Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat, nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata
kuliah “PENDIDIKAN PANCASILA” yang berjudul “KORUPSI”. Kemudian shalawat beserta
salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan
pedoman hidup yakni al-qur’an dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah PENDIDIKAN PANCASIA
program studi Pendidikan Biologi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Selanjutnya penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Yudi Ariana selaku dosen
pembimbing mata kuliah Pendidikan Pancasila dan kepada segenap pihak yang telah
memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Korupsi merupakan masalah serius yang harus dihadapi oleh bangsa Indonesia.
Masih banyak orang yang sadar bahwa korupsi itu merupakan tindakan menyimpang.
Oleh karena itu, orang-orang tersebut harus dibekali dengan ilmu dan nilai-nilai yang
baik agar terhindar dari tindakan menyimpang. Sebagai bangsa Indonesia, nilai-nilai yang
baik tersebut berasal dari 5 sila Pancasila. Pancasila merupakan dasar negara Indonesia
yang menjadi panutan setiap bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia yang sebenarnya adalah
bangsa Indonesia yang tidak hanya memahami nilai-nilai dari Pancasila, namun dapat
mengimplementasikannya ke dalam kehidupan sehari-hari. Sebesar apapun masalah yang
menimpa tanah ibu pertiwi ini, haruslah dihadapi dengan rasa kesatuan dan persatuan
agar bangsa ini tidak terpecah belah dan menjadi bangsa yang satu. Nilai-nilai Pancasila
haruslah dipegang teguh oleh setiap bangsa Indonesia. Layaknya kitab suci, nilai-nilai
tersebut jika dimaknai dengan baik akan menuntun kita ke dalam hal-hal yang baik, ke
dalam kemajuan bangsa Indonesia. Benar adanya bahwa korupsi terjadi karena
pemahaman kita mengenai Pancasila masih kurang. Kebanyakan dari kita hanya
mengetahui sila-sila dari Pancasila. Namun dalam memaknainya masih kurang sehingga
masih banyak pelanggaran-pelanggaran dan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi di
negeri ini.Banyaknya masyarakat biasa maupun tokoh-tokoh masyarakat Indonesia yang
korupsi, memperlihatkan bahwa nilai-nilai dari Pancasila tidak tertanam dengan baik di
dalam diri bangsa Indonesia. Nilai-nilai Pancasila yang merupakan jati diri dari bangsa
Indonesia sepertinya harus tunduk kepada ego dan nafsu godaan dunia yang menjebak
bangsa Indonesia ke dalam perangkap besi. Dahulu bangsa Indonesia dijajah oleh bangsa
asing begitu lamanya, sekarang bangsa Indonesia dijajah oleh bangsa sendiri dengan
hadirnya isu korupsi ke dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia..
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan korupsi ?
2. Bagaimana fenomena korupsi di Indonesia ?
3. Apa hubungan antara korupsi dan nilai-nilai pancasila?
4. Apa permasalahan dasar korupsi di Indonesia?
5. Apa dampak korupsi?
6. Apa saja undang-undang yang mengatur korupsi di Indonesia?
7. Bagaimana strategi pemberantas korupsi ?
8. Upaya apa yang dapat ditempuh dalam pemberantasan korupsi ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Korupsi
Korupsi berasal dari bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere: busuk,
rusak, menggoyahkan, memutar balik, menyogok, menurut Transparency International
adalah perilaku pejabat publik, baik politikus atau politisi maupun pegawai negeri, yang
secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat
dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada
mereka, ini adalah salah satu tindak korupsi.
Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan jabatan
resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintahan rentan korupsi dalam
prakteknya. Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk
penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan, sampai
dengan korupsi berat yang diresmikan, dan sebagainya. Titik ujung korupsi adalah
kleptokrasi, yang arti harafiahnya pemerintahan oleh para pencuri, di mana pura-pura
bertindak jujur pun tidak ada sama sekali.
Masalah korupsi di Indonesia sudah ada bertahun-tahun yang lalu, namun, akhir-
akhir ini, korupsi kembali ramai sejak kasus Gayus Tambunan. Korupsi di Indonesia
kebanyakan dilakukan oleh para pejabat tinggi, seperti anggota DPR, Bupati, Gubernur.
Namun, ada juga dari kalangan pelajar.
Di Indonesia sendiri, korupsi sudah menjadi hal yang wajar di kalangan pejabat
tinggi. Tidak tanggung tanggung, mereka memakai uang rakyat hingga milyaran rupiah.
Para pejabat ini seakan tidak takut untuk korupsi, walaupun sudah tertangkap, namun
hukuman untuk para koruptor termasuk ringan dibandingkan hukuman untuk para
koruptor di luar negeri yang kebanyakan adalah hukuman mati.
Korupsi di Indonesia adalah penyakit lama yang tidak pernah sembuh. Segala cara
dan diagnosa telah ditempuh, dari pengamat, kritikus, aktivis semuanya telah angkat
bicara, bahkan lantang. Namun sayang di sayang, Cyindrome korupsi telah berurat akar
dalam sistim pemerintahan. Satau-satu cara adalah mengurangi titik potensi dan
resikonya, dengan bermacam pola dan strategi. Diantaranya adalah menicptakan
transparansi birokrasi pemerintahan dengan langkah nyata dan konkrit. Agar toksin-
toksin yang berbahaya bagi ketahanan negara itu bisa terpantau dan ditanggulangi dengan
langka-langka preventif. Dan hal ini bisa terwujud, manakalah karakter aparat
pemerintahan sudah terbebas dari mental suka menggaruk dan menilap yang bukan
haknya. Pada titik ini, tindakan penyadaran moral, adalah kata kunci yang tepat untuk
mengurangi aurah buruk wajah pemerintahan.
Pancasila merupakan sumber nilai anti korupsi. Korupsi itu terjadi ketika ada niat
dan kesempatan. Kunci terwujudnya Indonesia sebagai Negara hukum adalah menjadikan
nilai-nilai Pancasila dan norma-norma agama. Serta peraturan perundang-undangan
sebagai acuan dasar untuk seluruh masyarakat Indonesia. Suatu pemerintah dengan
pelayanan publik yang baik merupakan pemerintahan yang bersih (termasuk dari korupsi)
dan berwibawa. Korupsi adalah perbuatan pelanggaran hukum, sebuah tindak pidana.
Hubungannya dengan Pancasila adalah melanggar sila ke lima, keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Karena korupsi itu menggerogoti kekayaan Negara yang ujung-
ujungnya adalah memiskinkan Negara dan juga rakyat.
Tikus vs Garuda
Tikus adalah kata yang tepat untuk mengkonotasikan perilaku orang-orang yang
melakukan tindak pidana korupsi. Koruptor-koruptor kotor yang lapar uang, haus
kekuasaan. Tikus atau koruptor, sama saja. Tikus merupakan binatang yang pandai
bersembunyi. Tiba-tiba muncul, namun tak lama hilang kembali. Jika ada di rumah,
suaranya kadang terdengar namun kita tidak tahu letaknya dimana. Kerjaannya
mengobok-obok tempat sampah, mencari makanan kotor. Sudah dapat makanannya,
tempat sampahnya berantakan meninggalkan jejak tikus. Sudah ada jejak tikusnya,
tikusnya sudah pergi entah ke mana. Mau ditangkap, susah. Harus diberi perangkap atau
jebakan. Semua analogi tadi sama dengan koruptor. Bedanya, ketika tikus berhasil
ditangkap, mau kita bunuh tikus tersebut setelahnya pun tidak masalah. Tapi kalau
dengan koruptor, membunuh saja banyak aturan dan larangannya.
1. Pembungkaman Fakta
Sejumlah kasus korupsi seperti penyuapan oknum DPR Komisi XI dalam kasus
pemilihan Deputi Gubernur BI, korupsi pengadaan sapi dan mesin jahit oleh mantan
Menteri Sosial periode 2004-2009, keterlibatan Polisi dan Jaksa dalam pencucian
uang (money laundry) dan penggelapan pajak, adalah contoh fakta hukum tahun-
tahun sebelumnya yang baru terungkap saat ini. Kasus penggelapan pajak misalnya,
baru terungkap setelah Susno Duadji (mantan Kabag Reskrim Mabes Polri)
melaporkan skandal tersebut kepada Satgas Pemberantas Mafia Hukum. Demikian
juga kasus-kasus lain yang boleh jadi “mengendap atau diendapkan” karena belum
tersentuh hukum. Jika kita analogikan, korupsi di Indonesia akan terungkap sampai
ke akar-akarnya, bila ada oknum-oknum birokrasi (inner cycle) yang berani
memberikan “kesaksian dan pengakuan dosa” seperti yang dilakukan Susno Duadji.
Jika tidak, berbagai skandal korupsi akan terus mengalami pembungkaman, selama
penegakan hukum masih tebang-pilih.
2. Politisasi Korupsi
3. Kemiskinan Karakter
Apa yang kurang dari gaji seorang Jaksa sebesar 3-4 juta, belum ditambah
tunjangan, seorang PNS seperti Gayus Tambunan dan Bahasyim dengan gaji 12 juta
per bulan, atau anggota DPR dengan gaji total sekitar 70 juta. Tapi masih “menilap
uang rakyat” dan menerima suap di sana-sini. Fakta ini menandakan, ada
ketidakberesan moral para aparatus negeri ini. Korupsi merupakan gejala kemiskinan
karakter. Sebab, dengan gaji yang lumayan besar, tidak memberikan kepuasan bagi
oknum-oknum pejabat yang doyan korup. Gejala kemiskinan karakter ini, telah
terinstitusionalisasikan dalam budaya birokrasi pemerintahan.
E. Dampak Korupsi
1. Merugikan Negara maupun kelompok
2. Menghabiskan atau memakan uang atau harta Negara atau kelompok untuk
kepentingan pribadi
3. Menjadikan Negara miskin
4. Menjadikan Negara memiliki hutang yang banyak di luar negeri
5. Menimbulkan ketidakadilan dalam hal pendapatan dan kekayaan
6. Berkurangnya kepercayaan terhadap pemerintahan.
7. Berkurangnya kewibawaan pemerintah dalam masyarakat.
8. Menurunya pendapatan Negara.
9. Hukum tidak lagi dihormati.
http://www.seniberpikir.com/korupsi-dan-nilai-nilai-pancasila/
http://philiphermawan.wordpress.com/tag/hubungan-korupsi-dengan-nilai-pancasila/
http://politik.kompasiana.com/2010/04/27/fenomena-korupsi-di-indonesia-dan-
pemberantasannya-127991.html
https://www.academia.edu/3097181/STRATEGI_PEMBERANTASAN_KORUPSI_DI_INDON
ESIA
http://makalainet.blogspot.com/2013/10/korupsi.html