Pedoman Pelayanan Kefarmasiaan
Pedoman Pelayanan Kefarmasiaan
2017
RS DIAN HUSADA
SOOKO - MOJOKERTO
SURAT KEPUTUSAN No.
450/27/X/SK_DIR/2017
TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI FARMASI
DIREKTUR RS BAPTIS BATU
ii
i. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/Menkes/068/I/2010 Tentang Kewajiban
Menggunakan Obat Generik Di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Pemerintah.
j. Pedoman Kesehatan dan Keselamatan Kerja Instalasi
Farmasi (K3-IFRS). Direktorat Bina Farmasi Komunitas
dan Klinik.Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan.Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.Tahun 2006.
k. Pedoman Pelayanan Farmasi Untuk Ibu Hamil dan
Menyusui. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan
Klinik.Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan.Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.Tahun 2006.
l. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 Tentang Standar
Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit.
m. Keputusan Ketua Badan Pengurus Yayasan Baptis
Indonesia Nomor 047/YBI/VII/2011 tentang Struktur
Organisasi Rumah Sakit Baptis Batu.
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN :
iii
KEENAM : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila di
kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Batu
Pada tanggal : 27 Oktober 2017
Direktur RS. Baptis Batu
iv
BAB I
A. Latar Belakang
dari sistem pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien,
penyediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang bermutu
dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat termasuk pelayanan farmasi klinik.
pasien.Untuk itu kompetensi Apoteker perlu ditingkatkan secara terus menerus agar
hak pasien agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan termasuk tuntutan hukum.
Dengan demikian, para Apoteker Indonesia dapat berkompetisi dan menjadi tuan rumah di
negara sendiri.
Kefarmasian secara komprehensif dan simultan baik yang bersifat manajerial maupun
farmasi klinik.
Rumah Sakit secara maksimal pada fungsi manajemen kefarmasian, sehingga diharapkan
dengan model ini akan terjadi efisiensi tenaga dan waktu. Efisiensi yang diperoleh
1
kemudian dimanfaatkan untuk melaksanakan fungsi pelayanan farmasi klinik secara
intensif.
bahwa Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, sumber
ketersediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
juga dinyatakan bahwa dalam menjalankan praktik kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Nomor 58 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun 2016
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 58 Tahun 2014 tentang
2
B. Tujuan Pedoman
Tujuan dari penyusunan buku Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi Rumah Sakit
1. Umum
Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Baptis Batu tahun 2017 adalah
tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian di Rumah
2. Khusus
c. melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan Obat yang tidak rasional
yang bersifat manajerial berupa pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai dan kegiatan pelayanan farmasi klinik, yang tersusun dalam komponen
1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
meliputi:
a) pemilihan;
b) perencanaan kebutuhan;
3
c) pengadaan;
d) penerimaan;
e) penyimpanan;
f) pendistribusian;
h) pengendalian; dan
i) administrasi.
c) rekonsiliasi Obat;
e) konseling;
f) visite;
diatas hanya dapat dilakukan oleh Rumah Sakit yang mempunyai sarana untuk melakukan
4
D. Batasan Operasional
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil
4. Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada apoteker, baik
dalam bentuk paper maupun elektronik untuk menyediakan dan menyerahkan obat
5. Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika.
6. Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka
7. Alat Kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan yang tidak
5
8. Bahan Medis Habis Pakai adalah alat kesehatan yang ditujukan untuk penggunaan
sekali pakai (single use) yang daftar produknya diatur dalam peraturan perundang-
undangan.
10. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah
11. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker dalam menjalani
Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, dan
Analis Farmasi.
E. Landasan Hukum
Kefarmasian
7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1439 tahun 2002 tentang Penggunaan Gas
6
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2014 tentang
Prekursor Farmasi
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 tahun 2016 tentang
7
BAB II STANDAR
KETENAGAAN
b) 2 (dua) apoteker yang bertugas di rawat jalan yang dibantu oleh paling sedikit 4
c) 4 (empat) orang apoteker di rawat inap yang dibantu oleh paling sedikit 8
inap atau rawat jalan dan dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian yang
Sakit.
8
Berdasarkan pekerjaan yang dilakukan, kualifikasi SDM Instalasi Farmasi
1) Apoteker
2) Tenaga Administrasi
3) Pekarya/Pembantu pelaksana
9
maka disusun Kualifikasi Sumber Daya Manusia di Rumah Sakit Baptis Batu sebagai
berikut :
NAMA JUMLAH
NO PENDIDIKAN SERTIFIKASI KETERANGAN
JABATAN STANDAR
Diutamakan telah
bekerja di Instalasi
Kepala Instalasi Farmasi minimal 3
S1 Farmasi -
1 Farmasi Rumah 1 orang tahun(1)
Apoteker
Sakit Dipersyaratkan
memiliki STRA
dan SIPA
Dipersyaratkan
Apoteker Farmasi S1 Farmasi -
2 2 orang memiliki STRA
Rawat Jalan Apoteker
dan SIPA
Dipersyaratkan
Apoteker Farmasi S1 Farmasi -
3 4 orang memiliki STRA
Rawat Inap Apoteker
dan SIPA
Apoteker
Dipersyaratkan
koordinator S1 Farmasi -
4 1 orang memiliki STRA
Penerimaan dan Apoteker
dan SIPA
Distribusi
Tenaga
7. Administrasi SMA 4 orang
Farmasi
Pekarya/Pembantu
8. SMA 3 orang
pelaksana
10
BAB III STANDAR
FASILITAS
yang berlaku. Lokasi harus menyatu dengan sistem pelayanan Rumah Sakit, dipisahkan
antara fasilitas untuk penyelenggaraan manajemen, pelayanan langsung kepada pasien, dan
peracikan.
dan peneraan secara berkala oleh balai pengujian kesehatan dan/atau institusi yang
3.2.1. SARANA
Fasilitas ruang harus memadai dalam hal kualitas dan kuantitas agar dapat
yang aman untuk petugas, dan memudahkan sistem komunikasi Rumah Sakit.
11
A. Fasilitas utama dalam kegiatan pelayanan di Instalasi Farmasi, terdiri
dari:
a) ruang pimpinan
b) ruang staf
d) ruang pertemuan
12
(4) Obat/bahan Obat berbahaya (narkotik/psikotropik)
Habis Pakai
Habis Pakai terdiri dari distribusi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai Rumah Sakit.
dari hiruk pikuk kebisingan lingkungan Rumah Sakit dan nyaman sehingga
rawat inap.
13
5) Ruang Pelayanan Informasi Obat
fasilitas sumber informasi obat yang mudah diakses kapanpun, antara lain :
maupun online,
Daftar obat ini dapat dilaporkan secara periodik kepada dokter di nurse
atau pabrik).
dari:
14
3.2.2. PERALATAN
peracikan dan penyiapan baik untuk sediaan steril, non steril, maupun cair untuk
a) Peralatan untuk penyimpanan, peracikan dan pembuatan Obat baik steril dan
f) Penerangan, sarana air, ventilasi dan sistem pembuangan limbah yang baik;
g) Alarm.
Macam-macam Peralatan
a) Peralatan Kantor:
2) Komputer/mesin tik;
15
b) Peralatan sistem komputerisasi
Bahan Medis Habis Pakai dan pelayanan farmasi klinik. Sistem informasi
farmasi ini harus terintegrasi dengan sistem informasi Rumah Sakit untuk
meningkatkan efisiensi fungsi manajerial dan agar data klinik pasien mudah
1) Jaringan
2) Perangkat keras
pelayanan sitostatik);
4) Barometer;
5) Termometer;
6) Wireless intercom.
16
d) Peralatan Penyimpanan
i) lemari/rak yang rapi dan terlindung dari debu, kelembaban dan cahaya
yang berlebihan;
berkala;
3) Peralatan Pendistribusian/Pelayanan
4) Peralatan Konsultasi
ii) Meja, kursi untuk Apoteker dan 2 orang pelanggan, lemari untuk
iii) Komputer;
iv) Telpon;
17
v) Lemari arsip;
Obat;
iii) Komputer;
v) Lemari arsip;
i) Kartu Arsip;
iii) Plafon
Penerangan, saluran dan kabel dibuat di atas plafon, dan lampu rata
kebocoran udara.
iv) Pintu
18
v) Aliran udara
pakaian dan ruang antara harus melalui HEPA filter dan memenuhi
persyaratan kelas 10.000. Pertukaran udara minimal 120 kali per jam.
ganti pakaian dan antara harus 45 Pascal lebih tinggi dari tekanan
udara luar.
vii) Temperatur
Suhu udara diruang bersih dan ruang steril, dipelihara pada suhu 16 –
25° C.
viii) Kelembaban
19
Dari keseluruhan standar fasilitas sarana dan peralatan, ada beberapa sarana dan
Peralatan tidak dimiliki oleh Rumah Sakit Baptis Batu karena keterbatasan pelayanan.
A. Sarana.
Jenis sarana yang tidak dimiliki Rumah Sakit Baptis Batu, antara lain :
1) Ruang Produksi
3) Laboratorium Farmasi
B. Peralatan
Jenis peralatan yang tidak dimiliki Rumah Sakit Baptis Batu, antara lain :
1) Peralatan Produksi
20
BAB IV
KEMAMPUAN PELAYANAN
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu kegiatan yang
bersifat manajerial berupa pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai dan kegiatan pelayanan farmasi klinik, yang tersusun dalam komponen sebagai
berikut (1):
1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
meliputi:
a) pemilihan;
b) perencanaan kebutuhan;
c) pengadaan;
d) penerimaan;
e) penyimpanan;
f) pendistribusian;
h) pengendalian; dan
i) administrasi.
c) rekonsiliasi Obat;
21
d) Pelayanan Informasi Obat (PIO);
e) konseling;
f) visite;
diatas hanya dapat dilakukan oleh Rumah Sakit yang mempunyai sarana untuk
22
BAB V
KEBIJAKAN
1.1. Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu kegiatan
yang bersifat manajerial berupa pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
1.2. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
1.3. Pelayanan farmasi klinik meliputi: pengkajian dan pelayanan Resep, penelusuran
konseling, visite, Pemantauan Terapi Obat (PTO), Monitoring Efek Samping Obat
(MESO)
1.4. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai terdiri dari obat,
1.5. Rumah sakit menetapkan kebijakan pengelolaan sistem satu pintu, yaitu Instalasi
Baptis Batu.
1.6. Instalasi Farmasi dipimpin oleh Apoteker, berijazah sarjana farmasi yang telah lulus
sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker, yang telah
memilliki Surat Tanda Registrasi Apoteker dan Surat Izin Praktek Apoteker.
23
1.7. Kepala Instalasi Farmasi bertanggung jawab terhadap segala aspek hukum dan
2.1. Pengadaan obat di Rumah Sakit Baptis Batu dilaksanakan dengan mengacu pada
dilaksanakan sesuai undang – undang yang berlaku, yang melibatkan jalur distribusi
obat yang resmi, dengan pengelolaan yang dikendalikan secara penuh oleh rumah
2.2. Proses pemilihan obat masuk formularium dan penghapusan obat dari formularium
telah diatur dengan kriteria – kriteria yang sudah diatur dalam Pedoman Pelayanan
Farmasi.
2.3. Suatu prosedur telah ditetapkan rumah sakit untuk pemberitahuan kepada dokter
penulis resep, saran substitusi, atau pengadaannya bila suatu obat dalam resep tidak
2.4. Ditetapkan adanya Panitia Farmasi dan Terapi di Rumah Sakit, yang berperan dalam
evaluasi dan penggunaan obat dalam formularium rumah sakit dengan berkolaborasi
24
2.6. Panitia Farmasi dan Terapi melakukan monitoring penggunaan obat baru serta
2.7. Formularium ditelaah minimal satu kali dalam satu tahun, berdasarkan informasi
3. Penyimpanan :
3.1. Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
dilaksanakan dan dipantau berdasarkan prosedur yang telah ditetapkan rumah sakit.
3.2. Sebagai proses monitoring dan evaluasi kondisi penyimpanan obat dan alat
kesehatan, ditunjuk satu orang petugas farmasi untuk melakukan inspeksi secara
berkala setiap dua minggu sekali dengan membuat berita acara hasil pengawasan
penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
3.3. Rumah sakit tidak melakukan penyimpanan dan pengelolaan obat sitostatika, Total
Parenteral Nutrition (TPN) dan produksi sediaan steril karena belum ada fasilitas
3.4. Perbekalan farmasi khusus meliputi obat-obat narkotik dan psikotropik, obat-obat
High Alert, elektrolit pekat, bahan berbahaya dan beracun, produk nutrisi, dan bahan
radioaktif, dikelola dengan prosedur khusus yang telah ditetapkan rumah sakit
3.5. Obat yang dibawa pasien dari luar, setelah melalui proses rekonsiliasi obat dan terapi
boleh dilanjutkan, obat tersebut akan disimpan di Instalasi Farmasi rumah sakit
untuk dilakukan proses distribusi bersama obat yang diresepkan di rumah sakit.
Selama rawat inap, pasien tidak diperkenankan mendapatkan obat, vitamin atau
25
suplemen makanan tambahan diluar terapi yang diberikan oleh dokter di Rumah
3.7. Rumah sakit menetapkan proses dan peralatan untuk pengamanan sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai agar terhindar dari kehilangan dan
pencurian.
3.8. Sistem penarikan obat telah diatur sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan
rumah sakit
3.9. Obat – obat yang kadaluwarsa dan ketinggalan jaman dipisahkan, disimpan dan
pemusnahan disertai dengan adanya Berita Acara Pemusnahan Obat dan Alat
Kesehatan.
4.1. Rumah sakit menyediakan fasilitas bangunan, ruangan dan peralatan yang sesuai
4.2. Pelayanan obat dilaksanakan dalam area yang bersih dan aman, sesuai dengan
4.3. Instalasi Farmasi Rumah Sakit Baptis Batu membuka pelayanan 24 jam di farmasi
rawat inap dan 2 shift jam kerja ( pukul 07.00 sampai selesainya pelayanan
26
4.4. Sebelum melayani resep, apoteker dan tenaga teknis kefarmasian yang kompeten
melaksanakan prosedur pengkajian resep sesuai dengan Pedoman dan SPo yang
telah ditetapkan.
4.5. Bila ditemui adanya resep dokter yang tidak terbaca, apoteker dan tenaga teknis
benar, sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh rumah sakit.
4.6. Sistem distribusi obat di farmasi rawat jalan dilaksanakan dengan sistem pelayanan
resep individual, dan tidak melayani pembelian obat dari pasien diluar rumah sakit,
kecuali dari Rumah Sakit yang telah bekerjasama atau pasien yang bersedia periksa
4.7. Sistem distribusi obat di farmasi rawat inap dilaksanakan dengan sistem Unit Dose
Dispensing (UDD), dengan dibantu oleh sirkuler dalam proses antar jemput resep
4.8. Rumah sakit menggunakan sistem komputerisasi yaitu HIS (Hospital Information
System) untuk proses pengelolaan data pelayanan resep pasien, mutasi stok dan
pendapatan dari pelayanan obat, sehingga data dapat terintegrasi sejak pasien
5. Pemberian :
5.1. Petugas farmasi yang berwenang memberikan obat adalah Apoteker yang telah
memiliki Surat Ijin Praktek Apoteker (SIPA) dan Tenaga Teknis Kefarmasian telah
memiliki Surat Ijin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK), dan melalui proses
27
5.2. Dalam pemberian obat pada pasien rawat inap, wewenang pemberian obat
(RKK) Perawat dengan kategori obat High Alert harus diberikan oleh perawat
5.3. Dokter yang berwenang menulis resep dan memberikan obat adalah semua dokter
yang melalui proses kredensial di rumah sakit dan mendapatkan batas – batas
5.4. Petugas farmasi melakukan proses telaah obat dengan memverifikasi jenis/nama
obat, jumlah/dosis obat, rute pemberian obat, dan waktu/frekuensi pemberian obat,
5.5. Perawat melakukan proses telaah obat dan serah terima dengan menggunakan form 7
benar
5.6. Rumah sakit menyediakan sarana edukasi dan konseling bagi pasien demi
5.7. Proses dokumentasi dan pengelolaan obat yang dibawa pasien saat masuk ke rumah
sakit, dilakukan dalam proses Rekonsiliasi Obat oleh dokter, dan pengelolaan obat
5.8. Obat yang sudah diberikan pada pasien, didokumentasikan dalam dokumen rekam
medis pasien, dalam penulisannya dibedakan warna tinta hitam untuk obat oral, dan
5.9. Rumah sakit tidak melakukan penerimaan, penyimpanan dan pendistribusian obat
28
6. Pemantauan
6.1. Ada proses Monitoring Efek Samping Obat (MESO) dan Pemantauan Reaksi Obat
6.2. Monitoring Efek Samping Obat (MESO) dan Pemantauan Reaksi Obat Tidak
Dikehendaki (ROTD) yang terpantau, ditulis di dalam dokumen rekam medik pasien
6.3. Instalasi Farmasi ikut serta dalam proses peningkatan mutu dan keselamatan pasien
29
BAB VI
dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit yang menjamin seluruh rangkaian kegiatan
perbekalan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan
ketentuan yang berlaku serta memastikan kualitas, manfaat, dan keamanannya. Pengelolaan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan suatu siklus
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus
dilaksanakan secara multidisiplin, terkoordinir dan menggunakan proses yang efektif untuk
menjamin kendali mutu dan kendali biaya. Dalam ketentuan Pasal 15 ayat (3) Undang -Undang
Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit menyatakan bahwa Pengelolaan Alat Kesehatan,
Sediaan Farmasi, dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit harus dilakukan oleh Instalasi
Farmasi sistem satu pintu. Alat Kesehatan yang dikelola oleh Instalasi Farmasi sistem satu pintu
berupa alat medis habis pakai/peralatan non elektromedik, antara lain alat kontrasepsi (IUD), alat
Sistem satu pintu adalah satu kebijakan kefarmasian termasuk pembuatan formularium,
pengadaan, dan pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
30
yang bertujuan untuk mengutamakan kepentingan pasien melalui Instalasi Farmasi. Dengan
demikian semua Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang beredar
di Rumah Sakit merupakan tanggung jawab Instalasi Farmasi, sehingga tidak ada pengelolaan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit yang
Dengan kebijakan pengelolaan sistem satu pintu, Instalasi Farmasi sebagai satu -satunya
penyelenggara Pelayanan Kefarmasian, sehingga Rumah Sakit akan mendapatkan manfaat dalam
hal:
2. standarisasi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;
3. penjaminan mutu Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;
4. pengendalian harga Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;
6. penurunan risiko kesalahan terkait penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
7. kemudahan akses data Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
yang akurat;
8. peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit dan citra Rumah Sakit; dan
efektif.Kebijakan tersebut harus ditinjau ulang sekurang- kurangnya sekali setahun. Peninjauan
31
ulang sangat membantu Rumah Sakit memahami kebutuhan dan prioritas dari perbaikan sistem
medication adalah Obat yang harus diwaspadai karena sering menyebabkan terjadi
kesalahan/kesalahan serius (sentinel event) dan Obat yang berisiko tinggi menyebabkan Reaksi
1. Obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan
2. Elektrolit konsentrasi tinggi (misalnya kalium klorida 2meq/ml atau yang lebih pekat,
kalium fosfat, natrium klorida lebih pekat dari 0,9%, dan magnesium sulfat =50% atau
lebih pekat).
3. Obat-Obat sitostatika.
A. Kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai meliputi:
1. Pemilihan
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai ini berdasarkan:
b) standar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang telah
ditetapkan;
32
c) pola penyakit;
f) mutu;
g) harga; dan
h) ketersediaan di pasaran.
Nasional.Formularium Rumah Sakit merupakan daftar Obat yang disepakati staf medis,
disusun oleh Komite/Tim Farmasi dan Terapi yang ditetapkan oleh Pimpinan Rumah Sakit
Formularium Rumah Sakit harus tersedia untuk semua penulis Resep, pemberi
Obat, dan penyedia Obat di Rumah Sakit.Evaluasi terhadap Formularium Rumah Sakit
harus secara rutin dan dilakukan revisi sesuai kebijakan dan kebutuhan Rumah Sakit.
pertimbangan terapetik dan ekonomi dari penggunaan Obat agar dihasilkan Formularium
Rumah Sakit yang selalu mutakhir dan dapat memenuhi kebutuhan pengobatan yang
rasional.
c) membahas usulan tersebut dalam rapat Komite/Tim Farmasi dan Terapi, jika
33
d) mengembalikan rancangan hasil pembahasan Komite/Tim Farmasi dan Terapi,
melakukan monitoring.
Dalam rangka meningkatkan kepatuhan terhadap formularium Rumah Sakit, maka Rumah
Sakit Baptis Batu mempunyai kebijakan terkait dengan penambahan atau pengurangan
Kriteria pemilihan Obat untuk masuk Formularium Rumah Sakit adalah sebagai berikut :
penderita;
h) Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman (evidence based
medicines) yang paling dibutuhkan untuk pelayanan dengan harga yang terjangkau.
34
Selain kriteria untuk memilih obat untuk masuk formularium, ditentukan pula kriteria
untuk penghapusan obat dari formularium, antara lain sebagai berikut :
Obat – obat yang jarang digunakan (slow moving) akan dievaluasi
Obat – obat yang tidak digunakan (death stock) dalam waktu 3 bulan maka akan
diingatkan pada dokter-dokter terkait yang akan menggunakan obat tersebut. Apabila
pada bulan berikutnya tetap tidak digunakan, maka obat tersebut dikeluarkan dari
formularium.
Obat-obat yang dalam proses penarikan oleh Pemerintah / BPOM atau dari pabrikan.
2. Perencanaan Kebutuhan
pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan
hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah,
b. penetapan prioritas;
c. sisa persediaan;
f. rencana pengembangan.
35
3. Pengadaan
waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar mutu. Pengadaan
yang dibutuhkan, penyesuaian antara kebutuhan dan dana, pemilihan metode pengadaan,
pembayaran.
Untuk memastikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
sesuai dengan mutu dan spesifikasi yang dipersyaratkan maka jika proses pengadaan
dilaksanakan oleh bagian lain di luar Instalasi Farmasi harus melibatkan tenaga
kefarmasian.
c) Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus
d) Masa kadaluarsa (expired date) minimal 2 (dua) tahun kecuali untuk Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai tertentu (vaksin,
reagensia, dan lain-lain), atau pada kondisi tertentu yang dapat dipertanggung
jawabkan.
36
Dalam proses pelayanan, seringkali diperlukan obat-obat yang tidak tersedia di stok
namun sangat dibutuhkan bagi terapi pasien. Ada tiga kemungkinan kondisi kekosongan
1. Obat yang seharusnya rutin tersedia di rumah sakit dan masuk dalam daftar
2. Obat dengan nama generik / senyawa kimia sudah masuk dalam formularium,
3. Obat dengan senyawa kimia dan merek paten belum masuk dalam formularium.
Untuk ketiga jenis kemungkinan ini, Rumah Sakit Baptis Batu membuat tiga jenis
a) Pembelian
Untuk Rumah Sakit pemerintah pembelian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai harus sesuai dengan ketentuan pengadaan barang dan
1) Kriteria Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai, yang
2) Persyaratan pemasok.
37
4) Pemantauan rencana pengadaan sesuai jenis, jumlah dan waktu.
(recenter paratus).
Dalam hal ini Rumah Sakit Baptis Batu tidak melakukan proses Produksi
c) Sumbangan/Dropping/Hibah
dan penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
sumbangan/dropping/ hibah.
Seluruh kegiatan penerimaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
administrasi yang lengkap dan jelas. Agar penyediaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dapat membantu pelayanan kesehatan,
maka jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus
38
mengembalikan/menolak sumbangan/dropping/hibah Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak bermanfaat bagi kepentingan
4. Penerimaan
jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak atau surat pesanan
dengan kondisi fisik yang diterima. Semua dokumen terkait penerimaan barang harus
5. Penyimpanan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan persyaratan
a) Memasang CCTV di area penyimpanan dan distribusi obat dan alat kesehatan
39
Komponen yang harus diperhatikan antara lain:
a) Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan Obat diberi label yang
secara jelas terbaca memuat nama, tanggal pertama kemasan dibuka, tanggal
c) Elektrolit konsentrasi tinggi yang disimpan pada unit perawatan pasien dilengkapi
dengan pengaman, harus diberi label yang jelas dan disimpan pada area yang dibatasi
d) Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang dibawa oleh
berikut (3):
ii) tidak mudah dipindahkan dan mempunyai 2 (dua) buah kunci yang berbeda;
iv) diletakkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum; dan
g) Instalasi Farmasi harus dapat memastikan bahwa Obat disimpan secara benar dan
40
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang harus
a) Bahan yang mudah terbakar, disimpan dalam ruang tahan api dan diberi tanda khusus
bahan berbahaya.
b) Gas medis disimpan dengan posisi berdiri, terikat, dan diberi penandaaan untuk
menghindari kesalahan pengambilan jenis gas medis. Penyimpanan tabung gas medis
kosong terpisah dari tabung gas medis yang ada isinya. Penyimpanan tabung gas
Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, bentuk sediaan, dan
jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dan disusun secara
alfabetis dengan menerapkan prinsip First Expired First Out (FEFO) dan First In First Out
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang penampilan dan penamaan yang mirip
(LASA, Look Alike Sound Alike) tidak ditempatkan berdekatan dan harus diberi penandaan
Rumah Sakit harus dapat menyediakan lokasi penyimpanan Obat emergensi untuk
a) jumlah dan jenis Obat sesuai dengan daftar Obat emergensi yang telah ditetapkan;
41
e) dilarang untuk dipinjam untuk kebutuhan lain.
Daftar dan pengelolaan Troli Emergensi di Rumah Sakit Baptis Batu diatur secara
6. Pendistribusian
Pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit pelayanan/pasien dengan tetap
menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan waktu. Rumah Sakit harus
pengendalian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di unit
pelayanan.
Pakai untuk persediaan di ruang rawat disiapkan dan dikelola oleh Instalasi
Farmasi.
2) Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
disimpan di ruang rawat harus dalam jenis dan jumlah yang sangat dibutuhkan.
3) Dalam kondisi sementara dimana tidak ada petugas farmasi yang mengelola (di
jawab ruangan.
42
4) Setiap hari dilakukan serah terima kembali pengelolaan obat floor stock kepada
Pakai berdasarkan Resep perorangan/pasien rawat jalan dan rawat inap melalui
Instalasi Farmasi.
Pakai berdasarkan Resep perorangan yang disiapkan dalam unit dosis tunggal atau
ganda, untuk penggunaan satu kali dosis/pasien. Sistem unit dosis ini digunakan
D. Sistem Kombinasi
Habis Pakai bagi pasien rawat inap dengan menggunakan kombinasi a + b atau b +
c atau a + c.
Sistem distribusi Unit Dose Dispensing (UDD) dilakukan di Rumah Sakit Baptis
Batu untuk pasien rawat inap mengingat dengan sistem ini tingkat kesalahan pemberian
Obat dapat diminimalkan sampai kurang dari 5% dibandingkan dengan sistem floor stock
Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh pasien
dengan mempertimbangkan:
43
a. efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada; dan
7. Pemusnahan dan Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai
Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai
perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah penarikan oleh
BPOM (mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar
Penarikan Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan terhadap produk
Pemusnahan dilakukan untuk Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
b) telah kadaluwarsa;
44
Tahapan pemusnahan terdiri dari:
a) membuat daftar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
terkait;
8. Pengendalian
Habis Pakai dapat dilakukan oleh Instalasi Farmasi harus bersama dengan Komite/Tim
c) memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi kelebihan dan
pesanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.
45
Cara untuk mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
b) melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam waktu tiga bulan berturut -
9. Administrasi
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang meliputi perencanaan
Bahan Medis Habis Pakai. Pelaporan dibuat secara periodik yang dilakukan
Instalasi Farmasi dalam periode waktu tertentu (bulanan, triwulanan, semester atau
pertahun).
berlaku.
46
2) dasar akreditasi Rumah Sakit;
4) dokumentasi farmasi.
3) laporan tahunan.
b) Administrasi Keuangan
laporan yang berkaitan dengan semua kegiatan Pelayanan Kefarmasian secara rutin
atau tidak rutin dalam periode bulanan, triwulanan, semesteran atau tahunan.
c) Administrasi Penghapusan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak
terpakai karena kadaluwarsa, rusak, mutu tidak memenuhi standar dengan cara
membuat usulan penghapusan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai kepada pihak terkait sesuai dengan prosedur yang berlaku.
47
B. Manajemen Risiko Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai
untuk identifikasi, evaluasi, dan menurunkan risiko terjadinya kecelakaan pada pasien,
tenaga kesehatan dan keluarga pasien, serta risiko kehilangan dalam suatu organisasi.
Manajemen risiko pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
2) Mengidentifikasi Risiko
b. pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
c. pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
Habis Pakai seperti spesifikasi (merek, dosis, bentuk sediaan) dan kuantitas;
48
f. ketidaktepatan pengalokasian dana yang berdampak terhadap
Habis Pakai;
3) Menganalisa Risiko
4) Mengevaluasi Risiko
Prosedur, Surat Keputusan Direktur) serta menentukan prioritas masalah yang harus
5) Mengatasi Risiko
49
c. menetapkan kemungkinan pilihan (cost benefit analysis);
risiko.
50
BAB VII
keselamatan pasien (patient safety) sehingga kualitas hidup pasien (quality of life)
terjamin.
3. rekonsiliasi Obat;
5. konseling;
6. visite;
52
sesuai persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik, dan persyaratan klinis
a) nama, umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan pasien;
c) stabilitas; dan
b) duplikasi pengobatan;
d) kontraindikasi; dan
e) interaksi Obat.
penyiapan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
53
2. penelusuran riwayat penggunaan Obat;
Dikehendaki (ROTD);
Obat;
digunakan;
54
k) mendokumentasikan Obat yang digunakan pasien sendiri tanpa
a) nama Obat (termasuk Obat non Resep), dosis, bentuk sediaan, frekuensi
3. rekonsiliasi Obat;
Obat (medication error) rentan terjadi pada pemindahan pasien dari satu
Rumah Sakit ke Rumah Sakit lain, antar ruang perawatan, serta pada pasien
yang keluar dari Rumah Sakit ke layanan kesehatan primer dan sebaliknya.
55
b) mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terdokumentasinya instruksi
dokter; dan
a) Pengumpulan data
digunakan pasien, meliputi nama Obat, dosis, frekuensi, rute, Obat mulai
efek samping Obat yang pernah terjadi. Khusus untuk data alergi dan efek
terjadinya reaksi alergi dan efek samping, efek yang terjadi, dan tingkat
keparahan.
pasien, daftar Obat pasien, Obat yang ada pada pasien, dan rekam
Semua Obat yang digunakan oleh pasien baik Resep maupun Obat
b) Komparasi
56
didokumentasikan pada rekam medik pasien.Ketidakcocokan ini dapat
dokumentasi.
disengaja;
pengganti; dan
rekonsilliasi Obat.
d) Komunikasi
57
Apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di
kesehatan di lingkungan Rumah Sakit dan pihak lain di luar Rumah Sakit;
a) menjawab pertanyaan;
melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap;
f) melakukan penelitian.
b) tempat; dan
c) perlengkapan.
58
5. konseling;
terapi, meminimalkan risiko reaksi Obat yang tidak dikehendaki (ROTD), dan
dengan penyakitnya;
terapi;
59
Kegiatan dalam konseling Obat meliputi:
pengunaan Obat;
dan
f) dokumentasi.
a) Kriteria Pasien:
iv) pasien yang menggunakan Obat dengan indeks terapi sempit (digoksin,
phenytoin);
60
b) Sarana dan Peralatan:
6. visite;
dilakukan Apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk
terkait Obat, memantau terapi Obat dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki,
Visite juga dapat dilakukan pada pasien yang sudah keluar Rumah
Sakit baik atas permintaan pasien maupun sesuai dengan program Rumah
Pharmacy Care).
mencakup kegiatan untuk memastikan terapi Obat yang aman, efektif dan
61
Tujuan PTO adalah meningkatkan efektivitas terapi dan
Tahapan PTO:
d) pemantauan; dan
e) tindak lanjut.
pemantauan setiap respon terhadap Obat yang tidak dikehendaki, yang terjadi
pada dosis lazim yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis,
62
diagnosa dan terapi.Efek Samping Obat adalah reaksi Obat yang tidak
MESO bertujuan:
b) menentukan frekuensi dan insidensi ESO yang sudah dikenal dan yang
mengalami ESO;
a) kerjasama dengan Komite/Tim Farmasi dan Terapi dan ruang rawat; dan
63
B. Manajemen Risiko Pelayanan Farmasi Klinik
Faktor risiko yang terkait karakteristik kondisi klinik pasien akan berakibat
umur, gender, etnik, ras, status kehamilan, status nutrisi, status sistem imun,
Faktor risiko yang terkait penyakit pasien terdiri dari 3 faktor yaitu: tingkat
profil reaksi Obat tidak dikehendaki, rute dan teknik pemberian, persepsi pasien
melakukan:
1) Analisa risiko baik secara kualitatif, semi kualitatif, kuantitatif dan semi
kuantitatif.
64
ii) mengidentifikasi pilihan tindakan untuk mengatasi risiko;
risiko.
Pembinaan dan edukasi Sumber Daya Manusia (SDM) yang terlibat dalam
setiap tahap manajemen risiko perlu menjadi salah satu prioritas perhatian. Semakin
besar risiko dalam suatu pemberian layanan dibutuhkan SDM yang semakin
kompeten dan kerjasama tim (baik antar tenaga kefarmasian dan tenaga kesehatan
risiko tinggi, antara lain Intensive Care Unit (ICU), Unit Gawat Darurat (UGD),
65
BAB VII
PENUTUP
orientasi produk menjadi orientasi pasien. Untuk itu kompetensi Apoteker perlu
diimplementasikan, sehingga dalam rangka mencapai visi Rumah Sakit Baptis Batu
menjadi Rumah Sakit Pilihan Utama Malang Raya karena Pelayanan Kesehatan yang
berpusat pada pasien dengan mengutamakan Mutu dan Keselamatan Pasien diperlukan
66
DAFTAR REFERENSI
Prekursor Farmasi
67