Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

Peran strategis landasan sosiologis dalam


pengembangan kurikulum

DISUSUN OLEH : FERNANDEZ DANISH KHAN


NIM : 5183121011
MAKUL : TELAAH KURIKULUM

DOSEN PENGAMPU:
Dr.Yuniarto Mudjisusatyo, M.Pd

FAKULTAS TEKNIK
PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat dan karunia-NYA saya dapat menyelesaikan makalah “Peran Strategis
Landasan sosiologis Dalam Pengembangan Kurikulum”.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan.Saya juga menyadari bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang Saya buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................


DAFTAR ISI .......................................................................................
PEMBAHASAN ..................................................................................
A. Pengertian landasan sosiologis........................................................
B. peran sosiologis dalam pengembangan kurikulum..........................
a.kebudayaan dan kurikulum……………………………………….
b.masyarakat dan kurikulum………………………………………..
C. Simpulan............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
1. PENGERTIAN LANDASAN SOSIOLOGI

Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan positif yang mempelajari masyarakat.


Sosiologi mempelajari berbagai tindakan sosial yang menjelma dalam realita sosial.
Sosiologi lahir pada abad ke-19 di Eropa, karena terjadinya pergeseran pandangan
tetang masyarakat, sosiologi sendiri berasal dari ilmu filsafat, yang kemudian keluar
dan menjadi ilmu yang mandiri, yang disebut sosiologi. Sosiologi pertama kali
diperkenalkan oleh August Comte pada tahun 1839.

Kegiatan pendidikan merupakan suatu proses interaksi antara dua individu


bahkan dua generasi yang memungkinkan generasi muda memperkembangkan diri.
Kegiatan pendidikan yang sistematis terjadi di lembaga sekolah yang dengan
sengaja dibentuk oleh masyarakat. Perhatian sosiologi pada kegiatan pendidikan
semakin intensif. Dengan meningkatkan perhatian sosiologi pada kegiatan
pendidikan tersebut, maka lahirlah cabang sosiologi pendidikan.

Sosiologi pendidikan merupakan analisis ilmiah tentang proses sosial dan pola-
pola interaksi sosial di dalam sisitem pendidikan. Kajian sosiologi dalam pendidikan
mencakup semua jalur pendidikan, baik pendidikan sekolah maupun pendidikan luar
sekolah. Khusus untuk jalur pendidikan luar sekolah, terutama apabila ditinjau dari
sosiologi maka pendidikan keluarga adalah sangat penting karena keluarga
merupakan lembaga sosial yang pertama bagi setiap manusia..

Selanjutnya, di samping sekolah dan keluarga, proses pendidikan juga sangat


dipengaruhi oleh berbagai kelompok sosial dalam masyarakat seperti kelompok
keagamaan, organisasi pemuda dan pramuka dan lain-lain. Terdapat satu kelompok
khusus yang datangnya dari anak-anak lain yang hampir seusia, yang disebut teman
sebaya. Kelompok sebaya ini juga merupakan agen sosialisasi yang mempunyai
pengaruh kuat searah dengan bertambahnya usia anak. Kelompok sebaya terdiri
dari sejumlah individu yang rata-rata usianya hampir sama yang mempunyai
kepentingan tertentu yang bersifat sangat sementara.
B.LANDASAN SOSIOLOGIS DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM

Landasan Kurikulum dari substansinya faktor sosiologis sebagai landasan


dalam mengembangkan kurikulum dpat dikaji dari dua sisi yaitu dari sisi kebudayaan
dan kuriklulum serta dari unsur masyarakat dan kurikulum.

a.Kebudayaan dan Kurikulum


Faktor kebudayaan merupakan bagian yang penting dalam pengembangan
kurikulum dengan pertimbangan:

1) Individu lahir tidak berbudaya, baik dalam hal kebiasaan, cita-cita, sikap,
pengetahuan, keterampilan, dan lain sebagainya. Semua itu dapat diperoleh
individu melalui interaksi dengan lingkungan budaya, keluarga, masyarakat
sekitar, dan tentu saja sekolah / lembaga pendidikan. Oleh karena itu sekolah
/lembaga pendidikan mempunyai tugas khusus untuk memberikan pengalaman
kepada para peserta didik dengan salah satu alat yang disebut kurikulum.
2)Kurikulum dalam setiap masyarakat pada dasarnya merupakan refleksi dari
cara orang berpikir, berasa, bercita-cita, atau kebiasaan-kebiasaan. Karena itu
dalam mengembangkan suatu kurikulum perlu memahami kebudayaan.
Kebudayaan adalah pola kelakuan yang secara umum terdapat dalam satu
masyarakat yang meliputi keseluruhan ide, cita-cita, pengetahuan, kepercayaan,
cara berpikir, kesenian, dan lain sebagainya.
3)Seluruh nilai yang telah disepakati masyarakat dapat pula disebut
kebudayaan. Oleh karena itu kebudayaan dapat dikatakan sebagai suatu
konsep yang memiliki kompleksitas tinggi. Kebudayaan adalah hasil dari cipta,
rasa dan karsa manusia yang diwujudkan dalam tiga gejala, yaitu:
a)Ide, konsep, gagasan, nilai, norma, peraturan dan lain-lain. Wujud
kebudayaan ini bersifat abstrak dan adanya dalam alam pikiran manusia dan
warga masyarakat di tempat kebudayaan itu berada.
b)Kegiatan, yaitu tindakan berpola dari manusia dalam bermasyarakat.
Tindakan ini disebut sistem sosial. Dalam sistem sosial, aktivitas manusia
sifatnya konkrit, bisa dilihat dan diobservasi. Tindakan berpola manusia tentu
didasarkan oleh wujud kebudayaan yang pertama. Artinya sistem sosial
dalam bentuk aktivitas manusia merupakan refleksi dari ide, konsep,
gagasan, nilai dan norma yang telah dimilikinya.
c)Benda hasil karya manusia. Wujud kebudayaan yang ketiga ini ialah
seluruh fisik perbuatan atau hasil karya manusia di masyarakat. Oleh karena
itu wujud kebudayaan yang ketiga ini adalah produk dari wujud kebudayaan
yang pertama dan kedua. Secara umum pendidikan dan khususnya
persekolahan pada dasarnya bermaksud mendidik anggota masyarakat agar
dapat hidup berintegrasi dengan anggota masyarakat yang lain.

Hal ini membawa implikasi bahwa kurikulum sebagai salah satu alat mencapai
tujuan pendidikan bermuatan kebudayaan yang bersifat umum pula, seperti: nilai-
nilai, sikap-sikap, pengetahuan, kecakapan dan kegiatan yang bersifat umum yang
sangat penting bagi kehidupan bermasyarakat. Selain pendidikan yang bermuatan
kebudayaan yang bersifat umum di atas, terdapat pula pendidikan yang bermuatan
kebudayaan khusus, yaitu untuk aspek-aspek kehidupan tertentu dan berkenaan
dengan kelompok yang sifatnya vokasional. Keadaan seperti itu menuntut kurikulum
yang bersifat khusus pula. Misalnya untuk pendidikan vokasional, biasanya
berkenaan dengan latar belakang pendidikan, status ekonomi, dan cita-cita tertentu,
sehingga mempunyai batas waktu dan daerah ajar tertentu pula.

b.Masyarakat dan Kurikulum


Masyarakat adalah suatu kelompok individu yang diorganisasikan mereka
sendiri kedalam kelompok-kelompok berbeda. Kebudayaan hendaknya dibedakan
dengan istilah masyarakat yang mempunyai arti suatu kelompok individu yang
terorganisir yang berpikir tentang dirinya sebagai suatu yang berbeda dengan
kelompok atau masyarakat lainnya. Tiap masyarakat mempunyai kebudayaan
sendiri-sendiri, dengan demikian yang membedakan masyarakat yang satu dengan
masyarakat lainnya adalah kebudayaan. Hal ini mempunyai implikasi bahwa apa
yang menjadi keyakinan pemikiran seseorang, reaksi terhadap perangsang sangat
tergantung kepada kebudayaan dimana ia dibesarkan.
Menurut Daud Yusuf (1982) bahwa sumber nilai yang ada dalam masyarakat
untuk dikembangkan melalui proses pendidikan ada tiga yaitu: logika, estetika, dan
etika. Ilmu pengetahuan dan kebudayaan adalah nilai-nilai yang bersumber pada
logika (pikiran) Sebagai akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
pada hakikatnya adalah hasil kebudayaan manusia, maka kehidupan manusia
semakin luas, semakin meningkat sehingga tuntutan hidup pun semakin tinggi.
Pendidikan harus mengantisipasi tuntutan hidup ini sehingga dapat mempersiapkan
anak didik untuk hidup wajar sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat.
Dalam konteks inilah kurikulum sebagai program pendidikan harus dapat menjawab
tantangan dan tuntutan masyarakat.
Untuk dapat menjawab tutntutan tersebut bukan hanya pemenuhan dari segi
isi kurikulumnya saja, melainkan juga dari segi pendekatan dan strategi
pelaksanaannya. Oleh karena itu guru, para pembina dan pelaksana kurikulum
dituntut lebih peka mengantisipasi perkembangan masyarakat, agar apa yang
diberikan kepada siswa relevan dan berguna bagi kehidupan siswa di masyarakat.
Teori, prinsip, hukum, yang terdapat dalam semua ilmu pengetahuan yang ada
dalam kurikulum, penerapannya harus disesuaikan dengan kondisi sosial budaya di
masyarakat setempat, sehingga hasil belajar yang dicapai oleh siswa lebih
bermakna dalam hidupnya. Pengembangan kurikulum hendaknya memperhatikan
kebutuhan dan perkembangan masyarakat. menyatakan tuntutan masyarakat
adalah salah satu dasar dalam pengembangan kurikulum. memaparkan tujuh fungsi
sosial pendidikan, yaitu:
1) Mengajar keterampilan,
2) Mentrasmisikan budaya,
3) Mendorong adaptasi lingkungan,
4)Membentuk kedisiplinan,
5) Mendorong bekerja berkelompok,
6) Meningkatkan perilaku etik, dan
7)Memilih bakat dan memberi penghargaan prestasi
C.KESIMPULAN

Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan positif yang mempelajari masyarakat.


Sosiologi mempelajari berbagai tindakan sosial yang menjelma dalam realita sosial.
Sosiologi pendidikan merupakan analisis ilmiah tentang proses sosial dan pola-pola
interaksi sosial di dalam sisitem pendidikan. Kajian sosiologi dalam pendidikan
mencakup semua jalur pendidikan, baik pendidikan sekolah maupun pendidikan luar
sekolah. Khusus untuk jalur pendidikan luar sekolah, terutama apabila ditinjau dari
sosiologi maka pendidikan keluarga adalah sangat penting karena keluarga
merupakan lembaga sosial yang pertama bagi setiap manusia.

Kelestarian klangsungan hidup masyarakat ditentukan oleh kesanggupan dan


kemampuan anggotanya untuk mendukung nilai-nilai sosio-budaya yang dijunjung
oleh masyarkat. Pendidikan bertugas menanamkan, menumbuhkan dan
mengembangkan nilai-nilai sosio-budaya yang dijunjung masyarakat kepada
generasi muda yang menjadi subjek didik.

Masyarakat mencakup sekelompok orang yang berinteraksi antar


sesamanya, saling tergantung dan terikat oleh nilai dan norma yang dipatuhi
bersama, serta pada umumnya bertemat tinggal di wilayah tertentu, dan adakalanya
mereka mempunyai hubungan darah atau memiliki kepentingan bersama.

Hubungan timbal balik antara sekolah dan masyarakat adalah hubungan yang
saling menguntungkan atau hubungan positif antara kedua belah pihak. Kita tahu
bahwa jaman sekarang masyarakat membutuhkan adanya sekolah, baik untuk
menyekolahkan anaknya atau membutuhkan lulusan dari sekolah untuk kepentingan
masyarakat dan lain-lain. Sebaliknya sekolah membutuhkan masyarakat untuk
adanya sekolah di lingkungan masyarakat, juga bantuan masyarakat dibutuhkan
oleh sekolah, antara lain tenaga, siswa (dari masyarakat), dana, dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA

Made pidarta.2014.Landasan Pendidikan.Jakarta: Rineka Cipta

Umar Tirtarahardja, La Sulo.2005.Pengantar Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta:


Rineka Cipta

Umar Tirtarahardja dan S. L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan (edisi revisi).


Jakarta: PT Rineka Cipta

Chasiyah, Chadidjah dan Edy Legowo. 2009. Pengantar Ilmu Pendidikan. Surakarta:
Inti Media Surakarta

Tim Pengadaan Buku Pelajaran IKIP Semarang. 1991. Dasar-Dasar Pendidikan.


Semarang: IKIP Semarang Press

[1] Made pidarta.2014.Landasan Pendidikan.Jakarta: Rineka Cipta

Umar Tirtarahardja, La Sulo.2005.Pengantar Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta:


Rineka Cipta

Anda mungkin juga menyukai