Anda di halaman 1dari 6

Apa Yang Anda Ketahui Tentang Technopreneurship ?

"Technopreneurship adalah sebuah inkubator bisnis berbasis teknologi,


yang memiliki wawasan untuk menumbuh-kembangkan jiwa kewirausahaan di
kalangan generasi muda, khususnya mahasiswa sebagai peserta didik dan
merupakan salah satu strategi terobosan baru untuk mensiasati masalah
pengangguran intelektual yang semakin meningkat”.
Technopreneurship merupakan proses dan pembentukan usaha baru yang
melibatkan teknologi sebagai basisnya, dengan harapan bahwa penciptaan
strategi dan inovasi yang tepat kelak bisa menempatkan teknologi sebagai salah
satu faktor untuk pengembangan ekonomi nasional.

Teknologi komunikasi dan informasi atau teknologi telematika (information and


communication technology–ICT) telah diakui dunia sebagai salah satu sarana dan
prasarana utama untuk mengatasi masalah-masalah dunia. Teknologi telematika
dikenal sebagai konvergensi dari teknologi komunikasi (communication),
pengolahan (computing) dan informasi (information) yang diseminasikan
mempergunakan sarana multimedia. Technopreneurship adalah sebuah inkubator
bisnis berbasis teknologi, yang memiliki wawasan untuk menumbuh-kembangkan
jiwa kewirausahaan di kalangan generasi muda, khususnya mahasiswa sebagai
peserta didik dan merupakan salah satu strategi terobosan baru untuk mensiasati
masalah pengangguran intelektual yang semakin meningkat ( +/- 45 Juta orang).
Dengan menjadi seorang usahawan terdidik, generasi muda, khususnya
mahasiswa akan berperan sebagai salah satu motor penggerak perekonomian
melalui penciptaan lapangan-lapangan kerja baru. Semoga dengan munculnya
generasi technopreneurship dapat memberikan solusi atas permasalahan jumlah
pengangguran intelektual yang ada saat ini. Selain itu juga bisa menjadi arena
untuk meningkatkan kualitas SDM dalam penguasaan IPTEK, sehingga kita bisa
mempersiapkan tenaga handal ditengah kompetisi global.

1
PENJELASAN TECHNOPRENEURSHIP
Istilah technopreneur itu sendiri adalah gabungan antara technology dan
entrepreneur. Kata entrepreneur memiliki makna seseorang yang pandai atau
berbakat dalam mengenali produk atau ide baru, memahami langkah-langkah
produksi, mampu menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, cermat dalam
memasarkannya, serta handal mengatur permodalan operasinya. Singkatnya,
seorang technopreneur adalah seorang entrepreneur yang menggunakan aspek
teknologi sebagai keunggulannya. Antara technopreneur dan entrepreneur
keduanya memiliki persamaan yaitu peduli profit. Namun seorang technopreneur
juga harus peduli teknologi. Bentuk keperduliannya itu bisa berupa
pengembangan ide-ide invensi yang ada menjadi solusi teknis teruji melalui riset-
riset. Percuma jika seorang mahasiswa hanya mendalami suatu ilmu pengetahuan
untuk mendapatkan nilai A saja. Mereka harus mengaplikasikan ilmu yang
mereka dapatkan dengan sebuah kontribusi nyata yang berguna bagi diri sendiri
dan orang lain.

Disisi lain bahwa kurikulum Pendidikan TI berbasis Technopreneurship


yang diberikan di perguruan tinggi memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Memberikan kontribusi kongkret dalam mensiasati masalah
pengangguran intelektual di Indonesia.
2. Mengembangkan spirit kewirausahaan di dunia perguruan tinggi.
3. Meminimalisir gap antara pemahaman teori dan realita praktek dalam
pengelolaan bisnis.

Manfaat bagi mahasiswa dalam proses implementasi Technopreneurship


Based Curicullum adalah sebagai berikut :
1. Memperoleh pencerahan mengenai alternatif profesi sebagai wirausaha
selain sebagai ekonom, manajer atau akuntan atau profesi lainnya.
2. Memiliki skill-based yang memadai dalam bidang Teknologi Informasi
3. Mendapatkan pengetahuan dasar dalam bentuk teori maupun praktek
magang dalam mengelola suatu bisnis.
4. Memperoleh akses untuk membangun networking dunia bisnis.

2
Sedangkan bagi Perguruan Tinggi sebagai fasilitator adalah :
1. Menjadi bentuk tanggung jawab sosial sebagai lembaga pendidikan
untuk berkontribusi dalam mengatasi masalah pengangguran.
2. Menjadi bagian penting dalam upaya menjembatani gap kurikulum
pendidikan antara lembaga pendidikan dan industri pengguna.
3. Menjadi salah satu strategi efektif untuk meningkatkan mutu lulusan.
4. Menjadi wahana interaksi untuk komunitas Perguruan Tinggi yang terdiri
dari alumni, mahasiswa, dosen, dan karyawan dengan masyarakat umum.

Berdasarkan tujuan tersebut di atas, maka Program Pengembangan Budaya


Technopreneurship atau kewirausahaan di Perguruan Tinggi dirancang meliputi 6
(enam) kegiatan yang saling terkait, yaitu:
1. Pelatihan materi ”Techno SKILL BASED”
2. Magang Kewirausahaan
3. Kuliah Kewirausahaan
4. Kuliah Kerja Usaha
5. Karya Alternatif Mahasiswa
6. Konsultasi Bisnis dan Peluang usaha

Secara teknis, implementasi pendidikan TI berbasis


TECHNOPRENEURSHIP ini, sama saja seperti perkuliahan pada umumnya,
hanya saja pada 2 semester pertama secara intensif para mahasiswa diberikan
pelatihan (training) sebagai pondasi awal berupa penguasaan bahasa
pemrograman (VB.Net/C#/Java) atau disain grafis 3D, WEB, dan ini disesuaikan
dengan kebutuhan dunia industri TI saat itu.

Proses pelatihan diberikan bersamaan dengan perkuliahan reguler,


sehingga mereka mendapat pembinaan secara intensif & fokus untuk
mempersiapkan SKILL Based mereka. Pada saat mereka menginjak semester 3,
mereka melakukan proses pemagangan di perusahaan/industri TI, setelah itu
diharapkan para mahasiswa sudah bisa bekerja secara part time di beberapa
perusahaan, sehingga ketika mereka telah menyelesaikan studinya, mereka
memiliki asset berupa knowledge & experince yang cukup untuk menjadi
Technopreneur, atau alternatif lainnya mereka tetap bisa bersaing secara

3
kompetitif untuk mendapatkan lapangan pekerjaan dengan bekal IPTEK yang
mereka telah kuasai.

Menatap masa depan berarti mempersiapkan generasi muda yang memiliki


kecintaan terhadap pembelajaran dan merupakan terapi akademis & kesehatan
jiwa bagi anak bangsa, semoga munculnya generasi technopreneurship dapat
memberikan solusi atas permasalahan jumlah pengangguran intelektual yang ada
saat ini. Selain itu juga bisa menjadi arena untuk meningkatkan kualitas SDM
dalam penguasaan IPTEK, sehingga kita bisa mempersiapkan tenaga handal di
tengah kompetisi global. Mulailah dari diri sendiri untuk berbuat sesuatu guna
menciptakan pendidikan kita bisa lebih baik dan berkualitas, karena ini akan
menyangkut masa depan anak-anak kita dan juga Bangsa Indonesia.

Bagaimana karakter yang dibutuhkan oleh seorang teknopreneurship?


Untuk menjadi seorang wirausaha yang sukses, kita harus memiliki
karakterisik yang harus dimiliki setiap wirausahawan, diantaranya :
1. Percaya diri : Memiliki sifat keyakinan, kemandirian, individualitas,
optimisme.
2. Berorientasikan tugas dan hasil : Selalu berusaha berprestasi,
berorientasi pada laba dan tekad kuat.
3. Pengambil risiko : Memiliki kemampuan mengambil resiko dan siap
menerima konsekuensi yg diterima.
4. Kepemimpinan : Bertingkah laku sebagai pemimpin, dapat bergaul
dengan orang lain dan suka terhadap saran dan kritik yang membangun.
5. Keorisinilan : Memiliki inovasi dan kreativitas tinggi, fleksibel, serba
bisa dan memiliki jaringan bisnis yg luas.
6. Berorientasi ke masa depan : Memiliki persepsi dan cara pandang yg
berorientasi pada kemajuan.
7. Jujur dan tekun : Memiliki keyakinan bahwa hidup itu sama dengan
kerja keras.

4
Selain karakteristik wirausaha, ada tipe wirausaha yang harus kita pahami,
diantaranya sebagai berikut :
1. Menjadi wirausahawan mandiri harus memiliki 3 syarat yang menjadi
modal utama, syarat tersebut adalah
 Sumber daya internal, yang merupakan bagian dari pribadi calon
wirausahawan, Contoh : kepintaran, ketrampilan, kemampuan
menganalisa dan menghitung risiko
 Sumber daya eksternal, Contoh : uang yang cukup untuk
membiayai modal usaha dan modal kerja
 Faktor X, Contoh: kesempatan dan keberuntungan. Seorang calon
usahawan harus menghitung dengan seksama apakah ke-3
sumber daya ini ia miliki sebagai modal. Jika faktor-faktor itu
dimilikinya, maka ia akan merasa optimis dan keputusan untuk
membuat mimpi itu menjadi tunas-tunas kenyataan sebagai
wirausahawan mandiri boleh mulai dipertimbangkan.

2. Mencari mitra dengan “mimpi” serupa


Jika jenis sumber daya baik internal maupun eksternal tidak dimiliki,
seorang calon wirausahawan bisa mencari partner/rekanan untuk membuat mimpi-
mimpi itu jadi kenyataan. Rekanan yang ideal adalah rekanan yang memiliki
sumber daya yang tidak dimilikinya sendiri sehingga ada keseimbangan
“modal/sumber daya” di antara mereka. Umumnya kerabat dan teman dekatlah
yang dijadikan prospective partner yang utama sebelum mempertimbangkan pihak
lainnya, seperti beberapa jenis institusi finansial diantaranya bank.

Pilihan jenis mitra memiliki resiko tersendiri. Jenis mitra bisnis lainnya adalah
anggota keluarga, risiko yang dihadapi tidak banyak berbeda dengan teman dekat.
Namun, bukan berarti bermitra dengan mereka tidak dapat dilakukan. Satu hal
yang penting adalah memperhitungkan dan membicarakan semua risiko secara
terbuka sebelum kerjasama bisnis dimulai sehingga jika konflik tidak dapat
dihindarkan, maka sudah terbayang.

5
3. Menjual mimpi itu kepada wirausahawan lain (pemilik modal)
Kesepakatan mengenai bagaimana bentuk kerjasama bisa dilakukan antara si
pemilik modal dan penjual ide. Bisa saja pemilik modal yang memodali dan
penjual ide yang menjalankan usaha itu, bisa juga penjual ide hanya menjual
idenya dan tidak lagi terlibat dalam usaha itu. Jalan ini biasanya diambil sesudah
cara lainnya tidak lagi memungkinkan sedangkan ide yang kita miliki memang
sangat layak diperhitungkan.

Anda mungkin juga menyukai