Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sel normal merupakan mikrokosmos yang berdenyut tanpa henti, secara
tetap mengubah stuktur dan fungsinya untuk memberi reaksi terhadap tantangan
dan tekanan yang selalu berubah. Bila tekanan atau rangsangan terlalu berat,
struktur dan fungsi sel cenderung bertahan dalam jangkauan yang relatif sempit.
Penyesuaian sel mencapai perubahan yang menetap, mempertahankan
kesehatan sel meskipun tekanan berlanjut. Tetapi bila batas kemampuan adaptasi
tersebut melampaui batas maka akan terjadi jejas sel atau cedera sel bahkan
kematian sel. Dalam bereaksi terhadap tekanan yang berat maka sel akan
menyesuaikan diri, kemudian terjadi jejas sel atau cedera sel yang akan dapat
pulih kembali dan jika tidak dapat pulih kembali sel tersebut akan mengalami
kematian sel. Dalam makalah ini akan membahas tentang mekanisme jejas,
adaptasi dan kematian sel.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian jejas sel ?
2. Apa penyebab jejas sel ?
3. Bagaimana proses adaptasi pada sel ?
4. Pengertian penuaan sel?
5. Dampak penuaan sel ?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian jejas sel.
2. Mengetahui penyebab jejas sel.
3. Menjelaskan proses adaptasi pada sel.
4. Mengetahui pengertian penuaan sel.
5. Mengetahui dampak penuaan sel

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Jejas Sel
Jejas sel (cedera sel) terjadi apabila suatu sel tidak lagi dapat beradaptasi
terhadap rangsangan. Hal ini dapat terjadi bila rangsangan tersebut terlalu
lama atau terlalu berat. Sel dapat pulih dari cedera atau mati bergantung pada
sel tersebut dan besar serta jenis cedera. Apabila suatu sel mengalami cedera,
maka sel tersebut dapat mengalami perubahan dalam ukuran, bentuk, sintesis
protein, susunan genetik, dan sifat transportasinya.
Berdasarkan tingkat kerusakannya, cedera atau jejas sel dikelompokkan
menjadi 2 kategori utama yaitu jejas reversible (degenerasi sel) dan jejas
irreversible (kematian sel). Jejas reversible adalah suatu keadaan ketika sel
dapat kembali ke fungsi dan morfologi semula jika rangsangan perusak
ditiadakan. Sedangkan jejas irreversible adalah suatu keadaan saat kerusakan
berlangsung secara terus-menerus, sehingga sel tidak dapat kembali ke
keadaan semula dan sel itu akan mati. Cedera menyebabkan hilangnya
pengaturan volume pada bagian-bagian sel.
B. Penyebab Jejas Sel
Penyebab terjadinya jejas sel (cedera sel) :
1.Hipoksia (pengurangan oksigen) terjadi sebagai akibat dari :
a. Iskemia (kehilangan pasokan darah)
Dapat terjadi bila aliran arteri atau aliran vena dihalangi oleh penyakit
vaskuler atau bekuan didalam lumen.
b. Oksigenasi tidak mencukupi karna kegagalan kardiorespirasi misalnya
pneumonia.
c. Hilangnya kapasitas pembawa oksigen darah misalnya anemia,
keracunan karbon monooksida.
Tergantung pada derajat keparahan hipoksi, sel-sel dapat
menyesuaikan, terkena jejas atau mati. Sebagai contoh, bila arteri

2
femoralis menyempit, sel-sel otot skelet tungkai akan mengisut
ukurannya (atrofi). Penyusutan massa sel ini mencapai keseimbangan
antara kebutuhan metabolik dan perbekalan oksigen yang tersedia.
Hipoksi yang lebih berat tentunya akan menyebabkan jejas.
2. Faktor fisik
a. Trauma
Trauma mekanik dapat menyebabkan sedikit pergeseran tapi nyata, pada
organisasi organel intrasel atau pada keadaan lain yang ekstrem, dapa
merusak sel keseluruhan.
b.Suhu rendah
Suhu rendah mengakibatkan vasokontriksi dan mengacaukan perbekalan
darah untuk sel. Jejas pada pengaturan vasomotor dapat disertai
vasodilatasi, bendungan aliran darah dan kadang-kadang pembekuan
intravascular. Bila suhu menjadi cukup rendah aliran intrasel akan
mengalami kristalisasi.
c. Suhu tinggi
Suhu tinggi yang merusak dapat membakar jaringan, tetapi jauh sebelum
titik bakar ini dicapai, suhu yang meningkat berakibat jejas dengan akibat
hipermetabolisme. Hipermetabolisme menyebabkan penimbunan asam
metabolit yang merendahkan pH sel sehingga mencapai tingkat bahaya.
d.Radiasi
Kontak dengan radiasi secara fantastis dapat mrnyebabkan jejas, baik
akibat ionisasi langsung senyawa kimia nyang dikandung dalam sel
maupun karena ionisasi air se yang menghasilkan radikal “panas” bebas
yang secara sekunder bereaksi dengan komponen intrasel. Tenaga radiasi
juga menyebabkan berbagai mutasi yang dapat menjejas atau membunuh
sel.
e. Tenaga listrik
Tenaga listrik memancarkan panas bila melewati tubuh dan oleh karena
itu dapat menyebabkan luka bakar dan dapat menganggu jalur konduksi
saraf dan berakibat kematian karena aritmi jantung.

3
3. Bahan kimia dan obat-obatan
Banyak bahan kimia dan obat-obatan yang berdampak terjadinya
perubahan pada beberapa fungsi vital sel. Seperti premeabilitas selaput,
homeostasis osmosa atau keutuhan enzim dan kofaktor. Masing-masing
agen biasanya memiliki sasaran khusus dalam tubuh mengenai beberapa sel
dan tidak menyerang sel lainnya misalnya barbiturat menyebabkan
perubahan pada sel hati, karena sel ini yang terlibat dalam degradasi obat
tersebut, atau bila merkuri klorida tertelan diserap dari lambung dan
dikeluarkan melalui ginjal dan usus besar, jadi dapat menimbulkan dampak
utama pada alat-alat tubuh. Bahan kimia dan obat-obatan lain yang dapat
menyebabkan jejas sel :
a. Obat terapeotik misalnya, asetaminofen (Tylenol)
b. Bahan bukan obat misalnya timbale dan alkohol.
4. Bahan penginfeksi atau mikroorganisme
Mikroorganisme yang menginfeksi manusia mencakup berbagai virus,
ricketsia, bakteri, jamur dan parasit. Sebagian dari organisme ini
menginfeksi manusia melalui akses langsung misalnya inhalasi, sedangkan
yang lain menginfeksi melalui transmisi oleh vektor perantara, misalnya
melalui sengatan atau gigitan serangga. Sel tubuh dapat mengalami
kerusakan secara langsung oleh mikroorganisme, malalui toksis yang
dikeluarkannya, atau secara tidak langsung akibat reaksi imun dan
peradangan yang muncul sebagai respon terhadap mikroorganisme.
5. Reaksi imunologik, antigen penyulut dapat eksogen maupun endogen.
Antigen endogen (misal antigen sel) menyebabkan penyakit autoimun.
6. Kekacauan genetik misalnya mutasi dapat menyebabkan mengurangi suatu
enzim kelangsungan.
7. Ketidak seimbangan nutrisi, antara lain Defisiensi protein-kalori,
Avitaminosis, Aterosklerosis, dan obesitas.

4
C. Proses Adaptasi Sel
Adaptasi sel dibagi menjadi beberapa kategori yaitu :
1. Atrofi
Adalah berkurangnya ukuran suatu sel atau jaringan. Atrofi dapat terjadi
akibat sel atau jaringan tidak digunakan misalnya , otot individu yang
mengalami imobilisasi atau pada keadaan tanpa berat (grafitasi 0). Atrofi
juga dapat timbul sebagai akibat penurunan rangsangan hormon atau saraf
terhadap sel atau jaringan.
2. Hipertrofi
Bertambahnya ukuran suatu sel atau jaringan. Hipertrofi merupakan suatu
respon adaptif yang terjadi apabila terdapat peningkatan beban kerja suatu
sel. Terdapat 3 jenis utama hipertrofi yaitu :
a. Hipertrofi fisiologis terjadi sebagai akibat dari peningkatan beban kerja
suatu sel secara sehat.
b. Hipertrofi patologis terjadi sebagai respons terhadap suatu keadaan
c. Hipertrofi kompensasi terjadi sewaktu sel tumbuh untuk mengambil alih
peran sel lain yang telah mati.
3. Hiperplasia
Adalah peningkatan jumlah sel yang terjadi pada suatu organ akibat
peningktatan mitosis. Hiperplasia terbagi menjadi 3 jenis utama yaitu :
a. Hiperplasia fisiologis terjadi setiap bulan pada sel endometrium uterus
selama stadium folikuler pada siklus menstruasi.
b. Hiperplasia patologis dapat terjadi akibat kerangsangan hormon yang
berlebihan.
c. Hiperplasia kompensasi terjadi ketika sel jaringan bereproduksi untuk
mengganti jumlah sel yang sebelumnya mengalami penurunan.
4. Metaplasia
adalah berbahan sel dari satu subtype ke subtype lainnya. Metaplasia terjadi
sebagai respon terhadap cidera atau iritasi continue yang menghasilkan
peradangan kronis pada jaringan.

5
5. Displasia
Adalah kerusakan pertumbuhan sel yang menyebabkan lahirnya sel yang
berbeda ukuran, bentuk dan penampakannya dibandingkan sel
asalnya.Displasia tampak terjadi pada sel yang terpajan iritasi dan
peradangan kronik.
D. Penuaan sel
Cellular Senescence atau penuaan sel adalah keadaan di mana sel-sel tidak
dapat lagi membelah. Keadaan permanen ini bisa menjadi manfaat dan
kerugian bagi organisme tempat sel hidup. Meskipun penuaan seluler pertama
kali dikaitkan dengan penekanan tumor dan penuaan, penelitian yang lebih
baru telah menemukan bahwa itu juga mendorong perbaikan kanker dan
jaringan.
Oleh karena itu, efek penuaan sel di dalam organisme bervariasi menurut
sejumlah faktor, seperti usia. Penuaan Sel memiliki serangkaian fitur yang
menjadi ciri mereka. Selain tidak dapat membelah lagi, sel-sel tua lebih besar
daripada sel normal, dan mereka mengekspresikan dan mensekresikan
molekul-molekul tertentu yang sel-sel normal tidak mensekresi, atau
melakukannya dalam jumlah yang lebih kecil (misalnya antara lain, penuaan
terkait beta-galactosidase atau SA-Bgal, penekan tumor p16INK4a, faktor
pertumbuhan, dan sitokin).
Adapun beberapa penyebab penuaan sel yaitu sebagai berikut :
1. Penyebab penuaan sel
Ada beberapa penyebab, beberapa diantaranya adalah erosi telomer,
kerusakan DNA jenis lain, dan faktor lain yang bertindak secara
independen dari kerusakan DNA.
a. Erosi telomer
Penyebab yang paling banyak diketahui dari pembelahan sel yang
berhenti adalah erosi telomer. Telomer adalah sekuens DNA yang
ditemukan di setiap ujung kromosom. Mereka terdiri dari urutan DNA
nukleotida berulang; misalnya, nukleotida berulang di telomer manusia
adalah TTAGGG, dan ini memperpanjang hingga 11 kilobasa saat lahir.

6
Pengulangan ini melindungi kromosom dari kehilangan informasi
penting selama replikasi dan dari peleburan dengan kromosom di
dekatnya.
Dalam setiap replikasi, telomer kehilangan sebagian kecil DNA
karena enzim yang bertanggung jawab untuk menduplikasi DNA tidak
dapat mencapai ujung kromosom. Dengan demikian, kromosom
dipendekkan setelah setiap replikasi sampai mereka mencapai titik di
mana, setelah kehilangan telomer, kromosom kehilangan informasi
genetik penting. Pada titik ini, sel-sel menjalani respon kerusakan DNA
(DDR); mereka tidak bisa lagi membagi dan karenanya dianggap sebagai
penuaan. Karena ini adalah proses alami penuaan, lebih banyak sel
menjadi tua saat kita bertambah usia. Faktanya, orang tua memiliki
telomer dengan panjang kurang dari 4 kilobasa — hampir sepertiga dari
panjang mereka saat lahir.
b. Jenis Kerusakan DNA Lainnya
Selain erosi telomer, kerusakan DNA jenis lain juga dapat menyebabkan
penuaan sel dengan merusak DNA. Penyebab paling umum adalah
putusnya untai ganda DNA, yang membawa DDR dan akibatnya
membuat sel-sel mengalami penuaan. Contoh lain yang juga bertindak
melalui DDR termasuk keberadaan sinyal mitogenik, spesies oksigen
reaktif atau protein tertentu yang mendorong pertumbuhan dan
proliferasi sel.
c. Faktor lain
Akhirnya, di antara induser penuaan lain yang bertindak secara
independen dari kerusakan DNA adalah perubahan protein terkait DNA
(misalnya, kromatin), ekspresi abnormal dari beberapa protein
(misalnya, penekan tumor) dan adanya sinyal molekul yang mengubah
fungsi seluler.

7
E. Dampak Penuaan sel
Penuaan sel pertama kali diduga telah berevolusi untuk mencegah
pertumbuhan tumor. Karena fenomena ini tidak memungkinkan sel untuk
membelah lagi, penuaan sel dapat menjadi mekanisme untuk menghindari
pembelahan dan penyebaran sel kanker. Efek penekanan tumor ini telah
diamati ketika penuaan seluler pertama kali dijelaskan pada tahun 1960-an.
Meskipun kontraintuitif, dampak lain dari penuaan sel adalah
pertumbuhan tumor. Konsekuensi merusak ini dapat dikaitkan dengan usia:
sedangkan penuaan sel di organisme muda melindungi terhadap tumor, pada
organisme yang lebih tua itu menginduksi penyebaran tumor. Hipotesis di
balik ini adalah bahwa gangguan terkait usia dan fenotipe, di antaranya adalah
penuaan sel yang menginduksi kanker, tidak berevolusi dengan seleksi alam
(yaitu, tidak berevolusi untuk memungkinkan yang terkuat untuk bertahan
hidup) karena kemungkinan tiba di usia tua adalah lebih langka daripada
kemungkinan memperoleh gangguan atau fenotipe selama masa muda yang
seleksi alam telah membentuk mekanisme pertahanan. Dengan kata lain,
kemungkinan mendapatkan tumor pada usia muda, di mana seleksi alam telah
membentuk mekanisme pertahanan seperti penuaan sel, lebih tinggi dari
kemungkinan bertahan hidup sampai usia yang lebih tua, ketika pertumbuhan
tumor lebih mungkin terjadi.
Akhirnya, dampak hipotesis lain dari penuaan sel adalah perbaikan
jaringan. Penuaan Sel, seperti yang disebutkan di atas, mengeluarkan berbagai
molekul, di antaranya adalah faktor pertumbuhan dan protein lain yang terlibat
dalam penyembuhan luka dan memberi sinyal patogen yang terdeteksi dan
dihilangkan sel kekebalan. Oleh karena itu, penelitian mendukung bahwa sel-
sel tua berperan dalam memperbaiki jaringan secara langsung dan juga dalam
mensekresi sinyal molekul untuk mekanisme lain dalam organisme untuk
mendeteksi dan memperbaiki jaringan.

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengertian Jejas Sel
Jejas sel (cedera sel) terjadi apabila suatu sel tidak lagi dapat
beradaptasi terhadap rangsangan. Hal ini dapat terjadi bila rangsangan
tersebut terlalu lama atau terlalu berat. Sel dapat pulih dari cedera atau
mati bergantung pada sel tersebut dan besar serta jenis cedera. Apabila
suatu sel mengalami cedera, maka sel tersebut dapat mengalami
perubahan dalam ukuran, bentuk, sintesis protein, susunan genetik, dan
sifat transportasinya.
2. Penyebab Jejas Sel
a. Hipoksia (pengurangan oksigen) terjadi sebagai akibat dari :
b. Trauma.
c. Suhu rendah.
d. Suhu tinggi
e. Radiasi
3. Proses Adaptasi Sel
a. Atrofi
b. Hipertrofi
c. Hiperplasia
d. Metaplasia.
e. Displasia
4. Penuaan sel
Cellular Senescence atau penuaan sel adalah keadaan di mana sel-sel
tidak dapat lagi membelah. Keadaan permanen ini bisa menjadi manfaat
dan kerugian bagi organisme tempat sel hidup. Meskipun penuaan seluler
pertama kali dikaitkan dengan penekanan tumor dan penuaan, penelitian
yang lebih baru telah menemukan bahwa itu juga mendorong perbaikan
kanker dan jaringan.

9
5. Dampak penuaan sel
Penuaan sel pertama kali diduga telah berevolusi untuk mencegah
pertumbuhan tumor. Karena fenomena ini tidak memungkinkan sel untuk
membelah lagi, penuaan sel dapat menjadi mekanisme untuk menghindari
pembelahan dan penyebaran sel kanker. Efek penekanan tumor ini telah
diamati ketika penuaan seluler pertama kali dijelaskan pada tahun 1960-an.
B. Saran
Hindari hal-hal penyebab yang dapat mengakibatkan jejas sel atau cedera sel
agar dapa terhindar dari penuaan sel.

10
DAFTAR PUSTAKA

https://sukaryat.blogspot.com/2013/03/makalah-mekanisme-adaptasi-sel.html
https://triaoktavimaulan.blogspot.com/2014/04/makalah-jejas-adaptasi-dan-
kematian-sel.html
https://usaha321,net/pengertian-penuaan-sel-penyebab-dan-dampak-penuaan-
sel.html
Robiins dan Kumar. 1992. Buku Ajar Patologi I. Jakarta : EGC.

11

Anda mungkin juga menyukai