Surahman Amin*
surahman.amin74@gmail.com
DAN
Ferry Muhammadsyah Siregar**
ferryms@ugm.ac.id
Abstract
This paper aims at discussing about knowledge (‘al-‘ilm) and scholar (al-‘ālim) in the Qur’an with a focus on
their etymological meanings, classification and interpretation (tafsīr). In addition, it examines the words of
verses related to al-‘ilm and al-ālim, being analyzed by the theory of Qur’anic exegesis, especially tafsīr mauḍū’ī.
It faund that the al-‘ilm is a real knowledge on an object in accordance with its conditions and characters. Al-
’ilm can be divided into two types, i.e. kasbī (gained knowledge) and ladunnī or mawhibah (gifted knowledge).
Keywords: Knowledge, Tafsīr, ‘Ulamā’
Surahman Amin dan Ferry Muhammadsyah Siregar, Ilmu dan Orang Berilmu 131
berikan kepada orang-orang yang senantiasa Ilmu dalam pengertian yang kedua,
menuntut ilmu ini sangat luar biasa. merujuk pada QS. al-Mumtahana [60]: 10,
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yakni:
dapat dirumuskan bahwa kajian tentang ilmu Áå ¼ò §
æ Cò Éå ¼ú »A Å
ì Çå ÌåÄZ
ê Nä ¿æ Bä¯ P
ë AäjUê BäÈ¿å P
å BäÄ¿ê Ûô Àå »ô A Áå ·å Õä BäU AägGê
dalam al-Qur’an sangat menarik untuk dicermati.
Lebih menarik lagi, bilamana kajian tentang ilmu Óä»êG ìÅåÇÌå¨êUæjäM òÝä¯ ëPBäÄê¿æÛå¿ ìÅåÇÌåÀåNæÀê¼ä§ æÆêHä¯ ìÅêÈêÃBäÀÍêHêI
tersebut berdasarkan pendekatan tafsīr mauḍū’ī. êiBì°å¸ô»A
…apabila datang berhijrah kepadamu perempuan-
Ilmu Menurut al-Qur’an perempuan yang beriman, maka hendaklah kamu
Kata ilmu (Á¼§) yang terdiri dari huruf uji (keimanan) mereka. Allah lebih mengetahui
‘ayn, lam dan mīm diartikan sebagai segala tentang keimanan mereka; maka jika kamu telah
sesuatu yang menunjukkan kepada bekas mengetahui bahwa mereka (benar-benar) beriman
atau yang memiliki keistimewaan. 11 Kata maka janganlah kamu kembalikan mereka kepada
ilmu yang berasal dari bahasa Arab terdiri (suami-suami mereka) orang-orang kafir.15
atas beberapa arti dasar, yakni mengetahui, Pengertian ilmu dalam ayat yang pertama
mengenal memberi tanda dan petunjuk. Ia dikutip di atas, berkaitan langsung dengan
merupakan bentuk maṣdar dari kata ‘alima- zat yang akan diketahui, yaitu musuh-musuh
ya’lamu-‘ilman, yang berantonim dari makna yang tidak atau belum diketahui itu, bukan
nāqid al-jahl (tidak tahu). 12 sifat atau ciri-ciri mereka. Sebab, sifat dan
Sedangkan pengertian ilmu secara ciri-ciri mereka telah diketahui, yaitu munafik
istilah menurut al-Rāghib al-Aṣfahānī adalah (mereka juga melakukan sembahnyang, puasa,
sebagaimana rumusannya dalam Mufradāt Alfāẓ dan mengucapkan kalimah syahadat).
al-Qur’ān, yakni: Pengertian ilmu dalam ayat selanjutnya
:BÀÇfYA ,ÆBIjy ¹»gË ÉN´Î´ZI ØÎr»A ºAieG :Á¼¨»A mengandung pesan agar melakukan pengujian
terhadap perempuan-perempuan yang
eÌUÌI ØÎr»A Ó¼§ Á¸Z»A :ÓÃBR»AË ØÎr»A PAg ºAieG
berhijrah dari Makkah karena meninggalkan
13
Éħ Ï°Ä¿ ÌÇ ØÎq Ï°Ã ËA ,É» eÌUÌ¿ ÌÇ ØÎq suaminya yang musyrik. Pengujian ini
Ilmu adalah mengetahui esensi dari sesuatu yang dilakukan dengan cara mencari tanda-tanda,
dari segi obyeknya terdiri atas dua, yakni pertama, atau indikasi-indikasi menunjukkan bahwa
mengetahui zat sesuatu; kedua, menetapkan sesuatu mereka benar-benar perempuan beriman. Jadi,
berdasarkan ada atau tidak adanya sesuatu yang lain. ilmu dalam ayat ini tidak berkaitan langsung
Ilmu dalam pengertian yang pertama dengan dzat-nya, tetapi berkaitan dengan
sebagaimana definisi di atas, merujuk pada QS. suatu sifat atau keadaan 16yang menyertai
al-Anfāl [8]: 60, yakni: (melekat) pada dzat tersebut.
Jika pengertian ilmu ditelusuri lebih lanjut
æÁåÈåÀò¼æ¨äÍ åÉú¼»A åÁåÈäÃÌåÀò¼æ¨äM òÜ æÁêÈêÃËåe æÅê¿ äÅÍêjäaAäÕäË æÁå·ìËåfä§äË melalui ayat-ayat al-Qur’an, di sana disebutkan
… dan musuh-musuhmu serta orang-orang selain term ilmu atau al-‘ilm sebanyak 105 kali.
mereka yang kamu tidak mengetahuinya sedang Bahkan, dalam Mu’jam al-Mufahrath li Alfāẓ al-
Allah mengetahuinya.14 Qur’ān al-Karīm, angka sebanyak ini semakin
bertambah jumlahnya menjadi 744 kali bila
11
Lihat Abū Ḥusayn Aḥmad bin Fāris bin Zakariah, Mu’jām derivasinya juga disertakan.17 Term-term
Maqāyis al-Lughah, Juz IV, Cet. II, (Mesir: Muṣṭafā al-Bāb al-
Halabi wa Aūlāduh, 1971), hlm. 109. 15
Departeman Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm.
12
Louis Ma’lūf, Al-Munjid fi al-Lughah, (Bairūt: Dār al- 924
Masyriq, 1977), hlm. 526 16
Disadur dari Ensiklopedi AlQur’an, (Jakarta: Yayasan
13
al-Rāghib al-Aṣfahānī, Mufradāt Alfāẓ al-Qur’an, Cet I, Bimantara, 1997), hlm. 150
(Damsyiq: Dār al-Qalam, 1992), hlm. 580. 17
Menurut Quraish Shihab, kata ilmu dengan berbagai
14
Departeman Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: bentuknya terulang 854 kali. Selanjutnya dalam Ensiklopedi
Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Qur’an, 1992), hlm. 271 al-Qur’an: Kajian Kosa Kata dan Tafsirnya dikemukakan
Surahman Amin dan Ferry Muhammadsyah Siregar, Ilmu dan Orang Berilmu 133
Dan saudara-saudara Yusuf datang (ke Mesir) Mereka menjawab: “Maha Suci Engkau, tidak ada
lalu mereka masuk ke (tempat) nya. Maka Yusuf yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau
mengenal mereka, sedang mereka tidak kenal (lagi) ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah
kepadanya. Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
Term ma’rifah dalam ayat di atas berkonotasi Dalam ayat di atas nampak kata ilmu dalam
“persepsi yang dimiliki seseorang”.19 Senada tiga bentuk, yakni ‘ilm (pengetahuan), ‘allama
dengan hal ini, al-Aṣfahānī menyatakan bahwa (mengajarkan) dan alīm (Maha Mengetahui),
ma’rifah adalah pengetahuan terhadap sesuatu kemudian diakhiri dengan kata al-ḥakīm yang
dengan cara berfikir dan merenung.20 akar katanya adalah al-ḥikmah. Ṭanṭāwi Jauharī
Pengertian kata fa’ārafūhum dalam ayat di atas menginterpretasikan bahwa dua kata yang
adalah bahwa nabi Yusuf as. mengenal saudara- terakhir, yakni al-‘alīm dan al-ḥakīm, disebut
saudaranya di mana mereka pernah membuang sebagai asmā al-ḥusnā yang pada hakekatnya
dirinya (Yusuf). Tetapi, sedikit pun nabi Yusuf mengandung satu pengertian.23 Sejalan
as. tidak ada dendam terhadap mereka.21 Dari pengertian ini, kata al-ḥikmah yang berarti
penjelasan ini, maka dapat dipahami bahwa pengetahuan ditemukan pula dalam QS. al-
ma’rifah bukan saja dalam pengertian persepsi Baqarah [2]: 269:
dan bukan pula ilmu yang diperoleh melalui äÏêMËóC æfä´ä¯ äÒäÀæ¸êZô»A äPæÛåÍ æÅä¿äË åÕBäräÍ æÅä¿ äÒäÀæ¸êZô»A ÏêMæÛåÍ
kegiatan berfikir dan merenung. Ma’rifah adalah
pengetahuan yang diperoleh melalui panca indera êLBäJô»òDô»A Ìå»ËóC úÜêG åjì·ìhäÍ Bä¿äË AçjÎêRä· AçjæÎäa
berupa penglihatan. Dikatakan demikian, karena Allah menganugrahkan al-hikmah (kefahaman
nabi Yusuf as. dalam ayat tersebut mengetahui yang dalam tentang al- Qur›an dan al-Sunnah)
dan atau mengenal saudara-saudaranya setelah kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa
ia melihat mereka secara langsung. yang dianugrahi al-hikmah itu, ia benar-benar
Disamping term ma’rifah, al-Qur’an juga telah dianugrahi karunia yang banyak. Dan
menyebutkan term al-ḥikmah yang pengertiannya hanya orang-orang yang berakallah yang dapat
identik dengan ilmu. Hal ini berdasar pada Q.S. mengambil pelajaran (dari firman Allah).
Luqmān [31]: 12, ... Òä Àä ¸
æ Z
ê »æ A Æä BäÀ´æ »å BäÄÎæ Mä AäÕ f
æ ´ä »ò Ëä . Ibn Kaṡīr, Masih terkait dengan pengertian ilmu dan
menjelaskan bahwa term al-ḥikmah dalam ayat kaitannya dengan ayat-ayat yang telah dikutip
ini berarti al-fahmu wa al-‘ilmu (pemahaman dan di atas, Dawam Rahardjo dalam Ensiklopedi al-
pengetahuan).22 Secara subtansial, pengertian Qur’an, menyatakan bahwa:
al-‘ilmu memang tercakup dalam term al-ḥikmah Dalam tradisi Islam, tidak saja dikenal apa yang
yang dalam bahasa sehari-hari sering diartikan disebut “ilmu” (al-‘ilm), yang tidak hanya bersifat
pelajaran. Orang yang bisa mengambil hikmah positivis, tetapi juga dikenal dengan dengan al-
adalah orang orang yang bisa mengambil ḥikmah, pengetahuan yang tinggi, pengetahuan
pelajaran dari pengalamannya. tentang kearifan (wisdom), dan al-ma’rifah,
Sumber lain yang menegaskan bahwa pengalaman tentang realitas sejati.24
pengertian ilmu sama dengan al-ḥikmah adalah Dapatlah dirumuskan bahwa terminologi
firman Allah Swt. dalam QS. al-Baqarah [2]: 32: ilmu dalam al-Qur’an dapat disinonimkan
Áå Îê¼¨ä »ô A O
ä Ãæ Cò ¹
ä Ãì Gê BäÄNä Àæ ¼ú §
ä Bä¿ Ü
ì Gê BäÄ»ò Áä ¼ô §
ê Ü
ò ¹
ä Ãä BäZJæ må AÌó»Bä³ dengan ma’rifah dan al-ḥikmah, namun
dalam hal-hal tertentu dapat saja dibedakan
åÁÎê¸äZô»A pengertiannya, jika dikembalikan kepada
makna aslinya. Dalam hal ini, pengertian
19
Abd. Muin Salim, al-Qur’an sebagai Sumber Ilmu ilmu secara umum adalah “pengetahuan”,
Pengetahuan dalam “Jurnal Mitra Volume I No. 1/2004”
(Makassar: Kopertais Wil. VIII, 2004), hlm. 14. 23
Lihat Ṭanṭawi Jauharī, al-Jawāhir fī Tafsīr al-Qur’an, Jilid I,
20
al-Aṣfahānī, Mufradāt., hlm. 560. (Mesir: Muṣṭafā Al-Bāb Al-Halabī wa Aulāduh, 1350 H), hlm. 53
21
Abū al-Fidā Ismāil bin Kaṡīr, Tafsīr al-Qur’ān al-‘Aẓīm, Juz 24
Dawam Rahardjo, Ensiklopedi al-Qur’an, (Jakarta:
II, (Indonesia: Toha Putra, t.th), hlm. 483 Paramadina, 1996), hlm. 57
22
Ibn Kaṡīr, Tafsīr al-Qur’ān, hlm. 444
Surahman Amin dan Ferry Muhammadsyah Siregar, Ilmu dan Orang Berilmu 135
yang wājib, wajib kifāyah, mubah dan tercela, Selama beberapa abad ulama Islam merupakan
adalah kurang tepat bila merujuk pada Hadis pembawa obor pengetahuan, bahkan karya-
yang menjelaskan bahwa menuntut ilmu itu karya mereka dijadikan buku teks di Eropa.
wajib bagi setiap Muslim. Ilmu apapun asalkan Para ulama yang terkenal dalam sejarah Islam
dapat memberikan manfaat bagi diri dan sebagai filsuf mengintegrasikan ilmu-ilmu dari
orang lain maka itu adalah wajib; sebaliknya, berbagai budaya, lalu memformulasikannya
ilmu yang tidak bermanfaat adalah haram ke dalam suatu pemikiran utuh. Inilah yang
atau dilarang. Bukankah wahyu ataupun Hadis menjadikan Islam pada saat itu memimpin
sebagai sumber ilmu adalah berasal dari Allah peradaban dunia.
Swt? demikian pula alam ciptaannya juga Memilah-milah ilmu dengan alasan bahwa
berasal dari Allah Swt., sehingga menuntut ilmu agama dan non-agama tidak mempunyai
ilmu-ilmu kealaman (sains) juga termasuk nilai yang sama adalah kurang tepat.
wajib bagi setiap muslim asalkan diarahkan Kenyataannya, ilmu non-agama dewasa ini jauh
untuk kemanfaatan masyarakat. lebih memberikan manfaat yang besar kepada
Klasifikasi ilmu seperti itu bisa kehidupan umat manusia, misalnya teknologi
menimbulkan miskonsepsi bahwa ilmu non- komputerisasi, komunikasi, transfortasi,
agama terpisah dari Islam. Padahal, ilmu yang perbankan dan lain-lain. Sebaliknya, ilmu yang
digolongkan non-agama itu dapat memberikan dikelompokkan sebagai ilmu agama malah
manfaat besar bagi kesejahteraan umat menimbulkan pertentangan dalam masyarakat
manusia. Misalnya, penemuan sains dalam seperti ilmu Kalam/Teologi, ilmu fikih dan lain-
bidang kedokteran, transportasi, komunikasi lain. Dalam Islam, batasan untuk ilmu adalah
dan pertanian dan lain-lain. bahwa orang-orang Islam haruslah menuntut
Murtaḍā Muṭahharī, sebagaimana dikutip ilmu yang berguna dan melarang menuntut
dalam buku Filsafat Sains Menurut Al-Qur’an, ilmu yang tidak bermanfaat.30
menjelaskan bahwa kesempurnaan Islam Ayat-ayat al-Qur’an yang di dalamnya
sebagai suatu agama menuntut agar setiap terdapat kata ’ilm pada umumnya berbicara
lapangan ilmu yang berguna bagi masyarakat tema sentral ilmu sebagai penyelamat manusia
Islam dianggap sebagai bagian dari kelompok baik di dunia maupun di akhirat. Topik-topik
ilmu agama. Agama yang memandang dirinya yang dibahas meliputi: (1) Proses pencapaian
serba lengkap tidak bisa memisahkan dirinya pengetahuan dan obyeknya (QS. al-Baqarah
dari masalah-masalah yang memainkan [2]: 31-32); (2) Klasifikasi Ilmu (QS. al-Kahfi
peranan vital dalam memberikan kesejahteraan [18]: 65); (3) Fungsi ilmu yang mencakup sikap
dan kemerdekaan bagi masyarakat Islam.29 dan prilaku orang-orang yang berilmu serta
Dalam sebagian besar al-Qur’an dan karakteristik mereka. Iman yang mencakup
Hadis, konsep llmu secara mutlak muncul sikap dan prilaku orang terhadap Allah Swt.
dalam maknanya yang umum. Hadis Nabi dan ajaran-Nya.31
yang memerintahkan untuk menuntut ilmu Keterangan singkat di atas menunjukkan
walaupun ke negeri Cina menunjukkan bahwa betapa al-Qur’an telah memberikan prinsip-
menuntut ilmu itu tidak terbatas pada ilmu prinsip, spirit serta kaidah-kaidah dalam
agama saja karena Cina pada saat itu bukan mengembangkan berbagai macam ilmu
pusat studi-studi teologi, fikih ataupun pengetahuan. Dunia kini dan masa depan
tasawuf, tetapi terkenal karena industrinya. adalah dunia yang dikuasai oleh sains dan
Lagi pula, hukum atau ajaran-ajaran agama teknologi. Mereka yang memiliki keduanya
seperti yang dimaksud oleh al-Ghazālī tidak akan menguasai dunia. Sains dan teknologi
dapat dipelajari dari orang-orang musyrik.
30
Ghulshani, Filsafat., hlm. 44-57.
Mahdi Ghulshani, Filsafat Sains Menurut Al-Qur’an, terj.
29 31
Lihat Ensiklopedi al-Qur’an, jilid I, (Jakarta: Bimantara,
Agus Effendi, Cet. X, (Bandung: Mizan,1998), hlm. 44. 1997), hlm. 150.
Surahman Amin dan Ferry Muhammadsyah Siregar, Ilmu dan Orang Berilmu 137
seperti tahu ada makhluk hidup di genangan kedua adalah pengetahuan yang diperoleh
air. Jenis kedua adalah ilmu yang tidak cukup berdasarkan usaha-usaha belajar, mendengar
hanya dengan diketahui saja, tapi juga harus keterangan atau membaca dari tulisan-tulisan
diamalkan, seperti ilmu tentang ibadah kepada yanng ada, dan bentuk yang lebih kompleks
Allah Swt. adalah pengetahuan yang diperoleh melalui
Ada pula yang membagi ilmu ke dalam penelitian.34
“aqlī” dan “sam’ī”. Yang pertama adalah ilmu Paradigma ‘ilm kasbī ini adalah firman
yang didapat melalui penelitian, seperti ilmu Allah Swt. dalam QS. al-‘Alaq [96]: 1-5, yang
adanya hubungan saling mempengaruhi antara terjemahnya sebagai berikut:
dua hal. Jenis kedua adalah ilmu yang didapat Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang
melalui pendengaran tanpa penelitian, seperti menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari
tahu bahwa 1+2=3. segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang
Dalam dunia pendidikan, ada yang disebut Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan
dengan “ilmu Islam” dan “ilmu Barat”, “ilmu perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya.
agama” dan “ilmu umum”. Demikianlah
seterusnya sehingga tidak ada kata sepakat Ayat di atas mengandung pesan ontologis
mengenai pembagian atau klasifikasi ilmu tentang sumber ilmu pengetahuan. Dalam ayat
dalam berbagai perspektif. tersebut Allah Swt. memerintahkan Nabi Saw.
Dengan merujuk pada terminologi agar membaca dan bacaan itu obyeknya bisa
“ilmu” yang diartikan sebagai “pengetahuan bermacam-macam: ada yang berupa ayat-ayat
yang diperoleh manusia”, Abd. Muin Salim tertulis (al-āyah al-qur’ānīah), dan dapat pula
mengklasifikasikan tiga jenis ilmu: ilmu ayat-ayat yang tidak tertulis (al-āyah al-kaūnīah).
Membaca ayat-ayat qur’ānīah dapat menghasilkan
kasbiyun, ilmu wahabiyun dan ilmu syu’uriyun.33
Menurutnya, kategori ilmu pertama disebut ilmu agama seperti fikih, tauhid, akhlak dan
dengan pengetahuan olahan, kedua disebut semacamnya. Sedangkan membaca ayat-ayat
dengan pengetahuan limpahan, dan ketiga kaūnīah dapat menghasilkan sains seperti fisika,
disebut pengetahuan rasa. biologi, kimia, astronomi dan semacamnya.
Terlepas klasifikasi ilmu di atas, penulis Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
berpendapat bahwa ilmu dalam al-Qur’an pada ‘ilm kasbī bersumber dari ayat-ayat qur’ānīah
dasarnya terklasifikasi ke dalam dua jenis. dan kaūnīah, dan untuk memperolehnya
Pertama, ilmu yang diperoleh melalui proses manusia dituntut selalu membaca.
belajar (‘ilm kasbī); Kedua, ilmu yang merupakan Potensi-potensi pada diri manusia yang harus
anugerah Allah Swt. (tanpa proses belajar) digunakan untuk menuntut ilmu tersebut adalah
al-sam’u (pendengaran),35 al-baṣr (penglihatan)36
yang sering disebut dengan istilah ilm ladunnī.
‘Ilm Kasbī dan al-fu’ād (hati).37 Ketiga potensi ini disebutkan
dalam beberapa ayat secara bersamaan, misalnya
‘Ilm kasbī adalah pengetahuan yang
dalam QS. al-Naḥl [16]: 78,
diperoleh manusia dari luar dirinya melalui
pengalaman hidup ataupun dengan usaha
yang disengaja. Contoh yang pertama adalah ½
ä ¨ä Uä Ëä Bõ×Îæ q
ä Æä ÌåÀ¼ò ¨æ Mä Ü
ò Áæ ¸
å Mê BäÈ¿ì Có Æê ÌóñIå Å
æ ¿ê Áæ ¸
å Uä jä aæ Cò Éå ¼ú »AäË
pengetahuan tentang lingkungan hidup yang äÆËåjå¸æräM æÁå¸ú¼ä¨ò» äÑäfê×æ¯òÞAäË äiBävæIòÞAäË ä©æÀìn»A åÁå¸ò»
merupakan bagian dari kehidupan manusia
seperti matahari yang terbit di Timur dan 34
Salim, al-Qur’an., hlm. 15.
terbenam di Barat. Bentuk yang lebih kompleks 35
Kata al-sam’u dalam al-Qur’an terulang sebanyak 185
adalah pengetahuan atau budaya yang kali. Lihat Muhammad Fu’ād Abd. al-Bāqī, al-Mu’jam., hlm. 278.
diwarisi secara tidak disadari. Contoh yang
36
Kata al-baṣar dalam al-Qur’an terulang sebanyak 148
kali. Lihat al-Bāqī, al-Mu’jam., hlm. 252-253.
33
Salim, Beberapa Aspek., hlm. 24.
37
Kata al-fu’ād dalam al-Qur’an terulang sebanyak 16 kali.
Lihat al-Bāqī, al-Mu’jam., hlm. 145.
Surahman Amin dan Ferry Muhammadsyah Siregar, Ilmu dan Orang Berilmu 139
…. Allah akan meninggikan orang-orang yang Ankabūt [29]: 43; (4) al-ulamā dalam QS. Fāṭir
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi [35]: 28; (5) ūlū al-bāb dalam QS. al-Ṭalaq [65]:10.
ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Semua term ini menunjuk pada pengertian
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. bahwa prasyarat orang berilmu menurut al-
Berkenaan dengan turunnya ayat tersebut, Qur’an adalah harus beriman. Di samping itu,
dijelaskan dalam sebuah riwayat bahwa suatu ilmu-ilmu yang dikuasainya harus didasari
ketika di hari Jum’at Nabi Saw. tengah berada atas nilai-nilai keimanan kepada Allah Swt. dan
di sebuah majelis ilmu yang sempit; ketika ia disertai dengan niat ikhlas dan dimanfaatkan
sedang menerima tamu dari penduduk Badar di jalan yang benar sesuai tuntunan ajaran
dari kalangan Muhajirin dan Anshar, tiba-tiba agama. Dengan kata lain, orang yang berilmu
sekelompok orang, termasuk Thābit bin Qays, harus juga mengantarkan dirinya kepada amal
datang dan ingin duduk di jajaran depan majelis dan karya yang bermanfaat.
itu. Mereka berdiri memuliakan Nabi Saw. dan Berdasar pada interpretasi di atas, maka
mengucapkan salam kepadanya. Nabi Saw. dapat dirumuskan bahwa orang yang beriman
menjawab salam yang lainnya. Mereka berdiri tidak diangkat derajatnya bilamana ia tidak
di sampingnya dan menunggu agar diberikan berilmu. Sebaliknya, orang yang berilmu tidak
tempat yang agak luas. Namun, orang yang diangkat derajatnya bila ia tidak beriman.
datang terdahulu tetap tidak memberikan Karena itu, ilmuwan yang diangkat derajatnya
peluang. Kejadian tersebut kemudian membuat yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah
Nabi Saw. mengambil inisiatif dan berkata mereka yang memiliki spritualitas keagamaan
kepada sebagian orang yang ada di sekitarnya, yang tinggi.
“berdirilah kalian, berdirilah kalian!”.
Kemudian berdirilah sebagian kelompok Kesimpulan
tersebut berdekatan dengan orang yang al-Qur’an sebagai sumber ilmu
datang terdahulu, sehingga Nabi Saw tampak pengetahuan pada dasarnya tidak pernah
menunjukkan kekecewaannya di hadapan mendikotomikan antara ilmu agama dan
mereka. Dalam keadaan demikian itulah ayat ilmu umum atau non-agama. al-Qur’an telah
tersebut diturunkan.42 memberikan prinsip-prinsip, semangat
Dengan mencermati sebab-sebab turunnya serta kaidah-kaidah dalam mengembangkan
ayat di atas, maka dapat dipahami bahwa ayat berbagai macam ilmu pengetahuan. Dunia kini
tersebut turun berkenaan dengan “majelis dan masa depan adalah dunia yang dikuasai
ilmu”. Hal ini lebih jelas dari kutipan potongan oleh sains dan teknologi. Mereka yang memiliki
ayat sebelumnya: AÌåZänæ¯Bä¯ êoê»BäVäÀæ»A Ïê¯ AÌåZìnä°äM keduanya akan menguasai dunia. Sains dan
æÁå¸ä» ä½Îê³ AägêG yang artinya, “apabila kamu diminta teknologi merupakan infrastruktur olehnya
berdiri selama berada di majelis Rasulullah, itu keduanya akan menentukan suprastruktur
maka segeralah berdiri.” Masih terkait dengan dunia internasional, termasuk kebudayaan,
sebab turunnya ayat tersebut, dapat dipahami moral, hukum bahkan agama, bila Islam
pula bahwa ayat itu mendorong untuk selalu ingin memegang peranan dalam percaturan
diadakannya kegiatan majelis ilmu, karena dunia tidak bisa tidak, harus menguasai ilmu
orang yang aktif di dalamnya akan diangkat pengetahuan dan teknologi. Persoalannya
derajatnya yang tinggi di sisi Allah Swt. sekarang adalah bagaimana seharusnya sikap
Term ūlū al-‘ilm kelihatannya semakna umat Islam dalam merespons temuan produk
dengan term (1) ūlū al-‘ilm dalam QS. ‘Alī al- ilmu pengetahuan tersebut.
‘Imrān [3]: 18; (2) al-rāsikhūn fī al-‘ilm dalam Ilmu dalam perspektif al-Qur’an adalah
QS. ‘Alī ‘Imrān [3]: 7; (3) al-ālimūn dalam QS. al- “pengetahuan dan/atau pengenalan yang
Lihat Aḥmad Muṣṭafā al-Marāghī, Tafsīr al-Marāghī, jilid
42 jelas terhadap suatu obyek sesuai dengan
X, (Bairūt: Dār al-Fikr, t.th), hlm. 16. keadaannya”. Oleh karena itu, dalam pandangan
Surahman Amin dan Ferry Muhammadsyah Siregar, Ilmu dan Orang Berilmu 141