Anda di halaman 1dari 4

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS

Cu(II), Zn(II), Fe(III) Dan Pr(III) DENGAN EDTA DAN


RIFAMPISIN Serta POTENSINYA SEBAGAI
OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT)

A. Latar Belakang
Pertumbuhan penduduk menjadi salah satu dampak yang ditimbulkan oleh
meningkatnya angka kelahiran serta urbanisasi. Selanjutnya pertumbuhan penduduk
yang pesat akan meningkatkan akan kebutuhan lahan sebagai tempat tinggal ataupun
sebagai tempat untuk kegiatan yang lainnya. Dengan adanya berbagai kegiatan
tersebut menyebabkan penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan daya
dukungannya (Lestari, 2017). Hal ini akan menimbulkan perubahan ekologis yang
selanjutnya berdampak pada terganggunya ekosistem dan menyebabkan perubahan
iklim baik secara lokal maupun global. Adanya perubahan iklim akan berpengaruh
pada daya tahan tubuh manusia terhadap serangan penyakit salah satunya adalah
Tuberkulisis (TB).
TB merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar menyerang paru-paru dan dapat juga
menyerang organ tubuh yang lainnya (Kemenkes RI, 2011). Mycobacterium
tuberculosis merupakan patogen yang menginfeksi sepertiga penduduk dunia,
sehingga menjadi masalah kesehatan yang menjadi pusat perhatian dunia (Kaihena,
2013).
Data jumlah kasus TB dunia pada tahun 2014 terjadi di Asia 65%, Afrika
25%, Eropa 4% dan Amerika 3% (Siregar, 2015). Namun secara global, sejak
tahun1990 hingga 2013, angka kematian akibat TB telah mengalami penurunan
sebanyak 45%. Kemudian sejumlah target Millenium Development Goals (MDGs)
ditahun 2015 terkait dengan TB telah tercapai dengan baik pada sebagian besar
Negara dengan beban TB tinggi, termasuk salah satunya adalah Indonesia. Akan
tetapi, berdasarkan laporan World Health Organization (WHO) yaitu beban TB di
Indonesia lebih besar dibandingkan yang digambarkan sebelumnya, bahwa Indonesia
masuk dalam 3 besar Negara dengan prevalensi TB terbesar di dunia setalah India
dan Cina. Hal ini semakin diperburuk dengan lemahnya sistem pendeteksian kasus
TB serta adanya peningkatan jumlah kasus TB resisten obat. Seperti halnya pada
kasus TB di negara-negara berkembang, salah satunya adalah Indonesia. Indonesia
mengalami penurunan jumlah kasus TB, namun terjadi peningkatan kasus TB resisten
obat (Rinanda, 2015).
Pengendalian TB saat ini menghadapi tantangan yang berat disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium tuberculosis yang resisten terhadap obat anti tuberculosis
(OAT) standar, salah satunya adalah rifampisin yang merupakan obat anti
tuberkulosis yang resisten dan paling sering digunakan dalam pengobatan penyakit
TB. Sehingga untuk pengembangan penelitian selanjutnya dapat dilakukan
modifikasi terhadap rifampisin, hal ini dapat dilakukan dengan cara mereaksi dengan
logam-logam tertentu, dengan tujuan meningkatkan keefektifannya pada
penggunaannya sebagai OAT serta diharapkan dapat mengurangi tingkat
resistensinya terhadap bakteri penyebab TB. Menurut penelitian Line et al pada tahun
2009 menyatakan bahwa resistensi dapat terjadi karena penggunaan obat yang tidak
tepat dan tidak teratur sehingga menimbulkan mutasi pada gen yang mengkode target
OAT seperti gen KatG untuk isoniazid (Siregar, 2015).
Pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang sains dari tahun ke
tahun terus berkembang, yaitu salah satunya penggunaan berbagai senyawa kompleks
(organologam) sebagai obat anti tuberkulosis sebagai solusi dari ditemukannya
berbagai OAT yang resisten terhadap bakteri Mycobacterium tuberculosis yang
merupakan penyebab utama dari penyakit TB. Penelitian tentang sintesis
organologam sebagai antimikroba telah banyak dilakukan dan terus dikembangkan.
Karena disamping terbukti efektif, juga bernilai ekonomis. Hal ini didukung dengan
adanya fakta yang menunujukkan bahwa beberapa senyawa kompleks memiliki sifat
sebagai antimikroba. Purnomo (2011) telah berhasil mensintesis senyawa
organologam besi (III) dari struktur dasar senyawa 6-metoksi-1-tetralon dan menguji
aktivitas antimalarianya secara in-vitro diperoleh IC50 senyawa organologam besi
(III) sebesar 2,002 𝜇𝑔/𝑚𝐿, nilai tersebut menunjukkan bahwa senyawa organologam
besi (III) memiliki aktivitas sebagai antimalaria yang potensial (Kohler et al., 2002
dalam Setyo Dwi, 2011). Kompleks Ni (II) juga diasumsikan dapat digunakan dalam
pengobatan medis berbabagai penyakit termasuk kanker (Ibrahim dkk, 2014).
Kompleks Cu dan Co asam amino sebagai antibakteri (Stanila et al, 2011). Kompleks
lantanida dengan aktivitas antimiroba dapat digunakan sebagai agen antibakteri dan
antiradang (Zeng at al, 2013).
Adapun logam yang digunakan pada penelitian ini yaitu Cu(II), Zn(II),
Fe(III) Dan Pr(III) yang akan dikomplekskan dengan ligan etilendiamintetraasetat
(EDTA) yang mempunyai kemampuan membentuk kompleks-kompleks stabil
dengan kation-kation tertentu. Etilendiamintetraasetat (EDTA) mempunyai atom
donor N dan O, sehingga dapat membentuk khelat (Triyani, Suhartana dan Sriatun,
2013). Pembentukan senyawa kompleks ini diharapkan dapat menghambat aktivitas
bakteri penyebab dari tuberkulosis.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah senyawa kompleks yang berasal dari logam Cu(II), Zn(II), Fe(III)
Dan Pr(III) dengan EDTA dan Rifampisin dapat disintesis dan dikarakterisasi?
2. Bagaimana potensi logam Cu(II), Zn(II), Fe(III) Dan Pr(III) dengan EDTA
dan Rifampisin dalam menghambat aktivitas bakteri Tuberkulosis?
3. Apakah ion logam Cu(II), Zn(II), Fe(III) Dan Pr(III) dapat menurunkan
resitensi obat rifampisin terhadap Mycobacterium tuberculosis.
C. Tujuan Penelitian
1. Mensintesis dan mengkarakterisasi senyawa kompleks dari logam Cu(II),
Zn(II), Fe(III) Dan Pr(III) dengan EDTA dan Rifampisin.
2. Mengamati dan mengklasifikasi aktivitas biologi senyawa kompleks logam
Cu(II), Zn(II), Fe(III) Dan Pr(III) dengan EDTA dan Rifampisin dalam
menghambat aktivitas bakteri Tuberkulosis.
3. Mengamati ion logam Cu(II), Zn(II), Fe(III) Dan Pr(III) dalam menurunkan
resitensi obat rifampisin terhadap Mycobacterium tuberculosis.

Anda mungkin juga menyukai