerja klinis di Puskesmas dengan menggambar alur tiap-
tiap pelayanan di unit kerja klinis,
2) Melakukan identifikasi failure modes untuk tiap tahapan dari alur
pelayanan tersebut, yang berdasarkan 6 Indikator Keselamatan Pasien
yaitu :
a) Tidak terjadinya kesalahan identifikasi pasien
b) Tidak terjadinya kesalahan komunikasi yang efektif
c) Tidak terjadinya kesalahan pemberian obat kepada pasien
d) Tidak terjadinya kesalahan prosedur pelayanan
e) Tidak terjadinya resiko infeksi
f) Tidak terjadinya pasien jatuh
3) Melakukan identifikasi sebab akibat yang mungkin terjadi di unit pelayanan
dari failure modes tersebut
4) Membuat Tabel yang terdiri dari Occurence Rating Scale (Occ), Severity
Rating Scale (SV), Detection Rating Scale (Dt) dan Risk Priority Numbers
(RPN)
5) Occurence Rating Scale (Occ) terdiri dari 1-10 point, antara lain yaitu :
a) Point 1 : Kemungkinan terjadi amat sangat rendah (Kesalahan hampir
tidak pernah terjadi, atau tidak ada yang ingat kapan terakhir terjadi)
b) Point 2 : Kemungkinan terjadi rendah (Kesalahan jarang terjadi atau
terjadi sekitar sekali setahun )
c) Point 3-4 :Kemungkinan terjadi sedang (Kesalahan kadang terjadi, atau
sekali tiap tiga bulan)
d) Point 5-6 : Kemungkinan terjadi tinggi sedang (Kesalahan terjadi sekali
sebulan)
e) Point 7-8 : Kemungkinan terjadai sangat tingggi (Kesalahan sering
terjadi atau terjadi paling tidak seminggu sekali )
f) Point 9 : Hampir tidak dapat dihindarkan(Kesalahan dapat diprediksi
terjadi atau terjadi setiap 3 sampai 4 hari )
g) Point 10 : Kemungkinan terjadinya dapat dipastikan (Kesalahan terjadai
paling tidak sekali sehari atau hampir setiap saat
6) Severity Rating Scale (SV) terdiri dari 1-10 point, antara lain yaitu :
a) Point 1 : Tidak berbahaya (Kesalahan tidak menimbulkan cedera dan
tidak berdampak pada system)
b) Point 2 : Berbahaya ringan (Kesalahan tidak menimbulkan cedera dan
pelanggan tidak menyadari adanya masalah tetapi berpotensi
menimbulkan cedera ringan atau tidak berakibat pada sistem )
c) Point 3-4 : Berbahaya ringan sampai sedang (Kesalahan menyebakan
cedera sangat ringan atau tidak cedera tetapi dirasakan mengganggu
oleh pelanggan dan/atau menyebabkan masalah ringan pada sistem
yang dapat diatasi dengan modifikasi ringan )
d) Point 5-6 : Berbahaya sedang (Kesalahan berakibat pada cedera ringan
dengan sedikit ketidak puasan pelanggan dan/atau menimbulkan
masalah besar pada system)
e) Point 7 : Berbahaya (Kesalahan yang dapat menyebabkan cedera ringan
sampai sedang dengan tingkat ketidak puasan yang tinggi dari
pelanggan dan/atau menyebabkan ganggung sistem yang
membutuhkan perbaikan berat atau kerja ulang yang signifikan )
f) Point 8-9 : Sangat berbahaya (Kesalahan yang dapat menyebabkan
cedera berat/permanen pada pelanggan atau gangguan serius pada
sistem yang dapat menghentikan pelayanan dengan adanya tanda yang
mendahului )
g) Point 10 : Amat sangat berbahaya (Kesalahan yang dapat menyebabkan
kematian pelanggan dan kerusakan sistem tanpa tanda-tanda yang
mendahului )

7) Detection Rating Scale (Dt) terdiri dari 1-10 point, antara lain yaitu :
a) Point 1: Hampir dipastikan untuk diketahui (Ada proses otomatis yang
akan menhentikan proses untuk mencegah kesalahan )
b) Point 2 : Berpeluang sangat tinggi untuk diketahui (Dipastikan ada
proses inspeksi rutin yang otomatis )
c) Point 3-4 :Berpeluang tinggi untuk diketahui (Dipastikan ada proses
inspeksi yang rutin tetapi tidak otomatis )
d) Point 5 : Berpeluang sedang untuk diketahui (Ada proses untuk double
checks atau inspeksi tetapi tidak otomatis atau dilakukan secara
sampling )
e) Point 6-7 : Sulit diketahui (Kesalahan dapat diketahui dengan inspeksi
manual atau tidak ada proses yang baku untuk mengetahui, sehingga
ketahuan karena kebetulan)
f) Point 8-9 : Sangat sulit diketahui (Kesalahan dapat diketahui dengan
inspeksi yang menyeluruh, tidak feasible(dapat dikerjakan dengan
mudah) dan tidak segera dapat dilakukan)
g) Point 10 : Tidak ada peluang untuk diketahui (Tidak ada mekanisme
untuk mengetahui adanya kesalahan)
8) Urutkan failure modes dg Nilai Risk Priority Numbers (RPN) tertinggi ke
terendah
9) Hitung kumulatif dan persentase kumulatif
10) Perhatikan nilai % kumulatif sampai dengan 80%, maka pada nilai %
kumulatif <80 %
ditetapkan sebagai “cut off point” (garis batas area prioritas)
11) Tentukan Failure Modes < 80% dari nilai % kumulatif menjadi area
prioritas di unit kerja klinis tersebut

Ditetapkan di : PASARKEMIS

Pada tanggal: / /2019

KEPALA PUSKESMAS PASARKEMIS

Dr.Hj.Salwah
NIP.1973.0727.2007.01.2011

Anda mungkin juga menyukai