Disusun Oleh:
i
KATA PENGANTAR
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah............................................................................ 1
C. Tujuan.................................................................................................. 1
D. Manfaat ............................................................................................... 2
BAB II LANDASAN TEORI
A. Desain Alat........................................................................................... 27
B. Data Percobaan.................................................................................... 30
C. Hasil Perhitungan ................................................................................ 31
. D. Pembahasan......................................................................................... 32
v
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. kesimpulan ........................................................................................... 34
. B. Saran.................................................................................................... 34
Daftar Pustaka...................................................................................................... x
Lampiran
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR SIMBOL
viii
ABSTRACT
Making of dye powder with Spray Dryer need 60% concentration feed. While
the result from boiling was obtained 30% dye concentration, so it requires a
concentrated tool from first concentration 30% to 60% for spray dryer feed.
The aim of this final report to make a concentrated tool (evaporator) that used
to concentrate of dye feed spray dryer from concentration 30% to 60%.
Evaporator which manufactured is evaporator batch type with hot air heaters.
Evaporator consists of the tank and copper coil. Evaporator tank is made of
stainless steel plate which has a diameter of 16 cm, 60 cm high and has a total
volume of 9.8502 L.
From the test tool results on the first design of evaporator using a hot air as
the heater with blower assistance can not afford to heat the evaporator, so also
with the aid of a compressor. Therefore used boiler as a steam producer for heater
evaporator. Boiler has a length of 80 cm, width 50 cm and equipped with copper
coils for continued heating.
Boiler is be able to heating evaporator continuously with temperatures 93° C
and produce teak leaf dye extract as much as 4 L with a concentration of 60%
from 8 L of the extract of 30% during 6 hours. The operation of evaporator uses a
batch system produce heat efficiency of 4,17%.
xi
INTISARI
Pembuatan zat warna serbuk dengan spray dryer memerlukan umpan dengan
konsentrasi 60%. Sedangkan dari hasil perebusan diperoleh konsentrasi zat warna
30%. Sehingga diperlukan sebuah alat pemekat dari konsentrasi awal 30%
menjadi 60% untuk umpan spray dryer.
Tujuan dari Tugas Akhir ini adalah untuk membuat sebuah alat pemekat
(evaporator) yang berfungsi sebagai pemekat umpan zat warna spray dryer dari
konsentrasi 30% menjadi 60%. Evaporator yang dibuat adalah evaporator tipe
batch dengan pemanas udara panas. Evaporator terdiri dari dari tangki dan koil
tembaga.Tangki evaporator terbuat dari plat stainless steel yang memiliki
diameter 16 cm, tinggi 60 cm dan memiliki volume total 9,8502 L.
Dari hasil uji alat pada awal perancangan evaporator menggunakan udara
panas sebagai pemanasnya dengan bantuan blower tidak mampu untuk
memanaskan evaporator. Begitu juga dengan bantuan kompresor. Oleh karena itu
digunakan boiler sebagai penghasil steam untuk pemanas evaporator. Boiler
memiliki panjang 80 cm , lebar 50 cm dan dilengkapi koil tembaga untuk
pemanasan lanjut.
Boiler mampu memanaskan evaporator secara kontinyu dengan suhu 93°C dan
menghasilkan ekstrak zat warna daun jati sebanyak 4 L dengan konsentrasi 60%
dari 8 L ekstrak 30% selama 6 jam. Pengoperasian evaporator ini menggunakan
sistem batch menghasilkan efisiensi 4,17%
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
larutan zat warna dengan konsentrasi 60%. Dari hasil perebusan biasa hanya
diperoleh konsentrasi zat warna sebesar 30%. Untuk itu diperlukan sebuah alat
pemekat atau evaporator untuk memekatkan larutan zat warna umpan dari
hasil evaporator akan digunakan sebagai umpan spray dryer untuk dikeringkan
B. PERUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
1. Merancang dan membuat alat pemekat zat warna (evaporator) tipe batch.
D. MANFAAT
1. Bagi mahasiswa
2. Bagi masyarakat
pengental alternatif.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
A. TINJAUAN PUSTAKA
Tujuan evaporasi adalah untuk memekatkan larutan yang terdiri dari zat
terlarut yang tak mudah menguap dan pelarut yang mudah menguap. Dalam
menguapkan sebagian dari pelarut sehingga didapatkan larutan zat cair pekat yang
evaporasi sisa penguapan adalah zat cair yang sangat kental dan bukan zat padat.
tunggal. Walaupun uap itu merupakan campuran, tidak ada usaha untuk memisah-
evaporasi digunakan untuk memekatkan larutan dan bukan untuk pembuatan zat
sebagai berikut:
a. Perpindahan panas secara konduksi adalah proses dimana panas mengalir dari
daerah yang bersuhu lebih tinggi ke daerah yang bersuhu lebih rendah dalam
suatu medium atau perantara yang diam. Laju perpindahan panas secara
b. Konveksi adalah proses dimana panas mengalir dibawa zat alir (fluida) dari
satu permukaan yang suhunya tinggi ke tempat yang suhunya lebih rendah
c. Radiasi adalah proses dimana perpindahan panas dari sumber panas menuju
Neraca panas pada alat penukar adalah panas yang dilepaskan oleh fluida
panas sama dengan panas yang diterima oleh fluida dingin
Qpanas=Qdingin .......... (4)
W1.Cp1.(T1-T2)panas= W2.Cp2.(t1-t2)dingin .......... (5)
(www.2ndteknik-kimia2003.blogspot.com)
A: Umpan 1: Kepala
B: Vapor 2: Calandria
C: Konsentrat 3: Calandria,bagian bawah
D: Pemanasan Uap 4: Mixing Channel
E: Condensate 5: Vapor separator
A: Umpan
B: Vapor
C: Konsentrat
D: Uap panas masuk
E: Condensate
BOILER
1. Tipe-tipe boiler
Boiler terdiri dari bermacam-macam tipe yaitu :
15
membuang padatan yang sudah rata keluar dari larutan dan yang cenderung
tinggal pada permukaan boiler. Blowdown penting untuk melindungi permukaan
penukar panas pada boiler. Walau demikian, blowdown dapat menjadi sumber
kehilangan panas yang cukup berarti, jika dilakukan secara tidak benar.
Pengendalian blowdown boiler yang baik dapat secara signifikan menurunkan
biaya perlakuan dan operasional yang meliputi:
§ Biaya perlakuan awal lebih rendah
§ Konsumsi air make-up lebih sedikit
§ Waktu penghentian untuk perawatan menjadi berkurang
§ Umur pakai boiler meningkat
§ Pemakaian bahan kimia untuk pengolahan air umpan menjadi lebih rendah
a) Pengendalian endapan
Endapan dalam boiler dapat diakibatkan dari kesadahan air umpan dan
hasil korosi dari sistem kondensat dan air umpan. Kesadahan air umpan
dapat terjadi karena kurangnya sistem pelunakan.
Endapan dan korosi menyebabkan kehilangan efisiensi yang dapat
menyebabkan kegagalan dalam pipa boiler dan ketidakmampuan
memproduksi steam. Endapan bertindak sebagai isolator dan
memperlambat perpindahan panas. Sejumlah besar endapan diseluruh
boiler dapat mengurangi perpindahan panas yang secara signifikan dapat
menurunkan efisiensi boiler. Berbagai jenis endapan akan mempengaruhi
efisiensi boiler secara berbeda-beda, sehingga sangat penting untuk
menganalisis karakteristik endapan. Efek pengisolasian terhadap endapan
menyebabkan naiknya suhu logam boiler dan mungkin dapat
menyebabkan kegagalan pipa karena pemanasan berlebih.
b) Kotoran yang mengakibatkan pengendapan
Bahan kimia yang paling penting dalam air yang mempengaruhi
pembentukan endapan dalam boiler adalah garam kalsium dan magnesium
yang dikenal dengan garam sadah.
Kalsium dan magnesium bikarbonat larut dalam air membentuk larutan
basa/alkali dan garam-garam tersebut dikenal dengan kesadahan alkali.
Garam-garam tersebut terurai dengan pemanasan, melepaskan karbon
dioksida dan membentuk lumpur lunak, yang kemudian mengendap. Hal
ini disebut dengan kesadahan sementara (kesadahan yang dapat dibuang
dengan pendidihan).
Kalsium dan magnesium sulfat, klorida dan nitrat, jika dilarutkan dalam
air secara kimiawi akan menjadi netral dan dikenal dengan kesadahan non-
alkali. Bahan tersebut disebut bahan kimia sadah permanen dan
membentuk kerak yang keras pada permukaan boiler yang sulit
dihilangkan. Bahan kimia sadah non-alkali terlepas dari larutannya karena
penurunan daya larut dengan meningkatnya suhu, dengan pemekatan
19
(www.energyefficiencyasia.org)
21
B. KERANGKA PEMIKIRAN
Berdasarkan dari pemanfaatan pemanas udara dengan bantuan blower
yang digunakan juga sebagai pemanas udara pada rangkaian alat spray dryer,
didapatkan kerangka pemikiran untuk pembuatan evaporator. Berikut adalah
urutan kerangka pemikiran:
Menganalisa produk
22
BAB III
METODOLOGI
h. Palu
Ø Alat pembantu
a. Mur dan baut
b. Manometer
c. Stop kran (1/2 inc)
d. Safety valve
e. Kompor bross
f. LPG 3kg
g. Regulator high pressure
h. Selang kompor gas
i. Klem selang
j. Plastic steel
k. Selotip
B. Bahan yang digunakan sebagai berikut :
1. Evaporator
v Bahan utama
a. Plat stainless steel
b. Koil tembaga (3/8 in)
c. Pipa besi
d. Besi siku
2. Boiler
v Bahan utama
a. Tabung minyak 20 L
b. Koil tembaga (1/2 in)
c. plat seng
d. besi siku
24
3 5
2
1 4
10
11
6 12
Keterangan gambar :
1. Tangki boiler
2. Valve output steam
3. Manometer
4. Water input
5. Safety valve
6. Lubang kompor
7. Thermometer steam input evaporator
8. Umpan masuk
9. Tangki evaporator
10. Thermometer steam output
11. Steam output (kondensat)
12. Produk out 25
C. Lokasi
Karena keterbatasan tenaga dan peralatan yang dimiliki oleh mahasiswa,
maka pembuatan evaporator type batch dikerjakan oleh pihak bengkel mesin
Widodo, yang beralamat di Pajang, Laweyan. Tempat yang digunakan untuk
pelaksanaan kegiatan dan penelitian (pengujian alat) dilakukan di
Laboratorium Limbah Operasi Teknik Kimia Universitas Sebelas Maret.
D. Cara Kerja
b. Menghitung panas pada evaporator yang meliputi panas laten dan panas
yang diserap air yang diuapkan.
Q = m x ∫ Cp.dt
b. Menghitung panas yang dilepaskan steam
Q =mxλ
c. Menghitung efisiensi Alat
A. Desain Alat
1. Rangkaian Alat Overall
3 5
2
1 4
10
11
6 12
Keterangan gambar :
1. Tangki boiler 9. Tangki evaporator
2. Valve output steam 10. Thermometer steam output
3. Manometer 11. Steam output (kondensat)
4. Water input 12. Produk out
5. Safety valve
6. Lubang kompor
7. Thermometer steam input evaporator
8. Umpan masuk
28
Gambar IV.1 Rangkaian alat Evaporator secara Batch
2. Tangki Evaporator
Tinggi = 60 cm
Diameter = 16 cm
Tinggi dudukan = 30 cm
Tebal tangki = 0,3 mm
Panjang koil =3m
Diameter koil = 3/8 in
3. Tangki Boiler
Panjang tangki = 58 cm
Lebar tangki = 27 cm
Panjang dudukan = 80 cm
Tinggi dudukan = 50 cm
Panjang koil =3m
Diameter koil = ½ in
30
32
D. Pembahasan
Dalam pembuatan evaporator tipe batch ini diperoleh dengan berbagai
tahap yakni dari studi literatur hingga menentukan dimensi evaporator tipe
batch. Dari studi literatur diperoleh jenis evaporator yang akan dibuat yakni
evaporator tipe batch, karena evaporator memiliki kapasitas yang kecil,
sehingga evaporator tipe batch yang cocok dengan criteria tersebut.
Awal perancangan evaporator dengan menggunakan udara panas yang
juga dipakai untuk pemanas di spray dryer. Mula-mula menentukan basis
output dan input dari evaporator begitu juga dengan konsentrasinya. Setelah
itu menentukan panas yang dibutuhkan untuk menguapkan air yang nantinya
akan digunakan untuk menentukan luas perpindahan panas. Setelah
mengetahui luas perpindahan panasnya, maka dapat menentukan dimensi dari
evaporator.
Pada percobaan dengan pemanas yang sesuai dengan rancangan awal
yakni dengan udara panas menggunakan blower sebagai pendorong udara
panas. Didapatkan hasil udara panas masuk ke evaporator dengan suhu
150°C, keluar pada suhu 30°C. Udara panas hanya mampu memanaskan
larutan zat warna dari 32°C menjadi 40°C. Artinya proses pemekatan tidak
mungkin terjadi. Dilihat dari profil suhu untuk blower diperoleh hasil
perhitungan ∆TLMTD untuk aliran udara panas baik secara countercurrent
maupun cocurrent, tidak dapat dihitung karena diperoleh garis persilangan
pada kedua profil. Dengan itu maka digunakan kompresor sebagai pengganti
blower. Hasil dari penggantian tersebut tidak mendapatkan hasil yang
memuaskan, dengan kompresor hanya mampu memanaskan cairan hingga
suhu 60°C dengan suhu udara panas masuk 150°C dan keluar sebesar 55°C.
Rangkaian tersebut juga tidak dapat untuk menghasilkan produk yang sesuai
spesifikasi.
Langkah akhir dalam mengatasi masalah tersebut adalah pemanas
diganti dari semula menggunakan udara panas menjadi steam. diperoleh hasil
produk sebanyak 4 L dengan kadar padatan zat warna sebesar 59,16% dari
umpan sebanyak 8 L dengan kadar padatan 31,45 %. Proses pemekatan
berlangsung selama 6 jam yang sebelumnya dilakukan proses persiapan dan
33
produksi steam hingga siap digunakan yakni selama 2 jam. Sehingga lama
proses produksi keseluruhan adalah selama 8 jam. Kondisi operasi pada
proses pemekatan berlangsung yakni suhu steam masuk sebesar 150°C dan
keluar pada suhu 105°C. Steam dijaga tekanannya pada tekanan 2-3
bargauge. Pengaturan tekanan dalam boiler dengan mengatur besarnya
bukaan valve. Semula saat pemanasan awal yakni dari suhu larutan 30 °C
hingga suhu 70 °C, steam keluar evaporator berwujud kondensat. Setelah
suhu larutan lebih dari 70°C hanya sebagian kecil steam yang terkondensasi.
Suhu larutan saat proses pemekatan hanya dapat mencapai suhu maksimal
93°C.
Menggunakan boiler sebagai penghasil steam lebih tinggi hasil
pemanasannya daripada menggunakan udara panas yang di dorong oleh
blower maupun kompresor. Hal ini dikarenakan panas yang digunakan
adalah panas laten bukan panas sensible.
Dengan penambahan boiler sebagai pengganti pemanas evaporator,
sebenarnya dengan penggantian media pemanas yang semula menggunakan
udara panas menjadi steam, harus dilakukan pula penggantian pada fisik
evaporator, seperti volume tangki, diameter koil dan juga panjang koil.
Semuanya harus disesuaikan dengan perubahan tersebut, karena keterbatasan
waktu, maka dimensi evaporator tidak dirubah dan hanya menambahkan
boiler sebagai penyedia steam.
Kendala yang muncul saat menggunakan boiler adalah banyaknya
panas yang hilang ke lingkungan karena tidak adanya isolasi untuk
menyelimuti evaporator sehingga pemanasan di dalam evaporator kurang
optimal. Luas perpindahan panas yang kurang sehingga larutan ekstrak zat
warna tidak dapat mendidih pada suhu didihnya yang menyebabkan proses
pemekatannya berlangsung lama. Disamping itu tidak adanya pemanfaatan
34
steam yang keluar dari evaporator yang seharusnya bisa digunakan untuk
recycle evaporator. Dan apabila digunakan untuk recycle maka pemanasan di
evaporator bisa lebih optimal dan mempersingkat waktu proses.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Dimensi evaporator meliputi :
a. Tinggi = 60 cm
b. Diameter = 16 cm
c. Panjang koil = 2,96 cm
2. Pengoperasian evaporator dengan udara panas baik menggunakan blower
ataupun kompresor tidak menghasilkan produk.
3. Kondisi operasi dengan pemanas boiler
a. Suhu steam masuk = 150°C
b. Suhu kondensat = 105°C
c. Suhu cairan = 95°C
d. Volume umpan =8L
e. % padatan umpan = 31,45 %
f. Volume Produk =4L
g. % padatan produk = 59,16 %
h. Panas yang diserap = 0,379877 btu/detik
i. Panas yang dilepaskan = -9,11133 btu/detik
B. Saran
1. Perlunya perancangan ulang evaporator tipe batch karena berubahnya
pemanas yang semula menggunakan udara panas menjadi steam ,
sehingga kerja evaporator lebih optimal.
2. Pada alat evaporator sebaiknya diselimuti dengan isolasi, agar panas
tidak hilang ke lingkungan.
3. Air umpan boiler sebaiknya diolah terlebih dahulu agar terbebas dari
kesadahan,sehingga boiler terbebas dari kerak
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2008, ”Macam-macam Evaporator”, 26 Juni 2010,
http://www.risvan.com/evaporator.html.
Kern, D. Q., 1988, “Process Heat Transfer”, Mc. Graw Hill, Singapore.
McCabe, W. L., Smith, J. C., and Harriot, P., 1990, ”Operasi Teknik Kimia”, Jilid
2, Edisi 4, Erlangga, Jakarta.
Brownell, L. E., and Young, E. H., 1959, ”Process Equipment Design Vessel”,
Butlewort, New York.
Walas, S. M., 1988, ”Chemical Process Equipment”, John Wiley and sons Inc.,
New York.
ix