A. Pendahuluan
Kegiatan belajar, sering dikaitkan dengan kegiatan mengajar. Begitu
eratnya kaitan tersebut, sehingga keduanya sulit dipisahkan. Dalam percapakan
sehari-hari sering didengar istilah kegiatan “belajar-mengajar” menjadi satu
kesatuan. Bahwa kedua kegiatan tersebut berkaitan erat adalah benar. Namun,
dalam setiap kegiatan belajar tidak harus selalu ada orang yangmengajar. Kegiatan
belajar bisa saja terjadi walaupun tidak ada kegiatan mengajar. Begitu pula
sebaliknya, kegiatan mengajar tidak selalu dapat menghasilkan kegiatan belajar.
Istilah pembelajaran lebih menggambarkan usaha guru untuk membuat
belajar para siswanya. Kegiatan pembelajaran tidak akan berarti jika tidak
menghasilkan kegiatan belajar pada para siswanya. Kegiatan belajar hanya bisa
berhasil jika si belajar secara aktif mengalami sendiri proses belajar.
Seorang guru tidak dapat mewakili belajar untuk siswanya. Seorang siswa
belum dapat dikatakan telah belajar hanya karena ia sedang berada dalam satu
ruangan dengan guru yang sedang mengajar. Ada satu syarat mutlak yang harus
dipenuhi agar terjadi kegiatan belajar. Syarat itu adalah adanya interaksi antara
pebelajar (learner) dengan sumber belajar. Jadi, belajar hanya terjadi jika dan
hanya jika terjadi interaksi antara pebelajar dengan sumber belajar. Tanpa
terpenuhi syarat itu, mustahil kegiatan belajar akanterjadi.
Kegiatan mengajar tidak selalu harus diartikan sebagai kegiatan
menyajikan materi pelajaran. Meskipun menyajikan materi pelajaran memang
merupakan bagian dari kegiatan mengajar, tetapi bukanlah satu-satunya.Masih
banyak cara lain yang dapat dilakukan guru untuk membuat siswa belajar. Peran
yang seharusnya dilakukan guru adalah mengusahakan agarsetiap siswa dapat
berinteraksi secara aktif dengan berbagai sumber belajar yang ada.
Sebagian besar orang memahami bahwa psikologi pembelajaran
membahas tentang bagaimana seseorang belajar, bagaimana orang tersebut
melakukan atau melakssiswaan suatu tugas, dan tentang bagaimana ia bisa
berkembang. Pengertian tersebut dinyatakan Resnick dan Ford (1984) yaitu:
Menjelaskan
Pengajaran Audio-
hubungan antara Penelitian Ilmiah
Tutorial
konsep-konsep
Belajar Bermakna Sebagian Besar
Penyajian Melalui Kegiatan di
penelitian rutin
Ceramah atau laboratorium
atau produksi
buku pelajaran sekolah
intelektual
Menerapkan
rumus-rumus
Pemecahan
Daftar Perkalian untuk
dengan coba-coba
Belajar hafalan memecahkan
Masalah
Belajar Belajar Penemuan Belajar Penemuan
Penerimaan Terbimbing Mandiri
Dari gambar diatas dapat dikatakan bahwa belajar penerimaan yang
bermakna dapat dilakukan dengan cara menjelaskan hubungan antara konsep-
konsep, sedangkan belajar penemuan yang masih berupa hafalan apabila belajar
dilakukan dengan pemecahan masalah secara coba-coba. Belajar penemuan yang
bermakna hanyalah terjadi pada penelitian ilmiah
Menurut Ausubel belajar dapat diklasifikasikan kedalam dua dimensi.
Pertama, berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran itu disajikan
kepada peserta didik melalui penerimaan atau penemuan. Kedua, menyangkut
bagaimana peserta didik dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif
yang telah ada. Jika peserta didik hanya mencoba menghafalkan informasi baru
itu tanpa menghubungkan dengan struktur kognitifnya, maka terjadilah belajar
dengan hafalan. Sebaliknya jika peserta didik menghubungkan atau mengaitkan
informasi baru itu dengan struktur kognitifnya maka yang terjadi adalah belajar
bermakna.
Dalam kaitannya dengan tipe belajar, Ausubel mengemukakan empat tipe
belajar, yaitu:
i. Belajar dengan penemuan yang bermakna
Informasi yang dipelajari, ditentukan secara bebas oleh peserta didik.
Peserta didik itu kemudian menghubungkan pengetahuan yang baru itu
dengan struktur kognitif yang dimiliki. Misalnya peserta didik diminta
E. Penutup
Dapat dipahami bahwa materi matematika itu tidak datang dengan
sendirinya melainkan hasil temuan para ahli matematika. Namun demikian dalam
proses mengajar belajar matematika, tidak semua materi harus dipahami siswa
melalui penemuan. Siswa dapat belajar dengan penerimaan yang bermakna
asalkan siswa dapat mengkaitkan pengetahuan yang baru dipelajarinya dengan
struktur yang telah dimilikinya.
Dalam Teori Bruner dengan metode Penemuan (discovery learning),
kekurangannya tidak bisa digunakan pada semua materi dalam matematika hanya
beberapa materi saja yang dapat digunakan dengan metode penemuan. Teori
belajar matematika menurut J.S. Bruner tidak jauh berbeda dengan teori J. Piaget.
Menurut teori J.S. Bruner langkah yang paling baik belajar matematika adalah