Anda di halaman 1dari 9

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Perawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan.

Subtopik : Asma.

Sasaran : Pasien dan keluarga.

Tempat : Ruang II-III Anak (C8) RSUD Prof. DR. W.Z. Yohanes Kupang.

Penyusun : Frida S. Fafo.

Waktu : 30 menit.

1. Tujuan.

 Umum : Setelah melakukan penyuluhan pasien dan keluarga mampu menjelaskan

penyakit asma.

 Khusus : Setelah melakukan penyuluhan ini pasien dan keluarga mampu

menyebutkan

1. Pengertian asma.

2. Karakteristik asma.

3. Faktor pencetus asma

4. Penatalaksanaan asma.

5. Cara pengobatan asma.

2. Metode.

 Ceramah dan diskusi.

3. Media.

 Leaflet.
4. Strategi Penyuluhan.

No Kegiatan. Waktu Kegiatan Audience


1. Pembukaan: 2 menit Mendengarkan
 Memberi salam
 Perkenalan
 Menjelaskan tujuan
2. Pelaksanaan. 15 menit Mendengarkan
 Memberikan Ceramah tentang:
o Pengertian asma.
o Karakteristik dari asma.
o Faktor pencetus asma
o Penatalaksanaan asma.
o Cara pengobatan pasien
dengan asma.
5 menit Memperhatikan/Bertanya
 Memberi kesempatan kepada
audience untuk Bertanya.
3. Pentup.
 Evaluasi 3 menit Mendengarkan/menjawab
Memberi pertanyaan-pertanyaan
lisan (terlampir).
 Menerangkan kembali materi yang 3 menit Mendengarkan
telah disampaikan
 Salam Penutup. 2 menit Mendengarkan.
5. Rujukan.

1. Karnen G. Baratawidjaya, Samsuridjal. (1994). “Pedoman Penatalaksanaan


Asma Bronkial”, CV Infomedika Jakarta.

2. Muhamad Amin. Hood Alsagaff. W.B.M. Taib Saleh. (1993). “Pengantar


Ilmu Penyakit Paru”, Airlangga University Press.

3. Tucker S.M. (1993). “Standar Perawatan Pasien Proses Keperawatan,


Diagnosis, dan Evaluasi”, EGC
MATERI

1. Definisi.

Asma bronkial Suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan

bronkhus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan

jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah secara spontan maupun

sebagai hasil pengobatan (Wilson, F. S and Thompson, J.M, 1990).

Asma bronkial merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh tanggap reaksi

yang meningkat dari trakhea dan bronki terhadap berbagai macam rangsangan yang

manifestasinya berupa kesukaran bernapas, karena penyempitan yang menyeluruh

dari saluran napas. Penyempitan ini bersifat dinamis dan derajad penyempitannya

dapat berubah-ubah, baik secara spontan maupun karena pemberian obat-obatan.

Kelainan dasarnya, tampaknya suatu perubahan status imunologis si penderita.

(United States Nasional Tuberculosis Assosiation 1967).

Keadaan klinis yang ditandai oleh masa penyempitan bronkus yang reversibel,

dipisahkan oleh masa di mana ventilasi jalan nafas terhadap berbagai rangsang.

(Sylvia Anderson (1995) )

Status Asthmatikus merupakan serangan asthma berat yang tidak dapat diatasi

dengan pengobatan konvensional dan merupakan keadaan darurat medik ,bila tidak

diatasi dengan cepat akan terjadi gagal pernafasan,(Aryanto Suwondo, karnen B.

Baratawidjaja, 1995).
2. Klasifikasi.

Secara etiologis asma bronkial dibagi dalam 3 tipe:

2.1 Asma bronkial tipe non atopi (intrinsik).

Pada golongan ini, keluhan tidak ada hubungannya dengan paparan (exposure)

terhadap alergen dan sifat-sifatnya adalah: serangan timbul setelah dewasa, pada

keluarga tidak ada yang menderita asma, penyakit infeksi sering menimbulkan

serangan, ada hubungan dengan pekerjaan atau beban fisik, rangsangan psikis

mempunyai peran untuk menimbulkan serangan reaksi asma, perubahan-

perubahan cuaca atau lingkungan yang non spesifik merupakan keadaan peka bagi

penderita.

2.2 Asma bronkial tipe atopi (Ekstrinsik).

Pada golongan ini, keluhan ada hubungannya dengan paparan terhadap alergen

lingkungan yang spesifik. Kepekaan ini biasanya dapat ditimbulkan dengan uji

kulit atau provokasi bronkial.

Pada tipe ini mempunyai sifat-sifat: timbul sejak kanak-kanak, pada famili ada

yang menderita asma, adanya eksim pada waktu bayi, sering menderita rinitis.

Di Inggris jelas penyebabya House Dust Mite, di USA tepungsari bunga rumput.

2.3 Asma bronkial campuran (Mixed).

Pada golongan ini, keluhan diperberat baik oleh faktor-faktor intrinsik maupun

ekstrinsik.
3. Beberapa faktor yang sering menjadi pencetus serangan asma ialah :

a. Alergen, baik yang berupa inhalasi seperti debu rumah, tungau, serbuk sari, bulu

binatang, bulu kapas, debu kopi/teh, maupun yang berupa makanan seperti udang,

kepiting, zat pengawet, zat pewarna dsb.

b. Infeksi saluran napas, terutama oleh virus seperti Respiratory syncitial,

parainfluensa, dsb.

c. Ketegangan atau tekanan jiwa.

d. Olahraga/kegiatan jasmani, terutama lari.

e. Obat-obatan seperti penyekat beta, salisilat, kodein, dsb.

f. Polusi udara atau bau yang merangsang seperti asap rokok, semprot nyamuk,

parfum, asap industri, dsb.

4. Penatalaksanaan.

1. Waktu serangan.

a. Bronkodilator

 Golongan adrenergic :

Adrenalin larutan 1 : 1000 subcutan. 0,3 cc ditunggu selama 15 menit,

apabila belum reda diberi lagi 0,3 cc jika belum reda, dapat diulang sekali

lagi 15 menit kemudian. Untuk anak-anak diberikan dosis lebih kecil 0,1 –

0,2 cc.

 Golongan methylxanthine :

Aminophilin larutan dari ampul 10 cc berisi 240 mg. Diberikan secara

intravena, pelan-pelan 5 – 10 menit, diberikan 5 – 10 cc. Aminophilin


dapat diberikan apabila sesudah 2 jam dengan pemberian adrenalin tidak

memberi hasil.

 Golongan antikolinergik :

Sulfas atropin, Ipratroprium Bromide. Efek antikolinergik adalah

menghambat enzym Guanylcyclase.

b. Antihistamin.

Mengenai pemberian antihistamin masih ada perbedaan pendapat. Ada yang

setuju tetapi juga ada yang tidak setuju.

c. Kortikosteroid.

Efek kortikosteroid adalah memperkuat bekerjanya obat Beta Adrenergik.

Kortikosteroid sendiri tidak mempunayi efek bronkodilator.

d. Antibiotika.

Pada umumnya pemberian antibiotik tidak perlu, kecuali: sebagai profilaksis

infeksi, ada infeksi sekunder.

e. Ekspektoransia.

Memudahkan dikeluarkannya mukus dari saluran napas. Beberapa

ekspektoran adalah: air minum biasa (pengencer sekret), Glyceril guaiacolat

(ekspektorans)

2. Diluar serangan.

Disodium chromoglycate. Efeknya adalah menstabilkan dinding membran dari

cell mast atau basofil sehingga: mencegah terjadinya degranulasi dari cell mast,

mencegah pelepasan histamin, mencegah pelepasan Slow Reacting Substance of

anaphylaksis, mencegah pelepasan Eosinophyl Chemotatic Factor).


Pengobatan Non Medikamentosa :

1. Waktu serangan :

a. Pemberian oksigen, bila ada tanda-tanda hipoksemia, baik atas dasar gejala klinik

maupun hasil analisa gas darah.

b. Pemberian cairan, terutama pada serangan asma yang berat dan yang berlangsung

lama ada kecenderungan terjadi dehidrasi. Dengan menangani dehidrasi,

viskositas mukus juga berkurang dan dengan demikian memudahkan

ekspektorasi.

c. Drainase postural atau chest physioterapi, untuk membantu pengeluaran dahak

agar supaya tidak timbul penyumbatan.

d. Menghindari paparan alergen.

2. Diluar serangan

a. Pendidikan/penyuluhan.

Penderita perlu mengetahui apa itu asma, apa penyebabnya, apa pengobatannya,

apa efek samping macam-macam obat, dan bagaimana dapat menghindari

timbulnya serangan. Menghindari paparan alergen. Imti dari prevensi adalah

menghindari paparan terhadap alergen.

b. Imunoterapi/desensitisasi.

Penentuan jenis alergen dilakukan dengan uji kulit atau provokasi bronkial.

Setelah diketahui jenis alergen, kemudian dilakukan desensitisasi.


c. Relaksasi/kontrol emosi.

Untuk mencapai ini perlu disiplin yang keras. Relaksasi fisik dapat dibantu

dengan latihan napas.

Anda mungkin juga menyukai