Anda di halaman 1dari 14

ACARA II

MEMACU PERTUMBUHAN STEK PUCUK BATANG KOPI DAN TEH


DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUUH (ZPT)

A. Pelaksanaan Praktikum
Hari :Rabu
Tanggal :13 Februari 2019
Tempat :Kebun Percobaan UPN “Veteran” Yogyakarta, Fakultas
Pertanian di Wedomartani.

B. Tujuan Acara
1. Mempraktekkan perbanyakan tanaman kopi dan teh cara vegetatif dengan
stek.
2. Mengetahui pengaruh ZPT terhadap pertumbuhan stek batang kopi dan
teh.

C. Tinjauan Pustaka
1. Tanaman Kopi
Merupakan tanaman tahunan yang banyak di budidayakan dan
dimanfaatkan sebagai minuman kopi. Buah dari kopi tersebut, akan
diproses dan pengelolaan tertentu sehingga menjadi minuman. Klasifikasi
kopi berdasarkan tingkatan taksonomi, umumnya adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Sub Kingdom : Viridiplantae
Super Divisi : Embryophyta
Divisi : Tracheophyta
Sub Divisi : Spermatophytina
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Gentinales
Famili : Rubiaceae
Genus : Coffe L.
Spesies : Coffea arabica L, Coffea benghalensis B (Najiyati dan
Danarti, 2012).
Morfologi tanaman kopi terdiri dari akar, batang, daun, bunga dan
buah.
a. Akar : Tanaman kopi memiliki sistem perakaran tunggang yang tidak
rebah, perakaran tanaman kopi relatif dangkal, lebih dari 90% dari
berat akar terdapat lapisan tanah 0-30 cm
b. Batang : Batang tanaman kopi merupakan tumbuhan berkayu, tumbuh
tegak ke atas dan berwarna putih keabu-abuan. Pada batang terdiri dari
2 macam tunas yaitu tunas seri (tunas reproduksi) yang tumbuh searah
dengan tempat asalnya dan tunas legitim yang hanya dapat tumbuh
sekali dengan arah tumbuh membentuk sudut nyata dengan tempat
aslinya
c. Daun : Daun berbentuk menjorong, berwarna hijau dan pangkal ujung
meruncing. Bagian tepi daun bersipah, karena ujung tangakai tumpul.
Pertulangan duan menyirip, dan memiliki satu pertulangan terbentang
dari pangkal ujung hingga terusan dari tangkai daun. Selain itu, daun
juga berombak dan tampak mengkilap tergantung dengan spesiesnya.
d. Bunga : Bunga pada tanaman kopi memiliki ukuran relatif kecil,
mahkota berwarna putih dan berbau harum semerbak. Kelopak bunga
berwarna hijau. Bunga dewasa, kelopak dan mahkota akan membuka
dan segera mengadakan penyerbukan sehingga akan terbentuk buah.
Waktu yang diperlukan terbentuk bunga hingga buah menjadi matang
8-11 bulan, tergantung dari jenis dan faktor lingkungannya (Direktorat
Jendral Perkebunan, 2009).
e. Buah dan Biji : Buah tanaman kopi terdiri dari daging buah dan biji.
Daging buah terdiri atas 3 bagian yaitu lapisan kulit luar (eksokarp),
lapisan daging (mesokarp), dan lapisan kulit tanduk (endokarp) yang
tipis dan keras. Buah kopi menghasilkan dua butir biji tetapi da juga
yang tidak menghasilkan biji atau hanya menghasilkan satu butir biji.
Biji kopi terdiri atas kulit biji dan lembaga. Secara morfologi, biji kopi
berbentuk bulat telur, berstekstur keras dan berwarna kotor (Najiyati
dan Danarti, 2012).
Tanaman kopi dapat tumbuh dengan baik apabila faktor yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan pemeliharaan tanaman dapat
dioptimalkan dengan baik. Berikut ini beberapa syarat pertumbuhan kopi
secara umum
a. Tanah : Tanah digunakan sebagai media tumbuh tanama kopi. Salah
satu ciri tanah yang baik adalah memiliki lapisan topsoil yang tebal.
Umumnya, kondisi tanah di dataran tinggi memiliki kandungan
organik yang cukup banyak dan tidak terlalu banyak terkontaminasi
polusi udara. Tanaman kopi sebaiknya ditanam di tanah yang
memiliki kandungan hara dan organik yang tinggi. Rata-rata pH tanah
yang dianjurkan 5-7. Jika pH tanah terlalu asam, tambahkan pupuk
Ca(PO)2 atau Ca(PO3)2 (kapur atau dolomit). Sementara itu, untuk
menurunkan pH tanah dari basa ke asam, tambahkan urea. Caranya
taburkan kapur atau urea secukupnya sesuai kondisi tanah, lalu
periksa keasaman tanah dengan pH meter. Tambahkan urea jika pH
tanah masih basa atau tambahkan kapur jika terlalu asam hingga pH
tanah menjadi 5-7.
b. Curah Hujan : Curah hujan mempengaruhi pembentukan bunga hingga
menjadi buah. Untuk arabika, jumlah curah hujan yang masih bisa
ditolerir sekitar 1.000-1.500 mm/tahun. Sementara itu, curah hujan
untuk kopi robusta maksimum 2.000 mm/tahun.
c. Suhu : Selain curah hujan, lingkungan memegang peranan penting
untuk pembentukan bunga menjadi buah. Kopi arabika mampu
beradaptasi dengan suhu rata-rata 16-22̊ C. Untuk kopi robusta,
tanaman ini dapat tumbuh dan beradaptasi pada suhu 20-28̊ C. Karena
itu, investor atau petani kopi perlu mengetahui kondisi suhu suatu
daerah yang ingin dijadikan perkebunan kopi.
d. Angin : Sebelum mulai menanam kopi, petani kopi perlu
memperhatikan kondisi topografi wilayah. Pasalnya, jika terdapat
anomali iklim, petani dapat melakukan beberapa rekayasa. Khusus
untuk di lokasi atau daerah yang memiliki tiupan angina yang kencang,
petani sebaiknya menanam pohon pelindung, seperti dadap Erythrina
lithosperma atau Erythrina subumbrans lamtoro Leucaena glauca, dan
sengon laut Albizzia falcate Untuk kopi jenis arabika yang tumbuh di
ketinggian di atas 1.000 meter dpl, biasanya kondisi angin yang
bertiup cukup kuat. Karena itu, gunakan tanaman pelindung.
Tujuannya, untuk menahan angin yang cukup kencang.
e. Ketinggian tempat
1) Arabika : Ketinggian tempat untuk perkebunan kopi arabika
sekitar 1.000-2.100 meter dpl. Semakin tinggi lokasi perkebunan
kopi arabika, rasa atau karakter kopi yang dihasilkan menjadi
semakin baik dan enak
2) Robusta : Ketinggian tempat yang optimal untuk perkebunan kopi
robusta sekitar 400-1.200 meter dpl (Fitri. 2010)
2. Tanaman teh
Tanaman teh tergolong dalam tanaman perdu. Akan tetapi jika tidak
dilakukan pemangkasan maka akan membentuk tajuk menyerupai
pohon.Berikut ini adalah klasifikasi tanaman teh : (Ashari, 2006)
Kingdom : Plantae
Sub Kingdom : Viridiplantae
Infra Kindom : Sterptophyta
Super Devisi : Embryophyta
Devisi : Tracheophyta
Sub Devisi : Spermatophytina
Kelas : Magnoliopsida
Super Ordo : Asteranae
Ordo : Ericales
Famili : Theaceae
Genus : Camellia L
Spesies : Camellia sinensis (L.) Kuntze
Setelah mengetahui klasifikasi dari tanaman teh, maka selanjutnya
yaitu morfologi dari tanaman teh. Berikut ini adalah morfologi dari
tanaman teh :
a. Daun Teh : Daun teh merupakan daun tunggal yang tumbuh
berselang-seling pada cabang yang tumbuh dari ketiak daun dibagian
bawah tajuk. Helaian daun teh berbentuk langset dengan tulang daun
yang menyirip dan runcing pada bagian ujungnya. Tepi daunnya
lancip bergerigi, dan pada daun yang muda warnanya lebih terang
serta ukuran daunya lebih lebar daripada daun tua, yaitu sekitar 2,5-25
cm dan pucuk serta ruas lebih banyak rambutnya. Sedangkan pada
daun yang tua memiliki warna hijau kelam dengan permukaan yang
lebih licin dibanding daun muda. Dalam pertumbuhanya daun teh
mengalai dua fase, yaitu fase aktif dan fase inaktif. Yang disebut
dengan fase aktif adalah fase pertumbuhan normal atau disebut juga
dengan fase peko. Sedangkan fase inaktif adalah fase istirahat
pertumbuhan tuna.
b. Akar Teh : Tanaman teh memiliki perakaran tunggang dengan cabang
yang jumlahnya hanya sedikit. Tanaman teh mempunyai perakaran
yang dangkal dan cukup peka terhadap keadaan fisik tanah.
Kemampuan akar dalam menembus tanah yang keras sangatlah
terbatas, sehingga akar akan berkembang pada solume tanah hingga
kedalaman 23 cm saja. Pada akar tanaman teh terdapat lapisan
menyerupai gabus yang berfungsi untuk mencegah keluar masuknya
air dan sebagai tempat menyimpan makanan yang sebagian besar
merupakan karbohidrat. Dimana karbohidrat yang disimpan dalam
akar tersebut berperan penting untuk pertumbuhan pucuk baru setelah
dilakukan pemangkasan.
c. Batang Teh : Batang tanaman teh tumbuh lurus dan berjumlah banyak,
akan tetapi batang tanaman ini berukuran kecil. Apabila batang ini
tidak dilakukan pemangkasan, maka akan tumbuh membentuk tajuk
seperti pohon cemara.
d. Bunga Teh : Bunga tanaman teh termasuk bunga tunggal yang keluar
dari ketiak daun pada cabang-cabang dan ujung batang. Bunga ini
mempunyai kelopak yang jumlahnya sekitar 5-6 helai dengan warna
putih dan berbau harum. Dalam perkembanganya bunga teh
mengikuti tahap pertumbuhan daun dan sebagian besar self steril. Biji
yang dihasilkan dari bunga yang menyerbuk sendiri biasanya tumbuh
merana. Semantara itu, bunga yang sempurna memiliki putik dengan
mahkota 5-7 buah dan tangkai sari yang panjang. Pada bagian dalam
terdapat benang sari kuning yang bersel kembar dan menonjol 2-3
mm ke atas.
e. Buah dan Biji Teh : Tanaman teh yang buahnya masih berwarna hijau
bersel tiga dengan dinding yang cukup tebal. Pada awalnya buah akan
tampak mengkilap, namun semakin tua akan berubah warna menjadi
lebih suram dan bertekstur kasar. Biji teh berkeping dua dengan
kotiledon yang ukuranya besar, dan jika dibelah akan tampak embrio
akar dan tunas. Biji ini berwarna coklat dan memiliki tiga ruang,
dengan kulit tipis, bentuknya bundar pada satu sisi, dan datar pada sisi
yang lain (Anonim 2019).
Tanaman teh karena berasal dari sub tropis, maka cocok ditanam di
daerah pegunungan. Garis besar syarat tumbuh untuk tanaman teh adalah
kecocokan iklim dan tanah (Direktorat Jenderal Perkebunan, 1995).
a. Iklim : Faktor iklim yang harus diperhatikan seperti suhu udara yang
baik berkisar 13 - 15 derajat C, kelembaban relatif pada siang hari >
70%, curah hujan tahunan tidak kurang 2.000 mm, dengan bulan
penanaman curah hujan kurang dari 60 mm tidak lebih 2 bulan. Dari
segi penyinaran sinar matahari sangat mempengaruhi pertanaman teh.
Makin banyak sinar matahari makin tinggi suhu, bila suhu mencapai
30 derajat C pertumbuhan tanaman teh akan terlambat. Pada
ketinggian 400 – 800 m kebun-kebun teh memerlukan pohon
pelindung tetap atau sementara. Disamping itu perlu mulsa sekitar 20
ton/ha untuk menurunkan suhu tanah. Suhu tanah tinggi dapat merusak
perakaran tanaman, terutama akar dibagian atas. Faktor iklim lain yang
harus diperhatikan adalah tiupan angin yang terus menerus dapat
menyebabkan daun rontok. Angin dapat mempengaruhi kelembaban
udara serta berpengaruh pada penyebaran hama dan penyakit.
b. Tanah : Tanah yang cocok untuk pertumbuhan tanaman teh adalah
tanah yang serasi. Tanah yang serasi adalah tanah yang subur, banyak
mengandung bahan organik, tidak terdapat cadas dengan derajat
keasaman 4,5 – 5,6. Tanah yang baik untuk pertanaman teh terletak di
lereng-lereng gunung berapi dinamakan tanah Andisol. Selain Andisol
terdapat jenis tanah lain yang serasi bersyarat, yaitu Latosol dan
Podzolik. Kedua jenis tanah ini terdapat di daerah yang rendah di
bawah 800 m dpl. Dalam rangka pembukaan dan pengelolaan kebun
perlu dilakukan survei tanah agar diketahui klasifikasi kesesuaian
tanah dan kemampuan lahan. Kesesuaian tanah yang ada dibagi
kedalam kategori I, II, dan III. Sedangkan kemampuan lahan
menghasilkan peta yang berisi kemiringan lahan, ketebalan tanah, peta
kemampuan lahan dan peta rekomendasi penggunaan lahan.
Pembibitan secara vegetatif merupakan pembibitan yang menggunakan
bagian vegetatif tanaman (daun, tunas, batang, akar, jaringan, organ) dapat
menjadi alternatif bagi industri bibit karena tidak tergantung pada musim
buah. Keberhasilan pembibitan sangat dipengaruhi oleh kecocokan metode,
kondisi lingkungan, dan jenis tanaman. Perbanyakan tanaman secara
vegetatif sangat penting artinya untuk pengembangan klon dan merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dalam kegiatan pemuliaan pohon karena,
peranannya yang sangat besar dalam meningkatkan perolehan genetik
bandingkan dengan benih hasil, penyerbukan alam. Dengan penerapan
teknik pembiakan vegetatif akan diperoleh bibit yang memiliki struktur
genetik yang sama dengan induknya. Perbanyakan vegetatif dapat
dilakukan dengan cara mencangkok, setek, rundukan, dan kultur jaringan
(Ghandi, 2002).
Zat pengatur tumbuh (ZPT) merupakan hormon sintetis dari luar tubuh
tanaman. Zat pengatur tumbuh memiliki fungsi untuk merangsang
perkecambahan, pertumbuhan akar, dan tunas. Zat pengatur tumbuh dapat
dibagi menjadi beberapa golongan yaitu auksin, sitokinin, giberelin, dan
inhibitor. Zat pengatur tumbuh golongan auksin adalah Indol Asam Asetat
(IAA), Indol Asam Butirat (IBA), Naftalen Asam Asetat (NAA), dan 2,4
D Dikhlorofenoksiasetat (2,4 D). Zat pengatur tumbuh yang termasuk
golongan sitokinin adalah Kinetin, Zeatin, Ribosil, Benzil Aminopurin
(BAP) atau Benziladenin (BA). Zat pengatur tumbuh golongan giberelin
yaitu GA 1, GA 2, GA 3, GA 4, sedangkan ZPT yang termasuk golongan
inhibitor adalah fenolik dan asam absisik (Hendaryono dan Wijayani,
1994).
Zat pengatur tumbuh dapat mempengaruhi aktivitas jaringan pada
berbagai organ atau sistem organ tanaman. Zat pengatur tumbuh tidak
memberi tambahan unsur hara karena bukan pupuk. Fungsi ZPT dalam
jaringan tanaman adalah mengatur proses fisiologis pembelahan dan
pemanjangan sel, serta mengatur pertumbuhan akar, batang, daun, bunga,
dan buah (Saptarini, Widiyati, Sari, dan Sarwono, 1988).
Stek merupakan perbanyakan tanaman menggunakan potongan
tanaman induk. Bahan untuk stek dapat berupa batang, daun, bagian daun,
dan akar. Waktu yang tepat untuk mengambil potongan tanaman adalah
pada pagi hari karena tanaman sedang dalam keadaan segar. Jika tanaman
tidak akan langsung ditanam, sebaiknya bahan setek dilapisi kantong
plastik dan handuk basah dapat agar tetap segar. Pisau perlu dicelupkan ke
dalam alkohol 70% atau fungisida dengan dosis 2 g/L setiap kali untuk
memotong tanaman. Tujuan pencelupan pisau adalah untuk
menghindarkan penyebaran penyakit dari tanaman yang sakit ke tanaman
yang sehat (Harijanto dan Rakhmania, 2007).
Keuntungan perbanyakan dengan setek adalah: (1) menghasilkan bibit
yang sempurna, yaitu terdapat akar, batang, dan daun, (2) waktu penyiapan
bibit relatif singkat, dan (3) keturunan tanaman bersifat serupa dengan
induknya. Selain memiliki keunggulan, perbanyakan tanaman secara setek
juga memiliki kelemahan baik secara fisiologis maupun morfologi.
Perbanyakan tanaman secara setek memiliki perakaran dangkal dan tidak
memiliki akar tunggang. Tanaman hasil setek mudah roboh saat terjadi
angin kencang. Apabila musim kemarau panjang, tanaman menjadi tidak
tahan kekeringan (Frasiskus, 2006).
Stek Tanaman pada Batang. Bakal stek diambil dari batang atau cabang
batang tanaman pohon induk yang akan diperbanyak dan pemotongan
sebaiknya dilakukan pada waktu pagi hari. Gunting stek yang digunakan
saat menyetek harus tajam agar bekas potongan pada batang rapi. Bila
kurang tajam batang akan rusak atau memar. Hal ini mengundang bibit
penyakit masuk ke bagian yang memar pada batang tanaman, sehingga
bisa menyebabkan pembusukkan pangkal stek pada batang. Pada saat
mengambil stek atau menyetek tanaman pada batang, pohon induk harus
dalam keadaan sehat dan tidak sedang bertunas. Syarat batang yang akan di
ambil:
1. Batang yang dijadikan stek biasanya adalah bagian pangkal dari cabang
tanaman.
2. Pemotongan cabang batang diatur kira-kira 0.5cm di bawah mata tunas
yang paling bawah dan untuk ujung bagian atas sejauh 1 cm dari
mata tunas yang paling atas.
3. Kondisi daun pada batang cabang yang hendak diambil sebaiknya
berwarna hijau tua. Dengan demikian seluruh daun tanaman dapat
melakukan fotosintesis yang akan menghasilkan zat makanan dan
karbohidrat. Zat hasil fotosintesis akan disimpan dalam
organ penyimpanan, antara lain di batang. Karbohidrat pada batang
berperan sangat penting yaitu sebagai sumber energi yang dibutuhkan
pada waktu pembentukan akar baru.
Kondisi dan ukuran saat pengambilan batang yaitu:
1. Ukuran besar cabang batang yang diambil cukup sebesar kelingking.
2. Diameter batang sekitar 1 cm dengan panjang antara 10-15 cm.
3. Cabang batang tersebut memiliki 3-4 mata tunas.
4. Kondisi batang pada saat pengambilan berada dalam keadaan setengah
tua dengan warna kulit batang biasanya coklat muda. Pada saat
ini kandungan karbohidrat dan auxin (hormon pertumbuhan akar) pada
batang cukup memadai untuk menunjang terjadinya perakaran stek.
5. Pada batang yang masih muda, kandungan karbohidrat rendah tetapi
hormonnya cukup tinggi. Biasanya pada kasus ini hasil stekan akan
tumbuh tunas terlebih dahulu, padahal stek yang baik harus
tumbuh akar dulu. Oleh karena itu, stek yang berasal dari batang yang
muda sering gagal.
Stek yang sudah diberi perlakuan hormon penumbuh akar siap
untuk disemaikan. Untuk itu perlu menyediakan tempat yang kondisinya sesuai.
Usaha untuk menumbuhkan stek perlu dilakukan pada lingkungan yang
mempunyai cahaya baur atau terpencar (difusi). Kelembaban udara sebaiknya
tinggi, sekitar 70-90%, Suhu mendekati suhu kamar, 25-27oC. Selain itu dalam
pembentukan akar stek diperlukan oksigen yang cukup. Oleh karena itu media
yang digunakan harus cukup gembur, sehingga aerasinya baik (Anonim 2019).
Suhu dan kelembaban relatif yang lebih tinggi akanmerangsang keluarnya
akar.Pcnyungkupan dapat dilakukan sebagai salah satu caramemanipulasi
lingkunganmikro. Selama di pembibitanstevia digunakan sungkup
sebagainaungan. Sungkup yangdigunakandapal dibuat dari plastikyang
berfungsiuntukmenjaga suhu dankdcmbaban. Pembibitan tanpamenggunakan
sungkup dapat menghambat pertumbuhanbibit karena bibit belum dapat
beradaptasi dengan cahayamatahari langsung (Barlian, 1997)
Keberhasilan pembibitan stek teh dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara
lain mutu bahan stek, kematangan perencanaan dan persiapan, pemilihan atau
pengelolaan media tumbuh, lokasi yang tepat, serta tenaga kerja yang cukup
terampil Salah satu faktor yang mempengaruhi sistem perakaran pada saat
pembibitan adalah media tanam. Oleh karena itu dibutuhkan media tanam yang
sesuai dan mengandung unsur hara yang dibutuhkan bagi tanaman tersebut.
Untuk memenuhi ketersediaan hara tersebut, kompos sisa tanaman dapat
digunakan sebagai media tanam (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 1997).

D. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Polybag
b. Ember
c. Plastik sungkup
d. Kater atau pisau
2. Bahan
a. Arang sekam
b. Air
c. Batang pucuk teh
d. Batang pucuk kopi
e. ZPT ( Atonik )

E. Cara Kerja
1. Menyiapkan stek batang dari ruas 3 atau 4 dari capang produksi tanaman
kopi dan teh.
2. Memotong batang tanaman dengan panjang secukupnya dan potong bagian
secara menyerong
3. Merendam stak dalam larutan vitamin B1 dan olesi dengan rooton F
4. Menyipakan media tanam berupa arang sekam yang di taruh di dalam
polybag
5. Menancapkan batang stek tanaman teh dan kopi kemudian menyiramnya
dengan air
6. Menaruh tanaman tersebut ditempat yang teduh dan memberi sungkup
plastik.
F. Hasil Pengamatan
Tabel 2.1 Hasil Pengamatan Stek Batang Tanaman Kopi
Parameter Pengamatan
Perlakuan
% Bertunas Jumlah Tunas
Kontrol 0 0
ZPT 0 0
Sumber : Praktikum Teknologi Budidaya Tanaman Industri dan Pekebunan
2019

Tabel 2.2 Hasil Pengamatan Stek Batang Tanaman Teh


Parameter Pengamatan
Perlakuan
% Bertunas Jumlah Tunas
Kontrol 0 0
ZPT 0 0
Sumber : Praktikum Teknologi Budidaya Tanaman Industri dan Pekebunan
2019

G. Pembahasan
Perbanyakan tanaman secara vegetatif sangat penting artinya untuk
pengembangan klon dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam
kegiatan pemuliaan pohon karena, peranannya yang sangat besar dalam
meningkatkan perolehan genetik bandingkan dengan benih hasil, penyerbukan
alam. Stek merupakan perbanyakan tanaman menggunakan potongan
tanaman induk.Stek Tanaman pada Batang, Bakal stek diambil dari batang
atau cabang batang tanaman pohon induk yang akan diperbanyak dan
pemotongan sebaiknya dilakukan pada waktu pagi hari.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan yaitu menanam bibit teh dan
kopi secara vegetatif yaitu dengan menggunakan stek batang. Perlakuan yang
digunakan dalam stek batang kopi dan teh yaitu menggunakan ZPT (zat
pengatur tumbuh dan kontrol dengan cara dicelupkan. ZPT merupakan hormon
sintetis dari luar tubuh tanaman. Zat pengatur tumbuh memiliki fungsi untuk
merangsang perkecambahan, pertumbuhan akar, dan tunas. ZPT dapat
mempengaruhi aktivitas jaringan pada berbagai organ atau sistem organ
tanaman.
Berdasarkan data yang telah didapatkan yaitu mengamati presentasi
bertunas dan jumlah tunas , bahwa stek batang kopi dan teh memiliki
presentasi hidup 0% dikarenakan lingkungan yang tidak sesuai untuk
pertumbuhan stek kopi dan teh yaitu cuaca yang panas sehingga kelembaban
tidak terjaga. Selain itu proses transpirasi pada stek teh dan kopi sangat
cepat dan akhirnya stek menjadi kering dan mati. Dalam perlakuan juga untuk
stek teh dan kopi menggunakan penyungkupan yang berbahan dasar plastik
untuk menjaga kelembaban, namun dikarenakan jarangnya dilakukan
penyiraman dan suhu terlalu panas sehingga mengakibatkan stek mengering
dan kemudian mati. Dilihat faktor internal yang menyebabkan stek mati yaitu
stek sebelum ditanam telah melakukan transpirasi tinggi dan stek telah
terkontaminasi karena pisau yang digunakan saat pemotongan stek tidak steril
ataupun bisa juga dikarenakan batang yang digunakan untuk stek terlalu
mudaCara untuk merawat stek teh dan kopi dengan metode penyungkupan
yaitu ketika ingin menyiramnya cukup embun pada pagi hari yang menempel
pada atap plastik sungkup di ketok-ketok agar airnya turun ke tanaman stek,
kemudian jika kelembaban tinggi maka sungkupan di buka agar terjadinya
penguapan ketika sudah kelembabannya cukup maka tutup kembali
sungkupnya.

H. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Pada perbanyakan teh dan kopi menggunakan perbanyakan secara
vegetatif yang berupa stek batang yang menggunakan perlakuan kontrol
dan ZPT. Pada stek yang dilakukan yaitu ada sebagian daunnya yang
dipotong dikarenakan untuk mengurangi transpirasi.
2. Pengaruh dari pemberian ZPT pada stek batang pada kopi dan teh yaitu
sebagai hormon yang berfungsi untuk merangsang perkecambahan,
pertumbuhan akar, dan tunas.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2019. Oleh plengdut. Cara stek sebuah tanaman & Teknik pembuatan
stek pada tanaman. https://www.plengdut.com/teknik-pembuatan-stek-tan
aman /799/. Diakses pada 12 april 2019. Pukul 15:03 wib.
Ashari, S. 2006. Hortikultura Aspek Budidaya Edisi Revisi. Universitas Indonesia
Press. Jakarta. 485 hal
Dalimoenthe, S. L. dan W. S. Kartawijaya. 1997. Mekanisasi pemetikan. Warta
Pusat Penelitian Teh dan Kina, 8 (3) : 159 - 164
Direktorat Jenderal Perkebunan. 1995. Petunjuk Teknis Budidaya Teh. Direktorat
Jenderal Perkebunan, Departemen Pertanian. Jakarta. 65 hal.
Gandi, M. A. 2002. Dasar-dasar Budidaya Teh. Penebar Swadaya. Jakarta. 134
hal.
Hendaryono, D. P. S dan Wijayani. 1994. Teknik Kultur Jaringan dan
PetunjukPerbanyakan Tanaman Secara Vegetatif Modern. Yogyakarta:
Kanisius
Najiyati, S dan Danarti. 2012. Kopi, Budidaya dan Penanganan Lepas Panen. PT.
Penebar Swadaya. Jakarta
Nuryani, Fitri. 2010. Budidaya Tanaman Kopi di Provinsi Lampung. PT
Mediyatama Sarana Perkasa:Jakarta.
Prastowo, James, Gerhard, Erry Nugraha, Joel M, Fransiskus Harum. 2006. Teknik
Pembibitan dan Perbanyakan Vegetatif Tanaman Buah. World Agroforestry
Centre (ICRAF) & Winrock International. Bogor, Indonesia
Saptarini, E. Widiyati, L. Sari, dan B. Sarwono. 1988.Membuat Tanaman
Cepat Berbuah. Penebar Swadaya. Depok. 36-61 hlm

Anda mungkin juga menyukai