Anda di halaman 1dari 19

ACARA I

PERKECAMBAHAN BIJI KOPI, KELAPA SAWIT, KAKAO, DAN


PENGARUH ASAL LETAK BIJI DALAM BUAH TERHADAP
PERTUMBUHAN SEMAI BIJI KAKAO

A. Pelaksanaan Praktikum
Hari : Rabu
Tanggal : 13 Februari 2019
Tempat : Kebun Percobaan UPN “Veteran” Yogyakarta, Fakultas
Pertanian di Wedomartani.

B. TujuanAcara
1. Mempraktekkan cara mempersiapkan bahan tanam dengan cara
mengecambahkan biji kopi, kelapa sawit, dan kakao.
2. Mengetahui pengaruh letak biji dalam buah terhadap pertumbuhan semai
biji kakao.

C. Tinjauan Pustaka
1. Tanaman kopi
Tanaman kopi merupakan tanaman perkebunan yang berasaldari
Benua Afrika, tepatnya dari negara Ethiopia pada abad ke-9. Suku Ethiopia
memasukan biji kopi sebagai makanan mereka yang dikombinasikan
dengan makanan makanan pokok lainnya, seperti daging dan ikan. Kopi
merupakan salah satu hasil komoditi perkebunan yang memiliki nilai
ekonomis yang cukup tinggi diantara tanaman perkebunan lainnya dan
berperan penting sebagai sumber devisa negara. Klasifikasi tanaman kopi
(Coffea sp.) adalah sebagai berikut :
Kigdom : Plantae
Sub kigdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiaceae
Genus : Coffea
Spesies : Coffea sp. ( Cofffea arabica L., Coffea canephora, Coffea
liberica, Coffea excels) (Rahardjo, 2012)

Pada umumnya tanaman kopi berbunga setelah berumur sekitar dua


tahun. Bila bunga sudah dewasa, terjadi penyerbukan dengan pembukaan
kelopak dan mahkota yang akan berkembang menjadi buah. Kulit buah
yang berwarna hijauakan menguning dan menjadi merah tua seiring
dengan pertumbuhannya. Waktu yang diperlukan dari bunga menjadi buah
matangsekitar 6-11 bulan, tergantung jenis dan lingkungan. Kopi
Arabikamembutuhkan waktu 6-8 bulan,sedangkan kopi Robusta 8-11
bulan. Bunga umumnya mekar awal musim kemarau dan buah siap dipetik
diakhirmusim kemarau. Diawal musim hujan, cabang primer akan
memanjang dan membentuk daun-daun baru yang siap mengeluarkan
bunga pada awal musim 9kemarau mendatang (Najiyati dan Danarti 2007).
Jika dibandingkan dengan kopi Arabika, pohon kopi Robusta lebih rendah
dengan ketinggian sekitar 1,98 hingga 4,88 meter saat tumbuh liar di
kawasan hutan.Pada saatdibudidayakan melalui pemangkasan, tingginya
sekitar 1,98 hingga 2,44 meter (Retnandari dan Tjokrowinoto 1991).
Batang yang tumbuh dari biji disebut batang pokok.Batang pokok
memiliki ruas-ruas yang tampak jelas pada saat tanaman itu masih muda.
Pada tiap ruas tumbuh sepasang daun yang berhadapan, selanjutnya
tumbuh dua macam cabang, yakni cabang orthotrop (cabang yang tumbuh
tegak lurus atau vertikal dan dapat menggantikan kedudukan batang bila
batang dalam keadaan patah atau dipotong) dan cabang plagiotrop (cabang
atau ranting yang tumbuh ke samping atau horizontal) (PTPN XII 2013).
Daun kopi memiliki bentuk bulat telur, bergaris ke samping,
bergelombang, hijau pekat, kekar, dan meruncing di bagian ujungnya.
Daun tumbuh dan tersusun secara berdampingan dketiak batang, cabang
dan ranting. Sepasang daun terletak dibidang yang sama di cabang dan
ranting yang tumbuh mendatar. Kopi Arabika memiliki daun yang lebih
kecil dan tipis apabila dibandingkan dengan spesies kopi Robusta yang
memiliki daun lebih lebar dan tebal. Warna daun kopi Arabika hijau gelap,
sedangkan kopi Robusta hijau terang (Panggabean 2011).
Bunga kopi tersusun dalam kelompok, masing-masing terdiri dari 4–6
kuntum bunga. Pada setiap ketiak daun dapat menghasilkan 2–3 kelompok
bunga. sehingga setiap ketiak daun dapat menghasilkan 8–18 kuntum
bunga atau setiap buku menghasilkan 16–36 kuntum bunga. Bunga kopi
berukuran kecil, mahkota berwarna putih dan berbau harum. Kelopak
bungaberwarna hijau, pangkalnya menutupi bakal buah yang mengandung
dua bakal biji. Benang sari terdiri dari 5–7tangkai berukuran pendek.
Bunga kopi biasanya akan mekar pada awal musim kemarau. Bunga
berkembang menjadi buah dan siap dipetik pada akhir musim kemarau
(Najiyati dan Danarti 2007).
Buah kopi mentah berwarna hijau muda. Setelah itu, berubah menjadi
hijau tua, lalu kuning. Buah kopi matang(ripe) berwarna merah atau merah
tua. Ukuran panjang buah kopi Arabika sekitar 12–18 mm, sedangkan kopi
Robustasekitar 8–16 mm. Buah kopi terdiri dari beberapa lapisan, yakni
eksokarp (kulit buah), mesokarp (daging buah), endokarp (kulit tanduk),
kulit ari dan biji .Buah kopi terdiri dari daging buah dan biji. Daging buah
terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan kulit luar (exocarp), daging buah
(mesocarp), dan kulit tanduk (endocarp) yang tipis, tetapi keras. Kulit luar
terdiri dari satu lapisan tipis. Kulit buah yang masih muda berwarna hijau
tua yang kemudian berangsuran surmenjadi hijaukuning, kuning, dan
akhirnya menjadi merah, merah hitam jika buah tersebut sudah masak
sekali. Daging buah yang sudah masak akan berlendir dan rasanya agak
manis. Biji terdiri dari kulit biji dan lembaga (Najiyati dan Danarti 2007).
Persyaratan iklim kopi Robusta adalah ketinggian tempat , yaitu
300-600m diatas permukaan laut. Curah hujan 1 500 –3000 mm/tahun.
Bulan kering (curah hujan < 60 mm/bulan) 1 ‐3 bulan. Suhu udara rata‐rata
24‐30°C. Pada umumnya kopi tidak menyukai sinar matahari langsung
dalam jumlah banyak, tetapi menghendaki sinar matahari teratur. Angin
berpengaruh besar terhadap jenis kopi yang bersifat self-steril. Hal ini
untuk membantu penyerbukan yang berbeda klon. Tanaman kopi robusta
menghendaki tanah yang gembur dan kaya bahan organik. Tingkat
keasaman tanah (pH) yang ideal untuk tanaman ini 5,5-6,5 dan tanaman
kopi tidak menghendaki tanah bersifat basa. Kopi robusta dianjurkan
dibudidayakan dibawah naungan pohon lain (Balai Besar Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian 2008).

2. Tanaman kakao
Kakao merupakan satu-satunya di antara 22 jenis marga Theobroma,
suku Sterculiaceae yang diusahakan secara komersial. Menurut
Tjitrosoepomo (1988) sistematika tanaman ini sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Division : Spermatophyta
Sub-division : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Sub-class : Dialypetalae
Order : Malvales
Family : Sterculiaceae
Genus : Theobroma
Species : Theobroma cacaoL

Menurut Wood & Lass (1975), kakao dibagi tiga kelompok besar,
yaitu criollo, forastero, dan sebagian sifat criollo telah disebutkan di atas.
Sifat lainnya adalah pertumbuhannya kurang kuat, daya hasil lebih rendah
daripada forastero, relatif gampang terserang hama dan penyakit
permukaan kulit buah criollo kasar, berbenjol-benjol dan alur-alurnya jelas.
Kulit ini tebal tetapi lunak sehingga mudah dipecah. Kadar lemak dalam
biji lebih rendah daripada forastero tetapi ukuran bijinya besar. bulat, dan
memberikan citarasa khas yang baik. Lama fermentasi bijinya lebih
singkat daripada tipe forastero. Dalam tata niaga kakao criollo termasuk
kelompok kakao mulia (fine flavoured), sementara itu kakao forastero
termasuk kelompok kakao lindak (bulk) kelompok Kakao trinitario
merupakan hibrida criollo dengan farastero. Sifat morfologi dan
fisiologinya sangat beragam demikian jugadaya dan mutu hasilnya. Dalam
tata niaga, kelompok trinitario dapat masuk ke dalam kakao mulia dan
lindak, tergantung pada mutu bijinya. Batang dan CabangHabitat asli
tanaman kakao adalah hutan tropis dengan naungan pohon-pohon yang
tinggi, curah hujan tinggi, suhu sepanjang tahun relatif sama, serta
kelembaban tinggi yang relatif tetap. Dalam habitat seperti itu, tanaman
kakao akan tumbuh tinggi tetapi bunga dan buahnya sedikit. Jika
dibudidayakan di kebun, tinggi tanaman umur tiga tahun mencapai 1,8
–3,0 meter dan pada umur 12 tahun dapat mencapai 4,50 –7,0 meter.
Tinggi tanaman tersebut beragam, dipengaruhi oleh intensitas naungan
serta faktor-faktor tumbuh yang tersedia. Tanaman kakao bersifat
dimorfisme, artinya mempunyai dua bentuk tunas vegetatif. Tunas yang
arah pertumbuhannya ke atas disebut dengan tunas ortotrop atau tunas air
(wiwilan atauchupon), sedangkan tunas yang arah pertumbuhannya ke
samping disebut dengan plagiotrop (cabang kipas atau fan) ( Pusat
Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2010 ).
Tanaman kakao besifat dimorfisme, artinya mempunyai dua bentuk
tunas vegetatif. Tunas yang arah pertumbuhannya ke atas disebut tunas
ortotrof atau tunas air (wiwilan atauChupon), sedangkan tunas yang arah
pertumbuhannya ke samping disebut dengan tunas plagiotrop (cabang
kipas atau fan). Tanaman kakao asal biji, setelah mencapai tinggi 0,9 –1,5
meter akan berhenti tumbuh dan membentuk jorket (jorquette). Jorket
adalah tempat percabangan dari pola percabangan ortotrop ke plagiotrop
dan khas hanya pada tanaman kakao. Pembentukan jorket didahului
dengan berhentinya pertumbuhan tunas ortotrop karena ruas-ruasnya tidak
memanjang. Pada ujung tunas tersebut, stipula (semacam sisik pada
kuncup bunga) dan kuncup ketiak daun serta tunas daun tidak berkembang.
Dari ujung perhentian tersebut selanjutnya tumbuh 3 -6 cabang yang arah
pertumbuhannya condong ke samping membentuk sudut 0 –60º dengan
arah horisontal. Cabang-cabang itu disebut dengan cabang primer (cabang
plagiotrop). Pada cabang primer tersebut kemudian tumbuh
cabang-cabang lateral (fan) sehingga tanaman membentuk tajuk yang
rimbun ( Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2010 ).
Tanaman kakao dewasa sepanjang batang pokok tumbuh wiwilan
atau tunas air (chupon). Dalam teknik budidaya yang benar, tunas air ini
selalu dibuang, tetapi pada tanaman kakao liar, tunas air tersebut akan
membentuk batang dan jorket yang baru sehinggatanaman mempunyai
jorket yang bersusun. Dari tunas plagiotrop biasanya tumbuh tunas-tunas
plagiotrop, tetapi kadang-kadang juga tumbuh tunas ortotrop. Pangkasan
berat pada cabang plagiotrop yang besar ukurannya merangsang
tumbuhnya tunas ortrotop itu. Tunas ortotrop hanya membentuk tunas
plagiotrop setelah membentuk jorket. Tunas ortotrop membentuk tunas
ortotrop baru dengan menumbuh-kan tunas air. Tumbuhnya jorket tidak
berhubungan dengan umur atau tinggi tanaman. Pemakaian pot besar
dilaporkan menunda tumbuhnya jorket, sedangkan pemupukan dengan
140 ppm N dalam bentuk nitrat mempercepat tumbuhnya jorket. Tanaman
kakao akan membentuk jorket setelah memiliki ruas batang sebanyak
60-70 buah. Namun, batasan tersebut tidak pasti, karena kenyataannya
banyak faktor lingkungan yang berpenga-ruh dan sukar dikendalikan.
Contohnya, kakao yang ditanam dalam polibag dan mendapat intensitas
cahaya 80% akan membentuk jorket lebih pendek daripada tanaman yang
ditanam di kebun. Selain itu, jarak antar daun sangat dekat dan ukuran
daunnya lebih kecil. Terbatasnya medium perakaran merupakan penyebab
utama gejala tersebut. Sebaliknya, tanaman kakao yang ditanam di kebun
dengan jarak rapat akan membentuk jorket yang tinggi sebagai efek dari
etiolasi (pertumbuhan batang memanjang akibat kekurangan sinar
matahari) (Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2010).
Daun Sama dengan sifat percabangannya, daun kakao juga bersifat
dimorfisme. Pada tunas ortotrop, tangkai daunnya panjang, yaitu 7,5-10
cm sedangkan pada tunas plagiotrop panjang tangkai daunnya hanya
sekitar 2,5 cm. Tangkai daun bentuknya silinder dan bersisik halus,
bergantung pada tipenya (Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perkebunan, 2010). Salah satu sifat khususdaun kakao yaitu adanya dua
persendian (articulation) yang terletak di pangkal dan ujung tangkai daun.
Dengan persendian ini dilaporkan daun mampu membuat gerakan untuk
menyesuaikan dengan arah datangnya sinar matahari. Bentuk helai daun
bulat memanjang (oblongus) ujung daun meruncing (acuminatus) dan
pangkal daun runcing (acutus). Susunan daun tulang menyirip dan tulang
daun menonjol ke permukaan bawah helai daun. Tepi daun rata, daging
daun tipis tetapi kuat seperti perkamen. Warna daun dewasa hijau tua
bergantung pada kultivarnya. Panjang daun dewasa 30 cm dan lebarnya 10
cm. permkaan daun licin dan mengkilap (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Indonesia, 2004).
Daun kakao (dokumen pribadi)Pertumbuhan daun pada cabang
plagiotrop berlangsung serempak tetapi secara berkala. Masa tumbuhnya
tunas-tunas tersebu dinamakan pertunasan atau flushing. Pada saat itu
tunas membentuk 3-6 lembar daun baru sekaligus. Setelah masa tunas
tersebut selesai, kuncup-kuncup daun itu kembali dorman (istirahat)
selama periode tertentu. Kuncup-kuncup akan bertunas lagi oleh
rangsangan faktor lingkungan (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Indonesia, 2004).Ujung kuncup daun yang dorman tertutup oleh sisik
(scales). Jika kelak bertunas lagi, sisik tersebut rontok meninggalkan
bekas (scars) atau lampang yang berdekatan satu sama lain dan disebut
dengan cincin lampang (ring scars). Dengan menghitung banyaknya cincin
lampang pada suatu cabang, dapat diketahui banyaknya cincin lampang
pada suatu cabang, dapat diketahui jumlah pertunasan yang terjadi pada
cabang yang bersangkutan. Intensitas cahaya mempengaruhi ketebalan
daun dan kandungan klorofil. Daun yang berada di bawah naungan
berukuran lebih besar dan warnanya lebih hijau daripada daun yang
mendapat cahaya penuh (Wood &Lass,1975).
Akar Kakao adalah tanaman dengan surface root feeder, artinya
sebagian besar akar lateralnya (mendatar) berkembang dekat permukaan
tanah, yaitu pada kedalaman tanah (jeluk) 0-30 cm. 56% akar lateral
tumbuh pada jeluk 0-10 cm, 26% pada jeluk 11-20, 14% pada jeluk 21-30
cm,dan hanya 4% tumbuh pada jeluk diatas 30 cm dari permukaan tana.
Jangkauan jelajah akar lateral dinyatakan jauh di luar proyeksi tajuk.
Ujungnya membentuk cabang-cabang kecil yang susunannya ruwet
(intricate) (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004).
Bunga Bunga kakao tergolong bunga sempuna, yang terdiri atas
daun kelompok (calyx) sebanyak 5 helai dan benang sari (androecium)
sejumlah 10 helai. Diameter bunga mencapai 1,5 cm. Tumbuhnya secara
berkelompak pada bantalan bunga yang menempel pada batang tua,
cabang atau ranting. Bunga yang keluar pada ketiak akhirnya akan jadi
gemuk membesar. Inilah yang disebut bantalan bunga atau buah. Bantalan
yang ada pada cabang tumbuh bunga disebutramifloradan yang ada pada
batang tumbuh bunga disebut cauliflora. Serbuk sarinya hanya
berdiameter 2-3 mikron, sangat kecil (Sugiharti, 2006).
Buah Warna buah kakao sangat beragam, tetapi pada dasarnya
hanya ada dua macam warna. Buah yang ketika muda berwarna hijau atau
hijau agak putih jika sudah masak akan berwarna kuning. Sementara itu,
buah yang ketika muda berwarna merah,setelah masak berwarna jingga
(oranye) (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004).
Kulit buah memiliki 10 alur dalam dan dangkal yang letaknya
berselang-seling. Pada tipe criollo dan trinitario alur kelihatan jelas, kulit
buahnya tebal tetapi lunakdan permu-kaannya kasar. Sebaliknya, pada tipe
forastero, permukaan kulit halus; tipis. Buah akan masak setelah berumur
enam bulan. Saat ini ukurannya beragam, dari panjang 10 hingga 30 cm,
bergantung pada kultivar dan faktor-faktor lingkungan selama
perkembangan buah (Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan,
2010).
Buah kakao yang masih muda disebut cherelle, kemudian sampai
tiga bulan pertama akan terjadi cherelle wilt, yakni gejala spesifik dari
buah kakao yang disebut physiological effect thiming,yaitu buah muda
menjadi kering dan mengeras. Hal ini disebabkan oleh adanya proses
fisiologis yang menyebabkan terhambatnya penyaluran hara untuk
menunjang pertumbuhan muda. Kehilangan buah dapat mencapai 80%
dari seluruh buah. Buah kakao yang berusia tigabulan biasanya sudah
tidak mengalami cherelle wilt, tetapi berkembang menjadi buah masak
jika tidak ada serangan hama atau penyakit (Sugiharti, 2006).
Biji kakao tersusun dalam lima baris mengelilingi poros buah.
Jumlahnya beragam, yaitu 20 –50 butir per buah. Jika dipotong melintang,
tampak bahwa biji disusun oleh dua kotiledon yang saling melipat dan
bagian pangkalnya menempel pada poros lembaga (embryo axis). Warna
kotiledon putih untuk tipe criollo dan ungu untuk tipe forastero (Pusat
Penelitiandan Pengembangan Perkebunan, 2010).

3. Tanaman kelapa sawit


Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensisJacq.) merupakan tanaman
monokotil yang tergolongdalam famili palmae. Tanaman kelapa sawit
digolongkan berdasarkan ketebalan tempurung (cangkang) dan warna buah
Klasifikasi tanaman kelapa sawit sebagai berikut: (Pahan, 2012).
Divisi : Embryophyta Siphonagama
Kelas : Angiospermae
Ordo : Monocotyledonae
Famili : Arecaceae
Subfamili : Cocoideae
Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis guineensis Jacq.

Morfologi tanaman Kelapa Sawit menurut PTPN VII (2006)


dideskripsikan sebagai berikut :
a. Akar Kelapa sawit merupakan tumbuhan monokotil yang tidak
memiliki akar tunggang. Radikula (bakalakar) pada bibit terus
tumbuh memanjang ke arah bawah selama enam bulan terus-menerus
dan panjang akarnya mencapai 15 meter.Akar primer kelapa sawit
terus berkembang. Susunan akar kelapa sawit terdiri dari serabut
primer yang tumbuh vertikal ke dalam tanah dan horizontal ke
samping. Serabut primer ini akan bercabang menjadi akar sekunder ke
atas dan ke bawah.Akhirnya, cabang-cabang ini juga akan bercabang
lagi menjadi akar tersier, begitu seterusnya. Kedalaman perakaran
tanaman kelapa sawit bisa mencapai 8 meter hingga16 meter secara
vertikal.
b. Batang Tanaman kelapa sawit umumnya memiliki batang yang tidak
bercabang. Pada pertumbuhan awal setelah fase muda (seedling)
terjadi pembentukan batang yang melebar tanpa terjadi pemanjangan
internodia (ruas). Titik tumbuh batang kelapa sawit terletak di pucuk
batang, terbenam di dalam tajuk daun, berbentuk seperti kubis dan
enak dimakan. Padabatang tanaman kelapasawit terdapat pangkal
pelepah-pelepah daun yang melekat kukuh dan sukar terlepas
walaupun daun telah kering dan mati. Pada tanaman tua,
pangkal-pangkal pelepah yang masih tertinggal di batang akan
terkelupas, sehingga batang kelapa sawit tampak berwarnahitam
beruas.
c. DaunTanaman kelapa sawit memiliki daun (frond) yang menyerupai
bulu burung atau ayam. Di bagian pangkal pelepah daun terbentuk
dua baris duri yang sangat tajam dan keras di kedua sisinya.
Anak-anak daun (foliage leaflet) tersusun berbaris dua sampai ke
ujung daun. Di tengah-tengah setiap anak daun terbentuk lidi sebagai
tulang daun.
d. Bunga dan buah Tanaman kelapa sawit yang berumur tiga tahun
sudah mulai dewasa dan mulai mengeluarkan bunga jantan atau bunga
betina.Bunga jantan berbentuk lonjong memanjang, sedangkan bunga
betina agak bulat.Tanaman kelapa sawit mengadakan penyerbukan
silang (cross pollination).Artinya, bunga betina dari pohon yang satu
dibuahi oleh bunga jantan dari pohon yang lainnya dengan
perantaraan angin dan atau serangga penyerbuk. Buah kelapa sawit
tersusun dari kulit buah yang licin dan keras (epicarp), daging buah
(mesocrap) dari susunan serabut (fibre) dan mengandung minyak,
kulit biji (endocrap) atau cangkang atau tempurung yang berwarna
hitam dan keras, daging biji (endosperm) yang berwarna putih dan
mengandung minyak, serta lembaga (embryo).Lembaga (embryo)
yang keluar dari kulit biji akan berkembang ke dua arah, yaitu:1.Arah
tegak lurus ke atas (fototropy), disebut dengan plumulayang
selanjutnya akan menjadi batang dan daun. 2.Arah tegak lurus ke
bawah (geotrophy) disebut dengan radiculayang selanjutnya akan
menjadi akar.Plumulatidak keluar sebelum radikulanya tumbuh
sekitar 1 cm. Akar-akar adventif pertama muncul di sebuah ring di
atas sambungan radikula-hipokotildan seterusnya membentuk
akar-akar sekunder sebelum daun pertama muncul. Bibit kelapa sawit
memerlukan waktu 3 bulan untuk memantapkan dirinya sebagai
organisme yang mampu melakukan fotosintesis dan menyerap
makanan dari dalam tanah. Buah yang sangat muda berwarna hijau
pucat. Semakin tua warnanya berubah menjadi hijau kehitaman,
kemudian menjadi kuning muda, dan setelah matang menjadi merah
kuning (orange).Jika sudah berwarna orange, buah mulai rontok dan
berjatuhan (buah leles).
e. Biji Setiap jenis kelapa sawit memiliki ukuran dan bobot biji yang
berbeda. Biji dura afrika panjangnya 2-3 cm dan bobot rata-rata
mencapai 4 gam, sehingga dalam 1 kg terdapat 250 biji. Biji dura deli
memiliki bobot 13 gam per biji, dan biji tenera afrika rata-rata
memiliki bobot 2 gam per biji. Biji kelapa sawit umumnya memiliki
periode dorman (masa non-aktif). Perkecambahannya dapat
berlangsung lebih dari 6 bulan dengan keberhasilan sekitar 50%. Agar
perkecambahan dapat berlangsung lebih cepat dan tingkat
keberhasilannya lebih tinggi, biji kelapa sawit memerlukan
pre-treatment.

Benih rekalsitran dan benih ortodox adalah dua tipe benih yang memiliki
karakter yang berbeda sehingga dalam penanganannya ada hal-hal kritikal
untuk diperhatikan agar mutu benih tetap terjaga.
1. Benih ortodox
Benih ortodox adalah jenis benih yang tahan dikeringkan sampai
kadar air yang rendah (2-5%) dan kelembaban serta suhu yang rendah
tanpa menurunkan viabilitas benih secara nyata. Pada umumnya kadar air
biji segar yang belum masak fisiologis (biji masih bersama dengan buah)
berkisar antara 15-30 % dan setelah mencapai kemasakan fisiologis kadar
air akan turun ke 6-10%. Kadar air ini masih terlalu tinggi untuk kriteria
penyimpanan benih sehingga harus dikeringkan untuk menurunkan kadar
air lebih rendah lagi. Pengeringan benih dilakukan dengan maksud
memperpanjang masa simpan benih. Dengan kadar air yang rendah
diharapkan benih tidak berkecambah selama penyimpanan dan
menghindarkan benih dari serangan jamur penyebab kerusakan.
2. Ciri khas dari benih-benih ortodox adalah :
a. Secara fisik ukurannya kecil hingga sedang, kulit biji keras
b. Memiliki masa dormansi, yaitu masa dimana benih tidak dapat
berkecambah meskipun dalam lingkungan yang mendukung
perkecambahan. Dormansi ini yang mendukung benih ortodox dapat
disimpan dalam jangka waktu yang lama (sampai beberapa tahun).
c. Banyak ditemukan di zona arid dan semi arid (zona arid : daerah
dengan curah hujan sangat rendah), daerah iklim tropik basah serta
daerah tropis dataran tinggi.
3. Benih rekalsitran
Benih rekalsitran adalah benih yang akan rusak apabila dikeringkan
dan tidak tahan disimpan pada suhu dan kelembaban yang rendah. Apabila
kadar airnya diturunkan maka viabilitas benih akan segera turun sampai nol.
Viabilitas nol artinya benih sudah tidak bisa tumbuh. Kadar air benih
rekalsitran pada saat masak berkisar 30-50%. Karena penyimpanan dalam
bentuk biji sulit, maka alternatif penyimpanan benih rekalsitran dilakukan
dengan cara disemaikan. Benih yang dikumpulkan, segera disemai dalam
polybag dan dibiarkan tumbuh sampai tinggi tertentu barulah kemudian
disimpan dengan perlakuan :
a. memberikan bahan pengatur pertumbuhan, atau
b. memanipulasi lingkungan penyimpanan untuk menghambat
pertumbuhan. Setelah penyimpanan, pengujian di lapangan dilakukan
terhadap viabilitas (daya tumbuh) bibit.

4. Ciri khas benih rekalsitran :


a. tidak memiliki masa dormansi
b. kadar air tinggi dan tidak tahan disimpan bila kadar air diturunkan
sampai dibawah kadar air kritis
c. tidak tahan disimpan pada suhu dingin
d. hanya mampu disimpan dalam jangka waktu yang pendek (beberapa
hari sampai beberapa bulan)
e. zona penyebarannya adalah daerah tropik basah dan hutan hujan tropik,
hanya sedikit yang ditemukan di zona lain.
Pengemasan benih rekalsitran ditempatkan dalam kemasan kedap air
namun tidak kedap udara yang mampu melindungi benih terhadap berbagai
faktor yang dapat mengakibatkan kerusakan. Suhu dan kelembaban kemasan
disesuaikan dengan spesifikasi masing-masing benih. Pada umumnya benih
rekalsitran membutuhkan kelembaban dan suhu yang tidak terlalu tinggi
karena itu untuk menjaga kelembaban dapat ditambahkan media lembab
seperti serbuk sabut kelapa atau serbuk gergaji olahan sekaligus melindungi
benih dari benturan selama pengiriman toraja, 2018).

D. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Pisau
b. Amplas
c. Plastik
d. Ember
e. Label
f. Bak Semai
g. Polybag
2. Bahan
a. Buah Kakao
b. Biji Kopi
c. Biji Kelapa Sawit
d. Pupuk Kompos
e. Air
f. Tepung
g. Fungisida

E. Cara Kerja
1. Perkecambahan Biji Kopi
a. Mengambil biji kopi dari tanaman yang telah diketahui berkualitas dan
terpilih atau varietas unggul
b. Mengupas biji kulit kopi tetapi kulit tangduk tidak sampai terlepas
c. Membersihkan lendir yang melekat di biji menggunakan kapur
d. Setelah lendir bersih kemudian di rendam menggunakan fungisida
selama lima menit
e. Mengeringkan biji akan tetapi tidak boleh terkena cahaya matahari,
dikeringkan dengan cara di anginkan
f. Membuat media tanah dengan pupuk kompos dengan perbandingan 1:1
kemudian masukkan ke dalam polybag.
g. Menanam biji kopi tersebut dengan posisi terbalik dan melakukan
perawatan.
2. Perkecambahan Biji Kelapa Sawit
a. Mengambil buah sawit dari tanaman yang telah diketahui berkualitas
dan terpilih atau varietas unggul
b. Merendam buah kelapa sawit dengan air selama dua malam
c. Mengupas buah kelapa sawit hingga terlihat bijinya dengan bantuan
amplas.
d. Merendam biji tersebut dengan larutan dithane M-45 0,2% selama lima
menit.
e. Mengeringkan biji akan tetapi tidak boleh terkena cahaya matahari,
dikeringkan dengan cara di anginkan.
f. Membuat media tanah dengan pupuk kompos dengan perbandingan 1:1
kemudian masukkan ke dalam polybag.
g. Menanam biji sawit tersebut dengan posisi horizontal dan melakukan
perawatan.
3. Perkecambahan Biji Kakao
a. Mengambil buah kakao yang masak
b. Membelahnya dengan bantuan pisau atau dengan cara di pukul
c. Mengambil biji kakao dan pisahkan bagian ujung dan bagian tengah
d. Membersihkan lendir yang melekat di biji menggunakan kapur
e. Setelah lendir bersih kemudian di rendam menggunakan fungisida
selama lima menit.
f. Mengeringkan biji akan tetapi tidak boleh terkena cahaya matahari,
dikeringkan dengan cara di anginkan.
g. Membuat media tanah dengan pupuk kompos dengan perbandingan 1:1
kemudian masukkan ke dalam polybag.
h. Menanam biji kakao tersebut dengan posisi terbalik dan melakukan
perawatan.

F. Hasil Pengamatan
Tabel 1.1 Hasil Pengamatan Perkecambahan Tanaman Kopi dan Kelapa sawit
Parameter Kopi Kelapa Sawit

Persentase
0 0
hidup (%)

Sumber : Praktikum Teknologi Budidaya Tanaman Industri dan Pekebunan


2019

Tabel 1.2 Hasil Pengamatan Perkecambahan Buah Kakao


Buah Kakao
Parameter
Pangkal Tengah Ujung

Persentase
16,67 25 8,33
hidup (%)

Sumber : Praktikum Teknologi Budidaya Tanaman Industri dan Pekebunan


2019
Perhitungan :
1. Perhitungan Buah Kakao Pada Bagian Tengah
2
= x 100%
12
2. Perhitunga Buah Kakao Pada Bagian Pangkal
3
= x 100%
12
3. Perhitungan buah kakao pada bagian ujung
1
= x 100%
12
G. Pembahasan
Perkecambahan merupakan proses pertumbuhan embrio pada biji menjadi
tumbuhan baru. Biji akan mulai berkecambah setelah menyerap air dari
lingkungan sekitar. Air yang masuk ke dalam biji akan memicu hormon dan
enzim untuk bekerja sehingga embrio dalam biji mulai tumbuh. Proses
perkecambahan biji diawali dengan masuknya air ke dalam biji. Biji yang
kering akan menyerap air dari lingkungan sekitarnya, proses penyerapan air
oleh biji ini disebut imbibisi. Setelah biji menyerap air ukuran biji akan
mengembang dan membesar menyebabkan kulit biji menjadi pecah, air yang
masuk akan memicu hormon giberelin pada embrio, hormon tersebut akan
memicu sel-sel di lapisan aleuron untuk memproduksi enzim amilase. Enzim
amilase yang telah dihasilkan akan bekerja di endosperma untuk mengubah
pati menjadi gula, kemudian gula yang telah dihasilkan akan ditransfer kepada
embrio sebagai bahan untuk pertumbuhan embrio.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan perkecambahan kopi, kakao
dan kelapa sawit menggunakan polybag yang diisi media tanam yaitu pupuk
kompos. Dalam pembuatan persemaian untuk perkecambahan kakao dibuat 12
polybag yang terdiri dari 4 biji bagian ujung, 4 biji bagian tengah dan 4 biji
bagian pangkal. Sedangkan pada perkecambahan kopi dibuat sebanyak 6
polybag dan pada perkecambahan kelapa sawit sebanyak 6 polybag. Untuk
pengupasan biji dari kulitnya pada kopi dan kakao menggunakan kapur agar
terbebas dari lendirnya sedangkan pada biji kelapa sawit menggunakan amplas
untuk memecah dormansi. Perlakuan yang diberikan pada biji kakao, kopi dan
kelapa sawit yaitu direndam menggunakan furadan untuk terbebas dari
insektisida. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan didapatkan data
bahwa pada persentase hidup biji kopi dan biji kakao hanya 0% dikarenakan
biji kopi memiliki sifat dormansi sehingga ketika biji akan ditanam ke polybag
harus sudah memiliki tunas kecil untung merangsang pertumbuhan, dan untuk
biji kopi harus disemaikan dengan kondisi yang memungkinkan untuk biji
berkecambah. Pada biji kelapa sawit sangat sulit untuk berkecambah dan tidak
dapat tumbuh serempak, hal ini disebabkan oleh biji mempunyai sifat
dormansi akibat endokarpnya yang tebal dan keras, namun di kebun
lingkungan tidak sesuai untuk perkecambahan kopi dan kelapa sawit untuk
memecah masa dormansi.
Pada perkecambahan kakao dibuat 3 ulangan yaitu pada perlakuan biji
bagian ujung, tengah dan pangkal buah kakao. Dilihat dari hasil presentasi
hidup kecambah kakao yang tertinggi adalah pada biji bagian tengah yaitu
sebesar 25% hal tersebut dikarenakan pada biji bagian tengah kakao memilikki
ukuran yang lebih besar jika dibandingkan dengan bagian lainnya sehingga
cadangan makanan yang tersimpan pada biji kakao bagian tengah lebih banyak
maka dari itu pertumbuhan kecambah kakao lebih besar.

H. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Cara untuk mempersiapkan bahan tanam pada kopi dan kakao yaitu dengan
memisahkan biji dari kulitnya menggunakan kapur yang kemudian
digosok-gosokkan untuk menghilangkan lendir pada biji. Pada buah kelapa
sawit diperlukan amplas untuk menggosok-gosokkan bagian punggung
kelapa sawit agar memecah masa dormansi kemudian biji kopi, kakao, dan
kelapa sawit direndam menggunakan furadan sebagai insektisida
2. Pertumbuhan biji kakao pada bagian tengah lebih bagus daripada
pertumbuhan biji kakao bagian ujung dan pangkal dikarenakan pada bagian
tengah biji memiliki cadangan makanan yang lebih banyak sehingga
pertumbuhan lebih bagus.
DAFTAR PUSTAKA

______. 2018. Toraja farmer. Benih Ortodox dan benih Rekalsitran. https://toraja
farmer.wordpress.com/2018/01/06/benih-ortodox-dan-benih-rekalsitran/.
Diakses pada 13 april 2019. Pukul 21:52.
(BBPTP) Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. 2008.
Teknologi Budidaya Kelapa Sawit. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian.
Gembong, Tjitrosoepomo. 1988. Taksonomi Tumbuhan Spermatophita.
Yogyakarta. UGM Press.
Panggabean, Edy.2011.Buku Pintar Kopi. Jakarta Selatan: PT Agro Media Pustaka
hlm 124-132
PTPN VII (Persero). 2006. Budidaya Tanaman Kelapa Sawit. Wineka Media.
Bandar Lampung. 167 hlm.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. 2010. Budidaya dan pasca panen
kakao.Bogor.http://perkebunan.litbang.pertanian.go.id/wpcontent/uploads/21
11/01/perkebunan_budidaya_kakao.pdf.[28 April 2014].
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004, Panduan Lengkap Budidaya
Kakao, 13, Jakarta, Agromedia Pustaka.
Rahardjo, Pudji. 2012. Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika dan
Robusta. Penebar Swadaya:Jakarta
Retnandari, N.D dan Tjokrowinoto M. 1991. Kopi Kajian Sosial Ekonomi.
Yogyakarta: Penerbit Aditya Media
Sugiharti, E. 2006.Budidaya Kakao. Bandung : Nuansa.Najiyati, S dan Danarti.
2007. Kopi: Budidaya dan Penanganan Lepas Panen. Penebar Swadaya.
Jakarta
Wood, G.A.Rdan R.A. Lass.1975. Cocoa Tropical Agriculture Series 4th Ed. New
York: Longmans

Anda mungkin juga menyukai