Anda di halaman 1dari 34

RETINOBLASTOMA

2.1 Konsep Teori Penyakit


2.1.1 Pengertian
Retinoblastoma adalah tumor masa anak-anak yang jarang tetapi
dapat patal. (Daniel G. Vaughan, Taylor Asbury dan Paul Riordan-
Eva).
Retinoblastoma adalah tumor ganas elemen-elemen embrional
retina. Gangguan ini merupakan tumor ganas utama intra okuleryang
terjadi pada anak-anak terutama pada umur dibawah 5 tahun dan
sebagian besar didiagnosis antara usia 6 bulan dan 2 tahun ( Ns.
Indriana N. Istiqomah, S.Kep).
Retinoblastoma adalah kanker salah satu atau kedua mata yang
berasal di jala, terang sensitif lapisan mata yang memungkinkan mata
untuk melihat dan terjadi pada anak-anak muda. (Abramson DH,
1985).
Retinoblastoma adalah tumor ganas utama intraokuler yang
ditemukan pada anak-anak, terutama pada usia dibawah 5 tahun.
(Wijaya N, 1993)

2.1.2 Anatomi Dan Fisiologi


Mata adalah suatu struktur sferis berisi cairan yang dibungkus
oleh tiga lapisan. Dari luar ke dalam, lapisan–lapisan tersebut adalah :
(1) sklera/kornea, (2) koroid/badan siliaris/iris, dan (3) retina.
Sebagian besar mata dilapisi oleh jaringan ikat yang protektif dan kuat
di sebelah luar, sklera, yang membentuk bagian putih mata. Di
anterior (ke arah depan), lapisan luar terdiri atas kornea transparan
tempat lewatnya berkas–berkas cahaya ke interior mata. Lapisan
tengah dibawah sklera adalah koroid yang sangat berpigmen dan
mengandung pembuluh-pembuluh darah untuk memberi makan retina.
Lapisan paling dalam dibawah koroid adalah retina, yang terdiri atas
lapisan yang sangat berpigmen di sebelah luar dan sebuah lapisan
syaraf di dalam. Retina mengandung sel batang dan sel kerucut,
fotoreseptor yang mengubah energi cahaya menjadi impuls syaraf.
Struktur mata manusia berfungsi utama untuk memfokuskan
cahaya ke retina. Semua komponen–komponen yang dilewati cahaya
sebelum sampai ke retina mayoritas berwarna gelap untuk
meminimalisir pembentukan bayangan gelap dari cahaya. Kornea dan
lensa berguna untuk mengumpulkan cahaya yang akan difokuskan ke
retina, cahaya ini akan menyebabkan perubahan kimiawi pada sel
fotosensitif di retina. Hal ini akan merangsang impuls–impuls syaraf
ini dan menjalarkannya ke otak.
Cahaya masuk ke mata dari media ekstenal seperti, udara, air,
melewati kornea dan masuk ke dalam aqueous humor. Refraksi
cahaya kebanyakan terjadi di kornea dimana terdapat pembentukan
bayangan yang tepat. Aqueous humor tersebut merupakan massa yang
jernih yang menghubungkan kornea dengan lensa mata, membantu
untuk mempertahankan bentuk konveks dari kornea (penting untuk
konvergensi cahaya di lensa) dan menyediakan nutrisi untuk
endothelium kornea. Iris yang berada antara lensa dan aqueous humor,
merupakan cincin berwarna dari serabut otot. Cahaya pertama kali
harus melewati pusat dari iris yaitu pupil. Ukuran pupil itu secara aktif
dikendalikan oleh otot radial dan sirkular untuk mempertahankan level
yang tetap secara relatif dari cahaya yang masuk ke mata. Terlalu
banyaknya cahaya yang masuk dapat merusak retina.
Namun bila terlalu sedikit dapat menyebabkan kesulitan dalam
melihat. Lensa yang berada di belakang iris berbentuk lempeng
konveks yang memfokuskan cahaya melewati humour kedua untuk
menuju ke retina.
Untuk dapat melihat dengan jelas objek yang jauh, susunan otot
siliare yang teratur secara sirkular akan akan mendorong lensa dan
membuatnya lebih pipih. Tanpa otot tersebut, lensa akan tetap menjadi
lebih tebal, dan berbentuk lebih konveks. Manusia secara perlahan
akan kehilangan fleksibilitas karena usia, yang dapat mengakibatkan
kesulitan untuk memfokuskan objek yang dekat yang disebut juga
presbiopi. Ada beberapa gangguan refraksi lainnya yang
mempengaruhi bantuk kornea dan lensa atau bola mata, yaitu miopi,
hipermetropi dan astigmatisma.Selain lensa, terdapat humor kedua
yaitu vitreous humor yang semua bagiannya dikelilingi oleh lensa,
badan siliar, ligamentum suspensorium dan retina. Dia membiarkan
cahaya lewat tanpa refraksi dan membantu mempertahankan bentuk
mata.
Bola mata terbenam dalam corpus adiposum orbitae, namun
terpisah darinya oleh selubung fascia bola mata.
Bola mata terdiri atas tiga lapisan dari luar ke dalam, yaitu :
1. Tunica Fibrosa
Tunica fibrosa terdiri atas bagian posterior yang opaque atau
sklera dan bagian anterior yang transparan atau kornea. Sklera
merupakan jaringan ikat padat fibrosa dan tampak putih. Daerah ini
relatif lemah dan dapat menonjol ke dalam bola mata oleh
perbesaran cavum subarachnoidea yang mengelilingi nervus
opticus. Jika tekanan intraokular meningkat, lamina fibrosa akan
menonjol ke luar yang menyebabkan discus menjadi cekung bila
dilihat melalui oftalmoskop.
Sklera juga ditembus oleh n. ciliaris dan pembuluh balik yang
terkait yaitu vv.vorticosae. Sklera langsung tersambung dengan
kornea di depannya pada batas limbus. Kornea yang transparan,
mempunyai fungsi utama merefraksikan cahaya yang masuk ke
mata. Tersusun atas lapisan-lapisan berikut ini dari luar ke dalam
sama dengan: (1) epitel kornea (epithelium anterius) yang
bersambung dengan epitel konjungtiva. (2) substansia propria,
terdiri atas jaringan ikat transparan. (3) lamina limitans posterior
dan (4) endothel (epithelium posterius) yang berhubungan dengan
aqueous humour.
2. Lamina vasculosa
Dari belakang ke depan disusun oleh sama dengan : (1)
choroidea (terdiri atas lapis luar berpigmen dan lapis dalam yang
sangat vaskular) (2) corpus ciliare (ke belakang bersambung
dengan choroidea dan ke anterior terletak di belakang tepi perifer
iris) terdiri atas corona ciliaris, procesus ciliaris dan musculus
ciliaris (3) iris (adalah diafragma berpigmen yang tipis dan
kontraktil dengan lubang di pusatnya yaitu pupil) iris membagi
ruang diantara lensa dan kornea menjadi camera anterior dan
posterior, serat-serat otot iris bersifat involunter dan terdiri atas
serat-serat sirkuler dan radier.
3. Tunica sensoria (retina)
Retina terdiri atas pars pigmentosa luar dan pars nervosa di
dalamnya. Permukaan luarnya melekat pada choroidea dan
permukaan dalamnya berkontak dengan corpus vitreum. Tiga
perempat posterior retina merupakan organ reseptornya. Ujung
anterior membentuk cincin berombak, yaitu ora serrata, di tempat
inilah jaringan syaraf berakhir. Bagian anterior retina bersifat non-
reseptif dan hanya terdiri atas sel-sel pigmen dengan lapisan epitel
silindris di bawahnya. Bagian anterior retina ini menutupi procesus
ciliaris dan bagian belakang iris.
Di pusat bagian posterior retina terdapat daerah lonjong
kekuningan, macula lutea, merupakan daerah retina untuk
penglihatan paling jelas. Bagian tengahnya berlekuk disebut fovea
sentralis.
Nervus opticus meninggalkan retina lebih kurang 3 mm
medial dari macula lutea melalui discus nervus optici. Discus
nervus optici agak berlekuk di pusatnya yaitu tempat dimana
ditembus oleh a. centralis retinae. Pada discus ini sama sekali tidak
ditemui coni dan bacili, sehingga tidak peka terhadap cahaya dan
disebut sebagai bintik buta. Pada pengamatan dengan oftalmoskop,
bintik buta ini tampak berwarna merah muda pucat, jauh lebih
pucat dari retina di sekitarnya.
2.1.3 Etiologi
Retinoblastoma terjadi karena kehilangan kedua kromosom
dari satu alel dominan protektif yang berada dalam pita kromosom
13g14. Bisa karena mutasi atau diturunkan.
Mutasi terjadi akibat perubahan pada rangkaian basa DNA.
Peristiwa ini dapat timbul karena kesalahan replikasi, gerakan, atau
perbaikan sel. Mutasi dalam sebuah sel benih akan ditransmisikan
kepada turunan sel tersebut. Sejumlah faktor, termasuk virus, zat
kimia, sinar ultraviolet, dan radiasi pengion, akan meningkatkan laju
mutasi. Mutasi kerapkali mengenai sel somatic dan kemudian
diteruskan kepada generasi sel berikutnya dalam suatu generasi.
Penyebabnya adalah tidak terdapatnya gen penekan tumor, yang
sifatnya cenderung diturunkan. Sekitar 10% penderita retinoblastoma
memiliki saudara yang juga menderita retinoblastoma dan
mendapatkan gennya dari orang tua. Kanker bisa menyerang salah
satu maupun kedua mata. Kanker bisa menyebar ke kantung mata dan
ke otak (melalu saraf penglihatan/nervus optikus).

2.1.4 Patofisiologi
Jika letak tumor di macula, dapat terlihat gejala awal strabismus.
Massa tumor yang semakin membesar akan memperlihatkan gejala
leukokoria, tanda-tanda peradangan vitreus yang menyerupai
endoftalmitis. Jika sel-sel tumor terlepas dan masuk ke segmen
anterior mata, akan menyebabkan glaucoma atau tanda peradangan
berupa hipopion atau hifema. Pertumbuhan tumor ini dapat
menyebabkan metastasis dengan invasi tumor melalui; nervus optikus
ke otak, sclera ke jaringan orbita dan sinus paranasal, dan metastasis
jauh kesumsum tulang melalui pembuluh darah. Pada fundus terlihat
bercak kuning mengkilat, dapat menonjol ke badan kaca.
Dipermukaan terdapat neovaskularisasi dan perdarahan. Warna iris
tidak normal. Penyebaran secara limfogen, ke kelenjar limfe
preaurikuler dan submandibula serta secara hematogen ke sumsum
tulang dan visera , terutama hati.
WOC

Gangguan kromosom

Herediter

Mutasi (virus, zat kimia, sinar UV)

Peningkatan laju mutasi

Retinoblastoma

Nelivasku larisasi dan perdarahan

Mengakibatkan kebutaan

Strabismus (mata juling)

Penurunan penglihatan

Penglihatan ganda

Gangguan konsep diri

Kerusakan impuls syaraf



Leukokaria

Terjadi disfungsi otak

Gangguan persepsi sensorik penglihatan

Ansietas

Anemia

Hb darah menurun

Sesak nafas

Lemah, sakit kepala

Intoleransi aktifitas

Nyeri

Pola nafas tidak efektif
2.1.5 Klasifikasi Retinoblastoma
Menurut ( Ns. Indriana N. Istiqomah, S.Kep)
1. Golongan I
Tumor soliter/multiple kurang dari 4 diameter papil.
Terdapat pada atau dibelakang ekuator
Prognosis sangat baik
2. Golongan II
Satu atau beberapa tumor berukuran 4-10 diameter papil
Prognosis baik
3. Golongan III
Tumor ada didepan ekuator atau tumor soliter berukuran >10
diameter papil
Prognosis meragukan
4. Golongan IV
Tumor multiple sampai ora serata
Prognisis tidak baik
5. Golongan V
Setengah retina terkena benih di badan kaca
Prognosis buruk
Terdapat tiga stadium dalam retinoblastoma :
1. Stadium tenang
Pupil lebar, dipupil tampak refleks kuning yang disebut “automatic
cats eye”.
2. Stadium glaukoma
Oleh karena tumor menjadi besar, menyebabkan tekanan
intraokular meninggi.
3. Stadium ekstraokuler
Tumor menjadi lebih besar, bola mata memebesar menyebabakan
eksoftalmus kemudian dapt pecah kedepan sampai keluar dari
rongga orbita disertai nekrose diatasnya
2.1.6 Manifestasi Klinis
Gejala retinoblastoma dapat menyerupai penyakit lain dimata.
1. Strabismus karena penurunan penglihatan dan apabila letak tumor
di makula.
2. Kadang mata merah yang nyeri
3. Massa tumor yang makin membesar akan memperlihatkan
leukokoria
Tanda Funduskopi dengan pupil yang dilebarkan
memperlihatkan massa merah muda keputihan yang menonjol keluar
dari retina ke dalam ruang vitreous. Bila sel-sel tumor terlepas dan
masuk ke segmen anterior mata, akan menyebabkan glukoma atau
tanda-tanda peradangan berupa hipopion atau hifema. Pertumbuhan
tumor ini dapat menyebabkan metastasis dengan invasi tumor melalui
nervus optikus ke otak melalui sklera ke jarinngan orbita dan sinus
pranasal, metastasis jauh kes sumsum tulang melalui pembuluh darah.
Pada fundus terlihat bercak kuning mengkilat, dapat menonjol
kedalam badan kaca. Dipermukaan terdapt neovaskularisasi dan
perdarahan. Warna iris tidak normal.

2.1.7 Pencegahan
Tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit retino
blastoma dapat dilakukan dengan cara terapi. Beberapa cara terapi
adalah :
1. Enukleasi mengangkat boila mata dan dioganti dengan bola mata
prothese (buatan).
2. Penyinaran bola mata. Retino blastoma bersifat radiosensitif,
sehingga terapi ini sangat efelktipo. Bahayanya jaringan sekitarnya
dapat rusak akibat penyinaran.
3. Photocoagulation : terapi dengan sinar Laser ini sangat efektip
pada ukuran Kanker yang kecil.
4. Cryotherapy : terapi dengan cara pendinginan (pembekuan) pada
kanker ukuran kecil terapi ini berhasil baik.
5. Chemotherapy : diberikan obat-obatan anti kanker yang dapat
mengecilkan ukuran kanker.
Cara terapi mana yang dipakai tergantung dari :
1. Ukuran kanker
2. Lokasi kanker
3. Apakah sudah menjalar atauy belum
4. Bagaimana status/keadaan bola mata yang lain
5. Adanya komplikasi
6. Riwayat keluarga
7. Tersedianya fasilitas untuk terapi-terapi diatas
Pembedahan
1. Enukleasi : Dilakukan pada tumor yang masih terbatas pada
itraokuler ialah dengan mengangkat seluruh bola mata dan
meotong saraf optik sepanjang mungkin.
2. Ekssentrasi Orbita : Dilakukan pada tumor yang sudah ekstensi ke
jaringan orbita ialah dengan mengangkat seluruh isi orbita dengan
jaringan periostnya
3. Sesudah operasi diberikan therapi radiasi untuk membunuh sisa –
sisa sel tumor
Prognosis
1. Bila masih terbatas diretina kemungkinan hidup 95 %
2. Bila metastase ke orbita kemungkinan hidup 5 %
3. Bila metastase ke tubuh kemungkinan hidup 0 %

2.1.8 Penatalaksanaan
Ultrasonografi dan tomografi komputer dilakkukan terutama
untuk klien dengan metastasis keluar, misalnnya dengan gejala
proptosis bola mata.
Jika satu mata yang terserang, pengobatan tergantung pada
klasifikasi tumor :
1. Golongan I atau II dengan pengobatan local (radiasi, cryotherafy,
fotokoagulasi laser). Kadang-kadang digabung dengan
kemoterapi..
2. Jika tumor besar (golongan IV atau V), mata harus dienukleasi
segera. Mata yang tidak terkena dilakukan radiasi sinar-X dan
kemoterapi.
Pada tumor intraokuler yang sudah mencapai seluruh vitreus dan
visus nol, dilakukan enukleasi. Jika tumor telah keluar bulbus okuli
tetapi masih terbatas di rongga orbita, dilakukan kombinasi
eksenterasi, radioteraapi dan kemoterafi. Klien harus dievaluasi
seumur hidup katena 20-90 % klien ratinnoblastoma bilateral akan
menderita tumor ganas primer terutamaasteosarkoma.

2.1.9 Pemeriksaan Penunjang


Diagnosis pasti retinoblastoma intaokuler dapat ditegakkan
dengan pemeriksaan patologi anatomi. Karena tindakkan biopsi
merupakan kontraindikasi, maka untuk menegakkan diagnosis
digunakan bebrapa pemeriksaan sebagai sarana penunjang:
1. Fundus Okuli : Ditemukan adanya massa yang menonjol dari retina
disertai pembuluh darah pada permukaan ataupun didalam massa
tumor tersebut dan berbatas kabur
2. X Ray : Hampir 60 – 70 % penderita retinoblastoma menunjukkan
kalsifikasi. Bila tumor mengadakan infiltrasi ke saraf optik
foramen : Optikum melebar.
3. USG : Adanya massa intraokuler
4. LDH : Dengan membandingkan LDH aqous humor dan serum
darah, bila ratsio lebih besar dari 1,5 dicurigai kemungkinan
adanya retinoblastoma intaokuler (Normal ratsio Kurang dari 1)
5. Ultrasonografi dan tomografi komputer dilakukan terutama untuk
pasien dengan metastasis ke luar, misalnya dengan gejala proptosis
bola mata.
2.1.10 Komplikasi
Komplikasi pada retinoblastoma adalah lepasnya Retina (ablasio
retina), peninggian tekanan bola mata (glucoma)
Komplikasi lain berupa terhambatnya pematusan aqous humor
sehingga timbul glaukoma sekunder.
Metastase melalui beberapa jalan antara lain :
1. Lamina kribosa, saraf optik kemudian mengadakan infiltrasi ke
arah vaginal sheat subarachnoid untuk menuju ke intracranial
2. Jaringan choroid, dengan melalui pembuluh darah tumor
menyebar ke seluruh tubuh.
3. Pembuluh emisari, tumor menyebabr ke bagian posterior orbita

2.2 KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


2.2.1 Pengkajian
1. Biodata
a. Identitas klien meliputi nama, umur : sering terjadi padaa
aanak-anakdi bawah 2 tahun, alamat, tanggal masuk rumah
sakit, tanggal pengkajian, No register, dan diagnosa medis.
b. Identitas orang tua yang terdiri dari : Nama Ayah dan Ibu,
usia, pendidikan, pekerjaan/sumber penghasilan, agama, dan
alamat.
c. Identitas saudara kandung meliputi nama, usia, jenis kelamin,
hubungan dengan klien, dan status kesehatan.
2. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan saat ini juga, alasan kenapa masuk rumah
sakit
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Gejala awal yang muncul pada anak. Bisa berupa bintik putih
pada mata tepatnya pada retina, terjadi pembesaran, mata
merah dan besar.
b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Riwayat kesehatan masa lalu berkaitan dengan Kemungkinan
memakan makanan/minuman yang terkontaminasi, infeksi
ditempat lain misal: pernapasan.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Berkaitan erat dengan penyakit keturunan dalam keluarga,
misalnya ada anggota keluarga yang pernah menderita
penyakit yang sama.
4. Pemberian Sistem
a. Aktivitas
Gejala: kelelahan, malaise, kelemahan, ketidakmampuan untuk
melakukan aktivitas biasanya.
Tanda: kelelahan otot.
Peningkatan kebutuhan tidur, somnolen.
b. Sirkulasi
Gejala: palpitasi.
Tanda: takikardi, mur-mur jantung.
Kulit, membran mukosa pucat.
Defisit saraf kranial dan/atau tanda perdarahan cerebral.
c. Eliminasi
Gejala: diare; nyeri tekan perianal, nyeri.
Darah merah terang pada tisu, feses hitam.
Darah pada urine, penurunan haluaran urine.
d. Integritas ego
Gejala: perasaan tak berdaya/tak ada harapan.
Tanda: depresi, menarik diri, ansietas, takut, marah, mudah
terangsang.
Perubahan alam perasaan, kacau.
e. Makanan/cairan
Gejala: kehilangan nafsu makan, anoreksia, muntah.
Perubahan rasa/penyimpangan rasa.
Penurunan berat badan.
f. Neurosensori
Gejala: kurang/penurunan koordinasi.
Perubahan alam perasaan, kacau, disorientasi, ukuran
konsisten.
Pusing, kebas, kesemutan parastesi.
Tanda: otot mudah terangsang, aktivitas kejang.
g. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala: nyeri orbital, sakit kepala, nyeri tulang/sendi, nyeri
tekan sternal, kram otot.
Tanda: perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah, fokus, pada diri
sendiri.
h. Pernapasan
Gejala: napas pendek dengan kerja minimal.
Tanda: dispnea, takipnea, batuk.
Gemericik, ronki.
Penurunan bayi napas.
i. Keamanan
Gejala: riwayat infeksi saat ini/dahulu, jatuh..
Gangguan penglihatan/kerusakan.
Perdarahan spontan tak terkontrol dengan trauma minimal.
Tanda: demam, infeksi.
Kemerahan, purpura, perdarahan retinal, perdarahan gusi, atau
epistaksis.
Pembesaran nodus limfe, limpa, atau hati (sehubungan dengan
invasi jaringan)
Papil edema dan eksoftalmus.
j. Seksualitas
Gejala: perubahan libido.
Perubahan aliran menstruasi, menoragia.
Lipopren.
k. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala: riwayat terpajan pada kimiawi, mis; benzene,
fenilbutazon, dan kloramfenikol(kadar ionisasi radiasi
berlebihan, pengobatan kemoterapi sebelumnya, khususnya
agen pengkilat.
Gangguan kromosom, contoh sindrom down atau anemia
franconi aplastik
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri sehubungan dengan proses
penyakitnya.
2. (kompresi/dekstruksi jaringan saraf, inflamasi),
3. Gangguan persepsi sensorik penglihatan berhubungan
dengan gangguan penerimaan sensori dari organ penerima,
4. Gangguan rasa aman cemas, berhubungan dengan perubahan
status kesehatan
5. Resiko tinggi cedera, sehubungan dengan keterbatasan lapang
pandang
6. Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan
kurangnya informasi mengenai penyakit
2.2.3 Intervensi
1. Kaji tingkat nyeri, penyebab dan hal-hal yang dapat meradakan
nyeri
2. Berikan balutan mata untuk mengurangi pergerakan mata dan
mengurangi nyeri yang diakibatkannya.
3. Berikan analgetik dan antibiotik sesuai terapi yang diperintahkan
4. Bantu aktivitas klien selama sakit
5. Jelaskan semua prosedur tindakan yang akan diberikan pada klien
6. Jelaskan tentang retinoblastoma, penyebab, komplikasi dan hal-hal
yang memperburuk kondisi mata
7. Bantu pasien untuk belajar melakukan koping dan menyesuaikan
diri terhadap situasi
8. Dorong pasien untukbersosialisasi dengan sekitarnya
2.2.4 Implementasi
Tindakan yang dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang telah
dilakukan sebelumnya.
2.2.5 Evaluasi
a. Nyeri berkurang ditandai dengan klien mengurangi aktivitas mata
dengan menggunakan balutan mata yang memadai dan
mengistirahatkan mata nya.
b. Klien dapat menjelaskan penyebab retinoblastoma dan
pencegahannya
c. Berpartisipasi dalam aktivitas diversional dan social
TINJAUAN KASUS

No Register : 090025
Ruangan : Melati
Tgl Masuk : 20 Novenber 2010
Tgl Pengkajian : 20 November 2010
Diagnosa Medis : Retino Blastoma

3.1 Pengkajian
1. Identitas klien dan Keluarga
Nama Pasien : Ny. S
Umur : 32 Th
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : PNS
Alamat : Jl.Hibrida 10 Bengkulu
Penanggung Jawab : Tn. Z
Alamat : Jl.Hibrida 10 Bengkulu
Hubungan dengan Klien : Suami
2. Keluhan Utama
Nyeri Pada Mata Sebelah Kanan
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien Ny. S masuk ke ruangan Melati RSUD M. Yunus
Bengkulu pada tanggal 20 september 2012 pukul 08.00 WIB dengan
keluhan klien nyeri, demam, kurang nafsu makan, gelisah, mata merah
terjadi pembesaran pada mata sebelah kanan. Pada saat dilakukan
pengkajian pada tanggal 21 september 2012 pukul 09.00 WIB
didapatkan nyeri, demam, kurang nafsu makan, gelisah, mata merah,
skala nyeri 8. Nyeri dirasakan pada saat malam hari, pada mata sebelah
kanan dengan TTV, TD: 130/80 mmHg, RR: 25 x/mnt, N: 120 x/mnt,
S: 38 oC
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Sebelumnya pasienpernah masuk ke RS M. Yunus Bengkulu
dengan mengalami Penyakit malaria dan dirawat selama 2 hari dan
klien tidak pernah mengalami penyakit sekarang.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Di keluarga pasien tidak ada yang mengalami penyakit keturunan
ataupun penyakit menular lainnya.
d. Riwayat Psikososial
Klien merasa malu dengan penyakit yang dialaminya, klien
tampak murung dan tidak mau berkomunikasi dengan perawat dan
lingkungan sekitar.
e. Riwayat Kebiasaan Sehari-hari
No Kebiasaan Dirumah Di Rumah Sakit
1 Nutrisi
a. Makan
- Frekuensi 3 x sehari 3x sehari
- Porsi 1 porsi 1 porsi
- Jenis Nasi, sayur dan buah Nasi, sayur dan buah
- Masalah Tidak ada Tidak ada

b. Minum
- Frekuensi 6-8 gelas per hari 5-6gelas per hari
- Jumlah 1000-1200 cc/hari 800-1000 cc/hari
- jenis minuman Air putih, dan teh Teh dan Air putih
-
2. Eliminasi
a. BAK
- Kebiasaan 4-6 x/hari 4-5 x/hari
- Warna Kuning Jernih Kuning jernih
- Bau Khas Khas

3. b. BAB
- Kebiasaan 2 x/hari 2 x/hari
- Warna Kuning Kuning
- Konsistensi Lembek Lembek
- Gangguan Tidak ada Tidak ada

4. Pola Istirahat Tidur


- Kebiasaan 5-6 jam/hari 4-5 jam/hari
- Memakai selimut Ya Ya
- Memakai bantal Ya Ya
- Gangguan Tidak ada Tidak bisa tidur
dengan nyenyak
karena gangguan
mata
5. Pola Hygiene Tubuh
a. Mandi
- Frekuensi 2x/hari 1-2 x/hari
- Pakai sabun Ya Ya
b. Gosok gigi
- Frekuensi Saat mandi Saat mandi
- Pakai pasta gigi Ya Ya
c. Cuci rambut
- frekuensi Saat mandi Saat mandi
- pakai shampoo Ya Ya
- Pola Aktivitas mandiri Dibantu

f. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan yang dilakukan terhadap seluruh system tubuh yang
dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi yang
terdiri dari :
1) Keadaan Umum : Lemah, Kesadaran : Compos Metis
TTV
Suhu : 380 C Nadi : 120 x/m
TD : 130/80 mmHg RR : 25 x/m
BB : 55 KG TB : 154cm
2) Kepala
Inspeksi :Rambut kotor,Tidak ada ketombe dan luka di kulit kepala,
Ujung rambut tidak bercabang dan tidak kusam, Tidak ada lesi.
Palpasi :Tidak ada nyeri tekan
3) Mata
Pemeriksaan subyektif :Proyeksi sinar kurang baik, Persepsi warna
baik.
Pemeriksaan obyektif: kelopak mata normal (pasangan simetris,
gerakan bebas, kulit normal, tepi kelopak tidak ada sekret), bola
mata normal (pasangan sejajar, gerakan normal, ukuran normal),
tekanan bola mata normal, konjungtiva normal, sklera (warna
merah), iris (warna coklat, pasangan simetris,)
4) Hidung
Inspeksi : Bentuk tulang hidung lurus, Tidak ada secret, Tidak ada
pembesaran chonchanasalis, Tidak ada polip.
Palpasi: Tidak ada sinus
5) Mulut
Inspeksi : Mukosa bibir lembab, Warna bibir merah muda, Warna
lidah merah muda
6) Telinga
Inspeksi : Daun telinga bagian belakang bersih, Tidak ada secret
yang mengeras, Tidak ada keluhan nyeri pada telinga bagian dalam..
7) Leher
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar tonsil, Tidak ada
bendungan vena jugolaris, Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
8) System respirasi
Inspeksi : Pola nafas normal/Eupnoe, Bentuk rongga dada normal,
Tidak ada retraksi otot-otot bantu pernafasan, Frekuensi pernafasan
normal (22x /menit)
Palpasi : Pergerakan dada kanan dan kiri simetris
System kardiovaskuler: Frekuensi denyut jantung normal 84x
/menit, TD Menurun 110/70 mmhg
System perkemihan: BAK lancer
Inspeksi : Warna urine kuning jernih, Bau urine khas
System pencernaan
Inspeksi : Frekuensi BAB 3x sehari
System persyarafan: Normal
Kulit: Turgor kulit elastic dan permukaan tidak gersang
9) Genetalia
Inspeksi : Tidak ada kotoran, Labia Mayora dan Labia Minora
bersih, Tidak terdapat jamur, Warna merah muda, Terdapat
keputihan.
Palpasi :Tidak terdapat nyeri
g. Pemeriksaan Penunjang
1) Fundus Okuli
2) X ray
3.2 Analisa Data
Nama Pasien : Ny. S No Reg. : 090025
Umur : 32 tahun Ruangan : Melati
No Data Senjang Interpretasi Data Masalah
1. DO:
- Klien tampak gelisah Terlihat bercak kuning Gangguan rasa
- Klien tampak meringis mengkilat nyaman nyeri
kesakitan ↓
- Klien tampak lemah Neuvaskularisasi dan
- TTV perdarahan
- Suhu : 380 C ↓
- Nadi : 120 x/m Lemah, sakit kepala
- TD : 130/80 mmHg ↓
- RR : 25 x/m Nyeri
DS :
- Klien mengatakan nyeri pada
matanya
- Klien mengatakan peningkatan
suhu tubuh

2. DO:
- Klien tampak meringis Masa tumor yang Gangguan
kesakitan pada mata sebelah semakin membesar persepsi sensorik
kanan ↓ penglihatan
- Mata klien tampak merah leukokoria
- Terlihat pembesaran mata ↓
klien disebelah kanan Refleks pupil berwarna
DS : putih
- Klien mengatakan nyeri pada ↓
malam hari Pupil agak menonjol
- Klien mengatakan gangguan keluar
pada penglihatan ↓
Gangguan persepsi
sensorik penglihatan
3.3 Diagnosa
Nama Pasien : Ny. S No Reg. : 090025
Umur : 32 tahun Ruangan : Melati
Tgl Tgl Paraf dan
Paraf dan
No Diagnosa Keperawatan Masalah Masalah Nama
Nama Jelas
Muncul Teratasi Jelas

1. Gangguan rasa nyaman 20-09-12 Kel 8 \


nyeri b.d proses penyakit

2. Gangguan persepsi
sensorik penglihatan b.d 20-09-12 Kel 8
gangguan penerimaan
sensori dari organ
penerima
3.4 Intervensi
Nama Pasien : Ny. S No Reg. : 090025
Umur : 32 tahun Ruangan : Melati
No Tujuan dan
Tgl/Jam Rencana Tindakan Rasional Paraf
Dx Kriteria Hasil

1 Minggu, 21 Setelah dilakukan - Kaji lebih lanjut - Dengan Kel 2


September tindakan keperawatan karakteristik nyeri, diketahui
2012 selama 3 x 24 jam area dan sklanya karakteristik
08.00 WIB diharapkan nyeri dapat dan skala nyeri
berkurang. mempermudah
Kriteria hasil : dan menentukan
- Nyeri berkurang atau tindakan
terkontrol selanjutnya
- Pasien tidak meringis
lagi - Berikan kompres - Agar
- TTV dingin pada mata perdarahan
- TD: 110/70– yang nyeri dapat berhenti
120/80mmHg
- N: 60-100 x/mnt - Observasi TTV - Mengetahui
- RR: 16-24 x/mnt batas normal
- S: 36-37,5 *c TTV pasien
karena
berpengaruh
pada saat cemas

- Kolaborasi dengan - Menghilangkan


tim medis dalam nyeri, karena

pemberian analgesic memblokir


syaraf
penghantar
nyeri
2 Minggu 21 Setelah dilakukan - Kaji lebih lanjut - Mengetahui
September tindakan keperawatan persepsi sensorik seberapa besar
09.00 WIB selama 1 x 24 jam penglihatan klien tingkat persepsi
diharapkan persepsi sensorik
penglihatan dapat
teratasi - Kaji tingkat ansietas - Mengetahui
Kriteria Hasil : / kecemasan seberapa besar
Mata klien sebelah kecemasan yang
kanan kembali normal dialami pasien

- Beri penjelasan - Meningkatkan


tentang proses pemahaman

penyakitnya. klien tentang


proses
penyakitnya
3.5 Implementasi
Nama Pasien : Ny. S No Reg. : 090025
Umur : 32 tahun Ruangan : Melati
No Paraf &
Tgl/Jam Tindakan Keperawatan Respon Hasil
Dx Nama Jelas
Minggu 1 - Mengkaji lebih lanjut - Dengan diketahui karakteristik Kelompok 8
20 SEP karakteristik nyeri, area dan skala nyeri mempermudah
2012 dan sklanya dan menentukan tindakan
10.30 selanjutnya
WIB
- Memberikan kompres - Agar perdarahan dapat berhenti
dingin pada mata yang
nyeri

- Mengobservasi TTV - Mengetahui batas normal TTV


pasien karena berpengaruh pada
saat cemas

- Berkolaborasi dengan tim - Menghilangkan nyeri, karena


medis dalam pemberian memblokir syaraf penghantar
analgesic nyeri

Senin 2
21 Sep - Mengkaji lebih lanjut - Mengetahui seberapa besar Kelomp0k 2
2012 persepsi sensorik tingkat persepsi sensorik
09.00 penglihatan klien
WIB
- Mengkaji tingkat ansietas - Mengetahui seberapa besar
/ kecemasan kecemasan yang dialami pasien

- Memberikan penjelasan - Meningkatkan pemahaman klien


tentang proses tentang proses penyakitnya
penyakitnya.
3.6 Evaluasi
Nama Pasien : Ny. S No Reg. : 090025
Umur : 32 tahun Ruangan : Melati
No.
Tgl Catatan Perkembangan Paraf
Dx

22 1 S : Pasien mengatakan nyeri berkurang Kel 2


Sep O : Pasien tidak merasa nyeri pada mata sebelah kanan
2012 A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi

23 2 S : Pasien mengatakan tidak ada lagi gangguan penglihatan Kel 2


SeP O : Pasien lebih baik dan merasa nyaman
2012 A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Retinoblastoma merupakan tumor ganas utama intraokuler ditemukan
pada anak – anak, terutama pada usia dibawah lima tahun. Gejala
retinoblastoma dapan menyerupai dengan penyakit mata lainnya. Dalam
proses pengkajiannya dilakukan secara anamnesis dengan menanyai langsung
si pasien atau pun keluaraga meliputi data, riwayat dulu dan sekarang serta
keluhan pasien. Pengkajian dengan pemeriksaan fisik umum dan khusus
untuk mata serta pemeriksaan penunjangnya. Berdasarkan dari hasil
pengkajian tersebut kita dapat menyimpulkan diagnosa keperawatannya mulai
dari gangguan rasa nyaman nyeri, gangguan persepsi sensorik penglihatan,
gangguan rasa aman cemas, resiko tinggi cedera, kurangnya pengetahuan
keluarga. Setelah itu perawat dapat memberikan rencana asuhan keperawatan
pada pasien. Kemudian perawat harus mengevaluasi dari hasil intervensi dan
implementasinya.

4.2 Saran
Pada orangtua yang mengalami retinoblastoma hendaknya melakukan
pemeriksaan mata terhadap anaknya, karena retinoblastoma dapat diturunkan
ke anak mereka. Sebaiknya orangtua mengetahui tanda dan gejala adanya
retinoblastoma secara dini, ini bertujuan umtuk menghindari prognosis yang
sangat buruk. Retinoblastoma ini dapat ditemukan pada usia 3th bahkan dapat
juga ditemukan pad usia 10bln, maka dari itu orangtua seharusnya lebih aktif
sehingga orangtua tidak menyadarinya setelah di stadium lanjut.
DAFTAR PUSTAKA

Istiqomah, Indriana, N., 2005, Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata,


editor, Monica Ester. EGC, Jakarta.

Ganong, William, F., 1998, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 17, EGC,
Jakarta.

Ilias S, Kedaruratan dalam ilmu penyakit mata, Jakarta, Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, 1985.

Prof.dr.Sidarta Ilyas SpM dkk, 2002, sagung seto. Ilmu penyakit mata untuk
dokter umum dan mahasiswa kedoteran edisi 2,

Suddarth & Brunner, Keperawatan Medikal Bedah, 2002. EGC: Jakarta


B. DIAGNOSA
1. Gangguan rasa nyaman nyeriberhubungandenganproses penyakitnya.
2. Gangguan presepsi sensori penglihatanberhubungandengangangguanpenerimaan
sensori dari organ penerima.
3. Gangguan rasa aman cemasberhubungandenganperubahan status kesehatan,
adanya nyeri, dan kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan.
4. Resiko tinggi terhadap cideraberhubungandengan keterbatasan lapangpandang.
5. Kurangnya pengetahuan berhubungandengan kurangnya informasi mengenai
penyakitnya

C. INTERVENSI
1. Gangguan rasa nyaman nyeriberhubungandenganproses penyakitnya.
N INTERVENSI RASIONAL
O
1 Tentukanriwayatnyerimisalnyalo Informasimemberikan data
kasinyeri, frekuensi, durasi, dasaruntukmengevaluasi.
danintensitas (skala 0-10 Kebutuhanintervensi
)tindakanpenghilangan yang :pengalamnnyeriadalah individual
dilakukan. yang digabungkandenganbaik,
responbaikdanemosional.

2 Ketidaknyamananrentangmasalahadala
Evaluasi, h umum (nyeri, insis,
sedariterapitertentumisalnya,pe sakitkepalatergantungpadaprosedur/
mbedahan, kemoterapi, radiasi, agen yang digunakan)
bioterapi, ajarkanpasienatau
orang terdekatapa yang
3 diharapkan. Meningkatkanrelaksasidanmembantum
emfokuskankembaliperhatian.
Berikantindakankenyamanandas
armisal, reposisiaktivitashiburan. Memungkinkanpasienuntukberpartisip
4 asisecaraaktifuntukmeningkatkan rasa
Dorongpenggunaanketerampilan Kontrol.
manajemennyeri(misal,
teknikrelaksasi, visualisasi,
bimbinganimaginasi,tertawa,
music dansentuhanterapeutik). Tujuanadalah control
5 nyerimaksimumdanpengaruh
Evaluasipenglihatannyeri/contro minimum pada AKS.
l nilaiaturanpengobatanbilaperlu.
Rencanaterorganisasimengembangkan
6 kesempatanuntuk control
Kol: nyeripertamadannyerikronis.
kembangkanrencanamanajemen
nyeridenganpasiendandokter Komplikasiseringdarikankermeskisetia
p individual berbeda.
7
Berikan analgesic
sesuaiindikasimisal,
morfindanmetadon.

2. Gangguan presepsi sensori penglihatanberehubungandengangangguanpenerimaan


sensori dari organ penerima.
N INTERVENSI RASIONAL
O

1 Tentukanketajamanpenglihata Kebutuhanindividudanpilihanintervensib
ncatatapakah 1 atau ke-2 ervariasisebabkehilanganpenglihatanterja
mataterlibat. dilambatdanprogresif.

Memberikanpeningkatankenyamanandan
2 Orientasikanpasienterhadaplin kekeluargaansertamenurunkancemas.
gkungan, staff, orang lain
dilingkungannya. Memungkinkanpasienmelihatobjeklebih
mudandanmemudahkanpanggilanuntukp
3 Letakkanbarang yang ertolonganbiladiperlukan.
dibutuhkan/posisibelpemanggi
ldalamjangkauan. Sementaraintervensidinimencegahkebutu
han,
pasienmenghadapikemungkinanataumen
4 Dorongmenekspresikanperasa galamikehilanganpenglihatansebagianata
antentangkehilangan/ u total.
kemungkinankehilanganpengl Meskipunkehilanganpenglihatantelahterj
uhatan. adidantakdapatdiperbaiki,
kehilanganlanjutdapat di cegah.

Menurunkanbahayakeamanansehubunga
ndenganperubahanlapangpandang/kehila
Lakukantindakanuntukmemba nganpenglihatandanakomodasi pupil
5 ntupasienuntukmenanganikete terhadapsinarlingkungan.
rbatasanpenglihatancth,
aturperabot/ mainan,
perbaikisinarsuramdanmasalah
penglihatanmalam.

Pengangkatan bola matadilakukanapabila


Kol tumor telahmencapaiseluruh vitreous
6 :siapkanintervensibedahsesuaii atauvisus 0, dilakukanuntukmencegah
ndikasi, enkulasi. tumor bermetastasislebihjauh.

Dilakukanapabila tumor
7 Pelaksanaankrioterapi, masihintraokuler,
fotokoagulasileserataukombin untukmencegahpertumbuhan tumor
asisitostatik. akanmempertahankanvisus.

3. Gangguan rasa aman cemasberhubungandenganperubahan status kesehatan,


adanya nyeri, dan kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan.
N INTERVENSI RASIONAL
O
1 Kajitingkatansietas, Factor
derajatpengalamannyeri/timbulnyagejalati inimempengaruhipresepsipasi
ba-tibadankondisipengetahuansaatitu. enterhadapancamandiridanpot
ensiansietas.

2
Menurunkanansietassehubun
Berikaninformasiakurandanjujur, gandenganketidaktahuan/hara
diskusikandengankeluargabahwapengawa pan yang akan dating
sandanpengobatandapatmencegahkehilang danmemberikandasarfaktaunt
anpengkihatantambahan. ukmembuatpilihaninformasite
ntangpengobatan.
3

4 Dorongpasienuntukmengakuidanmengeks Memberikankesempatankepa
presikanperasaan. dapasienmenerimasituasinyat
a,
mengklarifikasisalahkonsepsi
danpemecahanmasalah.
Identifikasisumber/orang yang menolong.

Memberikankeyakinanbahwa
pasientidaksendiridalammeng
hadapimasalah.

4. Resiko tinggi terhadap cideraberhubungandengan keterbatasan lapangpandang.


N INTERVENSI RASIONAL
O
1 Orientasikanpasienter Memberipeningkatankenyamanan,
hadaplingkungan, memudahkanadaptasiterhadaplingkunagannyadan
staf, dan oranglain mengetahuitempatuntukmemintabantuanpadasaat
2 yang ada di areanya membutuhkan.

Anjurkankeluargame Menurunkanresikomemecahkanmainandanjatuhd
mberikanmainan yang aritempattidur.
3 aman(tidakpecah)
danpertahankanpagart
empattidur
Memfokuskanlapangpandangdanmencegahcedera
Arahkansemuaalatmai padasaatberusahauntukmenjangkaumainan.
4 nan yang
dibutuhkanklienpadat
empatsentralpandanga
nklien,
danmudahuntukdijang Digunakanuntukmengatasiketidaknyamanan
kau. ,meningkatkanistirahatdanmencegahgelisah.

Kol
:pemberiananalgesic,c
th,
acethaminophen(tyen
ol), empirin,
dengankodein.

5. Kurangnya pengetahuan berhubungandengan kurangnya informasi mengenai


penyakitnya.
N INTERVENSI RASIONAL
O
1 Beripenjelasantentangkondisi, Meningkatkanpemahamandanmeni
pasien, prognosis, ngkatkankerjasamadalampemberia
2 danpengobatannya. ntindakan.

3 Tekankanpentingnyaevaluasirutin. Pengawasanperiodikmenurunkanre
sikokomplikasiserius.
Diskusikanpadakeluargatentangpenti
4 ngnyamenghindari/mengurangisitua Stress
sipencetus stress. dapatmenambahketeganganpadama
tadanmemperburukkeadaannya.
Ajarkan cara mengatas inyeri
dengan teknik relaksasi, tertawa.
Music. Dan sentuhan terapeutik. Dapat mengurangi nyer iapabila
nyeri pada klien timbul.

Anda mungkin juga menyukai