Bab 1 Peranan Juragan Terhadap Keterikatan Kehidupan Masyarakat Nelayan Di Pelabuhan Perikanan Pantai PPP Lempasing Kota Bandar Lampung
Bab 1 Peranan Juragan Terhadap Keterikatan Kehidupan Masyarakat Nelayan Di Pelabuhan Perikanan Pantai PPP Lempasing Kota Bandar Lampung
PENDAHULUAN
berupa laut. Dengan perairan laut seluas total 5,8 juta Km2 (berdasarkan konvensi
PBB Tahun 1982), Indonesia menyimpan potensi sumberdaya hayati dan non
hayati yang melimpah (Simanungkalit dalam Resosudarmo, dkk. 2002). Hal ini
Jumlah nelayan perikanan laut di Indonesia menurut kategori nelayan maka status
nelayan penuh merupakan jumlah terbesar dari nelayan sambilan utama maupun
bahwa jumlah nelayan yang cukup besar ini merupakan suatu potensi yang besar
kemiskinan.
(Sulistyowati, 2003).
yang muncul serta memahami keputusan akhir yang akan diambil. Untuk itu,
dalam partisipasi masyarakat diperlukan adanya komunikasi dua arah yang terus
menerus dan informasi yang berkenaan dengan program, proyek atau kebijakan
3
yang disampaikan dengan bermacam-macam teknik yang tidak hanya pasif dan
formal tetapi juga aktif dan informal (Hadi dalam Harahap, 2001).
nelayan cenderung memilki karakter khas, yakni keras, tegas, dan terbuka. Posisi
dalam lingkaran garis kemiskinan, baik secara struktural maupun kultural yang
Sebagai suatu kegiatan usaha yang memiliki resiko dan ketidakpastian, telah
yang didasarkan pada emotional friendship dan instrumental friendship ini telah
cenderung dihadapkan pada sejumlah masalah yang tidak pernah tuntas, seperti
pelunasan kredit yang tidak pernah berakhir dan harga ikan yang lebih rendah dari
nelayan belum juga terselesaikan. Salah satu upaya yang telah dilakukan oleh
4
struktural dan kultural. Faktor kultural dicirikan dengan keterbatasan modal dan
kebijakan pemerintah yang bersifat top down dan kebijakan yang tidak
rendahnya posisi tawar dan proses pemasaran, keterbatasan sarana dan prasarana
Artinya tidak berarti nelayan tidak maju, tetapi nelayan tidak memiliki
kesempatan untuk maju. Begitu pula sebaliknya, tidak berarti pemerintah tidak
perikanan nasional.
mempunyai luas daratan 35.376 km' dengan panjang garis pantai 1.105 km
perairan laut bagi daerah Lampung sekitar 24.820 km2 (DKP, 2001) sehingga luas
wilayah Provinsi Lampung adalah 60.196 km2 (daratan 58,7% dan laut 41,23%).
sumberdaya alam yang cukup besar dan potensial untuk dapat dimanfaatkan
penangkapan ikan dan potensi wisata bahari serta alur pelayaran baik nasional
maupun internasional.
wilayah laut paling jauh 12 (dua belas) mil laut diukur dar garis pantai ke arah laut
lepas dan/atau ke arah perairan kepulauan untuk provinsi dan 1/3 (sepertiga) dari
Berdasarkan besarnya potensi laut dan didukung dengan adanya otonomi daerah,
sangat layak karena mereka menguasai laut secara nyata. Akan tetapi pada
dan tertinggal.
rendahnya tingkat teknologi penangkapan, (2) kecilnya skala usaha, (3) belum
efisiennya sistem pemasaran hasil ikan dan (4) status nelayan yang sebagian besar
adalah buruh.
anyaman bambu, berlantai tanah berpasir, beratap daun rumbia dan keterbatasan
kepemilikan perabotan rumah tangga, itulah tempat tinggal para nelayan buruh
sarana yang memadai akan mudah dikenali sebagai tempat tinggal juragan atau
pemilik modal, pemilik perahu dan pedagang ikan berskala besar. Tiap rumah
tangga nelayan miskin biasanya ditempati oleh beberapa keluarga yang masih
berkerabat maupun tidak. Pembentukan rumah tangga luas ini adalah salah satu
dimasuki oleh tengkulak tidak saja hanya pada fungsi finansial, tetapi banyak
1. Fungsi Produksi :
bekal operasi penangkapan ikan, penyedia alat tangkap ikan dan bahkan
2. Fungsi Pemasaran :
Ikan hasil tangkapan nelayan, pada lokasi-lokasi di mana tidak terdapat tempat
pelelangan ikan (TPI) umumnya dibeli oleh tengkulak yang kemudian oleh
pasar-pasar lokal.
3. Fungsi Finansial :
keuangan (bank).
4. Fungsi Sosial :
Hal menarik yang perlu dikemukakan di sini adalah mengapa nelayan tidak mau
lainnya seperti yang telah disebutkan di atas, tetapi justru mengikatkan diri pada
sistem yang dilakukan oleh tengkulak ? Seolah-olah telah terjadi adanya ikatan
disebutkan di atas hanyalah terbatas pada peran finansialnya saja, itupun menurut
lain, peran yang dimainkan oleh para tengkulak adalah meliputi keseluruhan peran
kehidupannya di antaranya:
9
lagi menjadi 2 (dua) kelompok besar, yaitu nelayan tangkap modern dan
nelayan tangkap tradisional. Kedua kelompok ini dapat dibedakan dari jenis
yang bekerja di sekitar tempat pendaratan dan pelelangan ikan. Mereka akan
dari sisa ikan yang tidak terlelang yang selanjutnya dijual ke masyarakat
banyak dijumpai dalam kehidupan masyarakat pesisir. Ciri dari mereka dapat
tidak memiliki modal atau peralatan yang memadai untuk usaha produktif
Umumnya mereka bekerja sebagai buruh/anak buah kapal (ABK) pada kapal-
Dan hasil observasi dan pengamatan, bahwa nelayan di Kecamatan Teluk Betung
dikenal adanya tiga strata sosial-ekonomi nelayan yakni nelayan juragan, nelayan
Nelayan juragan merupakan nelayan pemilik perahu dan alat penangkap ikan yang
Nelayan pekerja adalah nelayan yang tidak mempunyai alat produksi, tetapi hanya
nelayan pekerja dan nelayan juragan, biasanya berlaku perjanjian tidak tertulis.
Dalam hal ini, nelayan juragan berkewajiban mengutangkan bahan makanan dan
bahan bakar untuk keperluan operasi penangkapan ikan. Apabila nelayan pekerja
kepada nelayan juragan. Hasil tangkapan di laut dibagi menurut peraturan tertentu
Nelayan ini memiliki perahu kecil untuk dirinya sendiri dan alat penangkap ikan
yang sederhana. Sering nelayan pemilik ini dikenal dengan sebutan nelayan
tradisional. Sebagian besar dari mereka tidak memiliki modal kerja sendiri, namun
bunga yang lebih besar dari yang seharusnya. Selain membayar utangnya, nelayan
pemilik harus menyetorkan sejumlah uang setiap kali bongkar hasil tangkapan
kepada pemilik modal. Besar setoran ini ditentukan oleh pemilik modal dan tidak
akhirnya hutang nelayan pekerja menjadi hutang tujuh turunan yang tidak pernah
terlunasi.
nelayan dengan pemilik kapal berdasarkan alat tangkapan dapat dilihat pada
Jumlah penduduk Kota Bandar Lampung sebesar 809.860 jiwa (178.895 KK), dan
sebesar 217.092 jiwa (26,8%) adalah masyarakat pesisir (BPS Kota Bandar
Lampung, 2006) yang tinggal di Kecamatan Teluk Betung Selatan, Teluk Betung
Barat dan Panjang. Dilihat dari segi mata pencaharian, maka jumlah kepala
yang beroperasi di PPP Lempasing, terdiri dari: 53,2% berukuran 5-10 GT; 28,3%
berukuran lebih kecil dari 5 GT; 10,2% berukuran 11-20 GT dan 8,3% berukuran
12
21-30 GT. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar nelayan di Kota Bandar
kapal motor berukuran kecil dengan tenaga penggerak bermesin dalam (inboard).
Kapal motor berukuran kecil tersebut sangat efektif untuk melakukan operasi
Tahun 2006).
secara sosial maupun secara finansial yang tidak dimiliki oleh lembaga-lembaga
pembiayaan formal.
(bottom up), tapi ironisnya program tersebut tetap saja tidak dapat berbuat banyak
terhadap kehidupan masyarakat pesisir sehingga tidak aneh banyak program yang
hanya seumur masa proyek dan berakhir tanpa dampak berarti bagi kehidupan
produktif bergulir. Akan tetapi, program tersebut hanya berumur satu tahun, dan
saat ini program tersebut tidak terlihat bekasnya. Kondisi masyarakat nelayan pun
masih terlilit kemiskinan dan masih tergantung kepada juragan atau tengkulak.
13
skala usaha, belum efisiennya sistem pemasaran hasil ikan dan status nelayan
yang sebagian besar adalah buruh merupakan permasalahan yang dihadapi oleh
terutama nelayan dipenuhi oleh para juragan/pembina atau juragan, yang dalam
Berdasarkan uraian diatas maka permasalahan pokok penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Bandar Lampung.
dengan menggunakan alat tangkap yang sederhana, mulai dari pancing, jala dan
jaring, bagan, bubu sampai dengan perahu atau jukung yang dilengkapi dengan
alat penangkap ikan yang mampu mengupah para nelayan pekerja sebagai
Kalyanamitra, 2005).
15
kemampuan yang sangat terbatas dan seringkali sulit untuk ditingkatkan ke arah
yang lebih modern. Posisi ekonomi nelayan yang sangat readah diakibatkan
karena modal terbatas, produktivitas yang rendah dengan hasil tangkapan ikan
yang tidak menentu sebagai akibat pengaruh musim, juga dengan jaminan
pemasaran ikan yang tidak menentu karena masih terdapatnya berbagai kendala
dalam penentuan harga jual pada tingkat nelayan. Hal lain yang juga menarik
dalam lingkungan hidup sosial yang cenderung tidak memikirkan hari depannya,
Kondisi seperti di atas ternyata merupakan peluang bagi tumbuh suburnya para
nelayan tradisional. Tengkulak tersebut merupakan salah satu mata rantai usaha
penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan, terutama dalam hal penyediaan
sarana produksi dan permodalan yang diperlukan oleh nelayan. Pelayanan yang
diberikan tengkulak kepada nelayan yang tidak berbelit-belit dan dapat dengan
yang dialami oleh nelayan, terutama penentuan harga jual ikan hasil tangkapan
nelayan yang hanya ditentukan secara sepihak oleh tengkulak sebagai pemberi
modal.
16
(1999), setiap upaya pemberdayaan baik yang dilakukan oleh pemerintah, dunia
usaha, maupun pihak yang peduli kepada masyarakat, upaya itu harus dipandang
sebagai sebuah pemacu untuk menggerakkan ekonomi rakyat. Oleh karena itu,
upaya-upaya tersebut paling tidak harus memuat empat hal pokok, yaitu: (1)
untuk memperlancar pemasaran basil produksi barang dan jasa masyarakat; dan
komunitas yang paling besar dari masyarakat pesisir yang merupakan sasaran
nelayan dalam kesejahteraan yang lebih baik (Khaeron 2004). Upaya untuk
para pelaku ekonomi rakyat memperoleh apa yang sebetulnya menjadi hak
2003).
hal penyediaan sarana dan permodalan dalam usaha penangkapan ikan, maka
koperasi dan bank-bank pemberi kredit pada saat yang tepat. Selain itu juga
diperlukan adanya suatu lembaga yang dapat ikut serta di dalam peningkatan
2000).
18
JURAGAN SEBAGAI
PENYEDIA ALAT
PRODUKSI
JURAGAN SEBAGAI
PEMBERI BANTUAN JURAGAN SEABGAI
KETERIKATAN
DIKALA TIDAK PEMBELI
MELAUT FUNGSI NELAYAN (PEMASARAN)
SOSIAL
JURAGAN SEBAGAI
PENYEDIA
PERMODALAN
(FINANSIAL)
dipengaruhi oleh fungsi sosial dan ekonomi di mana yang dimaksud juragan atau
tengkulak adalah nelayan pemilik perahu dan alat penangkap ikan yang mampu
ikan di laut. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini sesuai dengan tujuan
penelitian yaitu :
signifikan oleh fungsi produksi, fungsi pemasaran, fungsi finansial dan fungsi
sosial juragan”.