Jurnal
Jurnal
ABSTRACT
The objective of this study was to determine how production units can be used effectively as an
entreprenuership learning resource to increase the entrepreneurial learning motivation, to clarify the content of
the entrepreneurial learning materials and to provide direct experiences for the Vocational High Schools students
in Yogyakarta. This study is survey research with quantitative approach. The population of this study were 1.995
students of grade XI and grade XII at 17 Vocational High School in Yogyakarta. 333 students were selected as the
sample. Questionnaires and documentation were used for collecting the data. The data was analysed through
quantitative descriptive analysis using the Microsoft Excel software. The result of this study indicated that: (1)
Production units were effective to increase the intrinsic entrepreneurial learning motivation of the students (2)
Production units were ineffective to increase the extrinsic entrepreneurial learning motivation of the students (3)
Production units were ineffective to clarify the entrepreneurial learning materials (4) Production units were
ineffective to provide direct experiences for the students.
Keywords: Direct Experience, Production Units, Learning Materials, Learning Motivation, Learning
Resource
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan tingkat keefektifan penggunaan unit produksi sebagai sumber
belajar kewirausahaan dalam hubungannya dengan meningkatkan motivasi belajar kewirausahaan, memperjelas
materi pembelajaran kewirausahaan dan memberikan pengalaman langsung bagi siswa SMK di Kota Yogyakarta.
Jenis penelitian ini adalah penelitian survei dengan pendekatan kuantitatif. Populasi penelitian ini adalah seluruh
siswa kelas XI dan kelas XII pada 17 SMK di Kota Yogyakarta yang berjumlah 1.995 siswa. Sampel dipilih
sebanyak 333 orang siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan angket dan dokumentasi. Teknik analisis data
dilakukan secara deskriptif kuantatif dengan menggunakan software microsoft excel. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: (1) unit produksi efektif dalam meningkatkan motivasi intrinsik siswa dalam belajar
kewirausahaan SMK di Kota Yogyakarta. (2) unit produksi tidak efektif dalam meningkatkan motivasi ekstrinsik
siswa dalam belajar kewirausahaan SMK di Kota Yogyakarta. (3) unit produksi tidak efektif dalam memperjelas
materi pembelajaran kewirausahaan SMK di Kota Yogyakarta. (4) unit produksi tidak efektif dalam memberikan
pengalaman langsung bagi siswa SMK di Kota Yogyakarta.
Kata Kunci: Materi Pembelajaran, Motivasi Belajar, Pengalaman Langsung, Sumber Belajar, Unit
Produksi
pendidikan termasuk dalam 11 prioritas nasional Istimewa Yogyakarta (DIY) yaitu sebanyak
yang merupakan implementasi dari Visi dan 72.494 orang. Tamatan sekolah menengah
Misi Pemerintah 2010-2014. Pembangunan masih cukup besar dan menempati urutan kedua
bidang pendidikan diarahkan demi tercapainya jumlah pengangguran terbuka di DIY sebesar
pertumbuhan ekonomi yang didukung keselara- 33,08%. Peringkat pertama ditempati oleh
san antara ketersediaan tenaga terdidik dengan tamatan universitas atau S1 yaitu sebanyak
kemampuan: (1) Menciptakan lapangan kerja 38,36%. Selanjutnya disusul oleh tamatan
atau kewirausahaan dan (2) Menjawab tantangan sekolah dasar sebesar 14,63%, kemudian
kebutuhan tenaga kerja (Bappenas, 2013: 56). tamatan Diploma I/ II/ III/ akademi sebesar
Salah satu subtansi inti program di bidang 11,44% dan sisanya adalah tamatan sekolah
pendidikan ini yaitu penataan ulang kurikulum menengah pertama yaitu sebesar 6,46% (BPS,
sekolah yang dibagi menjadi kurikulum tingkat 2014).
nasional, daerah, dan sekolah sehingga dapat Peran pendidikan kewirausahaan belum
mendorong penciptaan hasil didik yang mampu mampu meningkatkan lulusan SMK untuk
menjawab kebutuhan SDM untuk mendukung memilih terjun berwirausaha daripada menjadi
pertumbuhan nasional dan daerah dengan pengangguran. Dengan memilih berwirausaha
memasukkan pendidikan kewirausahaan. Sosia- seseorang dapat berperan aktif mengurangi
lisasi penerapan pendidikan kewirausahaan pengangguran dengan menyediakan lapangan
semakin gencar dilakukan sejak tahun 2010. pekerjaan. Hal tersebut karena pendidikan
Penyelenggaraan pendidikan kewirausahaan kewirausahaan baru menyentuh pada tingkatan
sudah diterapkan pada jenjang SMK. Jones dan dasar yaitu pengenalan nilai atau norma dalam
English (2004: 416) menerangkan bahwa wirausaha.
pendidikan kewirausahaan adalah proses me- Berdasarkan hasil pra-survei di lapangan
nyiapkan individu dengan kemampuan untuk masih ditemukan di beberapa sekolah bahwa
mengenali kesempatan komersial, meningkatkan pembelajaran kewirausahaan hanya bersifat teori
penghargaan diri, pengetahuan dan keterampilan dan klasikal saja sehingga menyebabkan siswa
untuk bertindak terhadap kesempatan komersial menjadi pasif. Padahal seharusnya pem-
tersebut. belajaran kewirausahaan harus melatih keak-
Pendidikan kewirausahaan dapat mening- tifan siswa di dalam dan di luar kelas. Konsep
katkan kualitas hidup siswa setelah lulus. Hal pembelajaran dengan melakukan praktik kewi-
tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan ke- rausahaan secara langsung di lingkungan seko-
juruan yang dikemukakan oleh Slamet (2011: lah merupakan cara yang baik untuk melatih
189), bahwa tujuan pendidikan vokasi mencakup siswa dalam berwirausaha. Hal tersebut sesuai
empat dimensi utama, yaitu: (1) Mengembang- dengan konsep pembelajaran kontekstual atau
kan kualitas dasar manusia yang meliputi Contextual Teaching and Learning (CTL).
kualitas daya pikir, daya qolbu, daya fisik; (2) Johnson (2012: 35) menyatakan bahwa
Mengembangkan kualitas instrumental/kualitas pembelajaran CTL adalah pembelajaran yang
fungsional, yaitu penguasaan ilmu pengetahuan, membantu guru mengaitkan antara materi yang
teknologi, seni, dan olah raga; (3) Memperkuat diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa
jati diri sebagai bangsa Indonesia; dan (4) dan penerapannya dalam kehidupan.
Menjaga kelangsungan hidup dan perkembang- Penerapan CTL pada pembelajaran kewi-
an dunia. rausahaan melatih siswa untuk berwirausaha
Namun sampai dengan saat ini penerapan dengan harapan siswa akan mendapatkan value,
pendidikan kewirausahaan belum menunjukkan pengetahuan, dan melatih skill wirausaha.
hasil yang menggembirakan. Badan Pusat Sta- Penyelenggaraan CTL di SMK dilaksanakan
tistik merilis data pengangguran terbuka pada melalui penerapan Teaching Factory meng-
bulan Februari tahun 2013 khusus di Daerah integrasikan proses pembelajaran untuk meng-
Yuliansah dan Aliyah A. Rasyid, Efektivitas Unit Produksi sebagai Sumber Belajar Kewirausahaan di SMK Kota Yogyakarta 445
hasilkan produk maupun jasa yang layak jual yaitu memiliki kemandirian yang tinggi,
untuk menghasilkan nilai tambah untuk sekolah memiliki kreatifitas yang tinggi, berani me-
(Direktorat PSMK, 2008: 55). Proses penerapan ngambil resiko, berorientasi pada tindakan
Teaching Factory dapat dilaksanakan di tempat memiliki karakter kepemimpinan yang tinggi,
praktik kewirausahaan. memiliki motivasi yang kuat, memahami
Salah satu tempat yang dapat dimanfaat- konsep-konsep kewirausahaan, memiliki kete-
kan sebagai tempat praktik siswa untuk latihan rampilan/skill berwirausaha di sekolahnya,
berwirausaha adalah unit produksi. Unit pro- khususnya mengenai kompetensi kewirausahaan
duksi merupakan salah satu bentuk sumber (Mulyani dkk, 2010: 11).
belajar di lingkungan sekolah yang sengaja disi- Tetapi pada beberapa unit produksi untuk
apkan sebagai tempat praktik kewirausahaan. mencapai hal tersebut sangat sulit. Ada bebe-
Unit produksi di lingkungan SMK ber- rapa hal yang menyebabkan hal tersebut yaitu
fungsi sebagai (1) wahana pelatihan berbasis penyelenggaraan unit produksi belum dikelola
produksi bagi siswa; (2) wahana menumbuhkan oleh seorang manajer secara profesional. Dalam
dan mengembangkan jiwa wirausaha pada diri pengelolaannya guru tidak dilibatkan secara
siswa SMK; (3) sarana praktik produktif secara langsung dalam kegiatan manajemen unit pro-
langsung bagi siswa; (4) membantu pendanaan duksi serta siswa hanya dilibatkan sebagai
untuk pemeliharaan, penambahan fasilitas dan pekerja saja. Selain itu SMK belum mampu
biaya-biaya operasional pendidikan lainnya; (5) memasarkan produk/jasa hasil praktik siswa
menambah semangat kebersamaan, karena dapat dengan berbagai alasan, misalnya hasil produksi
menjadi wahana peningkat aktivitas produktif siswa belum layak jual, tempat yang kurang
siswa serta memberi ‘income’ serta peningkatan strategis, sulitnya memasarkan produk/ jasa,
kesejahteraan warga sekolah (Ditjen PMPTK, kekurangan modal, keterbatasan sarana dan
2007:7). prasarana dan terlalu banyak pesaing.
Namun kenyataan di lapangan ternyata Dengan berbagai permasalahan di atas
banyak unit produksi yang tutup atau tidak aktif sudah tentu salah satu manfaat unit produksi
sehingga tidak dapat digunakan sebagai sumber yaitu sebagai sumber belajar tidak dapat berjalan
belajar bagi siswa. Hal ini dapat dilihat dengan baik. Oleh karena itu perlu dilakukan
berdasarkan data berikut bahwa dari 172 SMK di penelitian tentang efektivitas unit produksi
Daerah Istimewa Yogyakarta hanya sekitar 10% tersebut sebagai sumber belajar kewirausahaan.
yang mempunyai unit produksi aktif, selebihnya Hal tersebut berguna bagi SMK yang belum
tidak berjalan dengan baik atau bahkan hanya mempunyai unit produksi untuk mendapatkan
nama saja (Usman, 2011: 9). Sedangkan dari 32 data yang jelas untuk memutuskan membuat unit
SMK yang ada di Kota Yogyakarta hanya 17 produksi di sekolah atau mencari bentuk sumber
SMK atau 53,12% yang memiliki unit produksi belajar kewirausahaan yang lain. Berdasarkan
sedangkan sebanyak 15 SMK atau 46,87% uraian di atas, peneliti tertarik untuk me-
belum memiliki unit produksi atau unit produksi ngadakan penelitian tentang “Efektivitas Unit
yang ada sudah tutup. Dengan kata lain SMK Produksi sebagai Sumber Belajar Kewira-
tersebut tidak memiliki sumber belajar kewira- usahaan di SMK Kota Yogyakarta”.
usahaan yang dapat memberikan pengalaman
langsung dan simulasi kewirausahaan bagi
METODE
siswa.
Usaha menjadi sumber belajar yang baik Penelitian ini merupakan penelitian survei
unit produksi harus mendukung keberhasilan dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian survei
dari pendidikan kewirausahaan. Keberhasilan dilakukan untuk menggambarkan secara sis-
program pendidikan kewirausahaan dapat dike- tematis fakta dan karakteristik objek sehingga
tahui melalui pencapaian kriteria oleh siswa dapat diketahui efektivitas unit produksi sebagai
446 Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Volume 22, Nomor 4, Oktober 2015
dibuat tabel skor kriteria sebagaimana Tabel 4. Nilai Statistik Deskriptif Kategori
ditunjukkan pada Tabel 3 di bawah ini. Keefektifan Motivasi Ekstrinsik
Tot
Tabel 3. Efektivitas Unit Produksi Me- Mean 35,27327
ningkatkan Motivasi Instrinsik Standard Error 0,183881
Belajar Kewirausahaan Median 35
Rentang Skor Interprestasi % Mode 35
X ≥ 27,49 Sangat Efektif 14,41 Standard Deviation 3,355508
27,49 > X ≥ 24,76 Efektif 37,54 Sample Variance 11,25943
24,76 > X ≥ 22,02 Kurang Efektif 29,13 Skewness 0,154123
X < 22,03 Tidak Efektif 18,92 Range 19
Minimum 25
Berdasarkan rentang skor pada Tabel 3 Maximum 44
menunjukkan bahwa efektivitas unit produksi Sum 11746
dalam meningkatkan motivasi instrikstik belajar Count 333
kewirausahaan efektif sebesar 51,95% dan tidak
efektif 48, 05%. Berdasarkan data tersebut dapat Berdasarkan nilai batasan yang telah
ditarik kesimpulan bahwa unit produksi efektif ditentukan pada Tabel 4 di atas, maka dapat
dalam meningkatkan motivasi instriktik siswa dibuat tabel skor kriteria sebagaimana ditunjuk-
dalam belajar kewirausahaan siswa di SMK kan pada Tabel 5 di bawah ini.
Kota Yogyakarta. Sedangkan berdasarkan Tabel
2 nilai skewness bernilai Sk > 0 sehingga kurva Tabel 5. Efektivitas Unit Produksi
lebih condong ke kiri. dalam Meningkatkan Motivasi
Hasil perbandingan semua distribusi Ekstrinsik Belajar
frekuensi efektivitas unit produksi meningkat- Kewirausahaan
kan motivasi instriktik siswa disajikan dalam Rentang Skor Interprestasi %
Gambar 1 berikut.
X ≥ 38,62 Sangat Efektif 13,51
37.54
38,62 > X ≥ 35,27 Efektif 31,53
40
35,27 > X ≥ 31,92 Kurang Efektif 44,14
35
30
29.13 X < 31,92 Tidak Efektif 10,82
25
18.92
20 Berdasarkan rentang skor pada Tabel 5
14.41
15 menunjukkan bahwa efektivitas unit produksi
10 dalam meningkatkan motivasi ekstrinsik belajar
5 kewirausahaan di SMK Kota Yogyakarta tidak
0 efektif sebesar 54,96% sedangkan efektif
Sangat Efektif Kurang Tidak
Efektif Efektif Efektif 44,14%. Berdasarkan data tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa unit produksi kurang efektif
Gambar 1. Efektivitas Unit Produksi Dalam dalam meningkatkan motivasi ekstrinsik belajar
Meningkatkan Motivasi Instrinsik Dalam
kewirausahaan siswa di SMK Kota Yogyakarta.
Belajar Kewirausahaan
Sedangkan berdasarkan tabel 4 nilai skewness
Besarnya nilai statistik deskriptif untuk kategori bernilai Sk > 0 sehingga kurva lebih condong ke
keefektifan motivasi ekstrinsik yang diperoleh kiri. Hasil perbandingan semua distribusi
siswa adalah sebagaimana disajikan pada Tabel frekuensi efektivitas unit produksi meningkat
4 berikut ini. motivasi ekstrinsik siswa disajikan dalam
Gambar 2 berikut:
448 Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Volume 22, Nomor 4, Oktober 2015
Median 30 40
Mode 30 35
28.83
Standard Deviation 4,355536 30
20
Skewness 2,02565
15 11.71
Range 52 11.11
10
Minimum 17
5
Maximum 69
0
Sum 10077 Sangat Efektif Kurang Tidak
Efektif Efektif Efektif
Count 333
Gambar 3. Efektivitas Unit Produksi Dalam
Berdasarkan nilai batasan yang telah Memperjelas Materi Pembelajaran
ditentukan pada Tabel 6 di atas, maka dapat Kewirausahaan
dibuat tabel skor kriteria keefektifan materi
pembelajaran kewirusahaan sebagaiman ditun- Besarnya nilai statistik deskriptif untuk kategori
jukkan ada Tabel 7 di bawah ini. keefektifan unit produksi adalah sebagaimana
disajikan pada Tabel 8 berikut ini.
Yuliansah dan Aliyah A. Rasyid, Efektivitas Unit Produksi sebagai Sumber Belajar Kewirausahaan di SMK Kota Yogyakarta 449
karta efektif dalam meningkatkan motivasi di unit produksi, sehingga dapat tercipta
instrinstik belajar kewirausahaan. hubungan yang sinergis antara pengola unit
Ada beberapa hal yang dapat menjadi produksi dengan guru kewirusahaan.
faktor hal tersebut terjadi yaitu pertama, SMK Sedangkan pada SMK negeri kelompok
negeri maupun swasta sudah mempunyai unit teknik dan swasta unit produksi biasanya
produksi sebagai salah satu sumber belajar. dikelolah oleh guru yang mengajar mata
Kegiatan praktik yang dilaksanakan di unit pro- pembelajaran produktif saja. Misalnya di SMK
duksi merupakan salah satu kegiatan pembela- teknik guru yang menjadi pengola unit produksi
jaran yang juga dilakukan oleh siswa selain yaitu guru teknik. Berdasarkan pengamatan di
mendapatkan teori di kelas. Konsep pembelaja- lapangan tidak ada kerjasama antara guru kewi-
ran kewirausahaan di unit produksi didesain agar rausahaan dengan guru yang mengelola unit
siswa dapat belajar kewirausahaan secara produksi jurusan. Sehingga cenderung siswa
langsung. Selain mereka dapat belajar kewira- yang praktik kewirausahaan hanya sekedar
usahaan secara langsung mereka juga akan dibiarkan untuk praktik saja tanpa dibimbing
mendapatkan penghasilan dari produk barang/ oleh guru kewirausahaan sendiri secara mak-
jasa yang mereka hasilkan. Penghasilan atas simal karena kurangnya kerja sama antara guru
produksi barang/jasa ini membuat siswa tertarik pengola unit produksi dengan guru mata
akan pembelajaran kewirausahaan. pelajaran kewirausahaan.
Kedua, unit produksi yang telah berjalan Selain itu faktor unit produksi itu sendiri
dapat memberikan penghasilan dari penjualan yang mempunyai jam operasional terbatas
barang/jasa kepada siswa yang praktek. Siswa membuat kondisi unit produksi menjadi terbatas
yang belum pernah melaksanakan praktek di unit jumlah penjualan jasa/barang. Hal tersebut yang
produksi akan tumbuh keinginan untuk praktek membuat unit produksi menjadi sulit dalam
dan belajar kewirausahaan karena melihat siswa menjual barang/jasa. Dengan penjualan yang
yang praktek di unit produksi mendapatkan sepi akan berdampak kepada motivasi eks-
penghasilan tambahan. Walaupun tidak semua trinstik siswa yang praktik kewirusahaan di unit
siswa mendapatkannya, tetapi kesempatan untuk produksi tersebut.
mendapatkan penghasilan tambahan terbuka Keempat, unit produksi tidak efektif
luas bagi siswa yang ingin praktik di unit dalam memperjelas materi pembelajaran kewi-
produksi. Ketiga, pembelajaran kewirausahaan rausahaan. Dalam pelaksanaan praktik kewira-
yang menekankan pada pentingnya action atau usahaan unit produksi berperan dalam mem-
praktik agar dapat menjadi seorang wirausaha berikan kejelasan materi yang didapatkan di
yang sukses dapat meningkatkan motivasi kelas. Apakah pada saat pembelajaran materi
instrinstik siswa untuk lebih serius belajar yang diberikan sesuai dengan yang ada di
kewirausahaan. lapangan atau unit produksi. Beberapa materi
Ketiga, unit produksi tidak efektif dalam yang dapat diperjelas melalui unit produksi
meningkatkan motivasi ekstrinsik siswa belajar sebagai sumber belajar yaitu cara menjual
kewirausahaan. Unit produksi sebagai tempat barang atau jasa, cara bernegosiasi dengan
praktek kewirausahaan seharusnya mampu konsumen, membuat iklan, membuat laporan
meningkatkan motivasi ekstrinstik siswa dalam transaksi barang atau jasa dan membuat laporan
belajar kewirausahaan. Faktor guru kewirausa- keuangan. Setelah siswa mendapatkan materi
haan sendiri yang kurang dapat meningkatkan pembelajaran tersebut mereka langsung diberi-
motivasi belajar peserta didik. Pada SMK negeri kan kesempatan untuk mempraktikkan materi
kelompok seni, pariwisata, bisnis dan mana- tersebut.
jemen guru kewirausahaan biasanya bekerja- Kenyataan di lapangan hanya unit pro-
sama dengan pengolah unit produksi untuk duksi berbentuk koperasi, minimarket, bengkel
menempatkan siswanya praktik kewirausahaan service yang mampu bersentuhan langsung
Yuliansah dan Aliyah A. Rasyid, Efektivitas Unit Produksi sebagai Sumber Belajar Kewirausahaan di SMK Kota Yogyakarta 451
dengan konsumen. Sedangkan unit produksi untuk melakukan kegitan prakerin. Sehingga
yang lain terutama pada SMK teknik konsumen siswa tidak diberikan kesempatan untuk
yang memesan langsung bertemu dengan guru melaksanakan praktek dalam jangka waktu yang
mata pembelajaran produktif/pengolah unit lama.
produksi. Hal tersebut mengakibatkan siswa Kelima, unit produksi tidak efektif dalam
tidak pernah melakukan pelayanan secara lang- memberikan pengalaman langsung tentang ke-
sung terhadap konsumen. Sedangkan pada unit wirausahaan bagi siswa. Unit produksi merupa-
produksi yang berbentuk koperasi, minimarket kan salah satu wadah praktik kewirausahaan
serta bengkel service siswa diberikan kesem- yang tujuannya untuk memberikan pengalaman
patan untuk melayani konsumen secara langsung tentang kewirausahaan secara langsung kepada
dapat pula bernegoisasi masalah harga walaupun siswa. Dalam unit produksi peserta didik
pada akhirnya tetap akan melibatkan pengola melakukan aktivitas kewirausahaan sehingga
unit produksi apabila berkaitan dengan masalah siswa mendapatkan pengalaman langsung.
negosiasi harga jual barang. Sedangkan didapat hasil dalam penelitian ini
Sedangkan dalam pembuatan iklan, bahwa secara keseluruhan unit produksi kurang
laporan transaksi barang dan jasa serta laporan efektif dalam memberikan pengalaman langsung
keuangan siswa disemua unit produksi jarang bagi siswa yang praktik. Hal tersebut
diberikan kesempatan untuk dapat melaksana- dikarenakan kurangnya kesempatan yang
kan kegiatan tersebut. Hal utama yang diberikan pengolah unit produksi kepada siswa
menjadikan dasar pembatasan kegiatan praktik yang praktik untuk dapat melakukan beberapa
tersebut adalah untuk menekan jumlah kesalahan hal di atas. Padahal diharapkan setelah siswa
yang dilakukan oleh siswa. Apabila siswa praktik di unit produksi mereka memperoleh
diberikan keluluasaan praktik secara mandiri pengalaman langsung.
bukan tidak mungkin terjadi kesalahan fatal. Kebanyakan siswa yang praktik di unit
Kesalahan fatal tersebut akan berdampak buruk produksi biasanya hanya melayani pelanggan,
bagi unit produksi karena menyangkut memproduksi barang atau jasa, menata produk
pelayanan kepada konsumen dan pembuatan atau display produk pada unit produksi yang
laporan keuangan. Apabila terjadi kesalahan berbentuk koperasi, minimarket. Sedangkan
dalam membuat iklan, laporan transaksi barang pada unit produksi bengkel dan jasa boga siswa
dan jasa serta laporan keuangan akan berdampak biasanya hanya diberikan kesempatan untuk
buruk bagi evaluasi unit produksi itu sendiri. Hal memproduksi barang tanpa bisa memasarkan-
tersebut dikarenakan laporan tersebut digunakan nya secara langsung. Siswa yang praktik tidak
sebagai bentuk pertanggung jawaban pengolah pernah diberikan kesempatan untuk bernegoisasi
serta sebagai indikator apakah unit produksi langsung dengan pelanggan, membuat laporan
tersebut mendapatkan keuntungan atau me- transaksi barang atau jasa dan membuat laporan
ngalami kerugian. keuangan. Hal tersebut dilakukan oleh langsung
Selain itu pada beberapa SMK teknik unit oleh pengola unit produksi ataupun guru mata
produksi hanya dijadikan tempat persiapan bagi pembelajaran produktif.
siswa sebelum melaksanakan kegiatan prakerin Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi
sehingga siswa yang praktik di unit produksi risiko kesalahan fatal apabila diserahkan kepada
hanya sebentar saja. Kurangnya koordinasi siswa yang praktik. Karena beberapa kegiatan di
antara guru kewirausahaan, pengolah unit atas merupakan kegiatan yang penting misalnya
produksi dan penanggung jawab unit produksi membuat laporan barang atau jasa dan membuat
dalam hal ini guru mata pembelajaran produktif laporan keuangan. Membuat laporan tersebut
menjadikan unit produksi bukan lagi tempat membutuhkan waktu yang lama dan biasanya
praktek kewirausahaan tetapi hanya sebatas dilakukan sebulan sekali. Sedangkan siswa
tempat untuk mempersiapkan peserta didik praktik di unit produksi hanya mengandalkan
452 Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Volume 22, Nomor 4, Oktober 2015
Badan Pusat Statistik. 2014. Statistik Ketenaga- Mardapi, D. 2004. Penyusunan Tes Hasil
kerjaan Daerah Istimewa Yogyakarta Belajar. Yogyakarta: Program Pasca-
2013-2014. Yogyakarta: Badan Pusat sarjana Universitas Negeri Yogyakarta
Statistik Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta Mulyani, E. dkk (2010). Pengembangan
Pendidikan Kewirausahaan. Jakarta:
BAPPENAS. 2013. Evaluasi Paruh Waktu Pusat Kurikulum, Badan Penelitian dan
RPJMN 2010-2014. Jakarta: BAPPENAS Pengembangan, Kementerian Pendidikan
Nasional.
Berg, G.A. 2002. Why Distance learning?
Higher Education Administrative Practi- Slamet, P. H. 2011. Peran Pendidikan Vokasi
ces. Amerika: Praeger Publisher
Dalam Pembangunan Ekonomi. Cakra-
Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan wala Pendidikan. 2, 189-203
Materi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Mene- Sukardi. 2012. Metodologi Penelitian Pen-
ngah. Direktorat Pembinaan Sekolah Me- didikan Kompetensi dan Praktiknya.
nengah Atas. Jakarta: Bumi Aksara
Direktorat PSMK. 2008. Kewirausahaan dalam
kurikulam SMK. Makalah disajikan da- Usman, T. 2011. Model Unit Produksi SMK di
lam Seminar Nasional Wirausaha Kuli- Daerah Istimewa Yogyakarta. Studi
ner, di Jurusan Teknologi Industri, Kasus di SMKN 2 Pengasih Kulon Progo.
Fakultas Teknik, Universitas Negeri Disertasi Doktor, tidak diterbitkan. Yog-
Malang yakarta: Universitas Negeri Yogyakarta