Anda di halaman 1dari 13

ACC Nilai

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK


IDENTIFIKASI GUGUS FUNGSI
Tujuan :
1. Mempelajari teknik pengukuran fisik untuk identifikasi senyawa organik
2. Mempelajari uji kimia identifikasi gugus fungsional senyawa organik

Pendahuluan
Analisis kualitatif merupakan salah satu langkah dalam mengidentifikasi gugus fungsi suatu
senyawa organik. Senyawa organik yang diketahui gugus fungsionalnya dapat diketahui pula
golongannya karena setiap golongan senyawa organik mempunyai sifat tertentu bergantung pada
gugus fungsi yang dimilikinya. Senyawa organik yang mempunyai gugus fungsi yang sama maka
akan mempunyai sifat yang sama pula. Gugus fungsi merupakan kedudukan kereaktifan kimia
dalam molekul satu kelompok senyawa dengan gugus fungsi tertentu menunjukkan gejala reaksi
yang sama. Kesamaan tersebut dapat digunakan untuk mengelompokkan suatu senyawa
(Prasojo, 2010).
Gugus fungsi adalah suatu atom atau kumpulan atom-atom yang saling melekat pada suatu
senyawa dan berperan memberikan sifat yang khas dan berpengaruh pada sifat fisik dan kimia
senyawa tersebut. Senyawa organik yang mempunyai gugus fungsional sama akan ditempatkan
pada deret homolog yang sama. Ikatan tunggal karbon-karbon dan karbon-oksigen dalam senyawa
organik biasanya tidak reaktif karena mereka non polar. Golongan polar membentuk bagian yang
reaktif dalam suatu molekul organik yaitu gugus fungsional tersebut. Ikatan rangkap dua dan ikatan
rangkap tiga yang menghubungkan atom-atom karbon juga dianggap gugusan fungsional
(Prasojo, 2010).
Gugus fungsi senyawa karbon merupakan gugus atom atau sekelompok atom yang berguna
untuk menentukan sifat khas dari suatu senyawa karbon. Gugus fungsi senyawa karbon merupakan
bagian yang aktif sebab jika senyawa karbon tersebut bereaksi maka yang akan mengalami
perubahan adalah gugus fungsinya. Senyawa karbon dikelompokkan menjadi alkohol, aldehid, eter,
asam karboksilat, keton dan ester (Sudarmo, 2006).
Senyawa organik yang paling sederhana terdiri karbon dan hidrogen disebut hidrokarbon.
Hidrokarbon yang paling sederhana adalah metana (CH4). Senyawa karbon yang atom karbonnya
mengikat empat atom atau gugus lain dikelompokkan dalam hidrokarbon jenuh. Contoh dari
hidrokarbon jenuh adalah alkana. Rantai karbon yang mengandung ikatan rangkap dikelompokkan
dalam hidrokarbon tidak jenuh. Contoh hidrokarbon tidak jenuh adalah alkena dan alkuna
(Riswiyanto, 2009).
Menurut Riswiyanto (2009), senyawa organik selalu dimulai dari senyawa hidrokarbon.
Senyawa hidrokarbon dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Hidrokarbon alifatik, yaitu atom-atom karbon berikatan dengan yang lain membentuk rantai dan
merupakan seri homolog dari molekul CH2,contohnya adalah alkana, alkena dan alkuna
2. Hidrokarbon alisiklik, atom-atom karbon akan berikatan dengan membentuk cincin
3. Hidrokarbon aromatik, senyawa yang mempunyai struktur benzena.
Menurut Sulami (2008), macam-macam reaksi senyawa karbon adalah sebagai berikut:
1. Reaksi substitusi, reaksi penggantian gugus atom oleh gugus atom yang lain
2. Reaksi adisi, reaksi pengubahan ikatan tidak jenuh menjadi ikatan jenuh dengan menangkap
atom-atom lain
3. Reaksi eliminasi, reaksi pengubahan ikatan jenuh menjadi ikatan tak jenuh dengan mengganti
atau menghilangkan atom-atom
4. Reaksi oksidasi, reaksi pembakaran yang melibatkan gas oksigen (O2)
5. Reaksi penetralan, reaksi antara asam dan basa membentuk garam dari air
6. Reaksi hidrolisis, penguraian senyawa kimia oleh reaksi dengan air
7. Reaksi esterifikasi, pembentukan ester dengan mereaksikan asam karboksilat dan alkohol
8. Reaksi saporifikasi, reaksi hidrolisis ester oleh alkali yang menghasilkan alkohol, garam dan sisa
asamnya.
Alkana adalah suatu hidrokarbon jenuh yang mempunyai jumlah atom hidrogen maksimum.
Alkana mempunyai rumus umum yaitu CnH2n+2. Alkena termasuk golongan hidrokarbon alifatik
tidak jenuh yang bersifat cukup reaktif. Rumus umum alkena adalah CnH2n. Alkena mempunyai
gugus fungsi yang berupa ikatan rangkap (C=C). Gugus inilah yang memberikan ciri khas pada
reaksi-reaksi golongan alkena. Alkuna yaitu senyawa hidrokarbon yang mempunyai rangkap tiga
dan bersifat mudah mengalami adisi. Alkena dan alkuna bersifat lebih reaktif dibandingkan dengan
alkana. Alkana, alkena dan alkuna bersifat tidak larut dalam air (Chang, 2005).
Alkohol adalah suatu golongan senyawa organik yang tersusun atas unsur C, H dan O
dengan struktur yang khas. Alkohol merupakan senyawa yang mempunyai gugus fungsi hidroksil –
OH. Alkohol dapat membentuk ikatan hidrogen antara molekul-molekulnya dengan air, hal ini
mengakibatkan titik didih alkohol cukup tinggi. Reaksi-reaksi yang terjadi pada alkohol adalah
sebagai berikut:
1. Reaksi substitusi, reaksi yang terjadi dalam larutan asam
2. Reaksi eliminasi, reaksi yang menghasilkan alkena
3. Reaksi oksidasi, reaksi yang digunakan untuk membedakan alkohol primer, sekunder dan tersier
(Chang, 2005).
Menurut Chang (2005), alkohol dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan atom karbon yang
mengikat gugus hidroksil
1. Alkohol primer, alkohol yang mempunyai gugus –OH terikat pada atom karbon primer misalnya
CH3-CH2-OH
2. Alkohol sekunder, alkohol yang mempunyai gugus –OH terikat pada atom karbon sekunder
misalnya CH3-CH(OH)-CH3
3. Alkohol terserier, alkohol yang gugus –OH terikat pada atom tersier misalnya
CH3C(OH)(CH3)CH3.
Aldehid dan keton merupakan golongan senyawa organik yang masing-masing mengandung
unsur C, H dan O. Kedua golongan senyawa organik ini mempunyai gugus fungsi karbonil
sehingga keduanya memiliki beberapa persamaan sifat. Aldehid dan keton dapat larut secara bebas
dalam air namun kelarutannya akan berkurang seiiring dengan bertambahnya panjang rantai.
Aldehid dan keton mengandung gugus karbonil. Aldehid dan keton memiliki titik didih yang lebih
rendah daripada alkohol. Aldehid dan keton bersifat dapat larut dalam air namun sifat kelarutannya
akan semakin berkurang seiring dengan bertambahnya panjang rantai. Aldehid yang memiliki berat
molekul rendah mempunyai bau yang menyengat sedangkan keton yang terdapat di alam berbau
enak (Rasyid, 2006).
Asam karboksilat disebuut juga asam alkanoat. Asam karboksilat adalah suatu senyawa
karbon yang memiliki gugus fungsional. Molekul asam karboksilat mengandung gugus –OH dan
dengan sendirinya dapat membentuk ikatan hidrogen dengan air. Asam karboksilat terdiri atas
sebuah gugus karbonil dan sebuah gugus hidroksil. Titik didih dan titik leleh yang dimiliki oleh
asam karboksilat lebih tinggi dibandingkan dengan titik didih dan titik leleh alkohol. Turunan dari
asam karboksilat yang juga merupakan sebuah hidrokarbon adalah ester. Gugus yang dimiliki oleh
senyawa ester yaitu –COOR. Proses esterifikasi adalah sebuah jenis reaksi yang dapat
menghasilkan senyawa ester. Reaksi esterifikasi yaitu reaksi antara asam karboksilat dan alkohol
(Rasyid, 2006).

Prinsip Kerja :
Prinsip kerja dari gugus fungsi diuji dengan menggunakan bahan uji yang berbeda-beda. Uji
kimia yang dilakukan yaitu uji ketidakjenuhan, uji halogen, uji terhadap aldehid dan uji fenol.
Setiap uji kimia yang dilakukan menggunakan reagen yang berbeda-beda. Reagen yang digunakan
sesuai dengan gugus fungsi yang akan diidentifikasi. Identifikasi dapat berupa perbedaan warna,
ada atau tidaknya endapan dan tingkat kejenuhan.
Alat :
Tabung reaksi, pemanas listrik, penangas air, pipet tetes, penjepit, rak tabung reaksi dan botol
semprot.

Bahan :
Larutan 5% Brom dalam kloroform, toluena, etanol, aseton, heksena, fenol, fruktosa, klorobenzena,
larutan KMnO4, kloroform, benzaldehid, larutan FeCl3, larutan NaI 15% dalam aseton, 1% AgNO3
dalam etanol, CrO3, fehling A dan fehling B.

Prosedur Kerja :
1. Uji Kimia Ketidakjenuhan
A. Uji reaksi air brom
Tabung reaksi yang bersih dan kering dimasukkan sebanyak 4 tetes heksena / minyak kelapa
atau sampel yang disediakan laboran seperti toluene, aseton, formalin. Etanol sebanyak 2 mL
ditambahkan dalam tabung reaksi lalu dikocok pelan-pelan dan ditambahkan tetes demi tetes larutan
KmnO4 sampai terjadi endapan berwarna hitam. Jumlah tetesan yang diberikan untuk setiap sampel
dicatat.
B. Uji reaksi oksidasi dengan KmnO4
Heksena / minyak kelapa atau sampel yang disediakan laboran seperti toluene, aseton, formalin
dilarutkan sebanyak 4 tetes dalam tabung reaksi yang kering dan bersih. Etanol ditambahkan
sebanyak 2 mL lalu dikocok pelan-pelan dan ditambahkan tetes demi tetes larutan KmnO4 sampai
warnya tetap. Jumlah tetesan yang diberikan pada setiap sampel dicatat.
2. Uji Halogen
A. Reagen 2% AgNO3
Tiga tetes klorobenzena atau sampel yang disediakan laboran seperti toluene, aseton,
kloroform, benzil klorida, formalin dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang bersih dan kering.
Etanol sebanyak 2 mL ditambahkan dalam tabung reaksi lalu dikocok pelan-pelan dan ditambahkan
2 mL reagen 2% AgNO3. Campuran tersebut didiamkan selama 5 menit lalu dimasukkan dalam
tabung kerja penangas air bersuhu 50ºC-60ºC. Waktu yang diperlukan sampai terjadi endapan pada
setiap sampel dicatat dalam lembar pengamatan.
B. Reagen larutan 15% NaI dalam aseton kering
Tiga tetes klorobenzena atau sampel yang disediakan laboran seperti toluene, aseton,
kloroform, benzil klorida, formalin dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang bersih dan kering.
Reagen NaI sebanyak 2 mL ditambahkan dalam tabung reaksi lalu dikocok pelan-pelan. Campuran
tersebut didiamkan selama 5 menit lalu dimasukkan dalam tabung kerja penangas air bersuhu 50ºC-
60ºC. Waktu yang diperlukan sampai terjadi endapan pada setiap sampel dicatat dalam lembar
pengamatan.
3. Uji terhadap Aldehid
A. Tes Fehling
Sampel berupa 1 mL fehling A dan 1 mL fehling B dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang
kering dan bersih. Campuran dipanaskan di atas penangas air yang mendidih selama 10 menit.
Perubahan yang terjadi diamati dan dicatat. Tes positif jika terjadi perubahan ada endapan merah
bata untuk sampel aldehid atau keton (aseton).
B. Tes Tollen
Sampel berupa 1 mL (aseton, benzaaldehid, fruktosa), 1 mL larutan 5% AgNO3, 1 mL larutan
5% NaOH serta 5 tetes amonia dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang kering dan bersih.
Campuran dipanaskan di atas penangas air yang mendidih selama 10 menit. Perubahan yang terjadi
pada sampel aldehid atau keton diamati dan dicatat dalam lembar pengamatan.
4. Uji terhadap Fenol
Sampel (fenol, alkohol, aseton) sebanyak 2 tetes, 1 tetes larutan FeCl3 5% dimasukkan ke
dalam tabung reaksi yang kering dan bersih. Larutan dikocok kuat-kuat. Perubahan yang terjadi
pada setiap sampel diamati dan dicatat. Tes positif jika terjadi perubahan dari oranye/kuning
menjadi kehijauan/ungu.

Waktu yang dibutuhkan :


No. Pukul Perlakuan Waktu

1 11.30-11.45 Persiapan praktikum 15 menit

2 11.45-12.15 Preparasi sampel 30 menit

3 12.15-14.10 Pengujian sampel dengan reagen 1 jam 55 menit

Total 2 jam 40 menit


Hasil
1. Uji Kimia Ketidakjenuhan
a. a. Uji reaksi air brom
Sampel Jumlah Tetesan Hasil Keterangan

Minyak Kelapa 12 Putih keruh Jenuh

Aseton 10 Bening kekuningan Tidak jenuh

Toluena 7 Kunimg Tidak jenuh

b. b. Uji reaksi oksidasi dengan KMnO4


Sampel Jumlah Tetesan Hasil Keterangan

Minyak Kelapa 4 Ada endapan Jenuh

Aseton 3 Tidak ada endapan Tidak jenuh

Toluena 7 Tidak ada endapan Tidak jenuh

2. Uji Halogen
a. Reagen: 2% AgNO3
Sampel Waktu Mengendap Hasil Keterangan
(menit)
Klorobenzena - Tidak terbentuk endapan

Toluena 1,33 Terbentuk endapan

Aseton - Tidak terbentuk endapan

Kloroform - Tidak terbentuk endapan


b. b. Reagen: Larutan 15% NaI dalam aseton kering
Sampel Waktu Mengendap Hasil Keterangan
(menit)
Klorobenzena - Tidak terbentuk endapan

Toluena - Tidak terbentuk endapan

Aseton - Tidak terbentuk endapan

Kloroform - Tidak terbentuk endapan

3. Uji terhadap Aldehid


a. Tes Fehling
Sampel Hasil Keterangan
Fehling A dan Fehling B Berwarna biru Negatif

Fehling A, Fehling B dan Aseton Berwarna biru Negarif

Fehling A, Fehling B dan Terjadi 2 fase Negatif


Benzaldehid
Fehling A, Fehling B dan Fruktosa Merah kecoklatan Positif

b. Tes Tollen
Sampel Hasil Keterangan
Aseton Endapan banyak (dipanaskan) Tidak terbentuk cincin perak
Endapan sedikit
Benzaldehid Endapan berwarna abu-abu Terbentuk cincin perak

Fruktosa Endapan hitam Terbentuk cincin perak


Larutan berwarna merah kecoklatan
4. Uji Fenol
Sampel Hasil Keterangan
Aseton Tidak berubah (kuning) Bukan gugus OH

Fenol Ungu Positif gugus OH

Etanol Tidak berubah (kuning) Bukan gugus OH

Pembahasan
Percobaan yang pertama dari praktikum ini adalah uji ketidakjenuhan. Sampel yang
digunakan untuk uji ketidakjenuhan adalah heksena atau minyak kelapa, aseton dan toluena. Uji
ketidakjenuhan dilakukan dengan maksud untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya ikatan rangkap
baik rangkap dua maupun rangkap tiga pada suatu sampel. Uji ketidakjenuhan dilakukan dengan
menggunakan dua metode yaitu uji reaksi air brom dan oksidasi dengan KMnO4. Percobaan
pertama dari uji ketidakjenuhan yaitu dengan menggunakan metode uji reaksi air brom. Reagen
berupa brom yang ditambahkan dalam 2 mL etanol lalu ditambah dengan sampel minyak kelapa
akan menghasilkan larutan berwarna putih keruh dengan jumlah tetesan sebanyak 12 tetes. Larutan
yang terbentuk adalah larutan jenuh. Reagen berupa brom yang ditambahkan dalam 2 mL etanol
lalu ditambah dengan sampel aseton akan menghasilkan larutan berwarna bening kekuningan
dengan jumlah tetesan sebanyak 10 tetes. Larutan yang terbentuk pada aseton bersifat tidak jenuh
karena aseton tidak mempunyai ikatan rangkap. Reagen berupa brom yang ditambahkan dalam 2
mL etanol lalu ditambah dengan sampel toluena akan menghasilkan larutan berwarna kuning
dengan jumlah tetesan sebanyak 7 tetes. Larutan yang terbentuk pada toluena bersifat tidak jenuh
karena toluena tidak mempunyai ikatan rangkap Brom akan bereaksi sangat cepat terhadap sampel
yang mempunyai ikatan rangkap, dalam hal ini adalah heksena atau minyak kelapa.

Gambar 1.1 Reagen Br ditambah Aseton


Percobaan kedua pada uji ketidakjenuhan yaitu uji reaksi oksidasi dengan KMnO4. Reagen
berupa KMnO4 yang ditambahkan dalam 2 mL etanol lalu ditambah dengan sampel minyak kelapa
menghasilkan endapan dengan jumlah tetesan sebanyak 4 tetes. Reagen berupa KMnO4 yang
ditambahkan dalam 2 mL etanol lalu ditambah dengan sampel minyak toluena dan aseton tidak
terbentuk endapan. Aseton tidak bereaksi dengan KMnO4 karena tidak memiliki gugus OH yang
tidak dapat dilepaskan. Hasil senyawa tersebut adalah ikatan tidak jenuh. Reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut:
O

H3C CH3
(aq) + KMnO4(aq)
C2H5OH(aq) + KMnO4(aq)

Percobaan yang kedua yaitu uji halogen. Reagen yang digunakan dalam uji halogen adalah AgNO3
dan NaI. Sampel yang digunakan dalam uji halogen antara lain klorobenzena, toluena, aseton dan
klorofom. Percobaan uji halogen yang pertama dilakukan pada reagen AgNO3. Percobaan pada
klorobenzana tidak menghasilkan adanya endapan, hasil percobaan tersebut telah sesuai dengan
literatur karena klorobenzena membentuk endapan AgCl berwarna putih. Klorobenzena dapat
mengendap karena atom Cl bersifat lebih elektronegatif dibandingkan ion NO3-. Sampel toluena
pada percobaan ini menghasilkan endapan sedangkan pada aseton dan klorofom tidak terbentuk
adanya endapan. Penambahan kloroform telah sesuai dengan literatur yakni tidak mengendap. Hal
ini dikarenakan kloroform bersifat volatil sehingga pada saat proses pemanasan, kloroform yang
terdapat dalam campuran sangat sedikit atau bahkan sudah habis menguap. Reaksi yang terjadi saat
klorobenzena adalah sebagai berikut:
Cl
O CH2CH3

(aq) + C2H5OH(aq) + AgNO3(aq) → (aq) + HNO3(aq) + AgCl(s)

Percobaan uji halogen yang kedua dilakukan pada reagen NaI. Sampel klorobenzena yang
ditambahkan dengan 2 mL reagen NaI tidak terbentuk endapan. Sesuai dengan literatur,
klorobenzena tidak dapat membentuk endapan karena Cl bersifat lebih elektronegatif daripada I
sehingga I tidak dapat mendesak Cl. Sampel pada toluena yang ditambahkan dengan 2 mL reagen
NaI tidak terbentuk endapan. Sampel pada aseton dan kloroform juga tidak dapat membentuk
endapan, namun pada sampel aseton seharusnya tidak bereaksi.
Uji aldehid dilakukan dengan dua metode yaitu tes fehling dan tollen. Uji fehling dilakukan
untuk membedakan gugus aldehid dan keton dalam suatu sampel dengan menambahkan reagen
fehling A dan fehling B. Fehling A adalah CuSO4 dan fehling B adalah campuran antara NaOH
dengan Na-K-tatrat. Sampel yang digunakan yaitu aseton, benzadehid dan fruktosa. Campuran
antara fehling A dan B yang dipanakan akan menghasilkan warna biru. Sampel aseton yang
dicampur dengan fehling A dan B lalu dipanaskan akan menghasilkan warna biru. Sampel
benzaldehid setelah dipanaskan terlihat adanya dua fase yaitu berwarna biru dan pada bagian bawah
terbentuk endapan, kesalahan ini terjadi karena ketidaktelitian praktikan saat mereaksikan sampel.
Sampel fruktosa yang diberi tambahan fehling A dan B lalu dipanaskan menghasilkan warna merah
kecoklatan. Hasil percobaan tersebut sebenarnya telah sesuai namun karena terlalu lama saat
pemanasan dan suhunya yang tinggi, pemanasan pada fruktosa menghasilkan endapan berwarna
merah kecoklatan. Endapan warna merah kecoklatan didapatkan karena pemanasan terlalu lama
sehingga perubahan yang didapat melampaui warna merah bata. Endapan yang terbentuk dalam uji
ini adalah Cu2O karena terjadi reaksi oksidasi.

Gambar 1.2 Fehling ditambah Aseton Gambar 1.3 Fehling ditambah Fruktosa
Tes tollen menggunakan sampel aseton, benzaldehid dan fruktosa. Uji tollen pertama yaitu
pada aseton setelah dipanaskan akan menghasilkan endapan dan tidak terbentuk cincin perak.
Benzaldehid yang dipanaskan akan menghasilkan endapan berwarna abu-abu dan terbentuk cincin
perak. Percobaan ini telah sesuai dengan literatur karen benzaldehid akan membentuk endapan
cincin perak namun perubahan warnanya tidak sesuai. Perubahan warna yang terjadi pada
benzaldehid seharusnya berwarna hitam namun saat percobaan yang didapat adalah berwarna abu-
abu. Perbedaan tersebut disebabkan karena ketidaktelitian praktikan saat mengamati perubahan
yang terjadi. Sampel fruktosa akan menghasilkan endapan berwarna hitam dan terbentuk adanya
cincin perak. Benzaldehid termasuk gugus aldehid. Reaksi benzaldehid digambarkan seperti:
O O

H OH
+ Ag2O + 2Ag

benzaldehyde benzoic acid

Percobaan yang terakhir adalah uji fenol. Fenol atau asam karbolat atau benzenol yaitu zat
kristal yang tak berwarna. Rumus kimia yang dimiliki C6H5OH dan strukturnya mempunyai gugus
hidroksil (-OH). Sampel yang digunakan dalam uji fenol yaitu aseton, fenol, etanol. Masing-masing
sampel akan diuji dengan diberi satu tetes FeCl3. Pemberian FeCl3 akan bersifat polar ketika
bereaksi dengan fenol yang bersifat asam sehingga dapat terjadi perubahan warna. Uji positif pada
percobaan ini ditandai dengan terbentuknya gugus OH. Fenol yang diberi larutan FeCl 3
menghasilkan perubahan warna menjadi ungu. Hasil percobaan yang didapat tidak sesuai dengan
literatur yang tersedia. Menurut literatur, setelah penambahan FeCl3 maka suatu larutan tersebut
akan mengalami perubahan warna menjadi biru kehijauan. Kesalahan ini mungkin disebabkan
karena kurang bersihnya peralatan yang akan digunakan serta mungkin masih terdapat tetesan air
dalam tabung reaksi. Sampel aseton akan berwarna kuning setelah diberi tambahan FeCl3 dan etanol
akan menghasilkan warna kuning setelah pemberian FeCl3. Hasil percobaan pada kedua sampel
tersebut sudah sesuai dengan literatur dimana aseton termasuk gugus keton dan etanol termasuk
gugus alkohol, sehingga keduanya saat diberi penambahan FeCl3 tidak terjadi reaksi yang ditandai
dengan tidak terjadi perubahan warna.
Reaksi yang terjadi pada fenol saat diberi FeCl3 :
H
+
OH O
FeCl 3
+ FeCl 3

phenol

Gambar 1.4 Fenol ditambah FeCl3 Gambar 1.5 Fenol ditambah Aseton

Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah:
1. Teknik pengukuran fisik untuk mengidentifikasi suatu senyawa organik dapat dilakukan dengan
melihat perubahan yang terjadi pada sampel dan menentukan warna dan fasa pada hasil reaksi.
2. Uji kimia yang dilakukan untuk mengidentifikasi gugus fungsi pada percobaan ini adalah dengan
mereaksikan sampel yang telah ada dengan reagen yang telah ditentukan dan sesuai dengan uji
masing-masing gugus fungsi. Hasil yang didapat akan menjadikan data untuk menentukan senyawa
tersebut termasuk kedalam gugus fungsional yang sesuai atau tidak.
Referensi
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Prasojo. 2010. Kimia Organik I. Yogyakarta: Gajah Mada Press.
Rasyid. 2006. Kimia Organik I. Jakrata: Erlangga.
Riswiyanto. 2009. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.
Sudarmo. 2006. Kimia. Jakarta: Erlangga.
Sulami, Erni. 2008. Konsep-konsep Inti Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga.

Saran
Saran untuk percobaan kali ini yaitu praktikan hendaknya selalu teliti dalam mengamati
perubahan-perubahan yang terjadi. Peralatan baik yang akan digunakan ataupun setalah digunkan
hendaknya dibersihkan dan dikeringkan agar saat mereaksikan suatu larutan tidak terkontaminasi
zat lain. Pipet yang digunakan jangan sampai tercampur dengan penggunaan larutan yang lain.

Nama : Shavira Nargis Rambe


NIM : 171810301062
Kelompok : 5
Asisten : Pungky Vidya Jayanti

Anda mungkin juga menyukai