Anda di halaman 1dari 2

KUTIPAN-KUTIPAN TERBAIK NOVEL “RINDU” PART I

HOLAA! 안녕친구

Novel rindu bercerita tentang kisah menempuh perjalanan menuju


tanah suci, selama perjalanan banyak kejadian dan hal-hal yang patut kita
jadikan pelajaran. Novel ini termasuk salah satu karya best seller Tere Liye, dan
salah satu novel favourite penulis, berikut beberapa kutipan terbaik dari novel
rindu.

1. Kutipan ini berasal dari nasihat tokoh gurutta kepada Bonda upe yang
berkisah tentang masa lalu memilukan dalam novel “Rindu”

“... Cara terbaik menghadapi masa lalu adalah dengan dihadapi.


Berdiri gagah. Mulailah dengan damai menerima masa lalumu.
Buat apa dilawan? Dilupakan? Itu sudah menjadi bagian hidup
kita. Peluk semua kisah itu. Berkian dia tempat terbaik dalam
hidupmu. Itulah cara terbaik mengatasinya. Dengan kau
menerimanya, perlahan-lahan, dia akan memudar sendiri. Disiram
oleh waktu, dipoles oleh kenangan baru yang lebih bahagia.

“ ...... Maka ketahuilah, nak, saat kita tertawa, hanya kitalah yang
tahu persis apakah tawa itu bahagia atau tidak. Boleh jadi, kita
sedang tertawa dalam seluruh kesedihan. Orang lain hanya melihat
wajah. Saat kita menagis pun sama, hanya kita yang tahu persis
apakah tangisan itu sedih atau tidak. Boleh jadi kita sedang menagis
dalam seluruh kebahagiaan. Orang lain hanya melihat luar. Maka,
tidak relevan penilaian orang lain.”

“ ....Kita tidak perlu menggapai seluruh catatan hebat versi manusia


sedunia. Kita hanya perlu merengkuh rasa damai dalam hati kta
sendiri.”

“ Kita tidak perlu membuktikan apapun kepada siapapun bahwa


kita itu baik. Buat apa? Sama sekali tidak perlu. Jangan
merepotkan diri sendiri dengan penilain orang lain. Karena toh,
kalaupun orang menganggap kita demikian, pada akhirnya tetap
kita sendiri yang tahu persis apakah kita memang sebaik itu.”

2. Kutipan berikut ini bersal dari nasihat tokoh gurutta kepada daeng
Andipati dalam novel Rindu

“ Pikirkan dalam-dalam, kenapa kita harus benci? Kenapa?


Padahal kita bisa saja mengatur hati kita, bilang saya tidak akan
membencinya. Toh itu hati kita sendiri. Kita berkuasa penuh
mengatur-aturnya. Kenapa kita tetap memutuskan membenci?
Karena boleh jadi, saat kita membenci orang lain, kita sebenarnya
sedang membenci diri sendiri.”

“..... kesalahan itu ibarat halaman kosong. Tiba-tiba ada yang


mencoretnya dengan keliru. Kita bisa memaafkannya dengan
menghapus tulisan tersebut, baik dengan penghapus biasa, dengan
penghapus canggih, dengan apa pun. Tapi tetap tersisa bekasnya.
Tidak akan hilang. Agar semuanya benar-benar bersih, hanya satu
jalan keluarnya, bukalah lembaran kertas baru yang benar-benar
kosong.

Anda mungkin juga menyukai