Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat, nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata
kuliah “PENDIDIKAN PANCASILA” yang berjudul “KORUPSI”. Kemudian shalawat beserta
salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan
pedoman hidup yakni al-qur’an dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah PENDIDIKAN PANCASIA
program studi Pendidikan Biologi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Selanjutnya penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Yudi Ariana selaku dosen
pembimbing mata kuliah Pendidikan Pancasila dan kepada segenap pihak yang telah
memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini.

Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam


penulisan makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari
para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Surakarta, 2 Oktober 2014

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Korupsi merupakan masalah serius yang harus dihadapi oleh bangsa Indonesia.
Masih banyak orang yang sadar bahwa korupsi itu merupakan tindakan menyimpang.
Oleh karena itu, orang-orang tersebut harus dibekali dengan ilmu dan nilai-nilai yang
baik agar terhindar dari tindakan menyimpang. Sebagai bangsa Indonesia, nilai-nilai yang
baik tersebut berasal dari 5 sila Pancasila. Pancasila merupakan dasar negara Indonesia
yang menjadi panutan setiap bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia yang sebenarnya adalah
bangsa Indonesia yang tidak hanya memahami nilai-nilai dari Pancasila, namun dapat
mengimplementasikannya ke dalam kehidupan sehari-hari. Sebesar apapun masalah yang
menimpa tanah ibu pertiwi ini, haruslah dihadapi dengan rasa kesatuan dan persatuan
agar bangsa ini tidak terpecah belah dan menjadi bangsa yang satu. Nilai-nilai Pancasila
haruslah dipegang teguh oleh setiap bangsa Indonesia. Layaknya kitab suci, nilai-nilai
tersebut jika dimaknai dengan baik akan menuntun kita ke dalam hal-hal yang baik, ke
dalam kemajuan bangsa Indonesia. Benar adanya bahwa korupsi terjadi karena
pemahaman kita mengenai Pancasila masih kurang. Kebanyakan dari kita hanya
mengetahui sila-sila dari Pancasila. Namun dalam memaknainya masih kurang sehingga
masih banyak pelanggaran-pelanggaran dan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi di
negeri ini.Banyaknya masyarakat biasa maupun tokoh-tokoh masyarakat Indonesia yang
korupsi, memperlihatkan bahwa nilai-nilai dari Pancasila tidak tertanam dengan baik di
dalam diri bangsa Indonesia. Nilai-nilai Pancasila yang merupakan jati diri dari bangsa
Indonesia sepertinya harus tunduk kepada ego dan nafsu godaan dunia yang menjebak
bangsa Indonesia ke dalam perangkap besi. Dahulu bangsa Indonesia dijajah oleh bangsa
asing begitu lamanya, sekarang bangsa Indonesia dijajah oleh bangsa sendiri dengan
hadirnya isu korupsi ke dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia..

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan korupsi ?
2. Bagaimana fenomena korupsi di Indonesia ?
3. Apa hubungan antara korupsi dan nilai-nilai pancasila?
4. Apa permasalahan dasar korupsi di Indonesia?
5. Apa dampak korupsi?
6. Apa saja undang-undang yang mengatur korupsi di Indonesia?
7. Bagaimana strategi pemberantas korupsi ?
8. Upaya apa yang dapat ditempuh dalam pemberantasan korupsi ?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Korupsi

Korupsi berasal dari bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere: busuk,
rusak, menggoyahkan, memutar balik, menyogok, menurut Transparency International
adalah perilaku pejabat publik, baik politikus atau politisi maupun pegawai negeri, yang
secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat
dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada
mereka, ini adalah salah satu tindak korupsi.

Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan jabatan
resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintahan rentan korupsi dalam
prakteknya. Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk
penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan, sampai
dengan korupsi berat yang diresmikan, dan sebagainya. Titik ujung korupsi adalah
kleptokrasi, yang arti harafiahnya pemerintahan oleh para pencuri, di mana pura-pura
bertindak jujur pun tidak ada sama sekali.

B. Fenomena Korupsi di Indonesia

Masalah korupsi di Indonesia sudah ada bertahun-tahun yang lalu, namun, akhir-
akhir ini, korupsi kembali ramai sejak kasus Gayus Tambunan. Korupsi di Indonesia
kebanyakan dilakukan oleh para pejabat tinggi, seperti anggota DPR, Bupati, Gubernur.
Namun, ada juga dari kalangan pelajar.

Di Indonesia sendiri, korupsi sudah menjadi hal yang wajar di kalangan pejabat
tinggi. Tidak tanggung tanggung, mereka memakai uang rakyat hingga milyaran rupiah.
Para pejabat ini seakan tidak takut untuk korupsi, walaupun sudah tertangkap, namun
hukuman untuk para koruptor termasuk ringan dibandingkan hukuman untuk para
koruptor di luar negeri yang kebanyakan adalah hukuman mati.

Di Indonesia sendiri sudah dibentuk Komisi Pemberantasan Korupsi atau KPK,


namun hal itu rupanya tidak membuat jera para koruptor. Penjara untuk para koruptor
juga terbilang cukup mewah, bahkan bisa keluar masuk penjara dengan mudah.
Contohnya Gayus Tambunan, walaupun sudah dipenjara dia tetap bisa pergi ke Bali.

Korupsi di Indonesia adalah penyakit lama yang tidak pernah sembuh. Segala cara
dan diagnosa telah ditempuh, dari pengamat, kritikus, aktivis semuanya telah angkat
bicara, bahkan lantang. Namun sayang di sayang, Cyindrome korupsi telah berurat akar
dalam sistim pemerintahan. Satau-satu cara adalah mengurangi titik potensi dan
resikonya, dengan bermacam pola dan strategi. Diantaranya adalah menicptakan
transparansi birokrasi pemerintahan dengan langkah nyata dan konkrit. Agar toksin-
toksin yang berbahaya bagi ketahanan negara itu bisa terpantau dan ditanggulangi dengan
langka-langka preventif. Dan hal ini bisa terwujud, manakalah karakter aparat
pemerintahan sudah terbebas dari mental suka menggaruk dan menilap yang bukan
haknya. Pada titik ini, tindakan penyadaran moral, adalah kata kunci yang tepat untuk
mengurangi aurah buruk wajah pemerintahan.

C. Hubungan Antara Korupsi dan Nilai-Nilai Pancasila

Pancasila merupakan sumber nilai anti korupsi. Korupsi itu terjadi ketika ada niat
dan kesempatan. Kunci terwujudnya Indonesia sebagai Negara hukum adalah menjadikan
nilai-nilai Pancasila dan norma-norma agama. Serta peraturan perundang-undangan
sebagai acuan dasar untuk seluruh masyarakat Indonesia. Suatu pemerintah dengan
pelayanan publik yang baik merupakan pemerintahan yang bersih (termasuk dari korupsi)
dan berwibawa. Korupsi adalah perbuatan pelanggaran hukum, sebuah tindak pidana.
Hubungannya dengan Pancasila adalah melanggar sila ke lima, keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Karena korupsi itu menggerogoti kekayaan Negara yang ujung-
ujungnya adalah memiskinkan Negara dan juga rakyat.

Tikus vs Garuda

Tikus adalah kata yang tepat untuk mengkonotasikan perilaku orang-orang yang
melakukan tindak pidana korupsi. Koruptor-koruptor kotor yang lapar uang, haus
kekuasaan. Tikus atau koruptor, sama saja. Tikus merupakan binatang yang pandai
bersembunyi. Tiba-tiba muncul, namun tak lama hilang kembali. Jika ada di rumah,
suaranya kadang terdengar namun kita tidak tahu letaknya dimana. Kerjaannya
mengobok-obok tempat sampah, mencari makanan kotor. Sudah dapat makanannya,
tempat sampahnya berantakan meninggalkan jejak tikus. Sudah ada jejak tikusnya,
tikusnya sudah pergi entah ke mana. Mau ditangkap, susah. Harus diberi perangkap atau
jebakan. Semua analogi tadi sama dengan koruptor. Bedanya, ketika tikus berhasil
ditangkap, mau kita bunuh tikus tersebut setelahnya pun tidak masalah. Tapi kalau
dengan koruptor, membunuh saja banyak aturan dan larangannya.

Sekarang elang jawa kebanggaan kita, Spizaetus Hartelsi, yang menjadi


lambang negara kita sedang tidak berdaya menghadapi pasukan tikus yang begitu banyak.
Garuda berperisai Pancasila ini sedang kesulitan menahan serangan-serangan tikus. Sila-
sila dalam Pancasila sedang diuji kekuatannya. Garuda yang terbang di udara sekarang
mampu digapai tikus yang tinggal di daratan. Apakah 5 sila Pancasila yang dibentuk
dengan susah payah dan harapan yang besar dari para leluhur kita mampu menghadapi
situasi Indonesia sekarang ini? Sanggupkah Garuda kita terbang membawa Indonesia
yang lebih baik? Garuda ditantang tikus. Garuda sedang bertahan menghadapi serangan-
serangan yang ada. Meski begitu, bangsa Indonesia tentunya sangat yakin akan kekuatan
Garuda. Tikus-tikus yang ada jumlahnya hanya segelintir dibandingkan bangsa Indonesia
yang baik moralnya.

D. Permasalahan Dasar Korupsi Di Indonesia

1. Pembungkaman Fakta

Sejumlah kasus korupsi seperti penyuapan oknum DPR Komisi XI dalam kasus
pemilihan Deputi Gubernur BI, korupsi pengadaan sapi dan mesin jahit oleh mantan
Menteri Sosial periode 2004-2009, keterlibatan Polisi dan Jaksa dalam pencucian
uang (money laundry) dan penggelapan pajak, adalah contoh fakta hukum tahun-
tahun sebelumnya yang baru terungkap saat ini. Kasus penggelapan pajak misalnya,
baru terungkap setelah Susno Duadji (mantan Kabag Reskrim Mabes Polri)
melaporkan skandal tersebut kepada Satgas Pemberantas Mafia Hukum. Demikian
juga kasus-kasus lain yang boleh jadi “mengendap atau diendapkan” karena belum
tersentuh hukum. Jika kita analogikan, korupsi di Indonesia akan terungkap sampai
ke akar-akarnya, bila ada oknum-oknum birokrasi (inner cycle) yang berani
memberikan “kesaksian dan pengakuan dosa” seperti yang dilakukan Susno Duadji.
Jika tidak, berbagai skandal korupsi akan terus mengalami pembungkaman, selama
penegakan hukum masih tebang-pilih.

2. Politisasi Korupsi

Hal lain yang turut melanggengkan kekorupan di Indonesia adalah, politisasi


berbagai kasus korupsi. Gejala ini terbentuk, karena lemahnya daya jangkau hukum
terhadap berbagai kasus korupsi yang melibatkan oknum pejabat publik. Baik di
kalangan legislatif, eksekutif dan yudikatif. Akhirnya, suatu tindakan korupsi hanya
terungkap, bila ada riak-riak “politik sakit hati atau politik balas dendam”. Buktinya,
berbagai kasus korupsi yang melibatkan oknum pejabat-pejabat, terpendam selama
ini. Dan baru teruangkap setelah terjadi fluktuasi gesekan politik terkait berbagai
persoalan di tanah air. Fakta ini menandakan, otoritas hukum di Indonesia masih
tersubordinasi oleh grafitasi politik yang sedemikian kuatnya dan dasyhat. Padahal,
sejatinya hukum dan politik adalah dua wilayah dengan otoritas yang berbeda.
Persoalan hukum, sejatinya tidak dibawa ke zona politik, karena hanya akan
memperkabur substansi juridisnya, termasuk perkara pidana korupsi. Karena politik
adalah wilayah pseudo yang memingkinkan tensi kepentingannya sangat tinggi.
Sementara, hukum adalah wilayah normatif positifistik yang imanen dan bebas dari
unsur-unsur kepentingan politik dan kekuasaan (independen)

3. Kemiskinan Karakter
Apa yang kurang dari gaji seorang Jaksa sebesar 3-4 juta, belum ditambah
tunjangan, seorang PNS seperti Gayus Tambunan dan Bahasyim dengan gaji 12 juta
per bulan, atau anggota DPR dengan gaji total sekitar 70 juta. Tapi masih “menilap
uang rakyat” dan menerima suap di sana-sini. Fakta ini menandakan, ada
ketidakberesan moral para aparatus negeri ini. Korupsi merupakan gejala kemiskinan
karakter. Sebab, dengan gaji yang lumayan besar, tidak memberikan kepuasan bagi
oknum-oknum pejabat yang doyan korup. Gejala kemiskinan karakter ini, telah
terinstitusionalisasikan dalam budaya birokrasi pemerintahan.

E. Dampak Korupsi
1. Merugikan Negara maupun kelompok
2. Menghabiskan atau memakan uang atau harta Negara atau kelompok untuk
kepentingan pribadi
3. Menjadikan Negara miskin
4. Menjadikan Negara memiliki hutang yang banyak di luar negeri
5. Menimbulkan ketidakadilan dalam hal pendapatan dan kekayaan
6. Berkurangnya kepercayaan terhadap pemerintahan.
7. Berkurangnya kewibawaan pemerintah dalam masyarakat.
8. Menurunya pendapatan Negara.
9. Hukum tidak lagi dihormati.

F. Undang-undang yang mengatur korupsi di Indonesia


1. UU No. 3/1971 tentang Pemberantasan Korupsi
2. UU No. 28/1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari KKN
3. UU No. 31/1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
4. PP No.71/2000 tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dan
Pemberian Penghargaan dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
5. UU No. 15/2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
6. UU No. 30/2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
7. UU No. 7/2006 tentang United Nation Convention Againest Corruption
8. Instruksi Presiden RI No.5/2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi

G. Strategi Pemberantas Korupsi


Menurut Andi Hamzah (2005:249), strategi pemberantasan korupsi bisa disusun
dalam tigas tindakan terprogram, yaitu Prevention, Public Education dan Punishment.
Prevention ialah pencerahan untuk pencegahan. Publik Education yaitu pendidikan
masyarakat untuk menjauhi korupsi. Punishment adalah pemidanaan atas pelanggaran
tindak pidana korupsi.
1. Strategi Preventif
Strategi Preventif diarahkan untuk mencegah terjadinya korupsi dengancara
menghilangkan atau meminimalkan faktor-faktor penyebab atau peluang terjadinya
korupsi. Konvensi PBB Anti Korupsi, Uneted NationsConvention Against
Corruption (UNCAC), menyepakati langkah-langkahuntuk mencegah terjadinya
korupsi. Masing-masing negara setuju untuk: “...mengembangkan dan menjalankan
kebijaksanaan anti-korupsi terkoordinasi dengan mempromosikan partisipasi
masyarakat danmenunjukkan prinsip-prinsip supremasi hukum, manajemen urusan
publik dan properti publik dengan baik, integritas, transparan, dan akuntable, ...saling
bekerjasama untuk mengembangkan langkah-langkah yang efektif untuk
pemberantasan korupsi”.
2. Public Education
Public Education atau pendidikan anti korupsi untuk rakyat perludigalakkan untuk
membangun mental anti-korupsi. Pendidikan anti-korupsi ini bisa dilakukan melalui
berbagai pendekatan, seperti pendekatan agama, budaya, sosioal, ekonomi, etika,
dsb.Adapun sasaran pendidikan anti-korupsi secara garis besar bisadikelompokkan
menjadi dua:
a. Pendidikan anti korupsi bagi aparatur pemerintah dan calon
aparatur pemerintah.
b. Public education anti korupsi bagi masyarakat luas melalui lembaga-lembaga
keagamaan, dan tokoh-tokoh masyarakat. Semua itu dilakukanuntuk
meningkatkan moral anti korupsi. Publik perlu mendapatsosialisasi konsep-
konsep seperti kantor publik dan pelayanan publik berikut dengan konsekuensi-
konsekuensi tentang biaya-biaya sosial,ekonomi, politik, moral, dan agama yang
diakibatkan korupsi.
3. Strategi Punishment
Strategi Punishment adalah tindakan memberi hukuman terhadap pelakutindak
pidana korupsi. Dibandingkan negara-negara lain, Indonesiamemiliki dasar hukum
pemberantasan korupsi paling banyak, mulai dari peraturan perundang-undangan
yang lahir sebelum era eformasi sampaidengan produk hukum era reformasi, tetapi
pelaksanaannya kurangkonsisten sehingga korupsi tetap subur di negeri ini.Dari
sekian banyak peraturan perundang-undangan anti-korupsi yang ada,salah satu yang
paling populer barangkali UU Nomor 30/2002 tentangKPK. KPK adalah lembaga
negara yang bersifat independen yang dalam pelaksanaan tugas dan kewenangannya
bebas dari kekuasaan manapun.Tugas-tugas KPK adalah sebagai berikut:
a. Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasantindak
pidana korupsi,
b. Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasantindak
pidana korupsi,
c. Melakukan penyelidikan, penyidikan dan penuntutan terhadap tindak pidana
korupsi,
d. Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi, danmelakukan
monitor terhadap penyelengaraan pemerintahan Negara
H. Upaya pemberantasan korupsi

1. Menanamkan semangat nasional yang positif dengan mengutamakan pengabdian pada


bangsa dan negara melalui pendidikan formal, informal dan agama.
2. Melakukan penerimaan pegawai berdasarkan prinsip keterampilan teknis.
3. Para pejabat dihimbau untuk mematuhi pola hidup sederhana dan memiliki tang-gung
jawab yang tinggi.
4. Para pegawai selalu diusahakan kesejahteraan yang memadai dan ada jaminan masa
tua.
5. Menciptakan aparatur pemerintahan yang jujur dan disiplin kerja yang tinggi.
6. Sistem keuangan dikelola oleh para pejabat yang memiliki tanggung jawab etis tinggi
dan dibarengi sistem kontrol yang efisien.
7. Melakukan pencatatan ulang terhadap kekayaan pejabat yang mencolok.
8. Berusaha melakukan reorganisasi dan rasionalisasi organisasi pemerintahan mela-lui
penyederhanaan jumlah departemen beserta jawatan di bawahnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Korupsi adalah penyalahgunaan jabatan resmi untuk keuntungan pribadi
2. Fenomena korupsi di Indonesia
3. Hubungan antara korupsi dan nilai-nilai pancasila
4. Permasalahan dasar korupsi di Indonesia adalah pembungkaman fakta,
politisasi korupsi dan kemiskinan karakter
5. Dampak korupsi adalah sangat merugikan.
6. Apa saja undang-undang yang mengatur korupsi di Indonesia?
7. Bagaimana strategi pemberantas korupsi ?
8. Upaya apa yang dapat ditempuh dalam pemberantasan korupsi
DAFTAR PUSTAKA

http://www.seniberpikir.com/korupsi-dan-nilai-nilai-pancasila/

http://philiphermawan.wordpress.com/tag/hubungan-korupsi-dengan-nilai-pancasila/

http://politik.kompasiana.com/2010/04/27/fenomena-korupsi-di-indonesia-dan-
pemberantasannya-127991.html

https://www.academia.edu/3097181/STRATEGI_PEMBERANTASAN_KORUPSI_DI_INDON
ESIA

http://makalainet.blogspot.com/2013/10/korupsi.html

Anda mungkin juga menyukai