BAB II
PEMBAHASAN UMUM
A. Teori Efektivitas
1. Definisi Efektivitas
1
Moh. Pabundu Tika, Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja
Perusahaan, Jakarta: Bumi Aksara, 2014, h. 129.
2
Donni Juni Priansa, dan Agus Garnida, Manajemen Perkantoran
Efektif, Efisien, dan Profesional, Bandung: Alfabeta, 2013, h. 11.
3
Mahmudi, Manajemen Kinerja Sektor Publik, Yogyakarta: Unit
Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN, 2015, h.
86.
38
4
Ulber Silalahi, Asas-asas Manajemen, Bandung: Refika Aditama,
2015, h. 416-417.
39
5
Ibid, h. 418.
6
Ibid. h. 101.
40
7
Priansa dan Garnida, Manajemen…, h. 11-12.
8
Ibid, h. 13.
42
9
Silalahi, Asas-Asas…, h. 420.
10
Mahmudi, Manajemen…, h. 98.
11
Silalahi, Asas-asas…, h. 102.
43
13
Ibid.
45
14
Priansa dan Garnida, Manajemen…, h. 14-15.
46
b. Karakteristik lingkungan
c. Karakteristik pekerja
d. Karakteristik manajemen
Merupakan strategi dan mekanisme kerja yang di
rancang untuk mengkondisikan semua hal yang
di dalam organisasi sehingga efektivitas tercapai.
Kebijakan dan praktik manajemen merupakan
alat bagi pimpinan untuk mengarahkan setiap
kegiatan guna mencapai tujuan organisasi. dalam
melaksanakan kebijakan dan praktik manajemen
48
15
Ibid, h. 13-14.
49
16
Ahmad Furqon, Manajemen Zakat, Semarang: Karya Abadi Jaya,
2015, h. 35.
17
Herri Setiawan, et al., Membership Fundraising, Depok:
Piramedia, 2006, h. 1.
18
Hendra Sutisna, Fundraising Data Base, Panduan Praktis
Menyusun Data Base dengan Microsoft Aaccess, Jakarta: Piramedia, 2006, h.
11.
50
2. Teori Zakat
a. Definisi Zakat
Zakat dari segi bahasa berarti bersih, suci,
subur, berkat dan berkembang. Sedangkan dalam
segi istilah adalah harta tertentu yang wajib
dikeluarkan oleh orang yang beragama Islam dan
diberikan kepada golongan yang berhak
menerimanya (fakir miskin dan sebagainya).19
Hubungan antara pengertian zakat
menurut bahasa dan dengan pengertian menurut
istilah sangat nyata dan erat sekali. Yaitu bahwa
harta yang dikeluarkan zakatnya akan menjadi
berkah, tumbuh, berkembang, dan bertambah,
suci, dan baik. Hal ini sebagaimana dinyatakan
dalam surat at-Taubah: 103 dan surat ar-Ruum:
39.
و
ِ ٌَِٖ ِثَٖب َٗصِٞط ِٖشٌُُٕۡ َٗ ُر َضم
َ خُزۡ ٍِِۡ َأٍۡ َِٰ٘ىٌِٖۡ صَذَقَخٗ ُر
ٖٔٓ ٌٌِٞ ٌع عَيَِٞع
َ َُٔعنَِٗ َىٌُٖۡۗ َٗٱىي
َ َصيَٰ٘ َرل
َ ُ
َ ٌِِٖۡۡۖ إَٞعي
َ
Artinya:”Ambillah zakat dari sebagian harta
mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka
19
https://id.wikipedia.org/wiki/Zakat, diakses tanggal 16 Agustus
2016.
51
شۡثُْ٘اَٝ ٓ َأٍۡ َٰ٘هِ ٱىَْبطِ َفيَبِٜشۡثُ َ٘اْ فَٞ ِۡزٌُ ٍِِ سِةٗا ىٍَََٞٗبٓ ءَار
ل
َ ِذَُُٗ َٗخَۡٔ ٱىئَِ فَأُْٗىَٰٓئِٝۡزٌُ ٍِِ َصمَٰ٘حٗ ُرشَٞعِْذَ ٱىئَِۖ ٍََٗبٓ ءَار
ٖ٣ َُُُٕ٘ ٌُ ٱىۡ َُضۡعِف
Artinya:”Dan sesuatu riba (tambahan) yang
kamu berikan agar dia bertambah pada
harta manusia, maka riba itu tidak
menambah pada sisi Allah. Dan apa yang
kamu berikan berupa zakat yang kamu
maksudkan untuk mencapai keridhaan
Allah, maka (yang berbuat demikian)
itulah orang-orang yang melipat
gandakan (pahalanya)”. (QS. Ar-Rum:
39)20
b. Kedudukan Zakat
Zakat merupakan salah satu rukun Islam,
dan salah satu dari bangunan Islam yang agung,
sebagaimana terindikasikan dalam al-Quran dan
hadis. Bahkan Allah menyandingkan zakat
dengan shalat di dalam al-Quran. Hal ini
20
Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, Jakarta:
Gema Insani, 2002, h. 7-8.
52
21
Syaikh Shaleh bin Fauzan al-Fauzan, Mulakhkhas Fiqhi, Jilid 1,
Jakarta: Pustaka Ibnu Katsir, 2011, h. 511-512.
54
22
Saifudin Zuhri, Zakat di Era Reformasi, Semarang, Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2012, hal. 37.
55
23
Nur Fatoni, Fikih Zakat Indonesia, Semarang: Karya Abadi Jaya,
2015, h. 20-23.
57
c) Al-Mukminun: 1-4
ٌِِٖۡصيَبر
َ َِِٜ ٌُٕۡ فِٝقَذۡ أَفۡيَحَ ٱىَُۡؤٍَُُِْۡ٘ ٔ ٱىَز
ٖ ََُُِ٘ ٌُٕۡ عَِِ ٱىَيغِۡ٘ ٍُعۡشِضِٝشعَُُ٘ ٕ َٗٱىَز
ِخَٰ
ُٗ
َ ُِ٘ ٌُٕۡ ىِي َضمَٰ٘ ِح َٰف ِعي
َ َِٝٗٱىَز
Artinya:1.“Sesungguhnya beruntunglah
orang-orang yang beriman”.
2.“(yaitu) orang-orang yang
khusyu´ dalam sembahyangnya”.
3.“dan orang-orang yang
menjauhkan diri dari (perbuatan
dan perkataan) yang tiada
berguna”.
4.“dan orang-orang yang
menunaikan zakat”. (QS. Al-
Mukminun: 1-4)25
d) An-Nur: 56
٘ٙ ََُُ٘ح
َ ۡعُ٘اْ ٱى َشعُ٘هَ َى َعَينٌُۡ ُرشِّٞصيَٰ٘حَ َٗءَارُ٘اْ ٱى َضمَٰ٘ َح َٗأَط
َ َُ٘ ْا ٱىَِٞٗأَق
Artinya:”Dan dirikanlah sembahyang,
tunaikanlah zakat, dan taatlah
kepada rasul, supaya kamu diberi
rahmat”. (QS. An-Nur: 56)
e) An-Naml: 3
ُٖ
َ ُُِْ٘٘قٝ ٌُٕۡ خشَ ِح
ِ ُٓؤۡرَُُ٘ ٱى َضمَٰ٘ َح ٌَُٕٗ ثِٲىۡأَٝٗ َّصيَٰ٘ح
َ ُ ٱى
َ َُُِ٘ٞقٝ ِ
َ ِٝٱىَز
24
Ibid. h. 29.
25
Ibid. h. 32.
58
26
Ibid. h. 33.
27
Ibid. h. 34.
28
Ibid. h. 36.
59
h) At-Taubah: 103
ٌِٖ ِثَٖبِٞط ِٖشٌُُٕۡ َٗ ُر َضم
َ خُزۡ ٍِِۡ َأٍۡ َِٰ٘ىٌِٖۡ صَذَقَخٗ ُر
ٌعَِٞع
َ َُٔصيَٰ٘ َرلَ عَنَِٗ ىٌَُٖۡۗ َٗٱىي
َ ٌَُِِٖۡۡۖ إَٞعي
َ و
ِصَ َٗ
ٖٔٓ ٌِٞعي
َ
Artinya:”Ambillah zakat dari sebagian
harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan
mensucikan mereka dan
mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu
(menjadi) ketenteraman jiwa bagi
mereka. Dan Allah Maha
Mendengar lagi Maha
Mengetahui”. (QS. At-Taubah:
103)
i) At- Taubah: 60
َِِِِٞ َٗٱىۡ َٰع َِيِٞغن
َٰ ََ ۡ۞إِ َََّب ٱىّصَذَقَٰذُ ىِيۡفُ َق َشٓاءِ َٗٱى
ٍَِِٞ ٱىشِقَبةِ َٗٱىۡ َٰغ ِشَِٜٖۡب َٗٱىَُۡؤَىَفَخِ ُقيُ٘ ُثٌُٖۡ َٗفَٞعي
َ
ِٔۗ َضَخٗ ٍَِِ ٱىيِٝوِۖ َفشِٞوِ ٱىئَِ َٗٱثِِۡ ٱىغَجِٞ عَجَِٜٗف
ٙٓ ٌِٗٞحن
َ ٌِٞعي
َ ُٔ ََٗٱىي
Artinya:”Sesungguhnya zakat-zakat itu,
hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-
pengurus zakat, para mu´allaf
yang dibujuk hatinya, untuk
(memerdekakan) budak, orang-
orang yang berhutang, untuk jalan
60
29
Ibid. h. 37.
30
Ibid. h. 38.
61
اىّصَذَقَخٚة عَي
ِ خطَب
َ ِْ اى
َ ْع ََشَ ث
ُ ث
َ َهلل َثع
ِ أََُ َسعُ ْ٘هَ ا
Artinya:“Bahwasanya Rasulullah SAW
telah mengutus Umar ibnu
31
Ibid. h. 43.
62
32
M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Pedoman Zakat, Semarang: Pustaka
Rizki Putra, 2010, h. 52.
33
Ibid. h. 67.
63
34
Hafidhuddin, Zakat…, h. 30.
35
Ibid. h. 33-34.
65
36
Ibid. h. 35.
37
Ibid. h. 36.
66
38
Gus Arifin, Zakat Infak Sedekah, Jakarta: PT Gramedia, 2011, h.
17.
39
Abdullah Salim Bahammam, Panduan Fiqih Ibadah Bergambar,
Solo: Zamzam, 2016, h. 357.
40
Al-Fauzan, Mulakhkhas…, h. 567-568.
67
41
Hafidhuddin, Zakat…, h. 25-26.
68
43
Furqon, Manajemen…, h. 16-21.
44
As-Shiddieqy, Pedoman…, hal. 7-8.
45
Fatoni, Fiqih…, hal. 49.
75
2) Zakat mal
Zakat mal adalah zakat kekayaan,
artinya zakat yang dikeluarkan dari kekayaan
atau sumber kekayaan itu sendiri. 47 kekayaan
merupakan terjemahan dari amwal (Arab),
jamak dari kata mal, yang dapat diartikan
46
Mursyidi, Akuntansi Zakat Kontemporer, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011, h. 78.
47
Ibid. h. 80.
77
48
Ibid. h. 89-90.
79
49
Ibid. h. 80-82.
80
52
Al-Fauzan, Mulakhkhas…, h. 516-517.
82
1) Fakir
Fakir adalah orang yang meminta
pertolongan, dan harus ditolong dalam
memenuhi keperluan dan kebutuhan
hidupnya sehari-hari.56 Fakir dan miskin
ditempatkan diawal sebagai golongan yang
berhak menerima zakat. Penempatan ini
menunjukkan bahwa fakir dan miskin lebih
diprioritaskan dalam urgensi pendistribusian
zakat. Karena diantara tujuan dari zakat
adalah untuk mengurangi kemiskinan,
membantu, dan berbagi kepada orang-orang
yang membutuhkan.57
2) Miskin
55
Furqon, Manajemen…, h. 72.
56
Ash-Shiddieqy, Pedoman…, h. 149.
57
Furqon, Manajemen…, h. 74.
86
58
Ash-Shiddieqy, Pedoman…, h. 149.
59
Furqon, Manajemen…, h. 74-75.
87
3) Amil
Amil zakat termasuk golongan mustahik
zakat. Amil zakat menerima zakat karena
tugas sebagai amil yang telah dilaksanakan.
Sehingga memungkinkan amil zakat adalah
orang kaya yang berhak menerima zakat
bukan karena sebab kayanya, akan tetapi
karena statusnya sebagai amil zakat.
Besarnya honor amil sesuai dengan kadar
kepantasan dan kecukupan. Seorang amil
tidak boleh mengambil selain haknya, dan
harta yang diambil selain bagiannya termasuk
dalam kategori korupsi. Diriwayatkan oleh
Buraidah Radliyallahu „anhu, bahwasanya
Nabi Muhammad SAW bersabda:
ٌغيُْ٘ه
ُ َ٘ ُٖل َف
َ و َف َشصَقَْْبُٓ ِسصْقًب َفََب أَخَ َز َثعْ َذ رَِى
ٍ ََع
َ َٚعي
َ ٌْ ٍَُِِ اعْ َز ْع ََيَْْب ُٓ ٍِ ْن
Artinya:“Barang siapa yang kami
pekerjakan, kemudian kami beri ia
rizki, maka apa-apa yang ia ambil
selain itu adalah korupsi”.(HR. Abu
Dawud)60
60
Ibid. h. 76.
88
4) Muallaf
Muallaf terbagi menjadi dua bagian: dari
kalangan orang-orang kafir dan orang-orang
muslim. Orang kafir boleh diberi zakat
apabila diharapkan keislamannya. Hal ini
untuk memperkuat niatnya untuk masuk
Islam dan mendorong semangatnya kepada
Islam. Atau bila ia diberi, maka dia akan
menghentikan keburukannya atau keburukan
orang lain terhadap kaum muslimin.
Sedangkan muslim muallaf adalah muslim
yang diberi zakat dengan tujuan memperkuat
imannya atau orang sepertinya diharapkan
masuk Islam. Dan tujuan-tujuan lainnya yang
dibenarkan dan berguna bagi kaum muslimin.
Memberikan zakat demi tujuan ini sifatnya
kondisional, hanya dilakukan saat
dibutuhkan. Karena sahabat Umar, Utsman,
dan Ali tidak lagi mengalokasikan zakat
untuk golongan ini, karena hal tersebut tidak
lagi dibutuhkan di zaman mereka.
5) Riqab
89
62
Bahammam, Panduan…, h. 396.
63
Furqon, Manajemen…, h. 36.
91
a. Menghimpun dana
Menghimpun dana adalah tujuan fundraising
yang paling mendasar. Dana yang dimaksud
adalah dana zakat maupun dana operasional
pengelolaan zakat. Tujuan inilah yang paling
utama dalam pengelolaan zakat dan menjadi
alasan mengapa lembaga pengelola zakat harus
melakukan fundraising. Tanpa aktivitas
fundraising kegiatan lembaga pengelola zakat
akan kurang efektif karena apabila kegiatan
fundraising tidak menghasilkan dana maka tidak
ada sumber daya sehingga lembaga pengelola
zakat tidak akan mampu untuk menjaga
kelangsungan dan keberlanjutan lembaga.
b. Menghimpun Muzakki
Tujuan kedua dari fundraising zakat adalah
menambah jumlah muzakki. Ada dua cara untuk
menaikkan jumlah donasi, yaitu menambah
92
64
Furqon, Manajemen…, h. 37-43.
98