Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipertensi menjadi sesuatu yang menakutkan bagi sebagian besar penduduk dunia
termasuk Indonesia. Hal ini karena secara statistik jumlah penderita yang terus meningkat dari
waktu ke waktu. Berbagai faktor yang berperan dalam hal ini salah satunya adalah gaya hidup
modern. Pemilihan makanan yang berlemak, kebiasaan aktifitas yang tidak sehat, merokok,
minum kopi serta gaya hidup adalah beberapa hal yang disinyalir sebagai faktor yang berperan
terhadap hipertensi ini. Penyakit ini dapat menjadi akibat dari gaya hidup modern serta dapat
juga sebagai penyebab berbagai penyakit non infeksi. Hal ini berarti juga menjadi indikator
bergesernya dari penyakit infeksi menuju penyakit non infeksi, yang terlihat dari urutan
penyebab kematian di Indoensia. Untuk lebih mengenal serta mengetahui penyakit ini, maka
kami akan membahas tentang hipertensi. Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan darah
sistolik lebih besar atau sama dengan 140 mmHg atau peningkatan tekanan darah diastolik
lebih besar atau sama dengan 90 mmHg (Anindya,2009).
Hipertensi menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal
jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal. Tanpa melihat usia atau jenis kelamin, semua
orang bisa terkena hipertensi dan biasanya tanpa ada gejala-gejala sebelumnya. Hipertensi juga
dapat mengakibatkan kerusakan berbagai organ target seperti otak, jantung, ginjal, aorta,
pembulu darah perifer dan retina.
Oleh karena itu, negara Indonesia yang sedang membangun di segala bidang perlu
memperhatikan pendidikan kesehatan masyarakat untuk mencegah timbulnya penyakit seperti
hipertensi, kardiovaskuler, penyakit degeneratif dan lain-lain, sehingga potensi bangsa dapat
lebih dimanfaatkan untuk proses pembangunan. Golongan umur 45 tahun ke atas memerlukan
tindakan atau program pencegahan yang terarah. Hipertensi perlu dideteksi dini yaitu dengan
pemeriksaan tekanan darah secara berkala, yang dapat dilakukan pada waktu check-up
kesehatan atau saat periksa ke dokter.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah definisi hipertensi ?
2. Apakah etiologi/ faktor pencetus hipertensi ?
3. Apakah manifestasi klinis hipertensi ?
4. Apakah pemeriksaan penunjang pada hipertensi ?
5. Bagaimana penatalaksanaan klien dengan hipertensi ?
6. Apa komplikasi dari hipertensi ?
7. Bagaimana asuhan keperawatan keluarga pada pasien dengan hipertensi ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Menjelaskan pengertian dan asuhan keperawatan keluarga pada klien dengan gangguan
hipertensi.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui dan memahami definisi hipertensi.
b. Mengetahui dan memahami etiologi/ faktor pencetus hipertensi.
c. Menyebutkan dan memahami manifestasi klinis hipertensi.
d. Mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang pada hipertensi.
e. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan klien dengan hipertensi.
f. Mengetahui dan memahami komplikasi dari hipertensi.
g. Menjelaskan asuhan keperawatan keluarga pada pasien dengan hipertensi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP KELUARGA


2.1.1 Pengertian Keluarga
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang
bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan
fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga (Duvall dan Logan, 1986 ).
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya
hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain,
mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya
(Bailon dan Maglaya, 1978 ).
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan
saling ketergantungan (Departemen Kesehatan RI,1988 ).
Dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah terdiri dari dua atau lebih individu
yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Anggota keluarga biasanya hidup
bersama atau jika terpisah mereka tetap memperhatikan satu sama lain, keluarga berinteraksi
satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran sosial (suami, istri, anak, kakak dan adik)
dan mempunyai tujuan menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan
perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota.

2.1.2 Tipe Keluarga


1. Tradisional :
a. The nuclear family (keluarga inti) : Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak.
b. The dyad family: keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama
dalam satu rumah.
c. Keluarga usila: keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan anak sudah
memisahkan diri.
d. The childless family: keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan
anak terlambat waktunya, yang disebabkan karena mengejar karir/pendidikan yang terjadi
pada wanita.
e. The extended family (keluarga luas/besar): keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup
bersama dalam satu rumah seperti nuclear family disertai : paman, tante, orang tua (kakak-
nenek), keponakan, dll).
f. The single-parent family (keluarga duda/janda): keluarga yang terdiri dari satu orang tua
(ayah dan ibu) dengan anak, hal ini terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian dan
ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan).
g. Commuter family: kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota
tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja diluar kota bisa berkumpul pada
anggota keluarga pada saat akhir pekan (week-end).
h. Multigenerational family: keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang
tinggal bersama dalam satu rumah.
i. Kin-network : beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling berdekatan
dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama. Misalnya : dapur, kamar
mandi, televisi, telpon, dll).
j. Blended family: keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah kembali dan
membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.
k. The single adult living alone / single-adult family: keluarga yang terdiri dari orang dewasa
yang hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan (separasi), seperti : perceraian atau
ditinggal mati.
2. Non-Tradisional
a. The unmarried teenage mother : keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan
anak dari hubungan tanpa nikah.
b. The stepparent family : keluarga dengan orangtua tiri.
c. Commune family: beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan
saudara, yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama,
pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok / membesarkan
anak bersama.
d. The nonmarital heterosexual cohabiting family : keluarga yang hidup bersama berganti-ganti
pasangan tanpa melalui pernikahan.
e. Gay and lesbian families: seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama
sebagaimana pasangan suami-istri (marital partners).
f. Cohabitating couple: orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena
beberapa alasan tertentu.
g. Group-marriage family : beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga
bersama, yang merasa telah saling menikah satu dengan yang lainnya, berbagi sesuatu,
termasuk sexual dan membesarkan anaknya.
h. Group network family : keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai, hidup
berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama,
pelayanan dan bertanggung jawab membesarkan anaknya.
i. Foster family: keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara dalam
waktu sementara, pada saat orangtua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk
menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
j. Homeless family: keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang
permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau
problem kesehatan mental.
k. Gang: sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-orang muda yang mencari ikatan
emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian, tetapi berkembang dalam kekerasan
dan kriminal dalam kehidupannya.

2.1.3 Tahap-Tahap Kehidupan / Perkembangan Keluarga


Meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangannya secara unik, namun secara
umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama (Friedman, 1998):
1. Pasangan baru (keluarga baru)
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki dan perempuan membentuk
keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan (psikologis) keluarga masing-masing
a. Membina hubungan intim yang memuaskan
b. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial
c. Mendiskusikan rencana memiliki anak
2. Keluarga child-bearing (kelahiran anak pertama)
Keluarga yang menantikan kelahiran, dimulai dari kehamilan samapi kelahiran anak
pertama dan berlanjut damapi anak pertama berusia 30 bulan :
a. Persiapan menjadi orang tua.
b. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan sexual dan
kegiatan keluarga.
c. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
3. Keluarga dengan anak pra-sekolah
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5 bulan) dan berakhir saat anak
berusia 5 tahun :
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa
aman.
b. Membantu anak untuk bersosialisasi.
c. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain juga harus
terpenuhi.
d. Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar keluarga (keluarga
lain dan lingkungan sekitar).
e. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap yang paling repot).
f. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
g. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak.
4. Keluarga dengan anak sekolah
Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun dan berakhir pada
usia 12 tahun. Umumnya keluarga sudah mencapai jumlah anggota keluarga maksimal,
sehingga keluarga sangat sibuk :
a. Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah dan lingkungan
b. Mempertahankan keintiman pasangan
c. Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat, termasuk kebutuhan
untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga
5. Keluarga dengan anak remaja
Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai 6-7
tahun kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan rumah orangtuanya. Tujuan keluarga ini
adalah melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar
untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa :
a. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab, mengingat remaja sudah
bertambah dewasa dan meningkat otonominya
b. Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga
c. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orangtua. Hindari perdebatan,
kecurigaan dan permusuhan
d. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga
6. Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada saat
anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini tergantung dari jumlah anak dalam
keluarga, atau jika ada anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua :
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
b. Mempertahankan keintiman pasangan
c. Membantu orangtua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua
d. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
e. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
7. Keluarga usia pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir saat
pensiun atau salah satu pasangan meninggal :
a. Mempertahankan kesehatan
b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak-anak
c. Meningkatkan keakraban pasangan
8. Keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada saat salah satu pasangan
pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal damapi keduanya meninggal :
a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
b. Adaptasi dengan peruabahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan pendapatan
c. Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat
d. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat
e. Melakukan life review (merenungkan hidupnya).

2.1.4 Keluarga Sebagai Unit Keperawatan

Alasan keluarga sebagai unit pelayanan (Friedman, 1998 ) adalah sebagai berikut:

1) Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut
kehidupan masyarakat.
2) Keluarga sebagai suatu dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau memperbaiki
masalah – masalah dalam kelompoknya.
3) Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan dan apabila salah satu angota
keluarganya mempunyai masalah kesehatan akan berpengaruh terhadap anggota keluarga
yang lain.
4) Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu ( pasien ) keluarga tetap
berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan anggota keluarganya
yang menderita hipertensi.
5) Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah dalam upaya kesehatan bagi
anggota keluarga yang menderita sakit hipertensi.

2.1.5 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Sehat- Sakit

Faktor yang mempengaruhi status kesehatan individu dan keluarga menurut H. L Bloom yaitu
:

1) Faktor lingkungan

Faktor lingkungan yang dapat mencegah terjadinya penyakit hipertensi adalah dengan
cara menghindari adanya stres

2) Faktor sosial budaya

 Faktor sosial budaya yang dapat mempengaruhi penyakit hipertensi adalah :

- Kebiasaan merokok

- Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung garam

- Pola diet tidak teratur

- Bila sakit tidak segera berobat

 Status sosial budaya yang dapat meningkatkan stasus kesehatan pada kasus

hipertensi adalah :

- Menghindari kebiasaan merokok

- Mengurangi konsumsi makanan yang banyak mengandung garam .

- Menjaga berat badan dan olah raga yang teratur

- Melakukan konril yang teratur

3) Pelayanan kesehatan

Pelayanan kesehatan sangat diperlukan untuk menurunkan angka kesakitan dan

kematian akibat hipertensi

4) Faktor keturunan

Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang bersifat genetik.


2.1.6 Tugas Keluarga Dalam Pemeliharaan Kesehatan

Menurut Friedman ( 1998) keluarga mempunyai lima (5 ) tugas memelihara kesehatan


keluarga khususnya keluarga yang anggotanya menderita penyakit hipertensi yaitu :

1) Mengenal gangguan dan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarga tentang gejala
hipertensi

2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat terhadap angota keluarga yang
menderita penyakit hpertensi

3) Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang menderita hipertensi

4) Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan


kepada anggota keluarganya

5) Mempertahankan hubungan timbal balik dengan fasilitas kesehatan yang dapat mengatasi
penyakit hipertensi.

2.1.7 Peran Perawat Dalam Memberi Asuhan Keperawatan Pada Keluarga

Yang Menderita Penyakit Hipertensi.

Dalam proses membantu keluarga yang menderita penyakit hipertensi maka peran
perawat diperlukan sebagai berikut :

1) Pengenal tentang gejala hipertensi

Perawat membatu keluarga untuk mengenal tentang gejala penyakit hipertensi .

2) Pemberi perawatan pada anggota keluarga yang menderita penyakit hipertensi .


Dalam memberikan perawatan pada anggota keluarga yang menderita penyakit
hipertensi, perawat memberikan kesempatan kepada keluarga untuk
mengembangkan kemampuam mereka dalam melaksanakan perawatan dan
memberikan demonstrasi kepada keluarga bagaimana merawat anggota keluarga
yang menderita hipertensi.

3) Koordinator pelayanan kesehatan kepada keluarga yang menderita penyakit


hipertensi .

Perawat melakukan hubungan yang terus menerus dengan kelurga yang menderita
penyakit hipertensi, sehingga dapat menilai, mengetahui masalah dan kebutuhan
keluarga serta mencari cara penyelesaian masalah penyakit yang sedang dihadapi.
4) Fasilitator

Menjadikan pelayanan kesehatan dengan mudah untuk mengenal masalah pada


keluarga yang menderita penyakit hipertensi dan mencari alternatif pemecahanya .

5) Pendidik kesehatan

Perawat dapat berperan sebagai pendidik untuk merubah perilaku keluarga dari
perilaku tidak sehat menjadi sehat dalam mencegah penyakit hipertensi

6) Penyuluh dan konsultasi

Perawat berperan sebagai petunjuk dalam asuhan keperawatan dasar terhadap


keluarga yang anggotanya mederita penyakit hipertensi.

2.2 KONSEP DASAR HIPERTENSI


2.2.1 Definisi Hipertensi

Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah baik tekanan sistolik dan diastolik
serta merupakan suatu faktor terjadinya kompilikasi penyakit kardiovaskuler
(Soekarsohardi :1999).

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik diatas standar
dihubungkan dengan usia (Gede Yasmin :1993).

Dari definisi – definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah


peningkatan tekanan darah baik sistolik maupun diastolic diatas normal sesuai
umur dan merupakan salah satu faktor resiko terjadinya komplikasi penyakit
kardiovaskuler.
2.2.2 Etiologi Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat digolongkan menjadi 2 yaitu :

1. Hipertensi esensial atau primer

Penyebab pasti dari hipertensi esensial sampai saat ini masih belum dapat diketahui.
Namun, berbagai faktor diduga turut berperan sebagai penyebab hipertensi primer, seperti
bertambahnya umur, stres psikologis, dan hereditas (keturunan). Kurang lebih 90%
penderita hipertensi tergolong hipertensi primer sedangkan 10% nya tergolong hipertensi
sekunder.
2. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui, antara lain
kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar
adrenal (hiperaldosteronisme), dan lain- lain. Karena golongan terbesar dari penderita
hipertensi adalah hipertensia esensial, maka penyelidikan dan pengobatan lebih banyak
ditujukan ke penderita hipertensi esensial.

Berdasarkan faktor akibat hipertensi terjadi peningkatan tekanan darah di dalam arteri
bisa terjadi melalui beberapa cara:jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan
lebih banyak cairan pada setiap detiknya. Terjadi penebalan dan kekakuan pada dinding
arteri akibat usia lanjut. Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga
mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri
tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh
yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Bertambahnya cairan
dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika
terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air
dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga
meningkat. Oleh sebab itu, jika aktivitas memompa jantung berkurang, arteri mengalami
pelebaran, dan banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka tekanan darah akan menurun atau
menjadi lebih kecil.

Berdasarkan faktor pemicu, hipertensi dibedakan atas yang tidak dapat dikontrol seperti
umur, jenis kelamin, dan keturunan. Pada 70-80% kasus hipertensi primer didapatkan
riwayat hipertensi di dalam keluarga. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua
orang tua, maka dugaan hipertensi primer lebih besar. Hipertensi juga banyak dijumpai
pada penderita kembar monozigot (satu telur), apabila salah satunya menderita hipertensi.
Dugaan ini menyokong bahwa faktor genetik mempunyai peran didalam terjadinya
hipertensi.

Sedangkan yang dapat dikontrol seperti kegemukan/obesitas, stress, kurang olahraga,


merokok, serta konsumsi alkohol dan garam. Faktor lingkungan ini juga berpengaruh
terhadap timbulnya hipertensi esensial. Hubungan antara stress dengan hipertensi, diduga
melalui aktivasi saraf simpatis. Saraf simpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita
beraktivitas, saraf para simpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita tidak beraktivitas.
Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara
intermitten (tidak menentu). Apabila stress berkepanjangan, dapat mengakibatkan tekanan
darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti, akan tetapi angka kejadian di
masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat
dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di
kota.

Berdasarkan penyelidikan kegemukan merupakan ciri khas dari populasi hipertensi dan
dibuktikan bahwa faktor ini mempunyai kaitan yang erat dengan terjadinya hipertensi
dikemudian hari. Walaupun belum dapat dijelaskan hubungan antara obesitas dan
hipertensi esensial, tetapi penyelidikan membuktikan bahwa daya pompa jantung dan
sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingan
dengan penderita yang mempunyai berat badan normal.

2.2.3 Patofisiologi

Jantung adalah sistim pompa yang berfungsi untuk memompakan darah keseluruh tubuh,
tekanan teresebut bergantung pada factor cardiac output dan tekanan peririfer. Pada keadaan
normal untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan tubuh yang meningkat diperlukan
peningkatan cardiac output dan tekanan perifer menurun .

Konsumsi sodium (garam ) yang berlebihan akan mengakibatkan meningkatnya volume


cairan dan pre load sehingga meningkatkan cardiac output . Dalam sistim renin -
angiotensien - aldosteron pada patogenesis hipertensi, glandula supra renal juga menjadi
faktor penyebab oleh karena faktor hormon. Sistim renin mengubah angiotensin menjadi
angiotensin I kemudian angoitensin I menjad angiotensin II oleh Angitensi Convertion
Enzym (ACE).

Angiotensin II mempengaruhi Control Nervus Sistim dan nervus perifer yang


mengaktifkan sistim simpatik dan menyebabkan retensi vaskuler perifer meningkat .
Disamping itu angiotensin II mempunyai efek langsung terhadap vaskuler smoot untuk
vasokonstruksi renalis. Hal tersebut merangsang adrenal untuk mengeluarkan aldosteron
yang akan meningkatkan extra fluid volume melalui retensi air dan natrium. Hal ini
semua akan meningkatkan tekanan darah melalui peningkatan cardiac output (Jurnlistik
international cardiovaskuler,1999 ).
2.2.4 Manifestasi Klinis Hipertensi

Mekanisme terjadinya hipertensi gejala-gejala hipertensi antara lain pusing, muka


merah, sakit kepala, keluar darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal, dan lain-
lain. Dampak yang dapat ditimbulkan oleh hipertensi adalah kerusakan ginjal, pendarahan
pada selaput bening (retina mata), pecahnya pembuluh darah di otak, serta kelumpuhan.

2.2.5 Pemeriksaan Penunjang Hipertensi


1. Hemoglobin / hematokrit : mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor resiko seperti hipokoagulabilitas,
anemia.
2. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
3. Glukosa : Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan
oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).
4. Kalium serum : hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab)
atau menjadi efek samping terapi diuretik.
5. Kalsium serum : peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi.
6. Kolesterol dan trigeliserida serum : peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus
untuk/adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskuler).
7. Pemeriksaan tiroid : hipertiroidisme dapat mengakibatkan vasikonstriksi dan hipertensi.
8. Kadar aldosteron urin dan serum : untuk menguji aldosteronisme primer (penyebab).
9. Urinalisa : darah, protein dan glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya
diabetes.
10. VMA urin (metabolit katekolamin) : kenaikan dapat mengindikasikan adanya
feokomositoma (penyebab); VMA urin 24 jam dapat digunakan untuk pengkajian
feokromositoma bila hipertensi hilang timbul.
11. Asam urat: hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor resiko terjadinya
hipertensi.
12.Steroid urin : kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme, feokromositoma atau
disfungsi ptuitari, sindrom Cushing’s; kadar renin dapat juga meningkat.
13. IVP : dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi, seperti penyakit parenkim ginjal, batu
ginjal dan ureter.
14. Foto dada : dapat menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub; deposit pada dan/
EKG atau takik aorta; pembesaran jantung.
15. CT scan : mengkaji tumor serebral, CSV, ensevalopati, atau feokromositoma.
16.EKG: dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi. Catatan
: Luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
2.2.5 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Non Farmakologis
1. Aktivitas
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan dengan
batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging,
bersepeda atau berenang.
2. Nutrisi

Dalam merencanakan menu makanan untuk penderita hipertensi ada beberapa faktor
yang perlu diperhatikan yaitu keadaan berat badan, derajat hipertensi,aktifitas dan ada
tidaknya komplikasi. Sebelum pemberian nutrisi pada penderita hipertensi ,diperlukan
pengetahuan tentang jumlah kandungan natrium dalam bahan makanan. Makan biasa (
untuk orang sehat rata-rata mengandung 2800 – 6000 mg per hari ). Sebagian besar
natrium berasal dari garam dapur.

Untuk mengatasi tekanan darah tinggi harus selalu memonitor kadaan tekanan darah
serta cara pengaturan makanan sehari-hari. Secara garis besar ada 4 (empat) macam diit
untuk menanggulangi atau minimal mempertahankan tekanan darah yaitu :

1) Diet rendah garam

Diet rendah garam pada hakekatnya merupakan diet dengan mengkonsumsi

makanan tanpa garam. Garam dapur mempunyai kandungan 40% natrium.

Sumber sodium lainnya antara lain makanan yang mengandung soda kue, baking
powder, MSG (Mono Sodium Glutamat), pengawet makanan atau natrium benzoat
biasanya terdapat dalam saos,kecap,selai,jelli,makanan yang terbuat dari mentega.
Penderita tekanan darah tinggi yang sedang menjalankan diet pantang garam
memperhatikan hal sebagai berikut :

a) Jangan menggunakan garam dapur.

b) Hindari makanan awetan seperti kecap, margarin, mentega, keju, terasi, petis,
biscuit, ikan asin, sarden, sosis dan lain-lain.

c) Hindari bahan makanan yang diolah dengan menggunakan bahan makanan


tambahan atau penyedap rasa seperti saos.

d) Hindari penggunaan baking soda atau obat-obatan yang mengandung sodium.


e) Batasi minuman yang bersoda.

2) Diet rendah kolesterol / lemak.

Didalam tubuh terdapat tiga bagian lemak yaitu kolesterol, trigliserida, dan
fospolipid. Sekitar 25 – 50 % kolesterol berasal dari makanan dapat diabsorbsi oleh
tubuh sisanya akan dibuang lewat faeces. Beberapa makanan yang mengandung
kolesterol tinggi yaitu daging, jeroan, keju, susu, kuning telur, ginjal, kepiting, hati dan
kaviar. Tujuan diet rendah kolesterol adalah menurunkan kadar kolesterol serta
menurunkan berat badan bila gemuk. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengatur
nutrisi pada hipertensi adalah :

a) Hindari penggunaan minyak kelapa, lemak, margarine dan mentega.

b) Batasi konsumsi daging, hati, limpa dan jenis jeroan.

c) Gunakan susu full cream.

d) Batasi konsumsi kuning telur, paling banyak tiga butir per minggu.

e) Lebih sering mengkonsumsi tahu, tempe, dan jenis kacang-kacang lainnya.

f) Batasi penggunaan gula dan makanan yang manis-manis seperti sirup, dodol.

g) Lebih banyak mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah – buahan.

3) Diet kalori bila kelebihan berat badan.

Hipertensi tidak mengenal usia dan bentuk tubuh seseorang. Meski demikian orang yang
kelebihan berat badan akan beresiko tinggi terkena hipertensi. Salah satu cara untuk
menanggulanginya dengan melakukan diet rendah kalori, agar berat badannya menurun
hingga normal. Dalam pengaturan nutrisi perlu diperhatikan hal berikut :

a) Asupan kalori dikurangi sekitar 25 % dari kebutuhan energi atau 500 kalori untuk
penurunan 0,5 kg berat badan per minggu.

b) Menu makanan harus seimbang dan memenuhi kebutuhan zat gizi.

c) Perlu dilakukan aktifitas olah raga ringan.


b. Penatalaksanaan Farmakologis.
Secara garis besar terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian atau
pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
1. Mempunyai efektivitas yang tinggi.
2. Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
3. Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
4. Tidak menimbulakn intoleransi.
5. Harga obat relatif murah sehingga terjangkau oleh klien.
6. Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
Golongan obat - obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi seperti golongan
diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium,golongan penghambat konversi
rennin angitensin.
2.2.6 Komplikasi
Organ- organ tubuh sering terserang akibat hipertensi antara lain mata berupa
perdarahan retina bahkan gangguan penglihatan sampai kebutaan, gagal jantung,
gagal ginjal, pecahnya pembuluh darah otak.

2.3 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Proses keperawatan adalah metode ilmiah yang digunakan secara sistimatis untuk
mengkaji dan menentukan masalah kesehatan dan keperawatan keluarga,melaksanakan
asuhan keperawatan ,serta implementasi keperawatan terhadap keluarga sesuai rencana yang
telah direncanakan /dibuat serta mengevaluasi hasil asuhan keperawatan yang telah
dilaksanakan .

I. PENGKAJIAN

a. Penjajakan pertama

Tujuan penjajakan tahap pertama adalah untuk mengetahui masalah yang dihadapi oleh
keluarga.

1) Pengumpulan data

Merupakan informasi yang diperlukan untuk mengukur masalah kesehatan ,status


kesehatan, kesanggupan keluarga dalam memberikan perawatan pada anggota keluarga .

a) Struktur dan sifat anggota keluarga

- Anggota –anggota keluarga dan hubungan dengan kepala keluarga.

- Data demografi : umur,jenis kelamin, kedudukan dalam keluarga.

- Tempat tinggal masing-masing anggota keluarga.

- Macam struktur anggota keluarga apakah matrikat,patrikat berkumpul atau menyebar.


- Anggota keluarga yang menonjol dalam pengambilan keputusan.

- Hubungan dengan anggota keluarga termasuk dalam perselisihan yang nyata ataupun
tidak nyata.

- Kegiatan dalam hidup sehari-hari,kebiasaan tidur,kebiasaan makan dan penggunaan waktu


senggang.

b) Faktor sosial budaya dan ekonomi

Pekerjaan, penghasilan, kesanggupan untuk memenuhi kebutuhan primer, jam kerja ayah
dan ibu, siapa yng menentukan keuangan dan penggunaannya .

c) Faktor lingkungan

- Perumahan: luas rumah, pengaturan dalam rumah, persediaan sumber air, adanya bahan
kecelakaan, dan pembuangan sampah.

- Macam lingkungan / daerah rumah

- Fasilitas social dan lingkungan

- Fasilitas transportasi dan kesehatan

d) Riwayat kesehatan

- Riwayat kesehatan dari tiap anggota keluarga

- Upaya pencegahan terhadap penyakit

- Sumber pelayanan kesehatan

- Perasepsi keluarga terhadap peran pelayanan dari petugas kesehatan.

- Pengalaman yang lalu dari petugas kesehatan.

e) Cara pengumpulan data

(1) Oservasi langsung : dapat mengetahui keadaan secara langsung.

Keadaan fisik dari tiap anggota keluarga, komunikasi dari tiap anggota keluarga, peran
dari tiap anggota keluarga, keadaan rumah dan lingkungan.

(2) Wawancara (Aspek fisik, aspek mental, sosial budaya, ekonomi, kebiasaan, lingkungan.

(3) Studi dokumentasi antara lain : perkembangan kesehatan anak, kartu keluarga, catatan
kesehatan lainnya.

(4) Dilakukan terhadap angota keluarga yang mengalami masalah kesehatan dan
keperawatan antara lain : tanda-tanda penyakit dan kelainan organ tubuh.
2) Analisa data

Analisa data bertujuan untuk mengetahui masalah kesehatan yang dialami oleh
keluarga. Dalam menganalisis data dapat menggunakan typologi masalah dalam family health
care. Permasalahan dapat dikategorikan sebagai berikut :

a. Ancaman kesehatan adalah : keadaan yang dapat memungkinkan terjadinya


penyakit,kecelakaan atau kegagalan dalam mencapai potensi kesehatan. Contoh :

- Riwayat penyakit keturunan dari keluarga seperti hipertensi.

- Masalah nutrisi terutama dalam pengaturan diet.

b. Kurang atau tidak sehat adalah : kegagalan dalam memantapkan kesehatan.

Contoh:

- Adakah didalam keluarga yang menderita penyakit hipertensi.

- Siapakah yang menderita penyakit hipertensi.

c. Krisis adalah : saat- saat keadaan menuntut terlampau banyak dari indivdu atau keluarga
dalam hal penyesuaian maupun sumber daya mereka. Contoh :

- Adakah anggota keluarga yang meninggal akibat hipertensi.


3) Prioritas Masalah

Didalam menentukan prioritas masalah kesehatan keluarga menggunakan sistim scoring


berdasarkan tipologi masalah dengan pedoman sebagai berikut:

K riteria Bobot

1. Sifat masalah 1

Skala : ancaman kesehatan 2

Tidak/kurang sehat(aktual) 3

Krisis 1

2. Kemungikan masalah dapat diubah 2

Skala : Dengan mudah 2

Hanya sebagian 1

Tidak dapat 0

3. Potensia masalah untuk dicegah 1

Skala : Tinggi 3

Cukup 2

Rendah 1

4. Menonjolnya masalah 1

Skala : Masalah berat harus ditangani 2

Ada masalah tapi tidak perlu 1


segera ditangani

Masalah tidak dirasakan 0

Skoring :

1.Tentukan skor untuk tiap kriteria

2.Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikanlah dengan bobot.

Skor X bobot

Angka tertinggi
3. Jumlahkanlah skor untuk semua kriteria , skor tertinggi 5 sama dengan seluruh bobot.

b. Penjajakan pada tahap kedua

Tahap ini menggambarkan sampai dimana keluarga dapat melaksanakan tugas-tugas


kesehatan yang berhubungan dengan ancaman kesehatan, kurang /tidak sehat dan krisis yamg
dialami oleh keluarga yang didapat pada penjajakan tahap pertama. Pada tahap kedua
menggambarkan ketidak mampuan keluarga untuk melaklasanakan tugas-tugas kesehatan
serta cara pemecahan masalah yang dihadapi .

Karena ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan tugas-tugas kesehatan dan


keperawatan,maka dapat dirumuskan diagnosa keperawatan secara umum pada keluarga yang
menderita penyakit hipertensi antara lain :

1) Ketidak sanggupan keluarga mengenal masalah penyakit hipertensi berhubungan dengan


ketidaktahuan tentang gejala hipertensi.

2) Ketidaksanggupan keluarga dalam mengambil keputusan dalam melaksanakan tindakan


yang tepat untuk segera berobat kesarana kesehatan bila terkena hipertensi berhubungan
dengan kurang pengetahuan klien/keluarga tentang manfaat berobat kesarana kesehatan.

3) Ketidak mampuan merawat anggota keluarga yang sakit berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan tentang penyakit hipertensi ,cara perawatan dan sifat penykit hipertensi .

4) Ketidaksanggupan memelihara lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi kesehatan


keluarga berhubungan dengan tadak dapat melihat keuntungan dan manfaat pemeliharaan
lingkungan serta ketidaktahuan tentang usaha pencegahan penyakit hipertensi.

5) Ketidakmampuan menggunakan sumber yang ada di masyarakat guna memelihara


kesehatan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien dan keluarga tersedianya
fasilitas kesehatan seperti JPS,dana sehat dan tidak memahami manfaatnya.

2. PERENCANAAN

Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan keperawatan yang


ditentukan oleh perawat untuk dilaksanakan dalam memecahkan masalah kesehatan dan
keperawatan yang telah diidentifikasi (Nasrul Effendi,1998 : 54 ) .

Ciri- ciri rencana perawatan keluarga:

1) Berpusat pada tindakan- tindakaan yang dapat memecahkan atau meringankan masalah
yang sedang dihadapi.
2) Merupakan hasil dari suatu proses yang sistematis dan telah dipelajari dengan pikiran yang
logis.
3) Rencana perawatan keluarga berhubungan dengan masa yang akan datang.
4) Berkaitan dengan masalah kesehatan dan masalah keperawatan yang diidentifikasi.
5) Rencana perawatan merupakan cara untuk mencapai tujuan.
6) Merupakan suatu proses yang berlangsung secara terus menerus.

Perumusan Tujuan:

- Tujuan jangka panjang mengacu pada penyelesaian masalah.


- Tujuan jangka pendek mengacu pada penyelesaian etiologi.

Kriteria Evaluasi:

- Kriteria
- Standar

Hal yang perlu dipertimbsngksn sebelum menetspksn intervensi, yaitu:

 Apakah pendekatan itu menyebabkan meningkatnya ketergantungan atau kemandirian


keluarga?
 Apakah tindakan tersebut menurunkan atau meningkatkan keterampilan keluarga?
 Apakah tindakan tersebut menurunkan atau meningkatkan koping keluarga?
 Apakah keluarga punya komitmen dan motivasi yg memadai terhadap perencanaan
tersebut ?
 Apakah kelugrg a punya sumber-sumber yang memadai untuk melaksanakan
perencanaan tersebut ?

Tipologi Intervensi:

a. Kognitif: mengemukakan informasi dan gagasan serta pengalaman contohnya pengajaran.


b. Afektif : tindakan dirancang untuk mengubah emosi dari anggota keluarga sehingga dapat
memecahkan masalah secara lebih efektif. Orang tua membantu mengurangi ansietas thd
perawatan anak sakit.
c. Perilaku : strategi perawatan yang diarahkan untuk membantu anggota keluarga
berinteraksi/ bertingkah laku dengan anggota keluarga lain.
3. PELAKSANAAN
Pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga, didasarkan kepada rencana asuhan
keperawatan yang telah disusun. Hal- hal yang peru diperhatikan dalam pelaksanaan
tindakan keperawatan terhadap keluarga adalah:
- Sumber daya keluarga (keuangan)
- Tingkat pendidikan keluarga
- Adat istiadat yang berlaku
- Respon dan penerimaaan keluarga
- Sarana dan prasarana yang ada pada keluarga
4. EVALUASI
Tolok ukur yang dipergunakan dalam evaluasi adalah:
a. Kriteria keberhasilan
b. Standar keperawatan
c. Perubahan perilaku

Anda mungkin juga menyukai