Anda di halaman 1dari 16

BAB III

LAPORAN KASUS
1. IDENTITAS
 Nama : M. Irvan Habibi
 Jenis Kelamin : Laki-Laki
 Umur : 26 tahun
 Agama : Islam
 Alamat : Dusun II kenanga Gang Saudara, Percut Sei Tuan
Sumatera Utara
 Pekerjaan : Karyawan Swasta
 Status Perkawinan : Menikah
 No RM : 33.58.45

2. ANAMNESA
Keluhan Utama : Keluar Nanah Dari Lubang Pusar
Telaah :
Pasien datang dari poli spesialis bedah dan dirawat inap dengan keluhan
cairan dari lubang pusar sejak 1 minggu lalu. Sebelumnya cairan hanya
keluar sedikit dan sekarang makin banyak sampai menetes. Cairan
berwarna putih abu-abu, sedikit kental, berbau sedikit amis. Daerah sekitar
pusar berwarna kemerahan dan teraba hangat. Demam disangkal, nyeri
perut (+) didaerah pusar. Kulit terlihat kemerahan di daerah pusar. Makan
minum normal. Bab normal. Bak normal
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat trauma disangkal.
Riwayat hipertensi disangkal.
Riwayat diabetes mellitus disangkal.
Riwayat penyakit jantung disangkal.
Riwayat Operasi disangkal

36
Riwayat Penyakit Keluarga:
Tidak ada keluarga atau teman sekitarnya yang mengeluh hal serupa.
Riwayat Alergi :
-
Riwayat Pengobatan:
-
Riwayat Psikososial :
- Merokok (-)
- Alkohol (-)

3. PEMERIKSAAN FISIK
Status Present
 Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
 Derajat kesadaran : Compos Mentis
 Tinggi Badan : 160 cm
 Berat Badan : 60 kg
 Tekanan Darah : 110/70 mmHg
 Heart Rate : 92 x/menit
 Respiratory Rate : 20 x/menit
 Suhu : 36,9 ⁰C
Keadaan Gizi
BB: 60 kg
TB: 160 kg
RBW = BB / (TB-100) X 100%
= 60 / (160-100) X 100%
= 105 %
Kesan : Normoweight

IMT = BB / (TB/100)2
= 60 / (160/100)2 = 24,6 kg/m2
Kesan : Normoweight
37
 B1 (Breath)
 Airway : Clear
 RR : 20x/menit
 SP : Vesikuler ka=ki
 ST : Ronchi (-), Wheezing (-/-)
 B2 (Blood)
 Akral : Hangat
 TD : 110/70 mmHg
 HR : 92 x/menit
 Gambaran EKG :

 B3 (Brain)
 Sensorium : Compos Mentis, GCS= 15
 Pupil : Isokor, ka=ki 3mm/3mm, Eksoftalmus ka=ki
 RC : (+)/(+)

 B4 (Bladder)
 Urine Output : 1000 cc
 Kateter : Tidak Terpasang

 B5 (Bowel)
 Abdomen : Soepel
 Inspeksi : Tampak cairan putih abu abu di lubang pusar,
distensi (-)
 Palpasi : Hepar tidak teraba membesar, Lien tidak teraba
membesar, Nyeri tekan pada abdomen (+), tidak teraba massa.
Pusar teraba hangat, Kulit terlihat kemerahan di daerah pusar.
 Perkusi : Timpani pada sembilan kuadran abdomen.

38
 Auskultasi : Peristaltik 8x/i
 Puasa : (+)

 B6 (Bone)
 Ekstremitas atas :oedem (-), kedua tangan tremor, kedua
telapak tangan basah
 Ekstremitas bawah : oedem(-),

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Hasil Laboratorium 31-07-2019
 Pukul 20:35 WIB
Darah Rutin
 Hb : 13,9 g/dl (13,2 – 17,3g/dl)
 HT : 40,1 % (40– 52 %)
 Eritrosit : 4,9 x 106/µL (4,4 – 5,9 x 106/µL)
 Leukosit : 13.690 / µL (4000 – 11.000 / µL)
 Trombosit : 325.000/µL (150.000 – 450.000 / µL)
Hitung Jenis Leukosit
 Eosinofil :6% (1-3 %)
 Basofil :0 % (0-1 %)
 Neutrofil : 72 % (53-75)
 Limfosit : 15 % (20-45 %)
 Monosit :7% (4-8 %)
Glukosa Darah
 Glukosa darah sewaktu: 125 mg/dL ( <140 mg/dL)
Faal Hati
 SGOT : 31 U/L (<40)
 SGPT : 35 U/L (<40)
Faal Ginjal
 Ureum : 63 mg/dL (20~40)

39
 Kretinin : 1,10 mg/dL (0,6-1,0)
 Asam Urat : 5,7 mg/dL (3,4~7,0)

 USG

5. RENCANA TINDAKAN
 Tindakan : Fistulektomi
 Anesthesi : GA-ETT
 PS-ASA :I
 Posisi : Supine
 Pernapasan : Terkontrol dengan ventilator

6. PERSIAPAN OBAT ANESTHESI


Premedikasi
 Midazolam : 5mg
 Fentanil : 100 mg
Medikasi
 Profopol : 100mg
 Rokuronium : 50 mg
 Ondancetron : 4 mg
 Ranitidine : 50 mg
 Atropin
 Neostagmin
Maintenance
 RL : 1000 ml
Pernapasan
 O2 : 3 L/menit
Jumlah Cairan
 PO : RL 100 cc
 DO : RL 900 cc

40
Perdarahan
 Kassa Basah : 5 x 2 = 10 cc
 Kassa 1/2 basah : 5 x 5= 25 cc
 Suction : jumlah cairan suction – cairan bilasan = 200 cc
 Jumlah : 375 cc
 EBV : 63 x 70 = 4.410 cc
 EBL : 10 % = 441 cc
20 % = cc
30 % = cc

Kebutuhan cairan selama operasi


 2 x BB x waktu operasi (jam)
2 x 48 x 1,5 = 144 cc
Kebutuhan cairan ( penguapan )
 Operasi yang dilakukan adalah jenis operasi sedang
 8 x 48 x 1,5 = 576 cc
Total kebutuhan cairan
 Darah + kebutuhan cairan selama operasi + penguapan
 375 + 144 + 576 = 1095 cc
Durasi Operatif
 Lama Anestesi = 09.50 – 12.05 WIB
 Lama Operasi = 10.00 – 11.30 WIB

7. Teknik Anastesi : General


Teknik anestesi  supinasi  Premedikasi : fentanyl + midazolam 
profopol  sleep non apnue  oxsigenisasi 3 liter relaksasi dengan
rokuronium  sleep apnue  intubasi ETT 7,0 CUFF + suara
pernafasan ka:ki  maintenance sevoflurence + N2O + O2

41
8. POST OPERASI
 Operasi berakhir pukul : 11.30 WIB
 Pasien dipindahkan ke ruang ICU. Observasi vital sign 1x24 jam
dengan manajemen nyeri.

9. PERAWATAN POST OPERASI


 Setelah operasi selesai, pasien dibawa ke ruang ICU. Dianjurkan
minum sedikit-sedikit lewat NGT.

10. TERAPI POST OPERASI


 Istirahat sampai pengaruh obat anestesi hilang
 Minum sedikit-sedikit dengan NGT
 IVFD RL 20 gtt/menit
 PCT 1g/8jam
 Inj. Ceftriaxone 1gr/12 jam
 inj. Ranitidin 1 amp/12 jam IV

42
43
44
45
Jam 10.00 10.15 10.30 10.45 11.00 11.15
11.30 1L
O2O
N2O 1L

Halothan
Sevoflurence
Ethrane
Infus RL

Pentothal 1 4

Depol
NonDepol 2

Analgetik 3

Neurolapt
5 6

Lain-lain 7

R N TD
28 280
24 200
20 180
16 180 160
12 160 140
140 120
120 100
100 80
80 60
60 40
20

46
Respirasi : SR
Stadia, op :
1. Jumlah Cairan
Jumlah Medikasi Catatan
Cairan Keluar
I. Desinfeksi 10.00 1. Propofol Po : RL
100mg 100cc
II. Insisi 10.05 2. Rocuronium Do : RL
50mg 1900cc
III. Explorasi 11.05 3. Fentanyl 100
mg
IV.Hecting 11.08 4. Propofol 60mg

V. Selesai 11.29 5. Ondancetron 4mg


6. Ranitidine 50mg
7. Furosemide 20mg
8. Paracetamol 1gr

Pendarahan : 300
Kasa ½ basah 5
Kasa basah 5

Keterangan :

1. Pemberian propofol pada awal anestesi merupakan obat anestesi


umum yang bertujuan memberikan efek hipnotik pada pasien.
Propofol merupakan obat anestesi intravena yang hanya memiliki
khasiat farmakologi hipnotik murni yang cepat dengan waktu
pemulihan yang cepat.
2. 15 menit kemudian terjadi penurunan tekanan darah akan tetapi masih
dalam ambang batas normal. Maka dari itu tidak diberikan obat
vasokonstriktor.

47
3. Pada akhir operasi pasien mengalami sulit sadar akibat pengaruh obat
anestesi propofol dan diberikanlah terapi reversal yaitu neostigmin
dan atropin sulfat dengan perbandingan 3 : 3. Diberikan terapi reversal
dengan tujuan sebagai antirelaksan otot depolarisasi. Prostigmin
bersifat kompetitif terhadap atracurium dan efek kolinergik
muskarinik dapat dicegah dengan pemberian atropine.

48
FOLLOW UP DI ICU TANGGAL 26-07-2019
JAM TD N S KES GCS URINE POLA NAFAS RR F1O2 SAT
12.45 154/95 73 37 CM 15 SPONTAN 20 10 L 100
13.00 133/87 85 37 CM 15 1000 SPONTAN 20 10 L 100
(OK)
14.00 128/69 94 37 CM 15 SPONTAN 20 10 L 100
15.00 125/58 113 36,9 CM 15 SPONTAN 20 7L 100
16.00 128/56 121 36,8 CM 15 400 SPONTAN 20 7L 100
17.00 130/61 119 37,1 CM 15 SPONTAN 20 7L 100
18.00 130/70 110 37,3 CM 15 SPONTAN 20 7L 100
19.00 128/60 112 37,5 CM 15 SPONTAN 20 7L 100
20.00 124/66 174 37 CM 15 150 SPONTAN 20 7L 100
21.00 129/66 173 37 CM 15 SPONTAN 22 3L 100
22.00 120/84 128 37,1 CM 15 SPONTAN 20 3L 100
23.00 122/66 135 37 CM 15 SPONTAN 20 3L 100
24.00 124/60 145 37 CM 15 220 SPONTAN 20 3L 100
01.00 135/61 126 37 CM 15 SPONTAN 20 3L 100
02.00 117/61 116 37 CM 15 SPONTAN 20 3L 100
03.00 120/65 118 37 CM 15 100 SPONTAN 20 3L 100
04.00 121/65 120 37 CM 15 SPONTAN 20 3L 100
05.00 119/78 128 37 CM 15 200 SPONTAN 20 3L 100
06.00 130/81 121 37 CM 15 SPONTAN 20 3L 100
07.00 150/65 122 37,1 CM 15 SPONTAN 27 100
08.00 128/60 124 37 CM 15 SPONTAN 25 100
09.00 125/60 116 37 CM 15 SPONTAN 25 100
10.00 124/58 115 37 CM 15 SPONTAN 25 100
11.00 121/61 118 37 CM 15 SAPONTAN 24 100

TERAPI: Diet : M1
IVFD RL 20gtt/i
Inj. Fentanyl 3ampl 2-4 mg/jam
Pct 1gr/6 jam
Inj. ceftriaxone 1gr/12jam
Inj. Ketorolac 30mg/8jam
Inj. Ranitidine 50mg/12jam
Propanolol 20mg 3x2
Diazepam 2mg 2x1
Neo 3x1
49
BAB IV
KESIMPULAN

Anestesi secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit


ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan
rasa sakit pada tubuh.Obat yang digunakan dalam menimbulkan anesthesia
disebut sebagai anestetik, dan kelompok ini dibedakan dalam anestetik umum dan
anestetik lokal.
Anestesi umum (General Anesthesia) disebut pula dengan nama Narkose
Umum (NU).Anastesi Umum adalah tindakan meniadakan nyeri secara sentral
disertai hilangnya kesadaran dan bersifat reversible. Anestesi umum yang
sempurna menghasilkan ketidak sadaran, analgesia, relaxasi otot tanpa
menimbulkan resiko yang tidak diinginkan dari pasien.
Anestesi umum dibagi menurut bentuk fisiknya terdiri dari 2 cara, yaitu ;
1. Anastetik Inhalasi
2. Anastetik Intravena
Terlepas dari cara penggunaanya suatu anestetik yang ideal sebenarnya harus
memperlihatkan 3 efek utama yang dikenal sebagai “Trias Anestesia”, yaitu efek
hipnotik (menidurkan), efek analgesia, danefek relaksasi otot. Akan lebih baik
lagi kalau terjadi juga penekanan reflex otonom dan sensoris, seperti yang
diperlihatkan oleh eter.
Sebelum dilakukan anestesi umum, harus dilakukan penilaian pada pasien
yang mencakup beberapa hal yaitu status kesehatan pasien, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium serta menentukan klasifikasi status fisik menurut The
American Society of Anaesthesiologist (ASA).

50
DAFTAR PUSTAKA
American Society of Anesthesiologists (ASA). 2011. Continuum of Depth of
Sedation Definition of General Anesthesia and Levels of
Sedation/Analgesia. ASA Web site. Tersedia di
http://www.asahq.org/publicationsAndServices/standards/20.pdf.[Diakses
pada tanggal 1 Agustus 2019].
Crowder, M. S. et al. 2014. Mechanism of Anesthesia and Consciousness. Dalam
Clinical Anesthesia 7th Edition, Paul G Barash et al (editor). USA :
Lipincott Williams and Wilkins.
Garden, O. James et al. 2012. Principles and Practice of Surgery: With Student
Consult. USA : Elsevier Health Sciences. Pg: 75.
Healy TH dan Knight PR. 2003. A Practice of Anesthesia. Edisi 7. USA: Taylor
and Francis Group. Pg: 604.
Jenkins, K dan Baker AB. 2003. Consent and Aneaesthetic Risk. Original Article.
Anaesthesia (10). Pg : 962-984.
Latief SA et al. 2010. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Edisi kedua. Jakarta:
Penerbit Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI. Hal. 29-90.
Mangku, et al. 2010. Buku Ajar Ilmu Anestesi dan Reanimasi. Jakarta: PT. Indeks.
Manjoer, A., et al. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid Pertama.
Jakarta: Media Aesculpius FKUI.
Prakoso, Heru Dimas. 2017. Tirotoksikosis dan Krisis Tiroid. Fakultas
Kedokteran Trisakti Jakarta. Rumah Sakit Umum Daerah Bekasi.
Rinta, Febriani et al. 2016. Anestesi Umum. Fakultas Kedokteran Universitas
Tanjung Pura Rumah Sakit LANUD Supadio Pontianak.
Shahab, A. 2007. Penyakit Graves (Struma Diffusa Toksik) Diagnosis dan
Penatalaksanaannya. Bulletin PIKKI : Seri Endokrinologi-Metabolisme.
Edisi Juli 2007. PIKKI. Jakarta. 2007.
Sjamsuhidayat R, De jong W. Sistem Endokrin. Jakarta EGC 2005:2:683-695.
Soenarjo,Djatmiko,H.2010. Anestesiologi.FK UNDIP.
Zunilda DS dan Elysabeth. 2011. Anestetik Umum. Dalam Farmakologi dan
Terapi, Edisi 5, Sulistia et al. (editor). Jakarta: FKUI. Hal: 122-137.

51

Anda mungkin juga menyukai