Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan spermatozoa dan ovum

kemudian akan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari

saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung

dalam waktu 40 minggu (10 bulan/9 bulan) (Prawirohardjo, 2016).

Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester kesatu berlangsung

dalam 12 minggu, trimester kedua (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester

ketiga (minggu ke-28 hingga ke-40). Selama kehamilan ibu hamil dianjurkan

melakukan kunjungan antenatal care dengan frekwensi minimal 4 kali untuk

mengetahui masalah kesehatan selama kehamilan, apakah masalah tersebut

bersifat fisiologis atau patologis yang dapat mengancam kehamilan.

Komplikasi yang mungkin terjadi selama kehamilan antara lain hiperemesis

gravidarum, toksemia gravidarum, abortus dan kelainan dalam tua kehamilan,

kehamilan ektopik, penyakit trofoblas, penyakit dan kelainan plasenta dan tali

pusat, air ketuban dan kelainannya, serta kehamilan ganda (Mochtar, 1998).

Keberhasilan upaya kesehatan ibu dan anak dilihat melalui Angka

Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Kematian ibu adalah

kematian seorang wanita yang terjadi saat hamil, bersalin, atau nifas yang

disebabkan oleh kehamilan, persalinan, nifas atau pengelolaannya. Kematian

maternal merupakan akibat meningkatnya komplikasi selama kehamilan,

persalinan dan setelah persalinan.


B. Rumusan Masalah
Asuhan kebidanan komunitas dalam konteks keluarga ini tidak memiliki
masalah, tetapi istri Tn. M yaitu Ny. S dalam kondisi hamil fisiologis tanpa.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti PKL diharapkan mahasiswa mampu
mengidentifikasikan, memprioritaskan, merencanakan,
mengimplementasikan, mengevaluasi asuhan kebidanan komunitas
dengan pendekatan edukatif pada individu dan keluarga dalam rangka
mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian data dan mengidentifikasi permasalahan
kesehatan dan kebidanan komunitas terkini melalui survey dan
interview.
b. Melakukan pengolahan dan analisis data sebagai dasar untuk
mendiagnosis kebidanan komunitas dengan menggunakan pendekatan.
c. Melakukan teknik prioritas masalah kebidanan komunitas.
d. Melakukan rencana tindakan asuhan kebidanan komunitas.
e. Melaksanakan rencana tindakan asuhan kebidanan komunitas.
f. Melakukan evaluasi terhadap asuhan kebidanan komunitas.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP KELUARGA
1. Pengertian
Keluarga adalah unit terkecil dari masayarakat yang terdiri atas
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu
tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan
(Setiadi,2008).
Keluarga adalah dua atau tiga individu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka
hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di
dalam peranannya masing-masing, menciptakan serta mempertahankan
kebudayaan (Bailon dan ( Maglaya, 1989 dalam Setiadi,2008).
Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan
perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan
fisik, mental, emosional dan social diri tiap anggota keluarga (Duval dan
logan, 1986 dalam Setiadi,2008).
Dari tiga difinisi diatas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa
keluarga adalah :
a. Unit terkecil dari masyarakat.
b. Terdiri atas dua orang atau lebih.
c. Adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah.
d. Hidup dalam satu rumah tangga.
e. Di bawah asuhan seseorang kepala rumah tangga.
f. Berinteraksi diantara sesama anggota keluarga.
g. Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing.
h. Menciptakan, mempertahankan suatu kebudayaan.
2. Tipe Keluarga
Dalam (Sri Setyowati, 2007) tipe keluarga dibagi menjadi dua
macam yaitu :
a. Tipe Keluarga Tradisional
1) Keluarga Inti ( Nuclear Family ), adalah keluarga yang terdiri dari
ayah, ibu dan anak-anak.
2) Keluarga Besar ( Exstended Family ), adalah keluarga inti di
tambah dengan sanak saudara, misalnya nenek, keponakan, saudara
sepupu, paman, bibi dan sebagainya.
3) Keluarga “Dyad” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami
dan istri tanpa anak.
4) “Single Parent” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu
orang tua (ayah/ibu) dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini
dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian.
5) “Single Adult” yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri
seorang dewasa (misalnya seorang yang telah dewasa kemudian
tinggal kost untuk bekerja atau kuliah).

b. Tipe Keluarga Non Tradisional

1) The Unmarriedteenege mather: Keluarga yang terdiri dari orang


tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
2) The Stepparent Family: Keluarga dengan orang tua tiri.
3) Commune Family Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya)
yang tidak ada hubungan saudara hidup bersama dalam satu rumah,
sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama : sosialisasi
anak dengan melelui aktivitas kelompok atau membesarkan anak
bersama.
4) The Non Marital Heterosexual Conhibitang Family: Keluarga yang
hidup bersama dan berganti – ganti pasangan tanpa melelui
pernikahan.
5) Gay And Lesbian Family : seseorang yang mempunyai persamaan
sex hidup bersama sebagaimana suami – istri (marital partners).
6) Cohibiting Couple: orang dewasa yang hidup bersama diluar
ikatan perkawinan karena beberapa alas an tertentu.
7) Group-Marriage Family Beberapa orang dewasa menggunakan
alat – alat rumah tangga bersama yang saling merasa sudah
menikah, berbagi sesuatu termasuk sexual dan membesarkan
anaknya.
8) Group Network Family: Keluarga inti yang dibatasi aturan atau
nilai – nilai, hidup bersama atau berdekatan satu sama lainnya dan
saling menggunakan barang – barang rumah tangga bersama,
pelayanan dan tanggung jawab membesarkan anaknya.
9) Foster Family: Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga atau saudara didalam waktu sementara, pada saat orang
tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan
kembali keluarga yang aslinya.
10) Homeless Family: Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai
perlindungan yang permanent karena krisis personal yang
dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan
mental.
11) Gang. Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang- orang
muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang
mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan
criminal dalam kehidupannya.

3. Struktur Keluarga
Dalam (Setiadi,2008), struktur keluarga terdiri dari bermacam-
macam, diantarannya adalah :
a. Patrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun
melalui jalur garis ayah.
b. Matrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi di mana hubungan itu disusun
melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal : adalah sepasang suami istri yang tingga bersama
keluarga sedarah istri.
d. Patrilokal : adalah sepasang suami istri yang tingga bersama
keluarga sedarah suami.
e. Keluarga kawinan : adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembina keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.

4. Fungsi Keluarga
Dalam (Setiadi,2008) fungsi keluarga adalah beberapa fungsi
yang dapat dijalankan keluarga sebagai berikut :
a. Fungsi Biologis
1) Untuk meneruskan keturunan.
2) Memelihara dan membesarkan anak.
3) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
4) Memelihara dan merawat anggota keluarga
b. Fungsi Psikologis
1) Memberikan kasih sayang dan rasa aman.
2) Memberikan perhatian diantara anggota keluarga.
3) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.
4) Memberikan identitas keluarga.
c. Fungsi sosialisasi
1) Membina sosial pada anak.
2) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak.
3) Menaruh nilai-nilai budaya keluarga.
d. Fungsi Ekonomi 1) Mencari
1) Mencari sumber – sumber penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga.
2) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga.
3) Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di,
masa yang akan datang, misalnya pendidikan anak-anak,
jaminan hari tua dan sebagainya.
e. Fungsi pendidikan
1) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan,
ketrampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat
dan minat yang dimiliki.
2) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang
dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.
3) Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.

5. Peran Keluarga
Dalam (Setiadi, 2008), peranan keluarga menggambarkan
seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan
dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Berbagai peranan
yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :
a. Peranan ayah : ayah sebagai suami dan istri dan anak-anak,
berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan
pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota
dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkunmgan.
b. Peranan ibu : sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu
mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai
pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai
salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai
anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga
ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam
keluarga.
c. Peranan anak : anak- anak melaksanakan peranan psiko-sosial
sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental,
sosial dan spriritual.
6. Prinsip-Prinsip Perawatan Keluarga
Dalam (Setiadi,2008), ada beberapa prinsip penting yang perlu
diperhatikan dalam memberikan Asuhan Keperawatan keluarga
adalah : a. Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan
kesehatan.
b. Dalam memberikan Asuhan Kebidanan Kesehatan, keluarga sehat
sebagai tujuan utama.
d. Asuhan kebidanan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai
e. Peningkatan kesehatan keluarga.
d. Dalam memberikan Asuhan Kebidanan keluarga, bidan
melibatkan peran aktif seluruh keluarga dalam merumuskan
masalah dan butuhan keluarga dalam mengatasi masalah
kesehatannya.
f. Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat promotif dan
preventif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
g. Dalam memberikan Asuhan Kebidanan kesehatan keluarga,
keluarga
memanfaatkan sumber daya keluarga semaksimal mungkin untuk
kepentingan kesehatan keluarga.
h. Sasaran Asuhan Kebidanan kesehatan keluarga adalah keluarga
secara keseluruhan.
i. Pendekatan yang dipergunakan dalam memberikan Asuhan
Kebidanan kesehatan keluarga adalah pendekatan pemecahan
masalah dengan menggunakan proses keperawatan.
j. Kegiatan utama dalam memberikan Asuhan Keperawatan
kesehatan keluarga adalah penyuluhan kesehatan dan Asuhan
Keperawatan kesehatan dasar atau perawatan dirumah.
k. Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk resiko tinggi
7. Keluarga Kelompok Resiko Tinggi
Dalam (Setiadi,2008), melaksanakan asuhan keperawatan
kesehatan keluarga yang menjadi prioritas utama adalah keluarga
yang tergolong resiko tinggi dalam bidang kesehatan, meliputi :
a. Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur dengan
masalah :
1) Tingkat sosial ekonomi yang rendah.
2) Keluarga kurang tahu atau tidak mampu mengatasi masalah \
kesehatan sendiri.
3) Keluarga dengan keturunan yang kurang baik atau keluarga
dengan penyakit keturunan.
b. Keluarga dalam anak menjadi resiko tinggi karena :
1) Lahir prematur (BBLR).
2) Berat badan sukar naik.
3) Lahir dengan cacat bawaan.
4) ASI Ibu kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi.
5) Ibu menderita penyakit menular yang dapat mengancam bayi
dan anaknya.
c. Keluarga dengan Ibu dengan resiko tinggi kebidanan waktu hamil:
1) Umur Ibu (16 tahun/lebih dari 25 tahun).
2) Menderita kekurangan gizi (anemia).
3) Menderita hipertensi.
4) Primipara dan Multipara.
5) Riwayat persalinan atau komplikasi.
d. Keluarga mempunyai masalah hubungan antara anggota keluarga:
1) Anak yang tidak pernah dikehendaki pernah mencoba untuk
digugurkan.
2) Tidak ada kesesuaian pendapat antara anggota keluarga dan
sering timbul cekcok dan ketegangan.
3) Ada anggota keluarga yang sering sakit.
B. KEHAMILAN
1. Definisi Kehamilan
Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan spermatozoa dan ovum
kemudian akan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung
dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan
berlangsung dalam waktu 40 minggu (10 bulan/9 bulan) (Prawirohardjo,
2016).
Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester kesatu
berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua (minggu ke-13 hingga ke-
27), dan trimester ketiga (minggu ke-28 hingga ke-40).Trimester ketiga
berlangsung selama 13 minggu, mulai dari minggu ke – 28 sampai
minggu ke- 40. Pada trimester ketiga, organ tubuh janin sudah terbentuk.
Hingga pada minggu ke – 40 pertumbuhan dan perkembangan utuh telah
dicapai (Manuaba, 2010:79).
2. Jadwal kunjungan
Kunjungan antenatal untuk pemantauan dan pengawasan

kesejahteraan ibu dan bayi minimal empat kali selama kehamilan dalam

waktu sebagai berikut (Saifuddin, 2009) :

1) Satu kali kunjungan selama trimester pertama (sebelum 14 minggu).

2) Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14-28).

3) Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara 28-36 dan

sesudah minggu ke 36)

Dan bila klien mengalami masalah, tanda bahaya dan jika

merasa khawatir dapat sewaktu-waktu melakukan kunjungan.

c. Perubahan Fisiologis pada Ibu Hamil Trimester III

1) Uterus

Uterus yang semula besarnya hanya sebesar jempol atau

beratnya 30 gram akan mengalami hipertrofi dan hiperplasia


sehingga menjadi lebih besar, lunak, dan dapat mengikuti

pembesaran rahim karena pertumbuhan janin dan beratnya

menjadi 1000 gram saat akhir kehamilan (Manuaba, 2010: 85-

87).

Tabel 2.1 Perkiraan Tinggi Fundus Uteri.


Umur Kehamilan Tinggi Fundus Uteri Tinggi Fundus
Uteri
(Mc Donald)
1/3 di atas simpisis atau 3 Hanya teraba di
12 minggu
jari di atas simpisis atas simfisis
Pertengahan
16 minggu ½ simpisis - pusat
simfisis-umbilikus
2/3 di atas simpisis atau 3
20 minggu Pada umbilikus
jari dibawah pusat
24-25 cm diatas
24 minggu Setinggi pusat
simfisis
1/3 di atas pusat atau 3 jari 26,7 cm diatas
28 minggu
diatas pusat simfisis
½ pusat - prosessus 31 cm diatas
34 minggu
xifoideus simfisis
Setinggi prosessus 32 cm diatas
36 minggu
xifoideus simfisis
2 jari di bawah prosessus 37,7 cm diatas
40 minggu
xifoideus simfisis
Sumber: Ummi dkk, 2011: 79-81 dan Sri astuti dkk, 2016: 163-164

2) Vagina

Esterogen menyebabkan perubahan pada lapisan otot dan

epitelium. Lapisan otot membesar, vagina lebih elastis yang

memungkinkan turunnya bagian bawah janin (Indrayani, 2011:

107).

3) Darah dan Pembekuan Darah

Peredaran darah dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti:

Meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat

memenuhi kebutuhan perkembangan dan pertumbuhan dalam

rahim, terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena pada


sirkulasi retroplasenter, pengaruh hormon progesteron dan

estrogen, volume darah meningkat, jumlah serum lebih besar

dari pertambahan sel darah sehingga terjadi pengenceran darah

dan sel darah meningkat 20% (Walyani, 2015: 54-63).

4) Sistem urinaria

Karena pengaruh desakan hamil muda dan turunnya

kepala bayi pada hamil tua, terjadi gangguan miksi dalam

bentuk sering berkemih. Desakan tersebut menyebabkan

kandung kemih cepat terasa penuh. Keadaan sering berkemih ini

menyebabkan wanita rentan terkena iritasi/ infeksi vagina

karena selama hamil pH vagina berubah dari 3-4 menjadi 5-6,5

yang mengakibatkan vagina mudah terkena infeksi (Rukiah dkk,

2009: 105).

5) Berat Badan

Peningkatan berat badan optimal untuk rata-rata

kehamilan adalah 12,5 Kg dimana 9 Kg diperoleh pada 20

minggu terakhir (Walyani, 2015: 54-55). Penambahan berat

badan pada ibu hamil dibagi untuk bayi: 3–3,6 kg, plasenta: 0,7

kg, air ketuban: 1 kg, payudara: 1 kg, rahim: 1 kg, peningkatan

volume darah: 1,4–1,8 kg, peningkatan volume cairan: 1,4–1,8

kg, cadangan lemak: 2,7–3,6 kg.

6) Sistem integumen (kulit)

Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan

hiperpigmentasi karena pengaruh melanocyte-stimulating


hormone (MSH) yang dihasilkan oleh Lobus intermedia.

Hiperpigmentasi ini terjadi pada striae gravidarum livide atau

alba, areola mamae, papilla mamae, linea nigra, pipi (chloasma

gravidarum). Setelah persalinan hiperpigmentasi ini akan

menghilang (Manuaba, 2010: 94).

7) Sistem pernafasan

Pada kehamilan terjadi perubahan sistem respirasi untuk

dapat memenuhi kebutuhan oksigen. Disamping itu terjadi

desakan diafragma karena dorongan rahim yang membesar pada

usia kehamilan 32 minggu. Sehingga pada ibu hamil kebutuhan

O2 meningkat dan ibu hamil akan bernafas lebih dalam sekitar

20 sampai 25% daripada biasanya (Manuaba, 2010: 93).

8) Sistem pencernaan

Pengeluaran asam lambung meningkat karena pengaruh

estrogen yang mengakibatkan:

a) Pengeluaran air liur berlebihan (hipersalivasi)

b) Daerah lambung terasa panas

c) Terjadi mual dan sakit/pusing kepala terutama pagi hari,

yang disebut morning sickness

d) Muntah yang terjadi disebut emesis gravidarum

e) Muntah berlebihan sehingga mengganggu kehidupan sehari-

hari, disebut hiperemesis gravidarum

f) Progesteron menimbulkan gerak usus makin berkurang dan

dapat menyebabkan obtipasi (Manuaba, 2010: 94).


d. Perubahan Psikologis Kehamilan Trimester III

Kehamilan pada trimester ketiga sering disebut sebagai fase

penantian yang penuh dengan kewaspadaan. Pada periode ini, ibu

hamil mulai menyadari kehadiran bayi sebagai makhluk yang

terpisah sehingga dia menjadi tidak sabar dengan kehadiran

bayinya tersebut. Ibu hamil merasakan kembali ketidaknyamanan

fisik karena merasa canggung atau merasa dirinya tidak menarik

lagi, sehingga dukungan dari pasangan sangat dia butuhkan.

Peningkatan hasrat seksual yang pada trimester kedua menjadi

menurun karena abdomen yang semakin membesar yang menjadi

halangan dalam berhubungan seks (Ramadani & Sudarmiati, 2013).

e. Diagnosa Kehamilan

Menurut Manuaba (2010: 106-107) lama kehamilan

berlangsung sampai persalinan aterm adalah sekitar 280 sampai

300 hari dengan perhitungan sebagai berikut:

1) Usia kehamilan 28 minggu dengan berat janin 1000 gram bila

berakhir disebut imatur.

2) Usia kehamilan 29-36 minggu bila terjadi persalinan disebut

prematuritas.

3) Usia kehamilan 37-42 minggu disebut aterm.

4) Usia kehamilan >42 minggu disebut kehamilan lewat waktu atau

serotinus.

Untuk dapat menegakkan kehamilan ditetapkan dengan

melakukan penilaian terhadap tanda dan gejala kehamilan.


f. Ketidakyamanan Yang Terjadi Pada Kehamilan Trimester III

Tabel 2.2 Masalah yang terjadi pada TM III


No Masalah Cara Mengatasi
1 Sering BAK a. Menjelaskan mengenai sebab terjadinya.
b. Membatasi minum kopi, teh dan soda.
c. Menjelaskan bahaya infeksi saluran kemih
dengan menjaga posisi tidur, yaitu dengan
berbaring miring ke kiri dan kaki ditinggikan
untuk mencegah diuresis.
2 Hemoroid a. Makan makanan yang berserat dan banyak
minum.
b. Rendam tubuh selama 10-15 menit setiap
hari. Lakukan 2-3 kali sehari
c. Dengan perlahan masukkan kembali anus
setiap selesai BAB.

3 Keputihan a. Meningkatkan kebersihan dengan mandi tiap


hari.
b. Memakai pakaian dalam dari bahan katun dan
mudah menyerap.
c. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan
makan buah dan sayur.
4 Keringat a. Memakai pakaian yang tipis dan longgar.
bertambah b. Meningkatkan asupan cairan.
c. Mandi secara teratur.
5 Sembelit a. Meningkatkan diet asupan cairan.
b. Menganjurkan istirahat cukup.
c. Menganjurkan senam hamil.
d. Membiasakan buang air besar secara teratur.
e. Buang air besar segera setelah ada dorongan
6 Napas sesak a. Menjelaskan penyebab fisiologisnya.
b. Merentangkan tangan di atas kepala serta
menarik napas panjang.
c. Atur posisi duduk. Duduklah dengan posisi
tegak dengan menarik bahu ke belakang.
Bukan menyandar ke belakang.
d. Atur napas dalam-dalam, tenangkan pikiran,
rilekskan tubuh. Hingga bernafas tidak lagi
terasa sesak. Ambil waktu untuk istirahat dari
kegiatan apapun yang sedang dilakukan.
7 Perut a. Menghindari makanan yang mengandung
kembung gas.
b. Mengunyah makanan secara sempurna.
c. Mempertahankan saat BAB yang teratur.
d. Melakukan senam secara teratur.
8 Pusing a. Bangun secara perlahan dari posisi istirahat.
b. Menghindari berdiri terlalu lama dalam
lingkungan yang hangat dan sesak.
c. Menghindari berbaring dalam posisi
terlentang.
9 Kelelahan a. Melakukan istirahat yang cukup
b. Menghindari tugas rumah yang terlalu berat.
a. Mengkonsumsi cukup kalori, zat besi dan
asam folat.
10 Edema pada a. Menghindari berdiri terlalu lama atau berada
ekstremitas dalam posisi tegak yang terlalu lama
bawah b. Istirahat dengan posisi berbaring miring dan
kaki agak ditinggikan.
c. Menghindari penggunaan kaos kaki atau
stocking yang ketat.
d. Menghindari penggunaan sandal atau sepatu
hak tinggi.
e. Olahraga atau senam hamil.
Sumber: Sulistyawati, 2009: 123-127

g. Alat Skrinning Ibu Hamil

1) Kartu Skor Poedji Rochjati (KSPR).

Kartu Skor Poedji Rochjati (KSPR) adalah kartu skor

yang digunakan sebagai alat skrining antenatal berbasis

keluarga untuk menemukan faktor risiko ibu hamil, yang

selanjutnya mempermudah pengenalan kondisi untuk

mencegah terjadi komplikasi obstetrik pada saat persalinan

(Nugroho, 2017)

a) Fungsi dari KSPR adalah:

(1) Melakukan skrining deteksi dini ibu hamil risiko tinggi.

(2) Memantau kondisi ibu dan janin selama kehamilan.

(3) Memberi pedoman penyuluhan untuk persalinan aman

berencana (KIE).

(4) Mencatat dan melaporkan keadaan kehamilan,

persalinan, nifas.

(5) Validasi data mengenai perawatan ibu selama

kehamilan, persalinan, nifas dengan kondisi ibu dan

bayinya.
(6) Audit Maternal Perinatal (AMP).

b) Kelompok risiko dibagi menjadi 3 yaitu:

(1) Kehamilan Risiko Rendah (KRR): Skor 2 (hijau)

(2) Kehamilan Risiko Tinggi (KRT): Skor 6-10 (kuning)

(3) Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST): Skor ≥ 12

(merah).

c) Terdapat 20 faktor risiko yang dibagi menjadi 3 kelompok

faktor risiko pada penilaian KSPR.

(1) Kelompok Faktor Risiko I (Ada Potensi Gawat

Obstetrik)

(a) Primi muda: terlalu muda, hamil pertama usia 16

tahun atau kurang .

(b) Primi Tua: terlalu tua, hamil usia ≥ 35 tahun.

(c) Primi Tua Sekunder: jarak anak terkecil >10 tahun.

(d) Anak terkecil < 2 tahun: terlalu cepat memiliki

anak lagi.

(e) Grande multi: terlalu banyak memiliki anak, anak

≥ 4.

(f) Umur ibu ≥ 35 tahun : terlalu tua.

(g) Tinggi badan ≤ 145 cm : terlalu pendek, belum

pernah melahirkan normal dengan bayi cukup

bulan dan hidup, curiga panggul sempit.

(h) Pernah gagal kehamilan.

(i) Persalinan yang lalu dengan tindakan.


(j) Bekas operasi sesar.

(2) Kelompok Faktor Risiko II

(a) Penyakit ibu : anemia, malaria, TBC paru, payah

jantung, dan penyakit lain.

(b) Preeklampsia ringan.

(c) Hamil kembar.

(d) Hidramnion : air ketuban terlalu banyak

(e) IUFD (Intra Uterine Fetal Death) : bayi mati dalam

kandungan.

(f) Hamil serotinus : hamil lebih bulan (≥ 42 minggu

belum melahirkan).

(g) Letak sungsang.

(h) Letak lintang.

(3) Kelompok Faktor Risiko III

(a) Perdarahan Antepartum : dapat berupa solusio

plasenta, plasenta previa, atau vasa previa.

(b) Preeklampsia berat/eklampsia.

h. Penatalaksanaan Pada Masa Kehamilan Normal

1) Umum

a) Menjelaskan tentang hasil pemeriksaan kepada ibu.

b) Mengkomunikasikan dengan ibu tentang perubahan

fisiologis dan ketidaknyamanan umum yang terjadi pada

masa kehamilan.
c) Menyarankan pada ibu untuk istirahat cukup selama

hamil.

d) Menganjurkan ibu untuk makan paling sedikit bertambah

1 porsi untuk setiap harinya, makan dalam jumlah sedikit

tapi sering.

e) Mendiskusikan dengan ibu tentang rencana persalinan.

f) Mendiskusikan tanda dan gejala persalinan dan kapan

harus menghubungi bidan.

g) Menjelaskan kepada ibu mengenai tanda bahaya

kehamilan (Indrayani, 2011: 175).

h) Mengajarkan ibu teknik bernafas yang baik dan efektif.

i) Menganjurkan ibu untuk makan makanan yang banyak

mengandung protein, karbohidrat, zat lemak, mineral

seperti kalsium, fosfor, dan zat besi, vitamin serta air.

j) Menganjurkan ibu untuk tetap mengkonsumsi tablet Fe,

Vit. C dan kalsium dengan baik dan benar.

k) Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kebersihan

tubuhnya, seperti dengan mandi 2 kali sehari, menyikat

gigi setelah makan dan menjelang tidur, keramas 2 hari

sekali, dan membersihkan organ kemaluan setiap selesai

berkemih.

l) Menganjurkan ibu untuk menjaga pola istirahatnya, seperti

dengan tidur malam lebih awal dan pada saat siang

sebaiknya ibu berbaring istirahat sedikitnya 1 jam sehari.


m) Menganjurkan ibu untuk memperbaiki postur tubuhnya

secara benar dan melakukan senam hamil untuk

meningkatkan kesehatan mental dan fisik ibu.

n) Memberikan ibu semangat dan dukungan kepada ibu

untuk persiapan melakukan persalinan.

o) Menganjurkan suami dan keluarga ibu untuk selalu

memberikan dukungan kepada ibu selama kehamilannya

ini dan senantiasa mendampingi ibu dalam

mempersiapkan proses persalinannya nanti.

p) Mengevaluasi bagaimana persiapan persalinan yang telah

disiapkan oleh keluarga terkait dengan kebiasaan atau adat

yang dimiliki keluarga.

q) Menganjurkan ibu untuk kontrol 2 minggu lagi atau bila

ada keluhan (Sulistyawati, 2009: 123-127).

2) Program (10T)

a) Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan.

b) Pengukuran tekanan darah.

c) Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA).

d) Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri).

e) Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian

imunisasi tetanus toksoid sesuai status imunisasi.

f) Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama

kehamilan.

g) Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).


h) Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi

interpersonal dan konseling, termasuk keluarga

berencana).

i) Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes

hemoglobin darah (Hb), pemeriksaan protein urin dan

pemeriksaan golongan darah (bila belum pernah dilakukan

sebelumnya).

j) Tatalaksana kasus (Kemenkes RI, 2018)

Anda mungkin juga menyukai