Anak !
Feb 28, 2018 No Comment
Dalam rangka menyambut Hari Gizi Nasional, kita akan coba mengenali lebih jauh lagi gejala
Stunting dan apa itu penyakit stunting yang masih menjadi perhatian khusus pemerintah.
Kebanyakan orangtua di Indonesia memperhatikan pertumbuhan anak hanya dari berat badannya
saja, padahal tinggi badan adalah salah satu kondisi tubuh yang perlu kamu perhatikan. Biasanya,
orangtua sudah merasa anaknya sehat kalau badannya gemuk dan makannya lahap, dan banyak
juga orang tua yang tidak memperhatikan tubuh pendek anak merupakan permasalahan
kekurangan gizi yang sebenarnya cukup berbahaya. rendahnya tinggi badan, juga masih kerap
dianggap masalah keturunan. Lalu, apa gejala penyakit Stunting dan apa itu penyakit Stunting?
Yuk, kenali lebih jauh lagi dibawah ini.
Kekurangan Gizi
Permasalahan gizi antara lain kegagalan pertumbuhan pada awal kehidupan seperti berat badan
lahir rendah, pendek, kurus dan gemuk, yang akan berdampak pada pertumbuhan selanjutnya.
Nah, tinggi badan pendek pada anak ini banyak disebut dengan istilah stunting. Berdasarkan
Riskesdas tahun 2013 diketahui bahwa prevalensi balita stunting masih tinggi, yaitu balita
stunting sebanyak 37,2% dan Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2016 menunjukkan
prevalensi balita pendek 29.0%,. Kondisi stunting ini disebabkan oleh tidak tercukupinya asupan
gizi anak, bahkan sejak ia masih di dalam kandungan. Kondisi stunting ini menyebabkan kondisi
tubuh anak lebih pendek ketimbang teman-teman seusianya yang normal.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa 20% kejadian gejala penyakit stunting
sudah terjadi ketika bayi masih berada di dalam kandungan. Berarti, stunting sendiri sangat
berkaitan dengan asupan gizi ketika sang ibu sedang mengandung. Kondisi gejala penyakit
stunting yang diakibatkan pada masa mengandung ini karena asupan gizi selama kehamilan
kurang berkualitas, sehingga nutrisi yang diterima janin sedikit.
Baca lebih jauh lagi: Memilih makanan terbaik untuk masa kehamilan
Berdasarkan Riskesdas tahun 2013 prevalensi Ibu hamil risiko Kurang Energi Kronis (KEK)
juga masih tinggi (24,2%), sedangkan menurut Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) ibu hamil
dengan risiko KEK sebesar 16.2%. Selain pada masa mengandung, stunting juga bisa terjadi
akibat asupan gizi saat anak masih di bawah usia 2 tahun tidak tercukupi, misalnya kurangnya
kualitas dan asupan ASI eksklusif ataupun MPASI (makanan pendamping ASI) yang diberikan
kepada sang buah hati. Salah satu prioritas pembangunan kesehatan Indonesia dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019 adalah perbaikan gizi
khususnya stunting.
Nah, melihat resiko masa depan si buah hati alangkah baiknya kamu lebih memperhatikan
pertumbuhan anak dari tinggi badannya. Hal ini harus segera ditangani dengan segera dan tepat.
Pasalnya stunting adalah kejadian yang tak bisa dikembalikan seperti semula jika sudah terjadi.
Yuk ketahui penanganan gejala penyakit stunting.
Nah, itu tadi informasi mengenai stunting, jadi mulai hari ini kamu sudah sadar bagaimana
gejala, risiko dan bagaimana cara menanganinya, semoga informasi dari PasarPolis bermanfaat.
Yuk bagikan informasi ini kepada teman-teman lainnya agar generasi masa depan Indonesia
terhindar dari gizi buruk.
PasarPolis Indonesia adalah provider asuransi kesehatan digital pertama di Indonesia, hubungi
kami di layanan 24 jam untuk informasi mengenai asuransi kesehatan lebih jauh lagi.