Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bakteri tuberkulosis ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tahun 1882 dan
sering menginfeksi organ paru-paru dibanding bagian lain tubuh manusia. Insidensi TB
dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh dunia. Pada tahun 1993,
WHO merencanakan kedaruratan global penyakit TB karena pada sebagian besar negara di
dunia, penyakit TB tidak terkendali, terutama penderita menular (TB positif). Demikian pula di
Indonesia, TB merupakan masalah kesehatan, baik dari sisi angka kematian (mortalitas),
diagnosis dan terapinya. Indonesia menempati urutan ketiga setelah India dan China di dunia.
Hasil survei Depkes RI tahun1992, menunjukkan bahwa TB merupakan penyebab kematian
kedua setelah penyakit jantung dan pembuluh darah lainnya. Pada tahun 1999 WHO Global
Surveillance memperkirakan di Indonesia terdapat 583.000 penderita TB baru pertahun dengan
262.000 BTA positif atau insidens rate sekitar 130 per 100.000 penduduk.TB banyak terdapat di
kalangan penduduk dengan kondisi sosial ekonomi lemah dan menyerang golongan usia
produktif (15-54 tahun). Penyakit TB biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan
bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TB batuk, sedangkan
pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TB dewasa. Bakteri ini sering
masuk dan berkumpul di dalam paru-paru dan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada
orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melaui pembuluh darah atau
kelenjar getah bening (Castillo,2004).
Seseorang dikatakan terinfeksi TB apabila kuman TB berada dalam tubuhnya meskipun
tidak aktif. Seringkali setelah kuman TB memasuki badan, kekebalan tubuh mengontrol kuman
tersebut. Kuman ini hidup dalam tubuh bertahun-tahun lamanya dalam bentuk tidak aktif. Saat
kuman tidak aktif maka penyakit tidak dapat ditularkan kepada orang lain.
Meningkatnya penularan infeksi TB banyak dihubungkan dengan memburuknya kondisi
sosial ekonomi, belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat, meningkatnya
jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal, dan adanya epidemi dari infeksi HIV.
Disamping itu daya tahan tubuh yang lemah atau turun, jumlah kuman memegang peranan
penting dalam terjadinya infeksi TB (Depkes RI, 2006).
Berdasarkan kenyataan tersebut, melalui analisa model tuberkulosis akan dipelajari dinamik dari
penyakit ini, terutama model tuberkulosis dengan tingkat perkembangan cepat dan lambat.
Analisis dinamik bertujuan mendapatkan nilai ambang batas untuk mengetahui ada tidaknya
epidemik.
Model tuberkulosis dengan tingkat perkembangan cepat adalah keadaan individu yang
sehat tetapi rentan tertular penyakit berubah menjadi individu terinfeksi. Sedangkan model
tuberkulosis tingkat perkembangan lambat adalah keadaan individu yang sehat tetapi rentan
tertular penyakit sebelum berubah menjadi individu terinfeksi menjadi individu menderita TB
tetapi tidak aktif (Mccluskey, 2006).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian tuberkulosis (TBC)?
2. Apa etiologi tuberkulosis (TBC)?
3. Bagaimana proses penularan tuberkulosis (TBC)?
4. Bagaimana anatomi fisiologi dari tuberkulosis (TBC)?
5. Bagaimana patofisiologi tuberkulosis (TBC)?
6. Apa saja tanda dan gejala tuberkulosis (TBC)?
7. Apa saja jenis-jenis penyakit tuberkulosis (TBC)?
8. Apa saja pemeriksaan penunjang tuberkulosis (TBC)?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian tuberkulosis (TBC)
2. Mengetahui etiologi tuberkulosis (TBC)
3. Mengetahui proses penularan tuberkulosis (TBC)
4. Mengetahui anatomi fisiologi tuberkulosis (TBC)
5. Mengetahui patofisiologi tuberkulosis (TBC)
6. Mengetahui tanda dan gejala tuberkulosis (TBC)
7. Mengetahui jenis jenis penyakit tuberkulosis (TBC)
8. Mengetahui pemeriksaan penunjang pada tuberkulosis (TBC)

D. Manfaat Penulisan
Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk memberikan gambaran tentang tuberkulosis (TBC)
2. Sebagai bahan masukan untuk memperluas
dan memperdalam pemahaman tentang tuberkulosis (TBC).

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga
memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-
paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia.

B. Etiologi
Penyebabnya adalah kuman mycobacterium tuberculosa. Sejenis kuman yang berbentuk
batang denagn ukuran panjang 1-4 /mm dan tebal 0,3-0,6 /mm. sebagian besar kuman terdiri atas
asam lemak (lipid). Lipid ini adalah yang membuat kuman lebih tahan terhadap gangguan kimia
dan fisik.
Kuman ini tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat bertahan-
tahan dalam lemari es).

C. Proses Penularan
Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mikobakterium
tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi
umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Tuberculosis tergolong airbone disease yakni
penularan melalui droplet nuclei yang dikeluarkan ke udara oleh individu terinfeksi dalam fase
aktif. Setiap kali penderita ini batuk dapat mengeluarkan 3000 droplet nuclei. Penularan
umumnya terjadi didalam ruangan dimana droplet nuclei dapat tinggal di udara dalam waktu
lebih lama. Penularan umumnya terjadi didalam ruangan dimana droplet nuclei dapat tinggal di
udara dalam waktu lebih lama. Di bawah sinar matahari langsung basil tuberkel mati dengan
cepat tetapi dalam ruang yang gelap lembab dapat bertahan sampai beberapa jam.
Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak
menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat
menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC
dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran
pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang
paling sering terkena yaitu paru-paru. Saat Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi
paru-paru, maka dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat).
Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC ini akan berusaha dihambat
melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru. Mekanisme
pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi jaringan parut dan bakteri
TBC akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat
sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen. Pada sebagian orang dengan sistem imun yang
baik, bentuk ini akan tetap dormant sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang-orang dengan
sistem kekebalan tubuh yang kurang, bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan sehingga
tuberkel bertambah banyak. Tuberkel yang banyak ini membentuk sebuah ruang di dalam paru-
paru. Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber produksi sputum (dahak). Seseorang yang
telah memproduksi sputum dapat diperkirakan sedang mengalami pertumbuhan tuberkel berlebih
dan positif terinfeksi TBC.
Meningkatnya penularan infeksi yang telah dilaporkan saat ini, banyak dihubungkan
dengan beberapa keadaan, antara lain memburuknya kondisi sosial ekonomi, belum optimalnya
fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk yang tidak
mempunyai tempat tinggal dan adanya epidemi dari infeksi HIV. Disamping itu daya tahan
tubuh yang lemah/menurun, virulensi dan jumlah kuman merupakan faktor yang memegang
peranan penting dalam terjadinya infeksi TBC.

D. Anatomi Fisiologi
E. Patofisiologi
Port de’entri kuman microbakterium tuberculosis adalah saluran pernapasan, saluran
pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberculosis terjadi melalui udara
(air borne), yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang
berasal dari orang yang terinfeksi.
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya di inhalasi terdiri dari satu
sampai tiga gumpalan basil yang lebih besar cenderung tertahan disaluran hidung dan cabang
besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus biasanya
dibagian bawah lobus atau paru-paru atau dibagian atas lobus bawah atau paru-paru tau dibagian
bawah atas lobus bawah. Basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit
polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan memfagosit bacteria namun tidak membunuh
organisme tersebut. Sesudah hari-hari pertama maka leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli
yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia
seluler ini dapat sembuh denagn sendirinya sehingga tidak ada sisa yang tertinggal, atau proses
dapat juga berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Basil
juga menyebar melalui getah bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi
lebih panjang dan sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epitolit yang dikelilingi leh fosit.
Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 1 sampai 10 hari.

F. Tanda dan Gejala


 Keadaan postur tubuh klien yang tampak etrangkat kedua bahunya.
 BB klien biasanya menurun; agak kurus.
 Demam, dengan suhu tubuh bisa mencapai 40 - 41° C.
 Batu lama, > 1 bulan atau adanya batuk kronis.
 Batuk yang kadang disertai hemaptoe.
 Sesak nafas.
 Nyeri dada.
 Malaise, (anorexia, nafsu makan menurun, sakit kepala, nyeri otot, berkeringat pada malam
hari).
G. Jenis-jenis Penyakit TBC
Penyakit tuberkulosis ( TBC ) terdiri atas 2 golongan besar,yaitu :
1. TB paru ( TB pada organ patu-paru )
2. TB ekstra paru (TB pada organ tubuh selain paru )
a. Tuberkulosis milier
b. Tuberkulosis sistem saraf pusat ( TB neningitis )
c. Tuberkulosis empyem dan Bronchopleural fistula
d. Tuberkulosis Pericarditis
e. Tuberkulosis Skelet / Tulang
f. Tuberkulosis Benitourinary / Saluran Kemih
g. Tuberkulosis Peritonitis
h. Tuberkulosis Gastriontestinal (Organ Cerna)
i. Tuberkulosis Iymphadenitis
j. Tuberkulosis Catan / Kulit
k. Tuberkulosis Laringitis
l. Tuberkulosis Otitis

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Kultur Sputum adalah Mikobakterium Tuberkulosis Positif pada tahap akhir penyakit
2. Tes Tuberkalin adalah Mantolix test reaksi positif (area indurasi 10-15 mm terjadi 48-72
jam)
3. Poto Thorak adalah Infiltrasi lesi awal pada area paru atas : pada tahap dini tampak
gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas : pada kavitas bayangan, berupa
cincin : pada klasifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat dengan densitas tinggi.
4. Bronchografi adalah untuk melihat kerusakan bronkus atau kerusakan paru karena Tb paru
5. Darah adalah peningkatan leukosit dan laju Endap darah (LED)
6. Spirometri adalah Penurunan fungsi paru dengan kapasitas vital menurun
I. Penatalaksanaan
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu : Fase Intensif (2-3 bulan) dan Fase
Lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yang digunakan terdiri dari obat utama dan obat tambahan.
Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisin, INH,
Pirasinamid, Streptomisin dan Etambutol. Sedangkan jenis obat tambahan adalah Kanamisin,
Kulnolon, Makvolide, dan Amoksilin ditambah dengan asam klavulanat, derivat rifampisin /
INH.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TUBERKULOSIS PARU


(TB PARU)

A. Pengkajian
1. Aktivitas / istirahat.

Gejala :
 Kelelahan umum dan kelemahan.

 Nafas pendek karena bekerja.

 Kesulitan tidur pada malam atau demam pada malam hari, menggigil dan atau
berkeringat.

 Mimpi buruk.

Tanda :
 Takhikardi, tachipnoe, / dispnoe pada kerja.

 Kelelahan otot, nyeri dan sesak (pada tahap lanjut).

2. Integritas Ego.

Gejala :
 Adanya faktor stres lama.

 Masalah keuanagan, rumah.

 Perasaan tak berdaya / tak ada harapan.

 Populasi budaya.
Tanda :
 Menyangkal. (khususnya selama tahap dini).

 Ancietas, ketakutan, mudah tersinggung.

3. Makanan / cairan.

Gejala :
 Anorexia.

 Tidak dapat mencerna makanan.

 Penurunan BB.

Tanda :
 Turgor kulit buruk.

 Kehilangan lemak subkutan pada otot.

4. Nyeri / kenyamanan.

Gejala :
o Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
Tanda :
 Berhati-hati pada area yang sakit.

 Perilaku distraksi, gelisah.

5. Pernafasan.
Gejala :

 Batuk produktif atau tidak produktif.

 Nafas pendek.

 Riwayat tuberkulosis / terpajan pada individu terinjeksi.

Tanda :
 Peningkatan frekuensi nafas.

 Pengembangan pernafasan tak simetris.


 Perkusi dan penurunan fremitus vokal, bunyi nafas menurun tak secara bilateral
atau unilateral (effusi pleura / pneomothorax) bunyi nafas tubuler dan / atau bisikan
pektoral diatas lesi luas, krekels tercatat diatas apeks paru selam inspirasi cepat setelah
batuk pendek (krekels – posttusic).

 Karakteristik sputum ; hijau purulen, mukoid kuning atau bercampur darah.

 Deviasi trakeal ( penyebaran bronkogenik ).

 Tak perhatian, mudah terangsang yang nyata, perubahan mental ( tahap lanjut).

6. Keamanan.
Gejala :

 Adanya kondisi penekana imun, contoh ; AIDS, kanker, tes HIV positif (+)
Tanda :

 Demam rendah atau sakit panas akut.

7. Interaksi sosial.

Gejala :
 Perasaan isolasi / penolakan karena penyakit menular.

 Perubahan pola biasa dalam tangguang jaawab / perubahan kapasitas fisik untuk
melaksankan peran.

8. Penyuluhan / pembelajaran.

Gejala :
 Riwayat keluarga TB.

 Ketidakmampuan umum / status kesehatan buruk.

 Gagal untuk membaik / kambuhnya TB.

 Tidak berpartisipasi dalam therapy.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental atau sekret darah.
Kriteria hasil :
 Mempertahankan jalan nafas pasien
 Mengeluarkan sekret tanpa bantuan
Intervensi :
 Kaji fungsi pernapasan contoh : Bunyi nafas, kecepatan, irama, kedalaman dan penggunaan otot
aksesori
 Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa / batuk efektif : catat karakter, jumlah sputum,
adanya emoptisis
 Berikan pasien posisi semi atau fowler tinggi. Bantu pasien untuk batuk dan latihan napas dalam
 Bersihkan sekret dari mulut dan trakea : penghisapan sesuai keperluan
 Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat-obatan

Rasionalisasi :
 Penurunan bunyi napas dapat menunjukkan atelektasis
 Pengeluaran sulit bila sekret sangat tebal. Sputum berdarah kental atau darah cerah diakibatkan
oleh kerusakan paru atau luka bronkal dan dapat memerlukan evaluasi
 Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernapasan
 Mencegah obstruksi / aspirasi

2. Pertukaran gas, kerusakan dan resiko.


Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan sering batuk atau produksi sputum
meningkat.
Kriteria hasil :
 BB meningkat

Intervensi :
 Catat status nutrisi pasien
 Pastikan pola diet biasa pasien, yang disukai / tidak disukai
 Berikan makanan sedikit tapi sering
 Anjurkan keluarga klien untuk membawa makanan dari rumah dan berikan pada klien kecuali
kontra indikasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi

Rasionalisasi :
 Berguna dalam mendefinisikan derajat / luasnya masalah dan pilihan intervensi yang tepat
 Pertimbangan keinginan dapat memperbaiki masukan diet
 Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan
 Membantu memenuhi kebutuhan personal dan kultural
3. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan dan pencegahan berhubungan
dengan tidak akurat dan tidak lengkap informasi yang ada.
Kriteria hasil :
 Menyatakan pemahaman proses penyakit / prognosis dan kebutuhan pengobatan

Intervensi :
 Kaji kemampuan pasien untuk belajar
 Identifikasi gejala yang harus dilaporkan ke perawat
 Berikan instruksi dan informasi tertulis
 Anjurkan klien untuk tidak merokok
 Kaji bagaimana TB ditularkan

Rasionalisasi :
 Belajar tergantung pada emosi dan kesiapan fisik dan ditingkatkan pada tahapan individu
 Dapat menunjukkan kemajuan atu pengaktifan ulang penyakit atau efek obat yang memerlukan
evaluasi lanjut
 Infomasi tertulis menurunkan hambatan pasien untuk mengingat sejumlah besar informasi
 Meskipun merokok tidak merangsang berulangnya TB tetapi meningkatkan disfungsi
pernapasan
4. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan kurang pengetahuan untuk
menghindari pemajanan patogen.

Kriteria hasil :
 Menurunkan resiko penyebaran infeksi

Intervensi :
 Kaji patologi penyakit
 Identifikasi orang lain yang berisiko
 Anjurkan pasien untuk batuk / bersin dan mengeluarkan pada tisu dan menghindari meludah
 Kaji tindakan kontrol infeksi
 Awasi suhu sesuai indikasi
 Kolaborasi dengan tim medis

Rasionalisasi :
 Membantu pasien menyadari / menerima perlunya mematuhi program pengobatan
 Orang-orang yang terpajan ini perlu program terapi obat untuk mencegah penyebaran /
terjadinya infeksi
 Dapat membantu menurunkan rasa terisolasi pasien
 Reaksi demam indikator adanya infeksi lanjut
 Membantu mengidentifikasi lembaga yang dapat dihubungi untuk menurunkan penyebaran
infeksi
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dengan demikian, bahwa penyakit tuberculosis (TBC) itu disebabkan karena adanya
bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Oleh karena itu untuk mencegah penularan penyakit ini
sebaiknya harus menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Tuberkulosis juga penyakit yang harus
benar-benar segera ditangani dengan cepat.

B. Saran
Saran yang paling tepat untuk mencegah penyakit tuberkulosis adalah
Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makanan bergizi. TBC adalah penyakit yang dapat
disembuhkan, untuk mencapai hal tersebut penderita dituntut untuk minum obat secara benar
sesuai yang dianjurkan oleh dokter serta teratur untuk memeriksakan diri ke klinik/puskesmas.

Anda mungkin juga menyukai